Latar Belakang Profil Intervensi Koroner Perkutan pada Unit Kateterisasi RSUP Haji Adam Malik periode 2009-2010

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung koroner merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia, diikuti oleh kanker dan stroke. Setiap tahunnya di seluruh dunia 3,8 juta pria dan 3,4 juta wanita meninggal disebabkan oleh penyakit jantung koroner WHO, 2004. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab satu dari setiap lima kematian di Amerika Serikat. Diperkirakan setiap 25 detik, seseorang di Amerika Serikat mengalami serangan jantung, dan diperkirakan juga setiap satu menit, seseorang meninggal karena serangan jantung AHA, 2009. Penatalaksanaan secara medis dari penyakit jantung koroner ditujukan untuk stabilisasi plak dan mencegah perkembangannya, begitu juga untuk mencegah rupturnya plak serta sekuel berikutnya. Di pihak lain revaskularisasi baik dengan bedah pintas koroner coronary artery bypass graft ataupun percutaneous coronary intervention PCI bertujuan untuk mengembalikan aliran darah koroner yang efektif, sehingga mengatasi iskemik miokardial serta gejala- gejala yang terjadi Nakamura, 2011. Diperkenalkannya percutaneous transluminal coronary angioplasty PTCA oleh Andreas Gruntzig pada tahun 1977 membuat terapi berbasiskan kateter ini menjadi sebuah alternatif terhadap operasi bedah pintas bypass surgery dalam usaha untuk revaskularisasi koroner pada pasien tertentu. Dikarenakan keterbatasan peralatan pada era-era awal maka PTCA hanya dapat diaplikasikan pada 10 dari seluruh kandidat revaskularisasi koroner. Pada tahun 1990, perkembangan progresif dalam peralatan PTCA telah membuat sebuah perbaikan hasil, perluasan indikasi, dan peningkatan prosedur PTCA setiap tahunnya mencapai 300.000 prosedur di Amerika Serikat, yang secara kasar menyamai jumlah operasi bedah pintas koroner. Peralatan intervensional terbaru Universitas Sumatera Utara termasuk atherectomy pemotong plak, stent , dan drug-eluting stent saat ini telah diperkenalkan, dengan tingkat kesuksesan, keamanan dan ketahanan jangka panjang yang lebih baik, dimana istilah PTCA kini berubah menjadi percutaneous coronary intervention PCI Baim, 2008. Saat ini lebih dari 500.000 prosedur PCI dilakukan setiap tahunnya di Amerika Serikat, dan telah diperkirakan bahwa lebih dari 1.000.000 prosedur dilakukan setiap tahunnya di seluruh dunia AHA, 2001. Di Indonesia sendiri tindakan PCI atau lebih sering dikenal dengan istilah Intervensi Koroner Perkutan IKP , pada awalnya hanya dilakukan di Jakarta dan Surabaya. Tindakan intervensi koroner di Indonesia mulai diperkenalkan tahun 1987, dan sejak lima tahun terakhir ini mulai berkembang di daerah-daerah seperti Medan, Semarang, Yogyakarta, Bandung, dan Makasar. Perkembangan IKP di Medan dimulai secara intensif sejak tahun 2002. Tindakan ini dikerjakan di RSUP H. Adam Malik dan RS Gleneagles Medan. Sejak tiga tahun terakhir tindakan IKP ini telah dapat dilakukan sendiri oleh sebagian besar staf Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK USU Medan. Dari waktu ke waktu jumlah pasien yang dilakukan tindakan ini semakin meningkat drastis terutama sejak digalakkan program Askes dan Askeskin. Dimana pada tahun 2002 terdapat sebanyak 120 orang yang diangiografi serta 23 orang yang dilakukan IKP, dan pada tahun 2004 terdapat 370 orang yang diangiografi dan 95 orang yang dilakukan IKP Hasan, 2007. Indikasi dasar dari IKP adalah adanya satu atau lebih stenosis koroner yang bertanggung jawab terhadap gejala klinis yang terjadi, yang memerlukan revaskularisasi. Indikasi klinis IKP saat ini meliputi berbagai spektrum penyakit jantung iskemik, mulai dari pasien dengan silent ischemia sampai pasien dengan angina pektoris tak stabil unstable angina pectoris dan ST-elevation myocard infarct STEMI Baim, 2008. Indikasi secara lebih detail telah dirangkum dalam ACCAHA guideline 2006, dimana salah satunya adalah pasien STEMI yang tidak dapat dilakukan terapi fibrinolisis. Universitas Sumatera Utara Pada saat ini intervensi koroner perkutan dilakukan dengan angka kesakitan dan angka kematian terendah. Kematian terjadi 1 dan angka komplikasi kematian, infak miokard dan operasi pintas koroner segera biasanya antara 3-5 . Tetapi dari tahun ke tahun hasilnya lebih baik. Hal ini misalnya ditunjukkan oleh register NHLBI dari Amerika Serikat Smith, 2005 Beberapa randomized trial telah membandingkan efektifitas obat dibandingkan dengan Intervensi Koroner Perkutan. Berdasarkan Asymptomatic Cardiac Ischemia Pilot ACIP, telah dilakukan penelitian pada 558 pasien. Dan setelah di follow-up setelah 2 tahun didapatkan hasil 4,7 terjadi kematian dan infark miokard pada revaskularisasi, 8,8 pada ischemia guided grup dengan obat dan 12,1 pada angina guided group dengan menggunakan obat AHA, 2005. Berdasarkan meta-analisis yang dilakukan oleh Huynh 2009 terhadap 23 randomized clinical trial 8140 pasien dan 32 observational studies 189.900 pasien dengan usia rata-rata berkisar 57 sampai 91 tahun, mendapatkan bahwa dibandingkan dengan terapi fibrinolisis, IKP mempunyai pengurangan mortalitas jangka pendek, reinfraksi dan stroke yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah