7. Coronary Angioplasty setelah pembedahan CABG
IKP direkomendasikan sebagai prosedur paliatif yang bias menunda CABG berulang.
8. Konsiderasi teknik yang spesifik
Perforasi arteri coroner dapat sering terjadi saat melakukan intervensi menggunakan teknologi. Kejadian ini dapat terjadi meliputi terjadinya
rotasi ataupun ekstraksi
atherectomy.
9. Faktor hemodinamik
Perubahan tekanan darah dapat dihubungkan dengan
LV ejection fraction
dan risiko rusaknya miokardium AHA, 2001
2.2 Faktor risiko
Penyempitan pembuluh darah dapat terjadi karena beberapa penyebab. Penyempitan ini bias dipicu oleh adanya atheroma. Atheroma merupakan plak
ateromatosa yang terdiri atas lesi fokal yang meninggi yang berawal di dalam intima, memiliki inti lemak terutama kolesterol dan ester kolesterol yang lunak,
kuning dan grumosa serta dilapisi oleh selaput fibrosa putih yang padat. Ukuran plak bervariasi dari garis tengah 0,3 sampai 1,5 cm, tetapi kadang-kadang
menyatu membentuk massa sebagian lingkaran dinding arteri dan membentuk bercak-bercak yang tersebar di sepanjang pembuluh. Lesi aterosklerotik awalnya
bersifat fokal dan tersebar jarang, namun seiring dengan perkembangan penyakit lesi bertambah banyak dan difus Robbins, 2007.
Aterosklerosis terutama mengenai arteri elastik. Di arteri kecil, atheroma dapat menyumbat lumen, mengganggu aliran darah ke organ distal dan
menyebabkan jejas iskemik. Selain plak aterosklerotik dapat menyebabkan jejas iskemik. Selain itu, plak aterosklerosis dapat mengalami kerusakan dan memicu
terbentuknya thrombus yang semakin menghambat aliran. Di arteri besar, plak bersifat destruktif, menggerogoti tunika media di dekatnya dan memperlemah
dinidng pembuluh yang terkena menyebabkan aneurisma yang dapat pecah. Selain itu atheroma luas bersifat rapuh, sering menghasilkan embolus ke sirkulasi distal.
Universitas Sumatera Utara
Plak aterosklerotik memiliki tiga komponen utama yaitu sel,termasuk sel otot polos, makrofag dan leukosit lain ; matriks ekstrasel, termasuk kolagen, serat
elastik dan proteoglikan serta ; lemak intrasel. Komponen tersebut dapat dalam proporsi dan konfigurasi yang berbeda-beda di setiap lesi. Biasanya lapisan
fibrosa superfisial terdiri atas sel otot polos dan kolagen yang relatif padat. Di bawah dan sisi lapisan penutup ini terdapat daerah seluler yang terdiri atas
makrofag, sel otot polos dan limfosit T Robbins, 2007. Jauh di sebelah dalam dari lapisan fibrosa terdapat inti nekrotik yang
mengandung massa lemak yang tersusun acak, celah yang mengandung kolesterol, debris sel yang mati, sel busa, fibrin,thrombus dan protein plasma lainnya. Sel
busa adalah sel besar penuh lemak yang terutama berasal dari monosit darah, tetapi sel otot polos juga dapat memakan lemak untuk menjadi sel busa. Akhirnya,
terutama di sekitar bagian tepi lesi, biasanya terdapat tanda- tanda neovaskularisasi pembuluh darah halus yang berpoliferasi. Atheroma tipikal
mengandung lemak yang relatif banyak, tetapi banyak dari apa yan disebut sebagai plak fibrosa mengandung terutama sel otot polos dan jaringan fibrosa.
Faktor-faktor yang turut berperan dalam penyempitan pembuluh darah tersebut mempengaruhi penyempitan pembuluh darah pada pasien. Faktor risiko
tersebut ada yang dapat diintervensi dan ada juga yang tidak dapat diintervensi. Faktor risiko tidak dapat diintervensi meliputi :
1. Usia
Usia memiliki pengaruh dominan, angka kematian akibat penyakit jantung iskemik meningkat setiap dekade bahkan sampai lanjut usia.
Penyempitan biasanya belum nyata secara klinis sampai usia pertengahan atau lebih, saat lesi di arteri mulai mencederai organ. Antara usia 40 dan
60 tahun, insiden infark miokardium meningkat lima kali lipat. 2.
Jenis kelamin Bila faktor lain setara, laki-laki jauh lebih rentan terkena
penyempitan pembuluh darah dan akibatnya dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
perempuan. Infark miokardium dan penyulit lain aterosklerosis jarang pada perempuan pramenopause, kecuali mereka memiliki predisposisi
diabetes, hiperlipidemia atau hipertensi berat. Namun, setelah menopause insiden penyakit terkait aterosklerosis
meningkat, mungkin akibat menurunnya kadar estrogen alami, memang frekuensi infark miokardium pada kedua jenis kelamin setara pada usia 70
sampai 80-an tahun. Terapi sulih hormon pascamenopause sedikit banyak memberi perlindungan terhadap serangan aterosklerosis.
3. Riwayat keluarga
Predisposisi familial terhadap aterosklerosis dan penyakit jantung iskemik kemungkinan besar bersifat poligenik. Pada sebagian kasus,
predisposisi tersebut berkaitan dengan berkumpulnya sekelompok faktor risiko lain, misalnya hipertensi atau diabetes, sedangkan pada yang lain,
predisposisi tersebut berkaitan dengan kelainan genetik dalam metabolisme lipoprotein yang menyebabkan kadar lemak darah sangat
tinggi, seperti hiperkolesterolemia familial Robbins, 2007. Faktor risiko yang dapat diintervensi :
1. Merokok
Merokok adalah faktor risiko yang sudah terbukti pada laki-laki dan diperkirakan merupakan penyebab peningkatan insiden dan keparahan
aterosklerosis pada perempuan. Merokok satu bungkus atau lebih per hari selama beberapa tahun dapat meningkatkan angka kematian akibat
penyakit jantung iskemik sampai 200. Berhenti merokok mengurangi risiko secara bermakna.
2. Hipertensi
Hipertensi adalah faktor utama untuk aterosklerosis pada semua usia. Laki-laki berusia 45 sampai 62 tahun yang tekanan darahnya lebih
dari 16995 mmHg memperlihatkan peningkatan risiko penyakit jantung iskemik lebih dari 5 kali lipat dibandingkan dengan mereka yang tekanan
Universitas Sumatera Utara
darahnya 14090 mmHg atau kurang. Baik tingkat sistol maupun diastol, sama pentingnya dalam meningkatkan risiko. Terapi antihipertensi
mengurangi insiden penyakit terkait aterosklerosis, terutama stroke dan penyakit jantung iskemik Robbins, 2007.
3. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus memicu hiperkolesterolemia dan peningkatan mencolok predisposisi terjangkit aterosklerosis. Bila faktor lain setara,
insiden infark miokardium setara , insiden infark mikardium dua kali lebih besar pada pengidap diabetes daripada yang tidak mengidap. Juga terjadi
pengingkatan risiko terkena stroke dan, bahkan yang lebih mencolok mungkin peningkatan seratus kali lipat risiko ganggren akibat
ateroskelrosis di ekstremitas bawah. 4.
Hiperkolesterolemia Hiperlipidemia adalah fakor risiko utama untuk aterosklerosis.
Sebagian besar bukti secara spesifik menunjukkan hiperkolesterolemia. Komponen utama serum total yang menyebabkan peningkatan risiko
adalah kolesterol lipoprotein densitas rendah LDL. Sebaliknya peningkatan kadar lipoprotein densitas tinggi HDL menurunkan risiko.
HDL diperkirakan berperan memobilisasi kolesterol dan atheroma yang sudah ada memindahkan ke hati untuk diekskresikan ke empedu, sehingga
molekul i ni disebut „kolesterol baik‟.
Oleh karena itu, perhatian banyak dicurahkan pada metode farmakologik, dietetik dan perilaku yang menurunkan LDL, dan
meningkatkan HDL serum. Olahraga dan konsumsi etanol dalam jumlah moderate meningkatkan kadar HDL, sedangkan obesitas dan merokok
menurunkannya. Robbins, 2007
Universitas Sumatera Utara
2.3 Indikasi IKP