Batasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

1. Model pembelajaran sientific inquiry adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam masalah penelitian yang benar-benar orisinil dan membantu siswa mengidentifikasi masalah konseptual serta merancang cara- cara memecahkan masalah Joyce, dkk, 2009:194. 2. Pembelajaran direct instruction adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru yang memiliki lima langkah: membuka pelajaran, penjelasan, demonstrasi, latihan terbimbing, balikan dan latihan lanjut Arends, 2013:3. 3. Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif yang difokuskan pada apa yang diyakini dan dikerjakan Ennis, 1995. 4. Keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru Harlen dan Elstgeest, 1992. 15 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil peelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan: 1. Keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran scientific inquiry menggunakan media PhET lebih baik dibandingkan dengan keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan pembelajarn direct instruction. Hasil tersebut menunjukkan ada efek model pembelajaran scientific inquiry menggunakan media PhET terhadap keterampilan proses sains siswa. 2. Keterampilan proses sains siswa pada kelompok berpikir kritis diatas rata-rata lebih baik dibandingkan keterampilan proses sains siswa pada kelompok berpikir kritis dibawah rata-rata. Hasil tersebut menunjukkan ada efek berpikir kritis terhadap keterampilan proses sains siswa. 3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan berpikir kritis dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa. Hasil tersebut menunjukkan adanya interaksi bahwa model pembelajaran scientific inquiry menggunakan media PhET dengan berpikir kritis diatas rata-rata maupun dibawah rata-rata memiliki keterampilan proses sains lebih baik daripada pembelajaran dengan direct instruction. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran scientific inquiry menggunakan media PhET dengan berpikir kritis berpengaruh terhadap 97