Metode Penentuan Chemical oxygen demand COD Analisa titrimetri

Dengan adanya ion Hg 2+ ini, konsentrasi ion Cl - menjadi sangat kecil dan tidak mengganggu oksidasi zat organis dalam analisa COD. 2. Nitrit NO 2 - juga teroksidasi menjadi nitrat NO 3 - .Bila konsentrasi NO 2 - 2 mgl maka periu penambahan 10 mg asam sulfamat per mg NO 2 - , baik dalam sampel maupun blanko.

2.4. Metode Penentuan Chemical oxygen demand COD

Adapun metode yang dapat digunakan dalam menentukan chemical oxygen demandCOD diantaranya adalah Greenberg,1917 a.Metode refluks terbuka Kebanyakan bahan-bahan organik yang telah teroksidasi oleh suatu campuran dari pemanasan kromat dan asam sulfat yang mendidih.Suatu sampel merupakan larutan asam kuat yang diketahui jumlah potasium dikromatnya. Setelah mengalami proses pencampuran sisa K 2 Cr 2 O 7 yang dipakai atau dipergunakan. Banyaknya bahan organik yang dioksidasi dihitung sebagai oksigen yang setara dengan kalium dikromat yang terikat. Untuk menjaga agar volume dan kekuatan reagen agar tetap konstan maka volume sampel lain berkurang dari pada 50 ml dari yang diperlukan. Standar waktu yang dipergunakan agar boleh mereduksi selama 2 jam jika ingin mendapatkan waktu dan juga menghasilkan hasil yang sama. b.Metode refluks tertutup Senyawa organik yang bersifat volatile akan teroksidasi secara sempurna dalam sistem tertutup karena dapat berhubungan langsung dengan oksidasi. Sebelum tiap-tiap pemeriksaan dipergunakan tabung untuk mencapai titik akhir di TFE linier memilih tabung yang cocok untuk sensitivitas yang diinginkan, Universitas Sumatera Utara digunakan 25x150 mm ukuran tabung untuk suatu sampel dengan kadar COD yang umum karena volume sampel yang dipergunakn banyak.

2.5. Analisa titrimetri

Istilah analisa titrimetri mengacu pada analisa kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketehui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut larutan standar. Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap disebut titrasi dan zat yang ditetapkan disebut di titrasi. Titik pada saat reaksi itu lengkap di sebut titik ekuivalen.Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan yang tidak dapat salah dilihat oleh mata yang dihasilkan oleh larutan standar itu sendiri atau lebih lazim lagi oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator dan titik pada saat dimana ini terjadi di sebut titik akhir titrasi. Pada analisa titrimetri, suatu reaksi harus memenuhi kondisi-kondisi berikut : 1. Harus ada suatu reaksi yang sederhana yang dapat dinyatakan dengan persamaan kimia, zat yang akan ditetapkan harus bereaksi dengan lengkap dan reagensia dalam proporsi yang stokiometrik atau ekiuvalen 2. Reaksi harus praktis berlangsung dalam sekejap atau berjalan dengan cepat menaikkan kecepatan reaksi tersebut 3. Harus ada perubahan yang menyolok dalam energi-bebas yang menimbulkan perubahan dalam beberapa sifat fisika atau kimia larutan pada titik ekiuvalen. Harus tersedia suatu indikator, yang oleh perubah Universitas Sumatera Utara sifat-sifat fisika warna atau pembentukkan endapan, harus dengan tajam menetapkan titik akhir raksi. Reaksi yang digunakan dalam analisis titrimetri dibagi dalam empat golongan utama : 1. Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri : ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu asam standart asidimetri dan titrasi asam bebas, atau asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa standrat alkalimetri. Reaksi-reaksi ini melibatkan bersenyawaannya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air 2. Reaksi pembentukkan kompleks : reaksi ini bergantung pada bersenyawaannya ion-ion yang bukan ion hidrogen atau ion hidroksida untuk membentuk suatu ion atau senyawa yang dapat larut atau sedikit terdisosiasi seperti titrasi larutan sianida dengan perak nitrat. Asam etilen diamin tetra aseta, sebagian besar garam dinatriumnya, EDTA merupakan reagenesia yang sangat penting untuk pembentukan kompleks. 3. Reaksi pengendapan : reaksi ini bergantung pada bersenyawaannya ion- ion untuk membentuk suatu endapan sederhana seperti ion perak dengan suatu larutan klorida. Tak terjadi perubahan keadaan oksidasi Universitas Sumatera Utara 4. Reaksi oksidasi-reduksi : dalam golongan ini termasuk semua reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi atau pemindahan elektron. Larutan standarnya adalah zat pengoksid ataupun zat pereduksi. Zat pengoksid yang utama adalah kalium permanganat, kalium dikromat, seriumIVsulfat, iod, kalium iodat dan kalium bromat. Zat pereduksi yang sering di gunakan adalah senyawa besiII dan timahII, natrium tiosulfat, dll Vogel, 1994. \ Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh Karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus pada segenap pengguna air Effendi, 2003. Pencemaran lingkungan berakibat terhadap kesehatan manusia, tata kehidupan, pertumbuhan flora dan fauna yang berada dalam jangkauan pencemaran.Gejala pencemaran dapat dilihat pada jangka waktu singkat maupun panjang, yaitu dengan melihat.Kondisi air, mikroorganisme, unsur hara, dan nilai estetika mengalami perubahan yang cukup menyedihkan Agusnar, 2008. Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak pula terhadap air lingkungan, baik air sungai,air laut, air danau, maupun air tanah. Dampak ini disebabkan oleh adanya pencemaran air yang disebabkan oleh berbagai hal. Salah satu cara untuk menilai seberapa jauh air lingkungan tersebut telah tercemar adalah dengat melihat kandungan oksigen yang terlarut dalam air Wardhana,1995. Universitas Sumatera Utara