Pengaruh metode mendongeng terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II di SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Tangerang Selatan tahun pelajaran 2014/2015

PENGARUH METODE MENDONGENG
TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG
PADA SISWA KELAS II DI SD DHARMA KARYA UT
PONDOK CABE, TANGERANG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

oleh
HAFIZAH NADIA
NIM 1111018300047

JURUSAN/PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

ABSTRAK

Hafizah Nadia (NIM: 1111018300047), PENGARUH METODE
MENDONGENG TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG
PADA SISWA KELAS II DI SD DHARMA KARYA UT PONDOK CABE
TANGERANG SELATAN. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode mendongeng
terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II di SD Dharma
Karya UT, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran 2014/2015.
Metode penelitian ini adalah metode Quasi Eksperimen dengan desain
penelitian Nonequivalent Control Group Design. Sampel penelitian ini adalah
siswa kelas II.3 (kelas kontrol) dan kelas II.4 (kelas eksperimen) SD Dharma
Karya UT yang masing-masing berjumlah 22 siswa. Instrumen penelitian ini
berupa tes non-objektif (essay). Teknik analisis data menggunakan bantuan
program SPSS 22 For Windows.
Berdasarkan rata-rata hasil posttest diperoleh rata-rata posttest
keterampilan menyimak dongeng siswa dengan menggunakan metode
mendongeng (kelas eksperimen) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
posttest keterampilan menyimak dongeng siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional (kelas kontrol). Rata-rata pretest kelas eksperimen

adalah 60,45, rata-rata pretes kelas kontrol adalah 60,00. Setelah dilakukan
tindakan pada kedua kelas, maka diperoleh rata-rata posttest kelas eksperimen
adalah 77,73 dan kelas kontrol adalah 71,59. Jumlah peningkatan rata-rata hasil
pretest dan posttest kelas eksperimen sebesar 17,28%, sedangkan kelas kontrol
sebesar 11,59%. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan
teknik Independent T-test, diperoleh thitung sebesar 0,010 pada taraf signifikansi α
< 0,050. Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima karena 0,010 < 0,050. Hal
ini membuktikan bahwa metode mendongeng berpengaruh terhadap keterampilan
menyimak dongeng siswa.
Kata Kunci: Metode Mendongeng, Keterampilan Menyimak, Dongeng, Kelas II,
dan Quasi Eksperimen.

i

ABSTRACT
Hafizah Nadia (NIM: 1111018300047). THE INFLUENCE OF
STORYTELLING METHOD TOWARDS FAIRYTALE’S LISTENING SKILL
ON SECOND GRADE STUDENT OF DHARMA KARYA UT ELEMENTARY
SCHOOL PONDOK CABE SOUTH TANGERANG. Skripsi: Education of
Elementary School‟s Teacher Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher

Training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
This study is intended to know the influence of storytelling method towards
fairytale‟s listening skill on second grade students of Dharma Karya UT
Elementary School Pondok Cabe South Tangerang in period 2014/2015.
The method of this research is a Quasi Experiment method with nonequivalent
control group design. The sample of this research is student of II.3 (control class)
and student of II.4 (experiment class) Dharma Karya UT Elementary School
which consists of 22 students in each class. The research‟s instrument is nonobjective test (essay) and the technique of data analysis uses SPSS 22 For
windows.
Based on the posttest average result shows that the student‟s posttest average of
fairytale‟s listening skill by applying storytelling method (experiment class) is
higher than the student‟s posttest average of fairytale‟s listening skill that are
taught with conventional teaching (control class). The pretest average in
experiment class is 60,45 and the pretest average in control class is 60,00. After
doing a research on both classes, it is obtained posttest average of experimental
class 77.73 and control class 71.59. The increase of pretest and posttest average
results of experimental class is 17.28%, while the control class is 11.59%.
Hypothesis testing is done by using t-test with Independent T-test technique which
obtained thitung 0,010 at significance level α < 0.050. Thus Ho refused and H1
accepted as 0,010 < 0,050. It proves that the storytelling method effects on

students fairytale‟s listening skill.
Keywords: Storytelling Method, Listening Skill, Fairytale, Second Grade, and
Quasi Experiment.

ii

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam atas berbagai nikmat dan
karunia-Nya, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad Shallallahu A‟laihi Wassallam, keluarga dan para sahabatnya serta
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Atas berkat rahmat dan izin Allah, penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi

ini

dengan

judul


“Pengaruh

Metode

Mendongeng

terhadap

Keterampilan Menyimak Dongeng pada Siswa Kelas II di SD Dharma Karya
UT, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mencapai gelar sarjana pendidikan
jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti sangat
menyadari bahwa penulisan skripsi ini membutuhkan banyak perjuangan dan
pengorbanan, namun atas kemauan dan usaha yang keras, dorongan dan motivasi
dari berbagai pihak, serta doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan. Maka dari itu, penulis mengucapkan rasa terima
kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A.
2. Ketua Jurusan PGMI, Dr. Khalimi, M.Ag.
3. Dosen Pembimbing Makyun Subuki, M.Hum yang senantiasa memberikan
pengarahan, masukan, dan pemahaman terkait materi yang relevan dengan
skripsi ini.
4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada peneliti selama
mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang telah diberikan mendapatkan

iii

keberkahan dari Allah dan semoga Allah membalas serta melipatgandakan
pahala kebaikan kepada Ibu dan Bapak dosen sekalian.
5. Kepala Sekolah SD Dharma Karya UT, Drs. Warjoko, M.M., dan Wakil
Kepala Sekolah, Dra. Endah Suwarni, yang telah mengizinkan dan
membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian.
6. Wali Kelas II.3 dan II.4 SD Dharma karya UT, Dra. Endah Afianti dan
Dra. Lili Muliawati, M.M., yang telah memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk melaksanakan kegiatan penelitian.

7. Teruntuk kedua orang tua peneliti yang telah memberikan dukungan moril
maupun materil yang tak tergantikan, serta senantiasa mendoakan
kebaikan bagi peneliti. Semoga peneliti dapat membanggakan mereka di
dunia dan di akhirat kelak dan semoga Allah membalas jasa mereka serta
melipatgandakan pahala bagi mereka. Aamiin.
8. Teruntuk teman-teman seperjuangan PGMI-2011, khususnya Icha
Khairunnisa, Femmy Rahayu, Husnul, Wiwin, dan teman-teman lainnya
yang telah melewati masa-masa perjuangan dan pengorbanan bersama
peneliti. Semoga kita bertemu kembali di gerbang kesuksessan. Aamiin.
9. Sahabat dan kerabat spesial peneliti Mega Fahrizah, Edah Ajizah, Rizka
Arindhani, Chairunnisa, Dede Nurlaila, dan Nurhasanah yang telah banyak
memberikan masukan dan motivasi serta mendoakan kebaikan bagi
peneliti. Semoga Allah balas dengan pahala setimpal. Aamiin.
10. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu yang telah
membantu

peneliti

dalam


meyelesaikan

penulisan

skripsis

ini.

Jazaakumullahu khoiron.
Peneliti menyadari bahwa skrispi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk
itu peneliti sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dalam
upaya perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat terutama bagi para pembaca.
Jakarta, 1 Oktober 2015
Hafizah Nadia

iv

DAFTAR ISI


ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 3
C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 3
D. Perumusan Masalah ......................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik ............................................................................. 6
1. Hakikat Metode Pembelajaran .................................................... 6
a. Pengertian Metode Pembelajaran ......................................... 6
b. Kedudukan Metode Pembelajaran ........................................ 7
c. Metode Mendongeng sebagai Strategi Pembelajaran ........... 9

2. Hakikat Keterampilan Menyimak ............................................... 13
3. Hakikat Dongeng ........................................................................ 17
B. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................... 21
C. Kerangka Berpikir ............................................................................. 23
D. Hipotesis Penelitian........................................................................... 24
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 25
B. Metode dan Desain Penelitian........................................................... 25
v

C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 27
E. Kontrol terhadap Validitas Internal .................................................. 30
F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 31
G. Hipotesis Statistik ............................................................................. 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah .................................................................................. 34
B. Deskripsi Data dan Kegiatan Penelitian .......................................... 38
C. Pengujian Persyaratan Analisis Data................................................ 55
D. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 58

E. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 59
F. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................................... 61
B. Saran ................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 63

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Rancangan Desain Penelitian ......................................................... 26

Tabel 3.2

Indikator Penilaian Menceritakan Kembali Isi Dongeng ............... 29

Tabel 3.3

Kriteria Instrumen Penilaian Menceritakan Kembali Isi dongeng .. 29

Tabel 4.1 Jumlah Siswa ................................................................................... 35
Tabel 4.2 Jumlah Guru .................................................................................... 36
Tabel 4.3

Sarana dan Prasarana ....................................................................... 36

Tabel 4.4

Data Hasil Pretest Kelas II.3 .......................................................... 38

Tabel 4.5

Daftar Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelas II.3 ...... 39

Tabel 4.6

Data Hasil Pretest Kelas II.4 .......................................................... 41

Tabel 4.7

Daftar Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelas II.4 ...... 42

Tabel 4.8

Rangkuman Data Statistik Nilai Pretest Menyimak Dongeng
Kelas II.3 dan II.4 ........................................................................... 43

Tabel 4.9

Data Hasil Posttest Siswa Kelas Eksperimen.................................. 49

Tabel 4.10 Daftar Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest
Kelas Eksperimen ........................................................................... 50
Tabel 4.11 Data Hasil Posttest Kelas Kontrol .................................................. 52
Tabel 4.12 Daftar Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest
Kelas Kontrol.. ................................................................................. 53
Tabel 4.13 Rangkuman Data Statistik Nilai Posttest Menyimak Dongeng

vii

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................................ 54
Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Pretest ......................................................... 55
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Posttest ........................................................ 56
Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Pretest ...................................................... 57
Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Posttest ..................................................... 57
Tabel 4.18 Hasil Uji Hipotesis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............. 58

viii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-rata Pretest Kelas II.3 ..................................... 40
Gambar 4.2 Grafik Nilai Rata-rata Pretest Kelas II.4 ..................................... 42
Gambar 4.3 Proses Kegiatan Mengajar dengan Metode Mendongeng ........... 46
Gambar 4.4 Kegiatan Belajar Siswa dengan Metode Mendongeng ................ 47
Gambar 4.5 Grafik Nilai Rata-rata Posttest Kelas Ekperimen ....................... 51
Gambar 4.6 Grafik Nilai Rata-rata Posttest Kelas Kotrol ............................... 53

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertama Kelas Eksperimen
Lampiran 2 : Teks Cerita Dongeng “Koala Tak Malas Lagi”
Lampiran 3 : Lembar Kerja Siswa Pertemuan Pertama Kelas Eksperimen
Lampiran 4 : Lembar Evaluasi Siswa Pertemuan Pertama Kelas Eksperimen
Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kedua Kelas Eksperimen
Lampiran 6 : Teks Cerita Dongeng “Singa dan Tikus”
Lampiran 7 : Lembar Kerja Siswa Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen
Lampiran 8 : Lembar Evaluasi Siswa Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen
Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertama Kelas Kontrol
Lampiran 10 : Lembar Kerja Siswa Pertemuan Pertama Kelas Kontrol
Lampiran 11 : Lembar Evaluasi Siswa Pertemuan Pertama Kelas Kontrol
Lampiran 12 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kedua Kelas Kontrol
Lampiran 13 : Lembar Kerja Siswa Pertemuan Kedua Kelas Kontrol
Lampiran 14 : Lembar Evaluasi Siswa Pertemuan Kedua Kelas Kontrol
Lampiran 15 : Teks Cerita Dongeng Pretest “Si Keledai Ingin Berguna”
Lampiran 16 : Teks Cerita Dongeng Posttest “Moncil Si Kera”
Lampiran 17 : Soal Instrumen Pretest Menyimak Dongeng Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Lampiran 18 : Soal Instrumen Posstest Menyimak Dongeng Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol

x

Lampiran 19 : Nilai Pretest Kelas Eksperimen
Lampiran 20 : Nilai Pretest Kelas Kontrol
Lampiran 21 : Nilai Posttest Kelas Eksperimen
Lampiran 22 : Nilai Posttest Kelas Kontrol
Lampiran 23 : Dokumentasi Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol SD Dharma Karya UT
Lampiran 24 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 25 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 26 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

xi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa memiliki peran sentral dalam bidang perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional seorang siswa, serta penunjang bagi
keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi khususnya dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan
untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa agar mampu berkomunikasi
dengan baik dan benar, menguasai keterampilan berbahasa secara lisan
maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya
kesastraan.
Keterampilan menyimak merupakan salah satu dari empat komponen
keterampilan berbahasa yang terdapat pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Keterampilan menyimak merupakan kegiatan berbahasa dalam memahami
bahasa yang dihasilkan orang lain melalui sarana lisan. Keterampilan
menyimak juga merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh
seseorang karena kegiatan berbahasa ini lebih banyak dilaku kan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan menyimak
perlu diberi perhatian secara memadai.
Salah satu kegiatan pembelajaran keterampilan menyimak adalah
pembelajaran menyimak dongeng. Dongeng adalah cerita yang tidak benarbenar terjadi dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal.1 Namun biasanya
di dalam dongeng terkandung pesan-pesan moral yang dapat diteladani.
Beberapa pakar di dalam negeri yang konsen terhadap dunia dongeng seperti
Kak Seto, Kak Agus, Kak Maal, dan Ibu Murti Bunanta juga telah
1

Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2013), Cet.3, h.198

1

2

menjelaskan bahwa di dalam cerita dongeng maupun kegiatan mendongeng
memiliki banyak manfaat bagi perkembangan kecerdasan emosi dan
pengetahuan bagi anak. Selain itu, dongeng juga memiliki daya imajinasi
yang akan menumbuhkan ide dan kreativitas bagi penikmatnya. Oleh karena
itu, materi tentang dongeng sepatutnya mendapatkan perhatian yang memadai
bagi para pendidik khususnya.
Idealnya, pembelajaran menyimak dongeng yang cocok diterapkan
pada anak usia sekolah dasar khususnya di kelas rendah adalah pembelajaran
yang

menarik,

menyenangkan,

atraktif,

ekspresif,

sesuai

dengan

perkembangan karakteristik siswa serta pembelajaran yang dapat menggali
potensi dan menumbuhkan ide kreativitas siswa.
Realitanya, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan wali
kelas II di SD Dharma Karya UT, pembelajaran bahasa Indonesia khususnya
keterampilan menyimak dongeng kurang mendapat perhatian dari guru,
sehingga keterampilan siswa dalam menyimak dongeng dirasa masih cukup
rendah. Pembelajaran menyimak dongeng yang mendominasi para guru
masih bersifat konvensional, yakni sekedar membacakan cerita tanpa
memperhatikan ekspresi, intonasi, mimik dan lain sebagainya, sehingga
pembelajaran berlangsung kurang atraktif dan ekspresif.2 Hal ini akan
berdampak pada kurang termotivasinya siswa dalam menyimak dongeng.
Sedangkan untuk mencapai keberhasilan pembelajaran demi tercapainya
standar kompetensi yang diharapkan, sangat bergantung pada perhatian guru
dan kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan
situasi yang memungkinkan siswa dapat belajar.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru sebagai tenaga pengajar dan
pendidik

diharapkan

mampu

berusaha

meningkatkan

kualitas

profesionalismenya dengan terus mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Salah satunya dengan menguasai metode pembelajaran yang efektif, yakni
metode pembelajaran yang dapat memberikan kesan agar siswa lebih
2

Berdasarkan hasil observasi di kelas II SD Dharma Karya UT Pondok cabe Tangerang
Selatan, yang dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2015.

3

menyenangi pelajaran tersebut sehingga siswa merasa termotivasi untuk dapat
memahami materi yang disampaikan.
Salah satu metode pembelajaran khususnya dalam kegiatan menyimak
dongeng yang digunakan sebagai alternatif dalam mengatasi kelemahan
metode konvensional adalah pembelajaran dengan penggunaan metode
mendongeng. Metode mendongeng diharapkan dapat memberikan kesan
menarik bagi siswa dan memudahkan siswa dalam menyimak dongeng,
sehingga siswa tidak lagi mengalami kesulitan, serta imajinasi siswa akan
tumbuh dan berkembang menjadi sebuah kreativitas.
Berdasarkan

permasalahan yang terjadi, peneliti ingin melakukan

sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Mendongeng terhadap
Keterampilan Menyimak Dongeng pada Siswa Kelas II di SD Dharma
Karya UT, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran
2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka ditemukanlah beberapa
identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Guru kurang memperhatikan keterampilan menyimak dongeng.
2. Keterampilan menyimak dongeng siswa masih cukup rendah.
3. Pembelajaran menyimak dongeng masih bersifat konvensional, yakni
hanya berupa pembacaan teks cerita tanpa adanya ekspresi, intonasi
dan mimik.
4. Motivasi siswa dalam menyimak dongeng masih rendah.
5. Kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran dan menciptakan
metode pembelajaran yang efektif masih cukup rendah.
6. Metode mendongeng dapat digunakan dalam pembelajaran menyimak
dongeng.

4

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
maka penelitian ini dibatasi pada masalah:
1. Keterampilan menyimak dongeng siswa masih cukup rendah.
2. Metode mendongeng dapat digunakan dalam pembelajaran menyimak
dongeng.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh metode mendongeng
terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II di SD Dharma
Karya UT, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, tahun pelajaran 2014/2015?”

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh metode

mendongeng terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II
di SD Dharma Karya UT, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, tahun pelajaran
2014/2015.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, manfaat
penelitian secara teoretis diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan bagi bidang pendidikan mengenai metode pembelajaran dalam
menyimak dongeng, sehingga mampu memperbaiki dan melengkapi
pelaksanaan keterampilan pembelajaran.

5

2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat langsung
bagi sekolah, guru dan siswa yaitu:
a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam
meningkatkan

mutu

pembelajaran

khususnya

pembelajaran

keterampilan menyimak dongeng pada pelajaran bahasa Indonesia.
b. Bagi guru, sebagai referensi dalam menemukan metode yang tepat
untuk meningkatkan keterampilan menyimak dongeng.
c. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan
keterampilan menyimak dongeng, meningkatkan motivasi dalam
belajar, serta dapat meningkatan imajinasi yang akan berkembang
menjadi sebuah kreativitas.

6

BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskriptif Teoretik
1. Hakikat Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran salah satu komponen pembelajaran yang
perlu diperhatikan adalah metode pembelajaran. Karena penggunaan metode
pembelajaran yang efektif, akan memudahkan guru dan siswa dalam
melakukan kegiatan pembelajaran.
Metode secara harfiah berarti „cara‟ atau dalam pemakaian yang
umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedural yang dipakai
untuk mencapai tujuan tertentu.3Jadi metode mengajar adalah cara-cara
menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan.
Menurut

Sanjaya,

“Metode

merupakan

upaya

atau

cara

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal”.4 Dalam pengertian
lain, “Metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan
penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan
didasarkan atas suatu approach”.5 Sedangkan Menurut Rusyan, “Metode

3

Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran
Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama,
2009), Cet.3, h.55
4
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008),
h.187
5
Mulijanto Sumardi, Metode Pengajaran Bahasa Asing. (Jakarta: Universitas Islam Negeri
Jakarta, 1971), h.14

7

pembelajaran adalah strategi pembelajaran sebagai alat untuk mencapai
tujuan yang diharapkan”.6
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran adalah segala sesuatu upaya atau cara prosedural
yang dilakukan agar proses kegiatan pembelajaran berjalan secara efektif
dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b. Kedudukan Metode Pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur
manusiawi

adalah

suatu

proses

dalam

rangka

mencapai

tujuan

pembelajaran. Salah satu hal yang seharusnya menjadi perhatian seorang
guru adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu
komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar
mengajar. Djamarah mengungkapkan beberapa kedudukan metode dalam
pembelajaran, yakni: “(1) metode sebagai alat motivasi ekstrinsik; (2)
metode sebagai strategi pengajaran; dan (3) metode sebagai alat utuk
mencapai tujuan”.7 Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Metode Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik.
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati
peranan yang tidak kalah petingnya dari komponen lainnya dalam
kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar
yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami
benar kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan
belajar mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman dalam
Djamarah adalah “motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

6

Tabrani Rusyan, Membangun Guru Berkualitas, (Jakarta: PT. Pustaka Dinamika, 2012),

7

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006),

h.80
h.73

8

adanya perangsang dari luar”.8 Karena itu, metode berfungsi sebagai alat
perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
2. Metode Sebagai Strategi Pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua siswa mampu
berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap setiap siswa
terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat,
ada

yang

sedang,

dan

ada

yang

lambat.

Faktor

intelegensi

mempengaruhi daya serap siswa terhadap bahan pelajaran yang
diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan siswa terhadap bahan
pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang
bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.
3. Metode Sebagai Alat Untuk Mencapai Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana
kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Metode adalah pelicin jalan
pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan siswa memiliki
keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus sesuai
dengan tujuan. Antara metode dan tujuan seharusnya tidak bertolak
belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan
pengajaran.
Berdasarkan pemaparan di atas maka metode yang yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode sebagai strategi pengajaran, karena
setiap siswa memiliki daya serap yang berbeda dalam memahami pelajaran
dan guru harus memiliki strategi dalam pembelajaran agar siswa dapat
belajar secara efektif dan efisien.

8

Ibid., h.

9

c. Metode Mendongeng sebagai Strategi Pengajaran
1) Pengertian Metode Mendongeng
Mendongeng

adalah

bertutur

dengan

intonasi

yang

jelas,

menceritakan sesuatu hal yang berkesan, menarik, punya nilai-nilai khusus
serta punya tujuan khusus.9 Menurut Caroline dalam Nurulfalah,
“Storytelling atau mendongeng adalah seseorang yang mempersiapkan
sebuah dongeng yang ditampilkan kepada penonton, penonton di sini
terutama anak-anak”.10
Mendongeng atau dalam bahasa inggris disebut sebagai storytelling,
mempunyai perbedaan dan persamaan dengan kegiatan bercerita. Adapun
bercerita atau cerita yang dalam bahasa arab disebut sebagai qashash, yakni
suatu seni dalam menyampaikan ilmu, pesan, nasehat, baik lisan maupun
tulisan kepada orang lain yang sebagian besar bahannya berdasarkan fakta.11
Oleh karena itu, cerita yang digunakan dalam kegiatan bercerita harus
berdasarkan dari sumber yang dapat dipercaya tentang kebenarannya.
Seperti kisah para Nabi, kisah para Khalifah, kisah para Sahabat dan kisahkisah yang diambil dari Al-Qur‟an dan Hadist.
Sejalan dengan hal itu, Rahayu menambahkan, “Bercerita dikatakan
sebagai menuturkan, yaitu menyampaikan gambaran atau deskripsi tentang
kejadian tertentu. Artinya bercerita merupakan kegiatan mendeskripsikan
pengalaman atau kejadian yang telah dialamainya”.12
Berdasarkan
mendongeng

dan

pemaparan
bercerita

di

atas

memiliki

dapat

disimpulkan

persamaan

dan

bahwa

perbedaan.

Perbedaannya terletak pada cerita atau kisah yang disampaikan. Adapun
kisah yang disampaikan dalam bercerita biasanya adalah cerita fakta atau
9

Muhammad Abdul Latif, Mendongeng Mudah & Menyenangkan: Aplikasi Penerapan
dalam Mendukung Pembelajaran, (Jakarta: Luxima, 2014), h. 3
10
Yuyun Nurfalah, dkk., Strategi Pembelajaran Kelompok Bermain Melalui Metode
Mendongeng, (Bandung : Depdiknas Direktorat Jenderal Pandidikan Luar Sekolah, 2007), h. 34
11
Muhammad Abdul Latif, The Miracle of Story Telling, Cet.1, (Jakarta: Zikrul Hakim,
2012), h. 52
12
Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Kegiatan Bercerita,
(Jakarta: PT Index, 2013), Cet.1, h. 80

10

benar-benar terjadi. Sedangkan kisah yang dibawakan dalam mendongeng
adalah kisah-kisah khayalan atau tidak benar-benar terjadi. Namun,
mendongeng

dan

bercerita

mempunyai

tujuan

yang

sama,

yaitu

menyampaikan pesan-pesan moral yang terkandung dalam sebuah cerita
yang dituturkan tanpa berkesan menggurui atau memaksakan pendapat.

2) Hal-hal yang Perlu diperhatikan Saat Mendongeng
Seorang pencerita atau pendongeng yang baik, akan menyebarkan
ruh yang baru yang kuat dalam menampakkan gambaran yang hidup
dihadapan para pendengar. Memberikan potret yang jelas dan menarik,
intonasi, gerakan-gerakan, dan emosi cerita. Karena pada dasarnya sebuah
karya sastra memiliki emosi dan kehidupan. Oleh karena itu, seorang
pendongeng harus berusaha seolah-olah dapat menghidupkan setiap tokoh
dengan karakter seperti yang dituntut dalam cerita.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pendongeng
ketika mendongeng sebagaimana dikatakan oleh Agus DS, yaitu:
(1) Pola dan irama bicara. Pola dan irama saat mendongeng haruslah
benar-benar jelas sehingga bisa ditangkap dan dipahami anak
dengan mudah.
(2) Jarak dengan audience perlu diperhatikan. Jangan terlalu dekat
ataupun terlalu jauh.
(3) Gerak dan sikap tubuh. Gerak dan sikap tubuh merupakan hal
yang penting dalam mengkomunikasikan atau menunjukkan
emosi, sehingga seorang pendongeng harus menjaga sikap
sewajar mungkin dan menjaga gerak tubuh agar disukai anakanak.

11

(4) Kontak mata. Aturlah dan usahakan agar pandangan mata terbagi
rata, tidak melulu memandang satu sudut yang kita suka, agar
penyimak merasa dihargai.
(5) Suara saat bicara. Bunyi yang mengkomunikasikan emosi (nada,
intensitas,

dan

memperdengarkan

kekerasan

nada

bunyi-bunyian

saat

lain,

bicara)

misalnya

atau
bersiul,

bersenandung, membuat suara berisik, dan lain-lain. Semua hal
tersebut pada dasarnya sama penting. Oleh karena itu, seorang
pendongeng harus konsisten dalam memperdengarkan bunyibunyian tersebut ketika mendongeng.
(6) Penampilan. Berpenampilanlah secara wajar, tidak berlebihan
saat menggunakan kostum dan make up.13
Sedangkan menurut Abdul Majid, ada sembilan hal yang perlu
diperhatikan oleh seorang guru atau pendongeng dalam penyampaian cerita,
yakni (1) tempat bercerita; (2) posisi duduk; (3) bahasa cerita; (4) intonasi
guru; (5) pemunculan tokoh-tokoh; (6) penampakan emosi; (7) peniruan
suara; (8) penguasaan terhadap murid yang tidak serius; dan (9)
menghindari ucapan spontan.14
Berdasarkan uraian tersebut, maka seorang pendongeng dalam hal
ini seorang guru pada pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya
memperhatikan hal-hal tersebut di atas. Selain itu, hendaknya seorang guru
dongeng juga berperan sebagai pendorong atau motivator sehingga rasa
ingin tahu tentang apa yang dipelajari siswa meningkat dan berkembang.

13

Agus DS, Mendongeng Bareng Ka Agus DS Yuk, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), h. 124-

127
14

Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), h. 47-54

12

3) Langkah-Langkah Metode Mendongeng
Menurut Abdul Majid ada 3 langkah dasar bercerita bagi guru
dongeng, yaitu:
(1) Pemilihan cerita, pemilihan cerita yang tepat akan sangat
mempengaruhi suasana penyampaian cerita. Hal yang dapat
dijadikan acuan dalam memilih cerita adalah situasi dan kondisi
siswa.
(2) Persiapan sebelum masuk kelas, mengolah cerita sekaligus
mempersiapkannya sebelum pelajaran dimulai, akan membantu
guru dalam menyampaikan cerita dengan mudah. Sebelum
bercerita dikelas, Guru sebaiknya telah memikirkan, merancang
gambaran alur cerita secara jelas, dan menyiapkan kalimatkalimat yang akan disampaikannya.
(3) Perhatikan posisi duduk siswa, posisi duduk yang baik bagi para
siswa

dalam

mendengarkan

cerita

adalah

berkumpul

mengelilingi guru dengan posisi setengah lingkaran atau
mendekati lingkaran. Hal ini akan membantu pendengaran siswa
dalam menyimak suara guru dan memperhatikan gerakangerakan guru dengan jelas.15
Menurut Wiyani dan Barnawi, langkah-langkah dalam bercerita
adalah sebagai berikut:
(1) Menetapkan tujuan dan tema cerita. Tujuan dan tema cerita
ditetapkan terlebih dahulu guna memudahkan guru dalam
menyampaikan cerita.
(2) Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih. Bercerita dapat
dilakukan dengan membaca langsung dari buku, menggunakan
gambar-gambar,
sebagainya.

15

Ibid., h. 30-34

menggunakan

papan

flanel,

dan

lain

13

(3) Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan
bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.
(4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita yang
terdiri dari:
a) Menyampaikan tujuan dan tema cerita;
b) Mengatur tempat duduk;
c) Melaksanakan kegiatan pembukaan;
d) Mengembangkan cerita;
e) Menetapkan teknik bertutur; dan
f) Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita;
(5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita.16

2. Hakikat Keterampilan Menyimak
a. Pengertian Keterampilan Menyimak
Dalam melakukan sesuatu hal diperlukan sebuah keterampilan.
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan dan daya yang dimiliki
seseorang. Seperti yang dikatakan oleh Munandar, “Kemampuan merupakan
daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan
latihan”.17 Keterampilan merupakan sebuah proses atau upaya yang perlu
dilatih agar dapat memiliki hasil yang baik, sehingga bermanfaat bagi
dirinya dan orang lain.
Keterampilan yang berhubungan dengan berbahasa, terdiri atas
empat komponen, yaitu: (1) keterampilan menyimak (listening skills); (2)
keterampilan berbicara (speaking skills); (3) keterampilan membaca
(reading skills); dan (4) keterampilan menulis (writting skills)”.18
Keterampilan tersebut memiliki hubungan yang erat antar satu dengan yang
lainnya. Bahkan dikatakan sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat
16

Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Format Paud, (Jakarta: Ar-ruzz Media, 2012), Cet.1,

h. 130
17

S.C Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: Penuntun
Bagi Para Guru dan Orang Tua, (Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999), Cet.3, h. 17
18
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2013), h. 2

14

dipisahkan. Setiap keterampilan erat pula hubungannya dengan prosesproses berfikir yang mendasari bahasa seseorang. Semakin terampil
berbahasa seseorang, semakin baik pula jalan pikirannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang lebih banyak melakukan
aktivitas menyimak daripada kegiatan berbahasa lainnya. Kegiatan
menyimak juga merupakan aktivitas atau kegiatan yang paling awal
dilakukan oleh anak manusia dalam proses pemerolehan keterampilan
berbahasa. Sebelum anak dapat berbicara, membaca, dan menulis, kegiatan
atau aktivitas menyimaklah yang pertama dilakukan. Sehingga pada
umumnya pemerolehan keterampilan berbahasa dimulai dari menyimak,
berbicara, membaca, dan terakhir menulis. Untuk itu, keterampilan
menyimak merupakan hal yang paling mendasar yang harus dikuasai oleh
seseorang dalam upaya belajar berbahasa dan berkomunikasi dengan
manusia lainya.
Menyimak menurut Tarigan adalah “Suatu proses kegiatan
mendengarkan

lambang-lambang

lisan

dengan

penuh

perhatian,

pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.”19 Sejalan
dengan hal itu, Djago Tarigan menambahkan bahwa menyimak adalah
“Suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan, mengidentifikasi,
menginterpretasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil interpretasi makna
dan menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana bahasa tersebut”.20
Berdasarkan hal tersebut, maka pada hakikatnya menyimak adalah
mendengarkan dan memahami isi informasi yang diperoleh dari sarana
lisan.

19

Ibid., h. 31
Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2003), Cet.10, h. 2.7
20

15

b. Peranan dan Tujuan Menyimak
Menyimak memiliki peranan dan tujuan sangat penting bagi
kehidupan berkomunikasi manusia. Seperti yang dikatakan oleh Saddhono
bahwa, “Peranan menyimak adalah untuk (1) menunjang landasan belajar
berbahasa; (2) penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis;
(3) pelancar komunikasi lisan; dan (4) penambah informasi”.21
Sejalan

dengan

hal

itu,

Djago

Tarigan

dalam

Saddhono

mengemukakan bahwa tujuan menyimak adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan fakta dengan cara mendengarkan radio,
televisi, menyampaikan makalah, percakapan, dan sebagainya;
b. Untuk menganalisis fakta yang berlangsung secara konsisten
dari saat ke saat selama proses menyimak berlangsung.
Bagaimana kaitan antar unsur fakta,sebab dan akibat yang
terkandung di dalamnya. Bahan siamakan harus dikaitakan
dengan pengetahuan dan pengalaman penyimak.
c. Untuk mengevaluasi fakta yang disampaiakn oleh pembicara.
Sejjumlah pertanyaan perlu disertakan dalam aktivitas ini;
benarkah fajta yang diajukan, relevankah fakta yang
dikemukakan, serta akuratkah fakta yang disampaiakan?;
d. Untuk mendapatkan inspirasi dari pembicara orang lain. Dalam
hal ini penyimak ingin mendapatkan dorongan, suntikan,
semangat, sugesti yang bermanfaat;
e. Untuk mengibur diri bagi orang-orang yang lelah, letih, jenuh.
Mereka perlu penyegaran fisik dan mental misalnya
mendengarkan lawak, banyolan, dan sebagainya;
f. Untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Dalam hal ini
penyimak memperhatikan cara mengorganisasikan bahan, cara
penyampaian bahan, cara menggunakan alat bantu, dan cara
simulasi mengakhiri pembicaraan.22
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan menyimak pada penelitian
ini adalah meyimak untuk mendapatkan dorongan, suntikan, semangat dan
sugesti yang bermanfaat bagi penyimak. Karena pada dasarnya seorang
anak usia sekolah dasar masih sangat membutuhkan stimulus-stimulus agar

21

Kundharu Saddhono, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: CV.
Karya Putra Darwati, 2012), Cet.1, h. 13
22
Ibid., h. 14-15

16

dapat berprilaku baik dan berbudi pekerti yang luhur. Salah satunya dengan
menyimak dongeng.

c. Jenis-Jenis Menyimak
Menurut Tarigan, menyimak berdasarkan cara penyimakan terbagi
menjadi dua, yakni menyimak ekstensif dan menyimak intensif.
1. Menyimak ekstensif adalah penyimak memahami isi simakan secara
sepintas, lebih umum dan lebih bebas dari suatu ujaran. Misalnya
menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik/apresiatif,
dan menyimak pasif.
2.

Menyimak intensif adalah penyimak memahami isi simakan secara
terinci, teliti, cermat, dan mendalam terhadap bahan yang
disimaknya. Misalnya menyimak interogatif, menyimak selektif, dan
menyimak kritis.23
Sedangkan menurut Logan dalam Saddhono, jenis-jenis menyimak

dibedakan sebagai berikut:
1.

Menyimak untuk belajar. Artinya penyimak mempelajari berbagai
hal yang perlu dipelajari. Misalnya menyimak pelajaran atau
perkuliahan.

2.

Menyimak untuk menghibur. Penyimak mendapatkan hiburan dari
bahan simakan tersebut. Misalnya menyimak lawakan, cerita, drama
dan sebagainya.

3.

Menyimak untuk menilai. Penyimak memperhatikan dan memahami
bahan simakan, kemudian menelaah, mengkaji, menguji, serta
membandingkan dengan pengetahuan dan pengalamannya.

23

Ibid., h. 17-18

17

4.

Menyimak apresiatif. Penyimak memahami, menghayati, dan
mengapresiasi isi simakan, misalnya menyimak puisi, cerita,
sandiwara, dan sebagainya.

5.

Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan. Penyimak
memahami, merasakan ide, gagasan, perasaan pembicara sehingga
terjalin sambung rasa antara penyimak dan pembicara.

6.

Menyimak deskriminatif. Penyimak ingin membedakan bunyi suara.

7.

Menyimak pemecahan masalah. Penyimak memperhatikan dan
memahami pemecahan masalah yang disampaikan oleh pembicara.24
Dari jenis-jenis menyimak yang telah dipaparkan, maka jenis

menyimak yang sesuai dengan pembelajaran menyimak cerita dongeng
adalah menyimak ekstensif dan apresiatif.

3. Hakikat Dongeng
a. Pengertian Dongeng
Dongeng berasal dari berbagai kelompok etnis, masyarakat, atau
daerah tertentu di berbagai belahan dunia, baik yang berasal dari tradisi
lisan maupun tertulis. Dongeng merupakan salah satu genre cerita anak yang
dikategorikan sebagai salah satu cerita fantasi. Selain itu, pada umumnya
dongeng tidak terikat oleh waktu dan tempat. Ketidakjelasan latar tersebut
dapat memberikan kebebasan anak untuk mengembangkan daya fantasinya
kemana pun dan kapan pun mau dibawa.
Dongeng menurut Nurgiyantoro dipahami sebagai cerita yang tidak
benar-benar terjadi dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal. Dari
sudut pandang ini, ia dapat dipandang sebagai cerita fantasi, cerita yang

24

Ibid., h.18-19

18

mengikuti daya fantasi walau terkesan aneh-aneh dan secara logika
sebenarnya tidak dapat diterima.25
Sejalan dengan hal itu, dongeng menurut Bunata adalah “Cerita yang
khusus yaitu mengenai manusia atau binatang. Ceritanya tidak dianggap
benar-benar terjadi, walaupun ada banyak yang melukiskan kebenaran atau
berisikan moral”.26 Lebih lanjut Kurniawan menambahkan bahwa,
“Dongeng adalah dunia dalam kata, kehidupan yang dilukiskan dengan
kata-kata. Dunia yang berisi cerita yang menakjubkan mengenai dunia
binatang, kerajaan, benda-benda bahkan roh-roh, dan raksasa”.27
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dongeng
adalah cerita fantasi atau khayalan yang bersifat imajinatif dan terkadang
kurang masuk akal dengan menampilkan situasi dan para tokoh yang luar
biasa atau menakjubkan.

b. Manfaat Dongeng Bagi Anak
Bagi anak-anak, cerita tidak sekedar memberi manfaat emosional
tetapi juga membantu pertumbuhan mereka dalam berbagai aspek. Oleh
karena itu perlu diyakini bahwa bercerita merupakan aktivitas penting dan
tak terpisahkan dalam program pendidikan anak.
Ditinjau dari berbagai aspek, manfaat cerita bagi anak menurut
Shibuddin dkk meliputi:
1. membantu pembentukan pribadi dan moral anak;
2. menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi;
3. memacu kemampuan verbal anak;
4. merangsang minat menulis anak;
25

Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia anak, (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2013), Cet.3, h.198
26
Murti Bunanta, Buku, Mendongeng dan Minat Membaca, (Jakarta: KPBA, 2008), Cet.2,
h. 32
27
Heru Kurniawan, Keajaiban Mendongeng, (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2013),
h.71

19

5. merangsang minat membaca; dan
6. membuka cakrawala pengetahuan anak.28
Lebih lanjut, Nurgiyantoro menambahkan bahwa kemunculan
dongeng yang termasuk bagian dari cerita rakyat, selain berfungsi memberi
hiburan, dongeng juga berfungsi sebagai sarana untuk mewariskan nilainilai yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat pada waktu itu. Karena
memiliki misi tersebut, maka dongeng mengandung ajaran moral. 29 Cerita
dalam dongeng sering mengisahkan penderitaan tokoh, namun karena
kejujuran dan ketangguhannya, tokoh tersebut mendapat imbalan yang
menyenangkan. Sebaliknya, tokoh yang jahat pasti mendapat hukuman.
Oleh karena itu, moral yang terdapat dalam dongeng dapat berwujud
peringatan atau sindiran.

c. Jenis-Jenis Dongeng
Menurut Nurgiantoro, jika dilihat dari waktu kemunculannya
dongeng dapat dibedakan ke dalam dongeng klasik dan dongeng modern.30
Dongeng klasik termasuk kedalam sastra tradisional (traditional literarure),
yakni cerita dongeng yang muncul sejak zaman dahulu yang telah
diwariskan secara turun temurun lewat tradisi lisan. Pada umumnya tidak
dikenal pengarang dan waktu pembuatannya. Namun dewasa ini dongeng
klasik dapat dengan mudah ditemukan di penjuru tanah air dan dunia karena
banyak dongeng-dongeng klasik yang telah diterbitakan dalam bentuk buku.
Contoh dongeng klasik dari tanah air seperti Timun Emas, Bawang Putih
dan Bawang Merah, dan lain sebagainya.
Sedangkan dongeng modern adalah cerita fantasi modern (modern
fantasy stories). Jadi, ia dapat dikategorikan sebagai genre cerita fantasi.
Sebagai sebuah dongeng modern, cerita-cerita itu sengaja dikreasikan
28

Sihabudin, dkk., Paket 8-14 Bahasa Indonesia 2, (Surabaya: Learning Assistance
Program for Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah , 2009), Cet.1, h. 13-15
29
Nurgiyantoro, Op.cit., h. 200
30
Ibid., h. 201

20

pengarang yang mencatumkan namanya. Selain dimaksudkan untuk
memberikan cerita menarik dan ajaran moral tertentu, dongeng modern juga
memiliki

unsur-unsur keindahan,

yang antara lain dicapai

lewat

kemenarikan cerita, penokohan, pengaluran dan stile. Misalnya seperti cerita
Harry Potter, Lord of the Ring dan lain sebagainya. Cerita dari tanah air
seperti Hilangnya Ayam Bertelur Emas, Putri Berwajah Buruk dan lain
sebagainya.
Walaupun berupa karya sastra modern, sebagai sebuah dongeng,
karya-karya fantasi modern tersebut masih menampilkan pola-pola naratif
cerita rakyat. Misalnya, adanya motif ganjaran bagi tokoh yang berkarter
baik dan hukuman bagi yang jahat, motif pembuktian identitas, motif
larangan, pemakaian kata-kata pembuka dan penutup yang konvensional,
dan lain sebagainya.
Lebih lanjut Anti Aarne dan Stith Thompson dalam Agus DS,
mengelompokkan dongeng ke dalam empat golongan besar, yaitu:
(1) Dongeng binatang, dongeng yang ditokohi oleh binatang liar. Tokoh
binatang ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. Semua
tokoh biasanya mempunyai sifat cerdik, licik, dan jenaka. Seperti: Si
Kancil,
(2) Dongeng biasa, dongeng yang ditokohi oleh manusia. Biasanya
mengisahkan kisah suka duka seseorang. Seperti: Ande-ande Lumut,
Sang kuriang, Joko Tarub.
(3) Lelucon atau anekdot, dongeng yang dapat menimbulkan tawa ataupun
rasa sakit hati.
(4) Dongeng Berumus, dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan.
Dongeng ini terbagi menjadi tiga macam, yakni dongeng bertimbun

21

banyak, dongeng untuk mempermainkan orang, dan dongeng yang tidak
mempunyai akhir.31
Dalam penelitian ini, cerita dongeng yang akan peneliti terapkan
adalah dongeng binatang yang latar dan gaya bahasanya disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan anak masa kini. Hal ini dimaksudkan memudahkan
bagi peneliti untuk memandu atau mendidik siswa yang hidup di zaman ini.

B. Hasil Penelitian yang Relevan
Siti Rohma Amelya, melakukan penelitian pada tahun 2013 dengan
judul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Melalui Media
Realistik Panggung Boneka Siswa Kelas II A SDN Pamulang Permai”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan menyimak
siswa dapat meningkat dengan menggunakan media realistik panggung
boneka sebagai alat bantu pembelajarannya. Hal ini terlihat dari hasil
kemampuan menceritakan kembali siswa yang meningkat dari rata-rata 74,8
pada siklus I menjadi 81,4 pada siklus II. Artinya hasil kemampuan
bercerita kembali siswa meningkat sebesar 8,1% dan ketuntasan kelas
meningkat dari 75% pada siklus I menjadi 88% pada siklus II.
Ada beberapa perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan
penelitian yang dilakukan oleh Siti Rohma Amelya. Yakni, metode
penelitian yang dilakukan Siti Rohma Amelya adalah penelitian action
research atau PTK.
eksperiment.

Sedangkan peneiliti mengunakan metode quasi

Penelitian Siti Rohma Amelya juga memfokuskan

penelitiannya pada penggunaan media panggung boneka untuk meningkatan
keterampilan menyimak dongeng. Sedangkan fokus penelitian peneliti
adalah pada penerapan metode mendongeng.

31

Agus DS, Op.cit., h. 12-13

22

Hotimah, melakukan penelitain pada tahun 2013 dengan skripsi
berjudul

“Peningkatan

Keterampilan

Berbicara

Melalui

Metode

Mendongeng pada Siswa Kelas II MI Nurul Falah Jakarta Selatan‟.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan berbicara
siswa dapat meningkat melalui metode mendongeng. Hal ini dapat terlihat
dari adanya peningkatan persentase nilai rata-rata keterampilan berbicara
siswa dari hasil posttes siklus I dan siklus II. Persent

Dokumen yang terkait

Peningkatan keterampilan menulis karangan dengan penerapan metode permainan susun gambar dalam pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang Tangerang Selatan

3 24 93

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Pengaruh penerapan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) terhadap keterampilan membaca pemahaman dongeng pada siswa kelas V SD Putra Jaya Depok Tahun pelajaran 2013/2014

2 12 154

Upaya meningkatkan keterampilan menyimak metode bermain peran pada siswa kelas III MI Muhammadiyah 02 Depok

1 6 93

Pengaruh penggunaan media gambar terhadap keterampilan menulis puisi pada siswa kelas V di SDIT Az-Zahra Pondok Petir Sawangan Depok Tahun pelajaran 2013/2014

1 10 132

Pengaruh metode mendongeng terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II di SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Tangerang Selatan tahun pelajaran 2014/2015

2 9 152

Pengaruh penggunaan media audio visual Terhadap peningkatan keterampilan menulis puisi siswa kelas IX MTS Jabal Nur Cipondoh Tangerang Tahun pelajaran 2014/2015

3 14 115

Pengaruh Metode Index Card Match dalam pembelajaran PAI terhadap prestasi belajar siswa SMP Dharma Karya UT Tangerang Selatan

2 10 189

Minat siswa terhadap pembelajaran bahasa indonesia kelas viii di SMP Al Amanah Desa Bakti Jaya Kecamatan Setu Tangerang Selatan Banten tahun pelajaran 2014/2015

0 15 130

Campur kode dalam karangan siswa kelas III SD Negeri Kereo 02 Tangerang tahun pelajaran 2014/2015

0 20 121