Tahap Pelaksanaan Penelitian Tahap Setelah Penelitian

32

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, peneliti memasuki beberapa tahap pelaksanaan penelitian, antara lain: a. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara. b. Melakukan pemberian kuisioner dan dilanjutkan dengan wawancara.

3. Tahap Setelah Penelitian

Hal-hal yang dilakukan setelah penelitian berlangsung adalah : a. Melakukan analisa data. Proses yang ada dalam tahap ini adalah mengasosiasikan kata-kata yang ada. b. Menarik kesimpulan. Pada tahap ini peneliti akan membuat kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini. c. Membuat diskusi dan saran Setelah membuat kesimpulan peneliti akan membaut diskusi berdasarkan kesimpulan tersebut. Kemudian membuat saran-saran sesuai dengan kesimpulan yang didapat serta saran untuk peneliti selanjutnya. Universitas Sumatera Utara 33

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Gambaran umum subjek penelitian Sesuai dengan judul penelitian, subjek yang ada dalam penelitian ini adalah masyarakat penduduk Desa Gunung Kecamatan Tigabinanga yang berusia 21 tahun sampai 90 tahun atau dewasa awal sampai lanjut usia. Secara keseluruhan subjek dalam penelitian ini adalah 35 orang. Dimana jumlah perempuan sebanyak 16 orang dan laki laki sebanyak 19 orang. 2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, gambaran penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini: Tabel 4.1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah N Persentase Laki-Laki 19 54,3 Perempuan 16 45,7 Total 35 100 Berdasarkana tabel 4.1 jumlah subjek paling banyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 19 orang dan perempuan sebanyak 16 orang. 3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Berdasarkan usia, gambaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini: 33 Universitas Sumatera Utara 34 Tabel 4.2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Usia Jumlah N Persentase 20-40 tahun 16 45,71 41-60 tahun 10 28,57 61-80 tahun 9 25,72 Total 35 100 Berdasarkan tabel 4.2 tentang gambaran subjek berdasarkan Usia, diketahui bahwa subjek terbanyak berada pada rentang usia antara 20-40 sebanyak 16 subjek, dan diikuti dengan rentang usia 41-60 sebanyak 10 subjek dan yang terakhir sebanyak 9 subjek dari rentang 61-80.

B. Hasil Penelitan

Setiap subjek yang diteliti diminta untuk mengatakan lima kata yang terlintas dibenak mereka ketika mendengar atau membaca kata pemena. Kemudian setelah selesai memilih lima kata, subjek diminta untuk memilih tiga kata yang paling mewakili kata pemena dan menyusunnya sesuai prioritas dari yang dianggap paling mewakili kata pemena sampai yang tidak terlalu mewakili kata pemena. Setelah menulis tiga kata tersebut subjek diminta sekaligus memberikan makna dari kata yang dimaksud atau memberikan penjelasan tentang kata yang dituliskan. Dari 35 subjek diperoleh 175 kata dan kata yang paling mewakili sebanyak 105 kata beserta maknanya. Berikut 105 kata yang muncul berdasarkan respon dari subjek pada tabel 4.1. Universitas Sumatera Utara 35 Tabel 4.1. Kata yang Muncul dari Subjek tentang Pemena No. Kata Frekuensi 1 Kepercayaan 17 2 Adat-istiadat 11 3 Leluhur 2 4 Budaya 3 5 Kekeluargaan 1 6 Ritual 4 7 Bagus 1 8 Agama pertama 1 9 Tidak beragama 3 10 Mistik 1 11 Guru Sibaso 1 12 Agama Suku 1 13 Belum mengenal tuhan 1 14 Perbegu 3 15 Agama Sinuan galoh 1 16 Tradisi 5 17 Gotong royong 4 18 Kebiasaan 2 19 Keyakinan 2 20 Kepercayaan dahulu 2 21 Kepercayaan Karo 1 22 Kiniteken 1 23 Animisme 1 24 Percaya keramat 1 Universitas Sumatera Utara 36 25 Erpangir 7 26 Sinuan galoh 2 27 Ercibal 7 28 Ndilo wari udan 2 29 Selok 2 30 Perumah begu 1 31 Penyembahan 1 32 Mejile 2 33 Nini 6 34 Nini para 1 35 Nenek moyang 1 36 Suku Karo 1 37 Orang Karo 1 38 Gaib 1 Tabel diatas menunjukan kata-kata yang muncul dari subjek penelitian, ada 105 kata yang muncul dari 35 subjek. Kata-kata pada tabel diatas merupakan kata yang dianggap paling mewakili tentang pemena oleh Masyarakat Desa Gunung. Kemudian kata-kata yang sudah didapat diurutkan sesuai jumlah frekuensi dari frekuensi terbanyak sampai frekuensi paling sedikit. Dalam mengolah kata tersebut, ada beberapa kata yang digabungkan menjadi satu kata hal ini disebabkan karena kata tersebut memiliki arti yang sama seperti kata kiniteken dalam bahasa Indonesia adalah kepercayaan, keyakinan, kepercayaan dahulu, kepercayaan Karo, animisme dan percaya keramat menjadi kepercayaan. Nini dalam bahasa indonesia adalah leluhur nini para dalam Universitas Sumatera Utara 37 bahasa indonesia leluhur, dannenek moyangmenjadi leluhur. Dari hasil penggelompokan kata diatas ditemukan 8 kata populer pada subjek yang berasosiasi terhadap pemena. Seperti tampilan tabel 4.2. Tabel 4.2. Kata yang Populer tentang Pemena pada Subjek NO Kata Frekuensi Persentase 1 Kepercayaan 23 65,71 2 Adat-istiadat 11 31,41 3 Leluhur 10 28,57 4 Erpangir ku lau mandi ke sungai 7 20,00 5 Ercibal memberikan sesajen 7 20,00 6 Tradisi 5 14,28 7 Ritual 4 11,42 8 Gotong royong 4 11,42 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kataKepercayaan65,71 merupakan kata yang paling populer tentang pemena, diikuti dengan kata Adat- istiadat 31,41. Subek penelitian juga mengaitkan pemena dengan Leluhur28,57, Erpangir ku lau mandi ke sungai20,00, Ercibal memberikan sesajen20,00.Tradisi14,28,Ritual11,42, Gotong-royong 11,42. Selain diminta menuliskan kata yang terlintas dipikiran Subjek juga diminta untuk memberikan makna pada setiap kata-kata yang telah mereka pilih sebagai kata yang paling mewakili pemena. Makna dari kata-kata yang populer pada subjek dipaparkan pada tabel 4.3. Universitas Sumatera Utara 38 Tabel 4.3 Kata yang Populer Beserta Makna No. Kata Makna 1. Kepercayaan 1. Nilai-nilai pemena menjadi pandangan hidup 2. Adanya kekuatan yang dapat membantu 3. Ajaran yang dapat menguasai alam 4. Agamanya Suku Karo 2. Adat-istiadat 1. Kebiasaan-kebiasaan yang masih dilakukan 2. Masih dipakai dalam acara Suku Karo 3. Sering dilakukan Orang Karo 3. Leluhur 1. Harus dihormati dan di sembah 2. menjaga kampung dari mara bahaya 3. Roh-roh yang suci 4. Erpangir Ku lau mandi ke sungai 1. Membersihkan diri dari kesialan 2. Mandi jeruk purut 5. Ercibal memberikan sesajen 1. Memberikan sesajen di suatu tempat 2. Persembahaan kepada leluhur 6 Tradisi 1. Merupakan kebudayaan 7. Ritual 1. Menyelesaikan suatu masalah 8. Gotong royong 1. Dilakukan bersama-sama Berdasarkan tabel 4.2 dan makna kata yang terdapat pada tabel 4.3 dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum subjek mengkaitkan pemena dengan kepercaayan Suku Karo yang nilai-nilainya menjadi pandangan hidup bagi Masyarakat Suku Karo, kemudian pemena adalah bagian dari adat-istiadat Suku Karo karena sudah menjadi suatu kebiasaan-kebiasaan dalam Masyarakat Desa Gunung. Masyarakat Desa Gunung juga mengasosiasikan pemena dengan leluhur ini dikarenakan ajaran pemena banyak bercerita tentang penyembahan dan penghormatan kepada leluhur, pemena juga mengajarkan ritual-ritual untuk membersihkan diri agar jauh dari mara bahaya dan ritual untuk menghormati leluhur. Universitas Sumatera Utara 39 Tabel 4.4 Kategori Berdasarkan makna Kata No Representasi Sosial Persentase Makna yang muncul 1 Agama Suku Karo 44,76 1. Kepercayaan dan pandangan hidup 2. Agama Suku Karo yang pertama dianut 3. Menyembah dan menghormati leluhur 4. Kekuatan yang membantu orang 5. Menjaga kampung dari mara bahaya 6. Guru Sibaso 2 Ritual yang mengandung unsur mistis 27,61 1. Erpangir merupakan ritual pembersihan diri 2. Ercibal memberikan sesajen 3. Ndilo wari udan memangil hari hujan 4. Selok kerasukan oleh roh – roh 5. Nuan Galoh menanam pohong pisang tempat berdoa 6. Perumah begu ritual memanggil roh orang yang mati 3 Adat–istiadat 24,76 1. Adat-istiadat Suku Karo 2. Kebiasaan-kebiasaan 3. Budaya Orang Karo 4. Tradisi Suku Karo 5. Warisan nenek moyang 6. Kebersamaan masyarakat Berdasarkan data yang di dapat dari kata yang populer pada tabel 4.2 dan hasil wawancara tentang makna dari kata tersebut pada tabel 4.3 menghasilkan kategori representasi sosial tentang pemena. seperti pada tabel 4.4. Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa terdapat tiga kategori representasi sosial yaitu agama Suku Karo, ritual yang mengandung unsur mistis dan adat-istiadat. Universitas Sumatera Utara 40 Tiga kategori representasi sosial tersebut terbentuk berdasarkan dari makna- makna yang dimuculkan oleh subjek yang kemudian dikelompokkan sesuai dengan makna yang sama. Dalam penelitian ini subjek juga diwawancarai tentang bagaimana pandangan mereka terkait dengan pemena saat ini, berikut hasil respon yang diperoleh dari subjek: Tabel 4.5 Perbedaan Pemena dengan Agama Resmi No Jawaban Total ResponSubjek Persentase 1 Pemena menyembah leluhur sedangkan agama sekarang menyembah Tuhan. 21 60,00 2 Agama pemena hanya dianut oleh Orang Karo sedangkan agama sekarang dianut secara universal 4 11,42 3 Perbedaan terletak pada kitab, gedung, dan cara beribadah serta tokoh agama 4 11,42 4 Pemena percaya dengan hal – hal yang mistik, sedangkan agama sekarang tidak 4 11,42 5 Agama pemena tidak percaya Yesus 1 2,85 6 Pemena mengajarkan kerja sama antar masyarakat sedangkan agama tidak mengokajarkan kerjasama 1 2,85 Respon-respon yang didapat dari subjek penelitian mengenai pandangan mereka tentang perbedaan pemena dengan agama yang ada saat ini di Desa Gunung adalah sebanyak 60,00 subjek memberikan respon dengan Universitas Sumatera Utara 41 mengatakan perbedaan terletak pada apa yang disembah, pemena menyembah Leluhur sedangkan agama yang ada saat ini adalah kepada Tuhan. Selanjutnya respon yang muncul adalah pemena hanya dianut khusus untuk Orang Karo sedangkan agama yang ada saat ini dapat dianut oleh secara universal atau segala suku bangsa sebanyak 11,42, perbedaan yang muncul juga terletak pada tempat ibadah, cara beribadah, serta tokoh atau pemuka agama sebanyak 11,42. Subjek juga membedakan pemena dengan agama yang ada saat ini di Desa Gunung dengan mengatakan pemena masih percaya hal mistik, sedangkan agama yang ada saat ini tidak percaya dengan mistik respon ini muncul sebanyak 11,42. Tabel 4.6 Ritual Pemena yang Masih Dilakukan sampai saat ini di Desa Gunung NO JAWABAN Total ResponSubjek PERSENTASE 1 Ritual erpangir ku lau mandi ke sungai , Ndilo wari udan memanggil hari hujan, Selok kesurupan, Perumah begu memanggil roh orang yang sudah meninggal dunia, Releng tendi memanggil tendi orang yang masih hidup, Perumah dibata memanggil roh leluhur 31 88,57 2 Tidak menyebutkan contoh ritual 4 11,42 Selanjutnya pertanyan tentang apakah masih ada ritual pemena yang dilakukan oleh Masyarakat Desa Gunung sampai saat ini respon yang didapat adalah sebanyak 88,57 mengatakan ritual yang masih sering dilakukan adalah ritual erpangir ku lau mandi ke sungai, ndilo wari udan memanggil hujan, selok kesurupan, perumah begu memanggil roh orang yang sudah mati, raling Universitas Sumatera Utara 42 tendi memanggil roh orang yang masih hidup, perumah dibata memanggil roh leluhur. Dan sebanyak 11,42 tidak memberikan respon mengenai ritual apa yang masih dilakukan tetapi hanya mengatakan tidak mengetahui ritual apa saja yang masih dilakukan oleh Masyarakat di Desa Gunung. Tabel 4.6 Pandangan Masyarakat Desa Gunung Tentang Peran Guru Sibaso No Jawaban Total ResponSubjek Persentase 1. Guru Sibaso dipandang sebagai seseorang yang mempunyai kemampuan supranatural untuk menyembuhkan suatu penyakit dan berbicara dengan roh-roh 24 68,57 2. Sudah tidak mempercayai Guru Sibaso lagi karena sudah percaya kepada Tuhan 8 22,85 3 Percaya tidak percaya 1 2,85 4 Diperlukan dalam ritual 1 2,85 5 Tidak menjawab 1 2,85 Subjek juga diberikan pertanyaan seputar peran Guru Sibaso dan leluhur dalam kehidupan sehari-hari di Desa Gunung. Respon yang didapat mengenai peran Guru Sibaso adalah sebanyak sebanyak 68,57 subjek memiliki pandangan bahwa Guru Sibaso adalah seseorang yang mempunyai kemampuan supranatural untuk menyembuhkan suatu penyakit dan dapat berbicara dengan roh-roh. Universitas Sumatera Utara 43 Tabel 4.7 Pandangan Masyarakat Tentang Peran Leluhur No Jawaban Total ResponSubjek Persentase 1 Leluhur sebagai penjaga kampung 12 34,28 2 Tidak menjawab 11 31,42 3 Sudah tidak dipercayai 6 17,14 4 Leluhur harus di hormati 3 8,57 5 Percaya tidak percaya 1 2,85 6 Masih dipercayai 1 2,85 7 Dianggap sebagai Tuhan 1 2,85 Respon tentang peran leluhur di Desa Gunung yang muncul adalah, leluhur sebagai penjaga kampung sebanyak 34,28, kemudian sebesar 31,42 tidak ada respon hal ini dikarenakan peneliti memberikan pertanyaan peran Guru Sibaso dan leluhur secara bersamaan hal ini menyebabkan beberapa subjek tidak memberikan respon, karena sudah memberikan respon pada tabel peran Guru Sibaso yang dihubungkan dengan leluhur. Sebanyak 17,14 merespon dengan mengatakan sudah tidak percaya lagi. Universitas Sumatera Utara 44 Tabel 4.8 Pandangan Masyarakat Desa Gunung tentang Orang Karo yang tidak Percaya dengan Pemena No Jawaban Total ResponS ubjek Persentase 1 Menganggap mereka sebagai orang yang tidak mengenal adat-istiadat, kebudayaan dan sejarah karo 15 42,85 2 Tidak mempermasalahkan karena wajar saat ini orang lebih mempercayai dengan agama resmi permerintah yang ada saat ini 12 34,28 3 Mereka tidak memiliki informasi mengenai pemena 5 14,28 4 Menganggap mereka orang yang anti dengan kebudayaan karo 3 8,57 Pertanyaan yang terakhir tentang bagaimana pandangan Orang Karo ketika melihat Orang Karo yang tidak percaya dengan pemena memunculkan respon seperti, menganggap mereka sebagai orang yang tidak mengenal adat-istiadat Karo, kebudayaan Karo dan sejarah Karo sebanyak 42,85, kemudian respon tidak mempermasalahkan karena wajar saat ini orang lebih mempercaya agama yang ada saat ini sebanyak 34,28.

C. Pembahasan 1. Representasi Sosial Masyarakat Desa Gunung terhadap Pemena

Representasi sosial Masyarakat Karo Desa Gunung tentang pemena dimaknai sebagai agama awal orang Suku Karo, sebagai ritual yang mengandung kekuatan mistis dan sebagai adat istiadat Suku Karo. Universitas Sumatera Utara 45 Pemena dimaknai oleh masyarakat sebagai agama yang pertama kali dimiliki oleh Masyarakat Suku Karo, sebelum masuknya pengaruh agama-agama resmi. Hal ini sejalan dengan Sri Alem 2005 mengatakan bahwa pemena adalah kepercayaan asli orang-orang Karo sebelum msauknya pengaruh-pengaruh agama baru seperti Kristen, Khatolik, dan Islam. Pemena sendiri mengajarkan manusia untuk menguasai alam dan menghormati roh-roh leluhur. Dalam kehidupannya Masyarakat Karobergantung dengan hasil pertanian dimana hal tersebut membuat mereka menjadi sangat dekat dengan alam, dalam konsep kepercayaan pemenaOrang Karo berpandangan bahwa alam tersebut dikuasi oleh roh-roh leluhur. Pemena juga dimaknai oleh masyarakat sebagai suatu praktek yang mengandung unsur mistis yang bertujuan untuk membersihkan diri, berhubungan dengan roh leluhur, dan menguasai alam. Masyarakat Desa Gunung masih mengandalkan dan mempercayai bahwa ritual-ritual tersebut dapat membantu dan menolong mereka di dalam kehidupan sehari-hari, hal ini sejalan dengan Sri Alem 2005 mengatakan ritual dilakukan apabila terjadi ketidakseimbangan antara tubuh-tendi jiwa dan perasaan, nafas, dan pikiran dalam diri seseorang. Ritual-ritual masih dilaksanakan di Desa Gunung adalah, Erpaing ku lau mandi ke sungai dimana ritual ini bertujuan untuk membersihkan diri, Ercibal belo meletakkan sekapur siri memberikan sesajen kepada roh-roh leluhur, Perumah begu memanggil roh orang yang sudah meninggal dunia bertujuan berkomunikasi dengan orang yang sudah meninggal dunia, Selok kesurupan memanggil roh leluhur untuk berkomunikasi. Universitas Sumatera Utara 46 Pemena juga dimaknai Sebagai adat-istiadat Suku Karo, Hal ini karena nilai-nilai pemena sudah tertanam di tengah-tengah kehidupan Masyarak Desa Gunung, mulai dari kebiasaan dalam acara Suku Karo seperti acara pernikahaan adat Karo, kerja tahun, serta kebiasaan-kebiasan pada aktivitas sehari-hari seperti bercocok tanam, pemena juga memberikan norma-norma berperilaku antar masyarakat seperti bergotong royong dan kerja sama antar masyarakat. Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui bahwa objectification tentang pemena pada Masyarakat Desa Gunung adalah Budaya Suku Karo. Objectification mengacu pada penerjemahaan ide yang abstrak dari suatu objek ke dalam ide yang lebih konkret Deaux dan Philogene, 2001. Hal tersebut berarti bahwa pemena sebagai sesuatu yang abstrak bagi Masyarakat Desa Gunung diterjemahkan ke dalam ide yang lebih konkret yaitu sebagai Agama Suku Karo, ritual yang mengandung mistis, dan adat-istiadat Suku Karo yang ketiga hal tersebut merupakan Budaya Suku Karo. Persoalan yang menarik dari representasi sosial terhadap pemena ini adalah, bahwa masyarakat di Desa Gunung sudah memeluk agama resmi pemerintah seperti Kristen Khatolik dan Islam, dan tersedianya tempat-tempat ibadah seperti Gereja dan Mesjid. Meskipun begitu, ada sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan oleh masyarakat yaitu mereka masih tetap percaya dengan nilai-nilai dan melaksanakan ritual-ritual yang berbau animisme dan dinamisme sesuai konsep yang ada pada pemena. Hal ini dikarenakan pemena sudah dianggap sebagai bagian dari budaya Suku Karo karena nilai-nilai budaya yang ada di Suku Karo seperti penghormatan Universitas Sumatera Utara 47 terhadap leluhur, adanya ritual-ritual mistis yang dapat membantu masyarakat, dan adat-istiadat, tercermin pula dalam konsep pemena yang merupakan unsur Budaya Suku Karo itu sendiri. Sesuai dengan salah satu identitas budaya Karo yang terkadang sulit untuk membedakan mana acara yang dilaksanakan atas dasar kepercayaan, atau suatu adat khusus, atau hanya suatu kebiasaan-kebiasaan saja meskipun begitu Masyarakat Karo tetap berpandangan bahwa segala sesuatu yang memang telah diadatkan harus dipatuhi, karena sangat berharganya budaya ini maka Orang Karo akan sangat terhina bila dikatakan tidak beradat Sitepu, dkk, 1996. Berdasarkan penelitian ini, maka dapat diketahui pula bahwa pada Masyarakat Desa Gunung telah terjadi akulturasi antara nilai-nilai yang sudah ada dari awal yaitu konsep pemena, dengan nilai-nilai baru yang dalam hal ini adalah agama resmi yang ditetapkan oleh pemerintah. Hasilnya adalah bahwa meskipun mereka sudah memeluk agama resmi tersebut, namun konsep pemena itu sendiri tidak serta merta menjadi hilang dari diri mereka.

2. Pengetahuan Masyarakat Desa Gunung tentang Perbedaan Pemena dengan Agama Resmi