Analisis pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek INdonesia (BEI).

(1)

ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP

PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Oleh :

Ririn Setiorini

NIM : 205081000195

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP

PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Oleh :

Ririn Setiorini

NIM : 205081000195

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Ririn Setiorini 205081000195

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof, Dr. Ahmad Rodoni, MM

Indo Yama Nasarudin, SE, MAB NIP. 196 902 032 001 121 003 NIP. 197 411 272 001 121 002

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2009


(4)

ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Ririn Setiorini 205081000195

Tim Penguji Ujian Skripsi

Penguji I Penguji II

Prof, Dr. Ahmad Rodoni, MM

Indo Yama Nasarudin, SE, MAB NIP. 196 902 032 001 121 003 NIP. 197 411 272 001 121 002

Penguji Ahli

H.M. Arief Mufraini, Lc, M.Si. NIP. 19770122 200312 1 002

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2009


(5)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, tanggal 17 November tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ririn Setiorini, NIM : 205081000195 dengan judul

skripsi “ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP

PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”. Memperlihatkan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 November 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Indo Yama Nasarudin, SE, MAB H.M. Arief Mufraini, Lc, M.Si. Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ririn Setiorini

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 14 Oktober 1986

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Single

Alamat : Jl. Jalak II Rt.003 / 05 No. 52

Kampung Sawah – Ciputat 15413

Phone : +62-21 7426988

Mobile phone : +62-21 98847593 / 081311006417

Email : rien.setiyo@gmail.com FORMAL EDUCATION

1992- 1998 SD Negeri 02 Kampung Sawah

1998- 2001 SLTP Negeri 1 Pamulang

2001- 2004 SMK Negeri 30 Jakarta

2005 – 2009 Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Jurusan Manajemen


(7)

ABSTRAK

The purpose of this research is to analyze how working capital (sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventory turnover ratio, receivable turnover ratio) can give the influence the profitability (Return on total assets ratio) in manufacture company which is listed in the Indonesia Stock Exchange.

Object of this research consist 31 manufacture company which is listed in the Indonesia Stock Exchange. Data of financial statement is using 4 years financial statement, from 2004 until year 2007.

Analysis method which has been used for this research is multi regression analysis method. The result of this research is showed that sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventory turnover ratio, and receivable turnover ratio give influence which is significant to return on total assets ratio.

Key word :


(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengarua modal kerja (sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventory turnover ratio, receivable turnover ratio) memberikan pengaruh terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Objek studi penelitian ini adalah 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan selama 4 tahun, dari tahun 2004 - 2007.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventory turnover ratio,dan receivable turnover ratio memberikan hasil yang signifikan terhadap return on total assets ratio (ROA).

Kata kunci :


(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb. Alhamdulilahi Rabbil’ Alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT pemilik segala sesuatu yang ada dibumi dan langit. Atas berkat rahmat dan ridha-Nya, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk Nabi Muhammad SAW.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh Ujian Program Strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini.

Dengan segenap kerendahan hati, melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua ku tercinta yang telah memberikan dukungan bathin dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Sayang kalian selaluuuu...

2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Pembantu Dekan I (Pudek I) Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen pembimbing I yang telah memberikan masukan dan bimbingan dengan kesabaran dan ketabahanya. Terima kasih atas semua arahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga selesainya skripsi ini.


(10)

4. Indo Yama Nasarudin, SE, MAB, selaku Kepala Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan dan bimbingan dengan kesabaran dan ketabahanya. Terima kasih atas semua arahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga selesainya skripsi ini.

5. Keluargaku tersayang mas An, mama Ucon, No, mb Tutu terimakasih atas dukungan dan kepercayaan semuanya selama ini.. Alim sm Ucon yang sering ngrecokin rin, makasih yak de.. jadi semangat loh..

6. Sahabat-sahabat seperjuangan, Nove, Uni, Lisa, Retno, Kepri Family, senang bisa mengenal kalian, seakan semuanya begitu sempurna dan tak terganti.. Jangan berganti yak kawan.Tetap seperti ini yooo.. Makasiih yaa,, Tetep bersemangat yoo..!!

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmunya selama masa perkuliahan.

8. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi dan Ilmu Soaial, terima kasih atas keramahan dan pelayanannya yang luar biasa. Terima kasih.

9. Terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, bang ijojs, yang dengan sabar nyembuhin komputerku, bang dk yg selalu memberi support, tenang dan damai disana ya bang.. Cipscips yg gak bosen ngasih support, dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa, khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca skripsi ini pada umumnya. Wassalamu’alaikum wr.wb.

Jakarta, Desember 2009


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... v

ABSTRACT... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Modal Kerja... ... 12

1. Pengertian Modal Kerja ... 12


(12)

3. Penentuan Besarnya Modal Kerja... 18

4. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja ... 20

B. Profitabilitas... 26

1. Gross Profit Margin ... 26

2. Net Profit Margin... 26

3. Return On Investment ... 27

4. Return On Equity ... 28

C. Kerangka Pemikiran... 29

D. Hipotesis ... 30

E. Penelitian Sebelumnya... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Ruang Lingkup penelitian ... 34

B. Metode Penentuan Sampel ... 34

C. Metode Pengumpulan Data... 35

D. Metode Analisis Data ... 35

1. Uji Asumsi Klasik ... 35

2. Analisis Koefisien Regresi Berganda ... 38

3. Uji Koefisien Determinasi ... 39

4. Uji F (pengujian secara simultan) ... 39

5. Uji T (pengujian secara Parsial)... 40


(13)

BAB IV PEMBAHASAN... 44

A. Gambaran Umum Objek Penenlitian... 44

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)... 44

2. Nama Perusahaan Sektor Industri Manufaktur ... 48

B. Analisis dan Pembahasan ... 57

1. Analisis Deskritif ... 57

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 67

a. Hasil Uji Normalitas... 67

b. Hasil Uji Heteroskedastisitas... 70

c. Hasil Uji Multikolinieritas ... 72

d. Hasil Uji Autokorelasi ... 72

3. Pengujian Hipotesis... 73

a. Uji Simultan (Uji F)... 73

b. Uji Parsial (Uji T) ... 75

c. Koefisien Determinasi... 80

BAB V KESIMPULAN ... 81

A. Kesimpulan... 81

B. Saran ... 82

C. Implikasi ... 82

D. Keterbatasan Penelitian ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

4.1 Nama Perusahaan Manufaktur 48

4.2 ROA Perusahaan (2004-2007) 58

4.3 Sales Growth Ratio Perusahaan (2004-2007) 60

4.4 Financial Debt Ratio Perusahaan (2004-2007) 61

4.5 Fixed Financial Assets Ratio Perusahaan (2004-2007) 63

4.6 Inventory Turnover Ratio (2004-2007) 64

4.7 Receivable Turnover Ratio (2004-2007) 66

4.8 Uji Normalitas 69

4.9 Uji Multikolinieritas 72

4.10 Uji Autokorelasi 73

4.11 Uji Simultan 73

4.12 Uji Parsial 75

4.13 Koefisien Determinasi 84


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran 29

Gambar 4.1 : Uji Normalitas 68

Gambar 4.2 : Histogram 68


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomo

r Keterangan

Halama n

1 Perhitungan Return on Total Assets Ratio (ROA) (2004-2007) 90

2 Perhitungan Sales Growth Ratio (2004-2007) 91

3 Perhitungan Financial Debt Ratio (2004-2007) 92

4 Perhitungan Fixed Financial Assets Ratio (2004-2007) 93

5 Perhitungan Inventory Turnover Rato (2004-2007) 94

6 Perhitungan Receivable Turnover Ratio (2004-2007) 95

7 Output SPSS 96


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang terus meningkat dewasa ini, juga dengan banyaknya perusahaan sejenis yang muncul membuat persaingan usaha menjadi semakin pesat. Hal ini membuat persoalan manajemen menjadi semakin kompleks. Apalagi dengan kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil, sehingga membuat banyak perusahaan kesulitan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini sangat mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang dianut oleh perusahaan. Tidak jarang perusahaan harus mengubah kebijakan yang dianut demi memperbaiki dan meningkatkan kebijakan yang saat ini dijalankan.

Perusahaan dituntut untuk selalu inisiatif, kreatif, dan inovatif dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam upaya memenangkan pasar dan untuk selalu menyesuaikan diri terhadap segala macam perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang baik kondisi perekonomian, peraturan pemerintah, kondisi konsumen, maupun kondisi pesaing. Oleh sebab itu perusahaan harus tumbuh, berjalan serta membangun manajemennya secara konsepsional dan sistematis melalui pemanfaat sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Salah satu sumber daya yang penting yang dimiliki perusahaan adalah sumber daya keuangan, yaitu modal. Pengertian modal disini memiliki


(18)

arti yang luas meliputi aspek lain yang ada dalam perusahaan untuk mengukur nilai tambah perusahaan.

Menurut Bambang Riyanto (2001:18) yang mengutip pernyataan Bekker yang menerangkan bahwa modal adalah baik yang berupa barang-barang konkrit yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat dineraca sebelah debit, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang tercatat disebelah kredit.

Pengelolaan modal mempunyai peranan yang penting dalam usaha menciptakan laba. Oleh karena itu, masalah yang kompleks menuntut manajer perusahaan tidak hanya memikirkan bagaimana memperoleh dan memilih sumber dana yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba tetapi juga dituntut untuk mengawasi, mengatur, juga mengendalikan masalah penggunaan modal. Dalam hal ini seorang manajer harus mengambil keputusan yang tepat agar perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Salah satunya pengambilan keputusan mengenai modal kerja.

Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali dihadapi oleh perusahaan, karena hampir semua perhatian manajer keuangan ditujukan untuk mengelola modal kerja dan aktiva lancar yang merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva. Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalnya : Untuk memberikan uang muka pembelian bahan mentah, membiayai upah pegawai dan lain-lain, dimana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui


(19)

hasil penjualan produksinya. Begitu pula kemajuan perusahaan akan seiring dengan kebutuhan modal yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya, dimana makin besar suatu perusahaan akan semakin besar pula modal yang dibutuhkannya dan tidak mungkin dapat dipenuhi oleh perusahaan sendiri tanpa ada bantuan atau menarik modal dari luar perusahaan.

Modal yang digunakan untuk investasi pada aktiva lancar disebut modal kerja. Komponen modal kerja antara lain : Kas, surat berharga, piutang, persediaan, hutang lancar.

Masalah modal kerja sama pentingnya seperti halnya masalah investasi jangka panjang, kebijakan jangka panjang, kebijakan deviden maupun merger dan reorganisasi.

Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat atau terhenti sama sekali. Sehingga adanya analisis atas modal kerja perusahaan sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui situasi modal kerja pada saat ini, kemudian hal itu dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi pada masa yang akan datang. Dari informasi ini dapat ditentukan program apa yang harus dibuat atau langkah apa yang harus diambil untuk mengatasinya.

Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan, karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan,


(20)

maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana menganggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang kesempatan memperoleh laba.

Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel, besar kecilnya modal kerja dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Menetapkan modal kerja yang terdiri dari kas, piutang, persediaan yang harus dimanfaatkan seefisien mungkin. Besarnya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan, karena baik kelebihan atau kekurangan modal kerja sama-sama membawa dampak negatif bagi perusahaan.

Modal kerja yang berlebihan terutama modal kerja dalam bentuk uang tunai dan surat berharga dapat merugikan perusahaan karena menyebabkan berkumpulnya dana yang besar tanpa penggunaan secara produktif. Disamping itu kelebihan modal kerja juga akan menimbulkan inefisiensi atau pemborosan dalam operasi perusahaan.

Adanya efisiensi modal kerja dapat dilihat dari perputaran piutang (receivable turnover) dan perputaran inventories (inventories turnover). Perputaran modal kerja dimulai pada saat kas diinventasikan dalam komponen


(21)

modal kerja sampai saat kembali lagi menjadi kas. Semakin pendek dan cepat perputaran modal kerja maka perusahaan semakin efisien.

Dalam menentukan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan dihadapkan dengan masalah likuiditas dan profitabilitas. Apabila perusahaan memutuskan untuk memperbesar jumlah modal kerja maka tingkat likuiditas akan terjaga, tetapi hal ini juga dapat menurunkan tingkat profitabilitas karena kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih besar akan menurun. Dan begitu juga sebaliknya, apabila perusahaan ingin meningkatkan profitabilitasnya maka akan mempengaruhi likuiditasnya.

Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi memiliki penilaian yang baik di mata para kreditur karena memungkinkan perusahaan untuk membayar kewajiannya tepat waktu. Tetapi dari sudut pandang pemegang saham likuiditas yang tinggi belum tentu meberikan keuntungan yang lebih. Karena hal ini dapat menimbulkan adanya dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek yang lain.

Selain itu, penentuan sumber dana juga menjadi masalah yang penting yang harus dihadapi perusahaan. Penentuan sumber dana bisa dipenuhi dari sumber intern perusahaan seperti penarikan modal melalui penjualan saham kepada masyarakat atau dari laba ditahan yang akhirnya dapat digunakan kembali menjadi modal. Selain sumber dana intern, sumber dana juga dapat dipenuhi dari sumber ekstern perusahaan seperti meminjam


(22)

dana dari para kreditur atau menerbitkan obligasi yang ditawarkan kepada masyarakat.

Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dari pada modal sendiri, ini dapat menyebabkan menurunnya profitabilitas karena beban bunga yang harus dibayarkan kepada para kreditur juga meningkat.

Jadi apabila perusahaan memutuskan untuk meningkatkan jumlah hutangnya, ini berarti meningkatkan resiko keuangan. Apalagi bila perusahaan tidak dapat mengelola dana dari hutang itu dengan baik maka akan berdampak negatif dan menurunkan profitabilitas. Sebaliknya juga, apabila perusahaan dapat mengelola dana tersebut dengan baik dan dapat digunakan untuk investasi-investasi pada proyek yang produktif, maka akan berdampak positif dan dapat meningkatkan profitabilitas.

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Faurani (2004). Faurani melakukan penelitian tentang analisis pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Dharma Wanita “Mandalika” Mataram Nusa Tenggara Barat. Dalam penelitian ini menggunakan rasio-rasio profitabilitas (profit margin on sales ratio), rentabilitas (profit margin ratio), modal kerja (profit margin ratio). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode statistik deskriptif, metode statistik inferensial dan metode analisa korelasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa modal kerja tidak begitu berpengaruh terhadap profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Mandalika akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.


(23)

Penelitian terdahulu juga telah dilakukan oleh Marc Deloof (2003) terhadap 1009 perusahaan non financial Belgia dari tahun 1992 sampai dengan tahun 1996, yang berjudul “Does working capital management affect profitability of Belgion firms?

Penelitian tersebut membahas apakah manajemen modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan-perusahaan non financial di Belgia. Adapun variabel-variabel yang dipakai meliputi variabel dependent : gross operating income, variabel independent : sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, number of days account receivable, numbers of days inventories, number of days account payable, cash conversion cycle.

Hasil dari penelitian tersebut adalah hubungan sales growth ratio, fixed financial assets ratio terhadap gross operating income adalah positif dan pengaruhnya sangat signifikan. Artinya apabila sales growth ratio, fixed financial assets ratio mengalami kenaikan, maka gross operating incomenya juga meningkat.

Hubungan financial debt ratio, number of days account receivable,

number of days inventories, number of days accounts payable terhadap gross

operating income adalah negatf dan pengaruhnya sangat signifikan. Artinya apabila financial debt ratio, number of days accounts receivable, number of inventories, number of days accounts payable, mengalami penurunan, maka akan ada kenaikan gross operating income.


(24)

Jadi dalam penelitian ini bisa dikatakan bahwa piutang usaha merupakan investasi jangka pendek yang lebih menguntungkan dari pada surat-surat berharga. Keuntungan yang tinggi memegang peranan penting dalam penambahan account receivable, karena perusahaan dengan profit yang tinggi mempunyai lebih banyak kas untuk dipinjamkan ke konsumen.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hadori Yunus (2005) terhadap perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang berjudul “Pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Variabel yang digunakan sama dengan variabel yang digunakan oleh Marc Deloof. Tetapi terdapat beberapa perbedaan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Marc Deloof. Hasil penelitian Hadori Yunus menunjukkan bahwa hanya variabel financial debt ratio, fixed financial assets ratio, dan number of days account payable saja yang memiliki hasil signifikan dan variabel sales growth ratio, number of days inventories, account payable, dan cash convertion cycle tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

gross operating income ratio. Sedangkan pada penelitian Marc Deloof hanya

variabel cash convertion cycle yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap grooss operating income ratio.

Pada penelitian kali ini, ratio profitabilitas yang digunakan adalah return on total assets ratio dan variabel modal kerjanya antara lain sales


(25)

growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio, dan receivable turnover ratio.

Berdasarkan studi terdahulu pada industri manufaktur terdapat beberapa perusahaan yang memiliki modal kerja yang tinggi tetapi memiliki profitabilitas yang rendah. Dan ada juga beberapa perusahaan yang memiliki modal kerja yang rendah tetapi memiliki profitabilitas yang tinggi.

Industri manufaktur menjadi industri yang penting bagi perkembangan perekonomian bangsa Indonesia. Karena banyaknya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur ini. Dalam proses produksinya perusahaan membutuhkan berbagai sumber daya termasuk sumber daya manusia. Karena itu industri manufaktur dapat menyerap tenaga kerja dan dapat meningkatkan pendapatan negara.

Maka dari itu pengelolaan modal kerja harus dilakukan seefektif mungkin, agar dapat meningkatkan laba operasi perusahaan, sehingga perusahaan dapat berjalan terus. Apa lagi dengan meningkatnya kompetisi di pasar global, dimana perusahaan harus dapat bertahan.

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Analisis Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.


(26)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, maka masalah penelitiannya adalah :

1. Bagaimana pengaruh sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover ratio terhadap return on total assets ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial?

2. Variabel mana yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap profitabilitas (return on total assets) ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisa pengaruh sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover ratio terhadap return on total assets ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial.

2. Mengetahui variabel modal kerja (sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover

ratio) mana yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap


(27)

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka akan diperoleh beberapa manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pemahaman mengenai manajemen keuangan, khususnya pada pengelolaan manajemen modal kerja serta pengaruhnya terhadap profitabilitas

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi semacam kontribusi pemikiran yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi, khususnya manajer keuangan di dalam menrencanakan dan mengendalikan modal kerja seefektif dan seefisien mungkin.

3. Bagi para pembaca, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui lebih banyak lagi mengenai mengenai modal kerja dan mungkin dapat menjadi bahan referensi serta perbandingan untuk penelitian yang akan datang.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Modal Kerja

1. Pengertian Modal Kerja

Perusahaan yang bergerak dibidang apapun baik itu perusahan jasa maupun perusahaan produksi barang selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan usahanya, dengan harapan dana yang telah dikeluarkan dapat kembali masuk ke dalam perusahaan dalam jangka yang relatif pendek. Pengertian modal dalam perusahaan belum terdapat suatu kesatuan pendapat diantara para ahli ekonomi. Untuk melihat pengertian modal itu, maka penulis mengemukakan pendapat dari beberapa ahli ekonomi yang memberikan defenisi dari modal. Menurut Lukas Setia Atmaja (2003:19), mendefinisikan modal sebagai “Dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari item-item yang ada di sisi kanan suatu neraca, yaitu hutang, saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan”.

Kemudian Agnes Sawir (2005:129), menyebutkan bahwa “Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.”

S. Munawir (2004:116), menyebutkan “Modal kerja berarti net working capital atau kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar, sedang


(29)

untuk modal kerja sebagai aktiva lancar digunakan istilah modal kerja bruto (gross working capital)”.

Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari. Kekurangan uang tunai (kas) akan menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban jangka pendeknya sedangkan kekurangan persediaan akan menyebabkan perusahaan tidak memperoleh keuntungan karena pembeli tidak jadi membeli produk perusahaan sehingga tidak terjadi piutang tersebut S. Munawir (2004:116).

Hadori Yunus (2005:5). Perusahaan yang membiayai kebutuhan modal kerja dengan pinjaman, jika tidak dilakukan perencanaan yang matang selain akan mengurangi laba yang diperolehnya, juga akan memberikan beban berat pada perusahaan diwaktu yang akan datang. Maka manajeman modal kerja sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola kebutuhan modal kerjanya sehingga terhindar dari risiko yang akan terjadi.

Menurut S. Munawir (2004:201), manajemen keuangan jangka pendek adalah manajemen aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan. Sasaran manajemen keuangan jangka pendek adalah untuk mengelola setiap aktiva lancar perusahaan (kas, surat berharga, piutang dan persediaan) dan pasiva lancar (hutang dagang, wesel bayar, kewajibanyang masih harus dibayar) untuk mencapai keseimbangan antara laba dan risiko yang memberi kontribusi positif terhadap nilai perusahaan. Misalnya:


(30)

2. Aktiva lancar dalam jumlah kecil akibatnya meningkatkan risiko tidak dapat membayar.

3. Hutang lancar dalam jumlah besar akibatnya dapat meningkatkan risiko yaitu tidak dapat membayar pada saat jatuh tempo S. Munawir (2004:201).

Mengenai pengertian modal kerja kemudian Bambang Riyanto (2001:57) mengemukakan adanya beberapa konsep yaitu:

1. Konsep Kuantitatif

Mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana dana yang tertanam didalamnya akan bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital).

2. Konsep Kualitatif

Apabila pada konsep kuantitatif modal kerja itu hanya dikaitkan dengan besarnya jumlah aktiva lancar saja, maka pada konsep kualitatif ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang segera harus dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dilakukan, dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasinya dalam


(31)

menjaga likuiditas perusahaan. Oleh karenanya maka modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital).

3. Konsep Fungsionil

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current income) dan ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan current income. Bambang Riyanto (2001:57).

2. Jenis-jenis Modal Kerja

Mengenai modal kerja Taylor dalam Agnes Sawir (2005:132) menggolongkan modal kerja, yaitu:

1. Modal kerja permanen

Modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan


(32)

fungsinya atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent working capital dapat dibedakan yaitu:

a. Modal kerja primer (primary working capital) yaitu modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

b. Modal kerja normal (normal working capital) yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2. Modal kerja variabel

Modal kerja variabel (variabel working capital) yaitu jumlah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara:

a. Modal kerja musiman (seasonal working capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim. b. Modal kerja siklis (cyclical working capital) yaitu modal kerja

yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

c. Modal kerja darurat (emergency working capital ) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak), Agnes Sawir (2005:132).


(33)

Menurut Bambang Riyanto (2001:60), untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, sebaiknya dibiayai dengan modal yang seminimal mungkin. Akan tetapi agar perputaran modal perusahaan dapat ditingkatkan, perusahaaan harus mencari dana dari luar guna menutup kebutuhan modal kerja. Untuk itu perusahaan dapat menggunakan prinsip-prinsip pembelanjaan yaitu:

1. Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka pendek hanya dapat digunakan untuk membiayai modal kerja.

2. Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka panjang, atau jangka pendek maka terlebih dahulu terhitung jangka-jangka waktu kritisnya.

Agus Sartono (2001:55), menambahkan bahwa modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan, selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) mulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turnover rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Periode perputaran barang dagangan adalah lebih pendek daripada barang yang mengalami proses produksi.


(34)

3. Penentuan Besarnya Modal Kerja

Dengan tersedianya modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis, efisiensi dan terhindar dari resiko kesulitan likuiditas. Untuk menentukan modal kerja yang cukup pada suatu perusahaan perlu terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya modal kerja.

Menurut Bambang Riyanto (2001:64) besar kecilnya kebutuhan modal kerja tergantung kepada dua faktor yaitu:

1. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya atau perputaran tetap

Dengan makin besarnya jumlah pengeluaran kas setiap harinya mengakibatkan jumlah kebutuhan modal kerja menjadi semakin besar pula. Jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, dengan makin lamanya periode perputarannya mengakibatkan jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah semakin besar.

2. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja

Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja adalah keseluruhan jumlah dari periode-periode aktivitas perusahaan yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamanya proses produksi, lamanya barang jadi simpanan di gudang dan jangka waktu penerimaan piutang. Pengeluaran setiap harinya merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh dan biaya-biaya lainnya.


(35)

Apabila perusahaan hanya menjalankan usaha satu kali saja maka kebutuhan modal kerja, cukup sebesar modal kerja yang dikeluarkan selama satu periode perputaran saja. Tetapi pada umumnya perusahaan didirikan tidak dimaksudkan untuk menjalankan usaha satu kali saja, melainkan untuk seterusnya dan dimana setiap hari ada aktivitas usaha. Bagi perusahaan yang disebutkan terakhir ini dengan sendirinya kebutuhan modal kerja tidak cukup hanya sebesar apa yang diperlukan selama satu periode perputaran saja, melainkan sebesar jumlah pengeluaran setiap harinya dikalikan dengan periode perputarannya. Bambang Riyanto (2001:64).

Bambang Riyanto (2001:76), menambahkan bahwa perusahaan besar mempunyai perbedaan modal kerja yang mencolok dibandingkan dnegan perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan banyak sumber dana mungkin membutuhkan modal kerja yang lebih kecil dibanding dengan total aktiva atau penjualan. Aktivitas perusahaan berarti keadaan bisnis, misalnya sebuah perusahaan yang menawarkan jasa tidak akan membutuhkan persediaan. Sebuah perusahaan yang menjual secara tunai tidak akan memberikan piutang. Sehingga modal kerja yang diperlukan semakin kecil. Ketersediaan kredit, jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai dengan kredit maka diperlukan kas yang lebih sedikit. Perilaku akan keuntungan berarti menambah jumlah produksi dan juga akan menambah total aktiva lancar. Jumlah yang besar pada aktiva lancar akan mengurangi keuntungan keseluruhan. Makin besar tingkat aktiva lancar, makin kecil resiko. Kas


(36)

menyediakan keamanan dalam membayar tagihan. Persediaan memberikan risiko yang lebih kecil akan kebutuhan lebih barang untuk dijual.

4. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Sumber-sumber dana perlu dipisahkan terhadap kebutuhan modal kerja permanen dan kebutuhan modal kerja variabel. Kebutuhan modal kerja variabel dimana modal kerja tersebut hanya dibutuhkan beberapa saat saja (beberapa bulan saja) dan tidak dibutuhkan secara terus menerus (biasanya kebutuhan pada saat volume penjualan puncak), maka harus dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek selama atau pada saat modal kerja tersebut dibutuhkan.

Menurut S. Munawir (2004:120) sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:

a. Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah pendapatan bersih yang nampak dalam perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan.

b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek).

c. Penjualan aktiva tidak lancar. d. Penjualan saham atau obligasi.


(37)

Jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.

Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (marketable securities atau efek) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertumbuhnya modal kerja. Sebaliknya, apabila dalam penjualan tersebut terjadi kemajuan maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja. Apabila efek atau investasi jangka pendek ini dijual dengan harga jual yang sama dengan harga perolehannya (tanpa laba maupun rugi), maka penjualan efek-efek tersebut tidak akan mempengaruhi besarnya modal kerja (modal kerja tidak bertambah maupun berkurang). Untuk menganalisa sumber-sumber modal kerja maka sumber yang berasal dari keuntungan penjualan surat-surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil usaha pokok perusahaan. S. Munawir (2004:121).

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investai jangka panjang dan aktiva tidak lancar


(38)

lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut. Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan akan menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan).

Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya. Disamping ini perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memahami modal kerja. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan penjualan obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) disamping menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan. S. Munawir (2004:121)

Disamping keempat sumber diatas masih ada lagi sumber lain yang dapat diperoleh perusahaan untuk menambah aktiva lancarnya misalnya dana pinjaman/kredit dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya serta hutang dagang yang diperoleh dari para penjual atau supplier. Disini bertambahnya aktiva lancar diimbangi atau dibarengi dengan bertambahnya hutang lancar,


(39)

sehingga modal kerja (dalam arti net working capital) tidak berubah. S. Munawir (2004:121)

Sementara Agnes Sawir (2005:141) sumber-sumber yang akan menambah modal kerja, yaitu:

1. Adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun penambahan modal saham.

2. Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.

3. Ada penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau utang jangka panjang lainnya.

Bambang Riyanto (2001:65), menambahkan sumber modal kerja yang diperoleh perusahaan hendaknya dapat digunakan seefisien mungkin perusahaan dapat menjalankan operasi perusahaan dengan baik sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi perusahaan, tergantung pada tipe/sifat likuid (mudah ditukarkan/dicairkan menjadi uang tunai) dari aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Namun demikian modal kerja harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atas operasi perusahaan sehari-hari.

Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, namun tidak selalu penggunaan aktiva lancar diikuti dengan perubahan dan penurunan jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Misalnya


(40)

penggunaan aktiva lancar untuk melunasi atau membayar hutang lancar, maka penggunaan aktiva lancar ini tidak mengakibatkan penurunan jumlah modal kerja karena penurunan aktiva lancar tersebut diikuti atau diimbangi dengan penurunan hutang lancar dalam jumlah yang sama.

Menurut S. Munawir (2004:125) pengunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah :

1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, persediaan kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya.

2. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau effek, maupun kerugian yang insidentil lainnya.

3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pensiun obligasi, dana pensiun pegawai, dana ekspansi ataupun dana-dana lainnya.

4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.

5. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali (untuk sementara maupun untuk seterusnya) saham perusahaan yang beredar; atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar.


(41)

6. Pengambilan uang atau barang dagang oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik saham dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan terbatas. S. Munawir (2004:125).

Sementara Agnes Sawir (2005:141), penggunaan modal kerja yang akan mengurangi modal kerja, yaitu:

1. Berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan.

2. Pembayaran utang-utang jangka panjang.

3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.

Di samping penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja tersebut, ada pula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu sendiri, yaitu pemakaian atau penggunaan modal kerja/aktiva lancar yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya bentuk aktiva lancar (modal kerja tidak berkurang). S. Munawir (2004:128), penggunaan aktiva lancar yang tidak mengurangi modal kerja, seperti:

1. Pembelian efek (marketable securities) secara tunai.

2. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai.

3. Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang yang lain, misalnya dari piutang dagang (account receivable) menjadi piutang wesel (notes receivable).


(42)

B. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri, Sartono (2001:130). Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau investasi.

Perbandingan ini disebut rasio profitabilitas (profitability ratio). Rasio-rasio yang digunakan dalam mengukur profitabilitas adalah sebagai berikut :

1. Gross Operating Margin

A. Sawir (2005:18). Rasio gross operating margin atau margin keuntungan kotor berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Gross profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun, begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, meigindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.

GPM = x 100%

2. Net Profit Margin

Net Profit Margin (NPM) menggambarkan besarnya laba bersih yang

diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata Penjualan – Harga Pokok Penjualan


(43)

lain ratio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan, A. Sawir (2005:18).

NPM = x 100%

3. Return On investment

Munawir (2004:89). Return on Investment atau return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.

Analisa return on investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa return on

investment (ROI) ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim

digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return on investment ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Laba Setelah Pajak Penjualan


(44)

ROI = x 100%

4. Return On Equity

A. Sawir (2005:20). Return on equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan atau untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar.

ROI = x 100%

5. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas :

a. Profit margin, yaitu perbandingan antara “net operating income’ dengan “NetSales”.

b. Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu.

Laba Setelah Pajak Total Aktiva

Laba Setelah Pajak Total Aktiva


(45)

Laporan Keuangan Perusahaan

Uji asumsi klasik

Uji regresi linier berganda

Kesimpulan dan implikasi Modal kerja

1. sales growth ratio, 2. financial debt ratio, 3. fixed financial assets

ratio,

4. inventories turnover ratio 5. receivable turnover ratio. Profitabilitas

Return on total assets ratio

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang dibuat adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


(46)

D. Hipotesis

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel bebas (variabel independent) terhadap variabel terikat (variabel dependent) secara simultan maupun parsial. Adapun penelitian ini menguji hipotesis sebagai berikut : 1. Ho : Sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio,

inventories turnover ratio, receivable turnover ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan (Return on total assets).

2. Ha1 : Sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan (Return on total assets).

E. Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Faurani (2004). Faurani melakukan penelitian tentang analisis pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Dharma Wanita “Mandalika” Mataram Nusa Tenggara Barat. Dalam penelitian ini menggunakan rasio-rasio profitabilitas (profit margin on sales ratio), rentabilitas (profit margin ratio), modal kerja (profit margin ratio). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode statistik deskriptif, metode statistik inferensial dan metode analisa korelasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa


(47)

modal kerja tidak begitu berpengaruh terhadap profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Mandalika akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Penelitian terdahulu juga telah dilakukan oleh Marc Deloof (2003) terhadap 1009 perusahaan non financial Belgia dari tahun 1992 sampai dengan tahun 1996, yang berjudul “Does working capital management affect profitability of Belgion Firms?

Penelitian tersebut membahas apakah manajemen modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan-perusahaan non financial di Belgia. Adapun variabel-variabel yang dipakai meliputi variabel dependent : gross operating income, variabel independent : sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, number of days account receivable, numbers of days inventories, number of days account payable, cash conversion cycle.

Hasil dari penelitian tersebut adalah hubungan sales growth ratio, fixed financial assets ratio terhadap gross operating income adalah positif dan pengaruhnya sangat signifikan. Artinya apabila sales growth ratio, fixed financial assets ratio mengalami kenaikan, maka gross operating income juga meningkat.

Hubungan financial debt ratio, number of days account receivable,

number of days inventories, number of days accounts payable terhadap gross

operating income adalah negative dan pengaruhnya sangat signifikan. Artinya apabila financial debt ratio, number of days accounts receivable, number of


(48)

inventories, number of days accounts payable, mengalami penurunan, maka akan ada kenaikan gross operating income.

Jadi dalam penelitian ini bisa dikatakan bahwa piutang usaha merupakan investasi jangka pendek yang lebih menguntungkan dari pada surat-surat berharga. Keuntungan yang tinggi memegang peranan penting dalam penambahan account receivable, karena perusahaan dengan profit yang tinggi mempunyai lebih banyak kas untuk dipinjamkan ke konsumen.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hadori Yunus (2005) terhadap perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang berjudul “Pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Variabel yang digunakan sama dengan variabel yang digunakan oleh Marc Deloof. Tetapi terdapat beberapa perbedaan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Marc Deloof. Hasil penelitian Hadori Yunus menunjukkan bahwa hanya variabel financial debt ratio, fixed financial assets ratio, dan number of days account payable saja yang memiliki hasil signifikan dan variabel sales growth ratio, number of days inventories, account payable, dan cash convertion cycle tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

gross operating income ratio. Sedangkan pada penelitian Marc Deloof hanya

variabel cash convertion cycle yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap grooss operating income ratio.


(49)

Indri Astuti (2003) melakukan penelitian mengenai pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan automotive and allied product yang go public di BEJ. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu likuiditas, tingkat hutang, efisiensi modal kerja, tingkat kecukupan kas, tingkat perubahan hutang lancar dan profitabilitas. Rasio yang digunakan antara lain likuiditas menggunakan current ratio, tingkat hutang menggunakan leverage ratio, efisiensi modal kerja menggunakan rasio working capital turnover (WCT), tingkat kecukupan kas menggunakan cash ratio, tingkat perubahan hutang lancar menggunakan rasio perubahan hutang lancar. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang bergerak dibidang sektor industri automotive and allied products yang terdaftar di BEJ, yaitu sebanyak 18 perusahaan. Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linier berganda. Hasilnya bahwa variabel independent likuiditas, leverage ( tingkat hutang), efisiensi modal kerja, tingkat kecukupan kas (cash ratio), perubahan hutang lancar diduga mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu return on invesment (ROI) industri automotive and allied product tahun 2000-2003. Sedangkan secara simultan terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan dan secara parsial terbukti bahwa variabel efisiensi modal kerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap profitabilitas dan perubahan hutang lancar berpengaruh negatif secara signifikan terhadap profitabilitas (ROI).


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Objek studi penelitian ini adalah 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk sudah jadi dan telah dipublikasikan dalam bentuk laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang digunakan yaitu laporan keuangan tahun 2004- 2007.

Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda untuk mengetahui bagaimana hubungan variabel modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, apakah terdapat pengaruh yang signifikan, atau tidak. Baik secara parsial maupun simultan.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sample yaitu metode pengumpulan data sample yang diambil tidak secara acak. Dengan kata lain sample yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang didasarkan pada tujuan penelitian.


(51)

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian kali ini merupakan data sekunder laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dan telah dipublikasikan, seperti : data-data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM), Jurnal, internet www.idx.co.iddan website perusahaan yang bersangkutan.

Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu laporan keuangan selama kurun waktu empat tahun dari tahun 2004-2007.

D. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik

Dalam penggunaan analisis korelasi agar menunjukkan hubungan yang valid atau tidak bias maka perlu pengujian asumsi klasik pada model regresi yang digunakan. Adapun asumsi dasar yang harus dipenuhi antara lain:

a. Uji Multikolineritas

Singgih Santoso, (2004:203). Uji ini dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas atau multikol. Model regresi yang baik seharusnya tidak tejadi korelasi diantara variabel independent.


(52)

Untuk menguji asumsi multikolinieritas dapat digunakan nilai VIF dan tolerance. Dimana jika nilai VIF terletak di sekitar angka 1 dan tolerance mendekati angka 1 maka tidak terjadi multikolinieritas. Multikolinieritas terjadi jika nilai VIF dan tolerance lemah, yakni dibawah angka 0,5.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam model regresi adalah sebagai berikut:

1. Menganalisa matrik korelasi bebas variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 90%) maka hal ini indikasi adanya multikolinieritas.

2. Multikolinieritas juga dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah mempunyai angka tolerance mendekati 1. Singgih Santoso, (2004:203).

b. Uji Heteroskedasitas

Singgih Santoso, (2004:208). Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedasitas dan jika varians berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedasitas.

Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedasitas, dapat dilakukan dengan melihat grafik Normal P-P Plot dan grafik scatter plot. Jika pada grafik normal P-P Plot titik-titik menyebar mengelilingi garis diagonal,


(53)

maka pengujian ini bebas dari heteroskedasitas dan sebaliknya jika titik-titik pada grafik tidak mengelilingi garis diagonal atau berada jauh dari garis diagonal maka diindikasikan adanya heteroskedasitas. Sedangkan pada grafik scatter plot, jika pada grafik tersebut ada pola tertentu seperti titik-titik membentuk pola teratur (bergelombang, melebar, dan menyempit) maka diindikasikan telah terjadi heteroskedasitas dan jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas. Singgih Santoso, (2004:208).

c. Uji Autokorelasi

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode satu dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Singgih Santoso,(2002:214). Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson (DW). Bila nilai DW terletak diantara angka -2 < DW <2 maka dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi, baik positif maupun negatif.


(54)

d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen, variabel independent, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.

Singgih Santoso, (2004:214). Ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah : 1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar dari garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka diagonal regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Analisis Koefisien Regresi Berganda

Definisi regresi berganda menurut Boedijoewono (2001:303) adalah yang menggunakan lebih dari 1 variabel yang mempengaruhi variabel independen untuk menaksir variabel dependen agar taksiran menjadi lebih akurat.

Regresi menunjukan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Sifat hubungan ini juga dapat dijelaskan antara variabel yang satu sebagai penyebab sedang yang lain sebagai akibat, dalam bentuk variabel yang independen (X) dan variabel yang dependen (Y).


(55)

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 Dimana :

Y = Return on total assets ratio a = Konstanta

b = Parameter koefisien regresi X1 = Sales growth ratio

X2 = Financial debt ratio

X3 = Fixed financial assets ratio X4 = Inventories turnover ratio X5 = Receivable turnover ratio

3. Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi ditunjukkan untuk melihat sberapa besar kemampuan variabel independent menjelaskan variabel dependen yang dilihat melalui adjusted R square karena variabel independennya lebih dari dua.

4. Uji F (Pengujian Secara Simultan)

Uji F digunakan untuk menguji hubungan linier dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Boedijoewono, 2001:290). Untuk menentukan uji F-tabel, tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan (k-l) dimana n adalah jumlah variabel termasuk konstanta dengan kriteria uji yang digunakan adalah :


(56)

a. Bila F hitung < F table, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti semua variabel independen secara simultan tidak mempunyai hubungan linier yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. Bila F hitung > F table, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti semua variabel independen secara simultan mempunyai hubungan linier yang signifikan terhadap variabel dependen.

5. Uji t (Pengujian Secara Parsial)

Guna dari uji t ini untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Untuk menentukan nilai t-tabel, tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-2) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variabel termasuk konstanta, dengan kriteria uji yang digunakan adalah :

a. Bila t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. b. Bila t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak, berarti tidak ada

pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen / bebas (X) dan variabel dependen / terikat (Y). Jadi berdasarkan


(57)

pokok permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, maka variabel yang akan dianalisa dikelompokkan menjadi :

- Variabel Dependen : Return On Total Assets Ratio

- Variabel Independen: Modal Kerja, dengan sub variabel ;

1. Sales growth ratio

2. Financial debt ratio

3. Fixed financial assets ratio 4. Inventories turnover ratio

5. Receivable turnover Ratio,

Definisi operasional variabel

1. Return on total assets ratio (ROA) adalah pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Variebel ini merupakan variabel dependen, dan diberi simbol Y.

ROA = x 100%

2. Modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek seperti kas, surat berharga, dan piutang dagang. Sub variabel :

Sales growth ratio adalah rasio pertumbuhan penjualan dengan membandingkan penjualan tahun yang bersangkutan dengan penjualan tahun sebelumnya. (Deloof, 2003)

Earning after tax Total assets


(58)

Sales Growth Raio = x 100%

Financial debt ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembiayaan hutangnya.

Financial debt ratio = x 100%

Fixed financial assets ratio adalah rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi aktiva tetapnya. (Brigham and Daves, 2001 :220).

Fixed financial assets = x 100%

Inventories turnover ratio adalah rasio yang mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan (Sawir 2005 :15).

Inventories turnover ratio = x 100%

This years sales- previous years sales Previous years sales

Financial debt Total assets

Fixed financial debt Total assets

Cost of good sold Inventories


(59)

Receivable turnover ratio adalah rasio yang menunjukkan efisiensi pengelolaan piutang pada perusahaan. Semakin tinggi rasio menunjukkan modal kerja yang ditanamkan pada piutang rendah. (Sawir, 2005:16)

Receivable turnover = x 100%

Receivable Sales


(60)

BAB IV PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.


(61)

Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia paling lambat 30 November 2007. Selanjutnya BEI mulai aktif 1 Desember 2007, di mana Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

b. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan

Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama perang Dunia II.

f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof. DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi pemerintah RI (1950).

g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.


(62)

h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. Bursa Efek Jakarta dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan Pasar Modal.

k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal

diluncurkan. Pintu Bursa Efek Jakarta terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

m.2 Juni 1988 : Bursa Pararel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.


(63)

o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oelh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya (BES).

p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi Bursa Efek Jakarta. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT Bursa Efek Jakarta (BEJ).

q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang-undang No.8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

u. 2002 : Bursa Efek Jakarta (BEJ) mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).


(64)

2. Nama Perusahaan Sektor Industri Manufaktur Tabel 4.1

Nama Perusahaan

No Nama Perusahaan Tanggal Berdiri Tanggal Listing

1. Astra Agro Lestari Tbk 3 oktober 1988 9 Desember 1997

2. Adhi Karya (Persero) Tbk 11 Maret 1960 18 Maret 2004

3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 15 Juli 1968 27 November 1997

4. Aqua Golden Mississi Tbk 23 Februari 1973 1 Maret 1990

5. Astra Graphia Tbk 31 Oktober 1975 15 November 1989

6. Astra International Tbk 20 Februari 1957 4 April 1990

7. Berlian Laju Tanker Tbk 12 Maret 1981 26 Maret 1990

8. Goodyear Indonesia Tbk 26 Januari !917 22 Desember 1980

9. Gowa Makassar Tbk 14 Mei 1991 11 Desember 2000

10. Gudang Garam Tbk 26 Juni 1958 27 Agustus 1990

11. Humpuss Intermoda Trans Tbk 21 Desember 1992 15 Desember 1997

12. HM Sampoerna Tbk 27 Maret 1905 15 Agustus 1990

13. Indofood Sukses Makmur Tbk 14 Agustus 1990 14 Juli 1994

14. Indorama Syntetics Tbk 3 April 1974 3 Agustus 1990

15. Indosat Tbk 10 November 1967 19 Oktober 1994

16. Kimia Farma Tbk 23 Januari 1969 4 Juli 2001

17. Lion Metal Works Tbk 16 Agustus 1972 20 Agustus 1993

18. Lion Meshprima Tbk 14 desember 1982 4 juni 1990

19. Lautan Luas Tbk 18 Januari 1951 21 Juli 1997

20. Medco Energi International Tbk 9 Juni 1980 12 Oktober 1994

21. Multi Bintang Indonesia Tbk 3 juni 1929 15 Desember 1981

22. Matahari Putra Prima Tbk 11 Maret 1986 21 Desember 1992

23. Mayora Indah Tbk 17 Februari 1977 4 Juli 1990

24. Perusahaan Gas Negara Tbk 1 Februari 1905 15 Desember 2003

25. Selamat Sempurna Tbk 19 Januari 1976 9 September 1996

26. Tunas Baru Lampung Tbk 22 Desember 1973 14 Februari 2000

27. Mandom Indonesia Tbk 5 November 1969 30 September 1993

28. Telekomunikasi Indonesia Tbk 24 September 1991 14 November 1995

29. Tempo Scan Pacific Tbk 20 Mei 1970 17 Juni 1994

30. United Tractors Tbk 13 Oktober 1972 19 September 1989

31. Unilever Indonesia Tbk 5 Desember 1933 11 Januari 1982

1. PT. Aneka Tambang (ANTAM) Tbk

Perusahaan aneka tambang didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 15 Juli 1968, dengan nama “Perusahaan Negara (PN) Aneka


(65)

Tambang”, kemudian pada tahun 1974, status perusahaan diubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Negara Perseroan Terbatas Perusahaan Perseroan) dan sejak itu dikenal sebagai “Perusahaan Perseroan (Persero) Aneka Tambang”.

2. PT. Aqua Golden Missippi Tbk

Aqua lahir atas ide almarhum Tirto Utomo (1930-1994). Beliau menggagas lahirnya industri air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia melalui PT Golden Mississippi pada tanggal 23 Pebruari 1973.

Produk pertamanya adalah AQUA botol kaca 950 ml yang kemudian disusul dengan kemasan AQUA galon.

3. PT. Astra Agro Lestari Tbk

PT. Astra Agro Lestari Tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi perkebunan yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1988. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan perkebunan.

4. PT. Astra Graphia Tbk

PT. Astra Graphia Tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi barang konsumen yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1975. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam barang kebutuhan hidup lainnya.


(1)

LAMPIRAN 5. DATA INVENTORIES TURNOVER RATIO No Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007

1 Astra Agro Lestari Tbk 13 10 11 6 2 Adhi Karya (persero) Tbk 20 18 21 17 3 Aneka Tambang (persero) Tbk 4 3 3 3 4 Aqua Golden Mississi Tbk 50 59 66 48

5 Astra Graphia Tbk 3 4 4 3

6 Astra Internasional Tbk 9 10 39 8 7 Berlian Laju Tangker Tbk 27 33 21 3 8 Goodyear Indonesia Tbk 7 8 8 6

9 Gowa Makassar Tbk 1 1 2 1

10 Gudang Garam Tbk 1 2 2 2

11 Humpuss Intermoda Trans Tbk 82 52 78 37

12 HM Sampoerna Tbk 2 3 3 1

13 Indofood Sukses Makmur Tbk 5 6 5 5 14 Indorama Syntetics Tbk 6 7 7 4

15 Indosat Tbk 38 79 74 57

16 Kimia Farma Tbk 5 7 6 5

17 Lion Metal Works Tbk 1 1 1 1

18 Lion Meshprima Tbk 7 5 4 5

19 Lautan Luas Tbk 5 5 6 4

20 Medco Energi International Tbk 8 10 9 24 21 Multi Bintang Indonesia Tbk 5 7 6 6 22 Matahari Putra Prima Tbk 7 8 8 9

23 Mayora Indah Tbk 6 8 6 5

24 Perusahaan Gas Negara Tbk 106 123 182 359

25 Selamat Sempurna Tbk 3 4 3 3

26 Tunas Baru Lampung Tbk 7 7 7 3

27 Mandom Indonesia Tbk 4 4 3 3

28 Telekomunikasi Indonesia Tbk 111 139 155 174 29 Tempo Scan Pacific Tbk 5 4 4 4

30 United Tractors Tbk 5 7 7 4

31 Unilever Indonesia Tbk 3 7 7 6


(2)

LAMPIRAN 6. DATA RECEIVABLE TURNOVER RATIO No Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007

1 Astra Agro Lestari Tbk 7 10 2 7 2 Adhi Karya (persero) Tbk 27 29 68 80 3 Aneka Tambang (persero) Tbk 37 57 63 53 4 Aqua Golden Mississi Tbk 80 79 94 116

5 Astra Graphia Tbk 53 54 58 53

6 Astra Internasional Tbk 32 53 31 24 7 Berlian Laju Tangker Tbk 62 64 74 58 8 Goodyear Indonesia Tbk 54 45 46 57

9 Gowa Makassar Tbk 15 6 6 23

10 Gudang Garam Tbk 293 34 36 253 11 Humpuss Intermoda Trans Tbk 17 25 21 36

12 HM Sampoerna Tbk 7 8 5 23

13 Indofood Sukses Makmur Tbk 33 28 31 26 14 Indorama Syntetics Tbk 33 47 39 47

15 Indosat Tbk 37 38 23 27

16 Kimia Farma Tbk 45 35 47 36

17 Lion Metal Works Tbk 82 68 67 85 18 Lion Meshprima Tbk 38 57 39 29

19 Lautan Luas Tbk 71 78 74 64

20 Medco Energi International Tbk 104 88 106 81 21 Multi Bintang Indonesia Tbk 40 51 41 51 22 Matahari Putra Prima Tbk 5 9 8 31

23 Mayora Indah Tbk 88 74 85 94

24 Perusahaan Gas Negara Tbk 55 54 48 46 25 Selamat Sempurna Tbk 80 29 84 100 26 Tunas Baru Lampung Tbk 31 44 35 18 27 Mandom Indonesia Tbk 53 52 56 76 28 Telekomunikasi Indonesia Tbk 32 27 21 22 29 Tempo Scan Pacific Tbk 19 213 225 217 30 United Tractors Tbk 66 55 60 45 31 Unilever Indonesia Tbk 56 22 22 23


(3)

LAMPIRAN 7. OUTPUT REGRESI

Variables Entered/Removedb Receivable Turnover, Financial Debt Ratio, Sales Growth Ratio, Fixed Financial Assets Ratio, Inventory Turnovera . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: ROA b.

Model Summaryb

.483a .233 .201 11.71813034 1.847 Model

1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, Sales Growth Ratio, Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio a.

Dependent Variable: ROA b.

ANOVAb

4924.590 5 984.918 7.173 .000a

16203.120 118 137.315 21127.711 123 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, Sales Growth Ratio, Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio

a.

Dependent Variable: ROA b.


(4)

Coefficientsa

32.272 4.324 7.464 .000 12.485 4.175 2.991 .003 -30.430 6.172 -4.930 .000 -12.810 5.714 -2.242 .027 .048 .024 2.008 .047 -.050 .024 -2.062 .041 (Constant)

Sales Growth Ratio Financial Debt Ratio

Fixed Financial Assets Ratio Inventory Turnover

Receivable Turnover Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

t Sig. Dependent Variable: ROA

a.

Coefficientsa .955 1.047 .900 1.112 .825 1.212 .816 1.226 .900 1.111 Sales Growth Ratio

Financial Debt Ratio Fixed Financial Assets Ratio Inventory Turnover Receivable Turnover Model 1 Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: ROA

a.

Residuals Statisticsa

-1.09488 32.47256 13.68250 6.32750497 124 -2.335 2.970 .000 1.000 124 1.204 7.491 2.379 .996 124 -1.99853 36.41053 13.67077 6.55262210 124 -65.3527 40.29706 .00000000 11.47748601 124 -5.577 3.439 .000 .979 124 -5.691 3.468 .001 1.011 124 -68.0415 40.97676 .01173319 12.27793227 124 -6.652 3.644 -.003 1.068 124 .306 49.267 4.960 6.305 124 .000 .489 .013 .052 124 Predicted Value

Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N


(5)

(6)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

124 .0000000 11.47748601 .157 .157 -.108 1.748 .244 N

Mean

Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual Test distribution is Normal.

a.

Calculated from data. b.