Faktor risiko Profil Intervensi Koroner Perkutan pada Unit Kateterisasi RSUP Haji Adam Malik periode 2009-2010

7. Coronary Angioplasty setelah pembedahan CABG IKP direkomendasikan sebagai prosedur paliatif yang bias menunda CABG berulang. 8. Konsiderasi teknik yang spesifik Perforasi arteri coroner dapat sering terjadi saat melakukan intervensi menggunakan teknologi. Kejadian ini dapat terjadi meliputi terjadinya rotasi ataupun ekstraksi atherectomy. 9. Faktor hemodinamik Perubahan tekanan darah dapat dihubungkan dengan LV ejection fraction dan risiko rusaknya miokardium AHA, 2001

2.2 Faktor risiko

Penyempitan pembuluh darah dapat terjadi karena beberapa penyebab. Penyempitan ini bias dipicu oleh adanya atheroma. Atheroma merupakan plak ateromatosa yang terdiri atas lesi fokal yang meninggi yang berawal di dalam intima, memiliki inti lemak terutama kolesterol dan ester kolesterol yang lunak, kuning dan grumosa serta dilapisi oleh selaput fibrosa putih yang padat. Ukuran plak bervariasi dari garis tengah 0,3 sampai 1,5 cm, tetapi kadang-kadang menyatu membentuk massa sebagian lingkaran dinding arteri dan membentuk bercak-bercak yang tersebar di sepanjang pembuluh. Lesi aterosklerotik awalnya bersifat fokal dan tersebar jarang, namun seiring dengan perkembangan penyakit lesi bertambah banyak dan difus Robbins, 2007. Aterosklerosis terutama mengenai arteri elastik. Di arteri kecil, atheroma dapat menyumbat lumen, mengganggu aliran darah ke organ distal dan menyebabkan jejas iskemik. Selain plak aterosklerotik dapat menyebabkan jejas iskemik. Selain itu, plak aterosklerosis dapat mengalami kerusakan dan memicu terbentuknya thrombus yang semakin menghambat aliran. Di arteri besar, plak bersifat destruktif, menggerogoti tunika media di dekatnya dan memperlemah dinidng pembuluh yang terkena menyebabkan aneurisma yang dapat pecah. Selain itu atheroma luas bersifat rapuh, sering menghasilkan embolus ke sirkulasi distal. Universitas Sumatera Utara Plak aterosklerotik memiliki tiga komponen utama yaitu sel,termasuk sel otot polos, makrofag dan leukosit lain ; matriks ekstrasel, termasuk kolagen, serat elastik dan proteoglikan serta ; lemak intrasel. Komponen tersebut dapat dalam proporsi dan konfigurasi yang berbeda-beda di setiap lesi. Biasanya lapisan fibrosa superfisial terdiri atas sel otot polos dan kolagen yang relatif padat. Di bawah dan sisi lapisan penutup ini terdapat daerah seluler yang terdiri atas makrofag, sel otot polos dan limfosit T Robbins, 2007. Jauh di sebelah dalam dari lapisan fibrosa terdapat inti nekrotik yang mengandung massa lemak yang tersusun acak, celah yang mengandung kolesterol, debris sel yang mati, sel busa, fibrin,thrombus dan protein plasma lainnya. Sel busa adalah sel besar penuh lemak yang terutama berasal dari monosit darah, tetapi sel otot polos juga dapat memakan lemak untuk menjadi sel busa. Akhirnya, terutama di sekitar bagian tepi lesi, biasanya terdapat tanda- tanda neovaskularisasi pembuluh darah halus yang berpoliferasi. Atheroma tipikal mengandung lemak yang relatif banyak, tetapi banyak dari apa yan disebut sebagai plak fibrosa mengandung terutama sel otot polos dan jaringan fibrosa. Faktor-faktor yang turut berperan dalam penyempitan pembuluh darah tersebut mempengaruhi penyempitan pembuluh darah pada pasien. Faktor risiko tersebut ada yang dapat diintervensi dan ada juga yang tidak dapat diintervensi. Faktor risiko tidak dapat diintervensi meliputi : 1. Usia Usia memiliki pengaruh dominan, angka kematian akibat penyakit jantung iskemik meningkat setiap dekade bahkan sampai lanjut usia. Penyempitan biasanya belum nyata secara klinis sampai usia pertengahan atau lebih, saat lesi di arteri mulai mencederai organ. Antara usia 40 dan 60 tahun, insiden infark miokardium meningkat lima kali lipat. 2. Jenis kelamin Bila faktor lain setara, laki-laki jauh lebih rentan terkena penyempitan pembuluh darah dan akibatnya dibandingkan dengan Universitas Sumatera Utara perempuan. Infark miokardium dan penyulit lain aterosklerosis jarang pada perempuan pramenopause, kecuali mereka memiliki predisposisi diabetes, hiperlipidemia atau hipertensi berat. Namun, setelah menopause insiden penyakit terkait aterosklerosis meningkat, mungkin akibat menurunnya kadar estrogen alami, memang frekuensi infark miokardium pada kedua jenis kelamin setara pada usia 70 sampai 80-an tahun. Terapi sulih hormon pascamenopause sedikit banyak memberi perlindungan terhadap serangan aterosklerosis. 3. Riwayat keluarga Predisposisi familial terhadap aterosklerosis dan penyakit jantung iskemik kemungkinan besar bersifat poligenik. Pada sebagian kasus, predisposisi tersebut berkaitan dengan berkumpulnya sekelompok faktor risiko lain, misalnya hipertensi atau diabetes, sedangkan pada yang lain, predisposisi tersebut berkaitan dengan kelainan genetik dalam metabolisme lipoprotein yang menyebabkan kadar lemak darah sangat tinggi, seperti hiperkolesterolemia familial Robbins, 2007. Faktor risiko yang dapat diintervensi : 1. Merokok Merokok adalah faktor risiko yang sudah terbukti pada laki-laki dan diperkirakan merupakan penyebab peningkatan insiden dan keparahan aterosklerosis pada perempuan. Merokok satu bungkus atau lebih per hari selama beberapa tahun dapat meningkatkan angka kematian akibat penyakit jantung iskemik sampai 200. Berhenti merokok mengurangi risiko secara bermakna. 2. Hipertensi Hipertensi adalah faktor utama untuk aterosklerosis pada semua usia. Laki-laki berusia 45 sampai 62 tahun yang tekanan darahnya lebih dari 16995 mmHg memperlihatkan peningkatan risiko penyakit jantung iskemik lebih dari 5 kali lipat dibandingkan dengan mereka yang tekanan Universitas Sumatera Utara darahnya 14090 mmHg atau kurang. Baik tingkat sistol maupun diastol, sama pentingnya dalam meningkatkan risiko. Terapi antihipertensi mengurangi insiden penyakit terkait aterosklerosis, terutama stroke dan penyakit jantung iskemik Robbins, 2007. 3. Diabetes mellitus Diabetes mellitus memicu hiperkolesterolemia dan peningkatan mencolok predisposisi terjangkit aterosklerosis. Bila faktor lain setara, insiden infark miokardium setara , insiden infark mikardium dua kali lebih besar pada pengidap diabetes daripada yang tidak mengidap. Juga terjadi pengingkatan risiko terkena stroke dan, bahkan yang lebih mencolok mungkin peningkatan seratus kali lipat risiko ganggren akibat ateroskelrosis di ekstremitas bawah. 4. Hiperkolesterolemia Hiperlipidemia adalah fakor risiko utama untuk aterosklerosis. Sebagian besar bukti secara spesifik menunjukkan hiperkolesterolemia. Komponen utama serum total yang menyebabkan peningkatan risiko adalah kolesterol lipoprotein densitas rendah LDL. Sebaliknya peningkatan kadar lipoprotein densitas tinggi HDL menurunkan risiko. HDL diperkirakan berperan memobilisasi kolesterol dan atheroma yang sudah ada memindahkan ke hati untuk diekskresikan ke empedu, sehingga molekul i ni disebut „kolesterol baik‟. Oleh karena itu, perhatian banyak dicurahkan pada metode farmakologik, dietetik dan perilaku yang menurunkan LDL, dan meningkatkan HDL serum. Olahraga dan konsumsi etanol dalam jumlah moderate meningkatkan kadar HDL, sedangkan obesitas dan merokok menurunkannya. Robbins, 2007 Universitas Sumatera Utara

2.3 Indikasi IKP