Strategi Pemasaran Pinang (Areca catechu L.) (Studi Kasus Kec. Sibolangit, Kab. Deli Serdang)

(1)

Strategi Pemasaran Pinang (

Areca catechu L

.)

Studi Kasus Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang,

Provinsi Sumatera Utara

SKRIPSI

Oleh

Pebriaman Kanista M 071203022 Teknologi Hasil Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Strategi Pemasaran Pinang (Areca catechu L.) (Studi Kasus Kec. Sibolangit, Kab. Deli Serdang) Nama : Pebriaman Kanista Maru’ao

NIM : 071203022

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan

Disetujui oleh, Komisi Dosen Pembimbing

Ketua Anggota

(Yunus Afifuddin, S. Hut, M.,Si) (Ridwanti Batubara, S. Hut., M. P)

Diketahui Ketua Program Studi

(Siti Latifah, S.Hut,M.Si, Ph.D)


(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Medan tanggal 23 Februari 1989 dari Bapak Herois Maruao dan Ibu Isabella br. Bangun. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri 068004 Medan, tahun 2004 lulus dari SMP Negeri 31 Medan, tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 15 Medan. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Sumatera Utara. Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Tahun 2009 penulis melakukan kegiatan Praktik Pengenalan dan Pengenalan Hutan (P3H) di Hutan Alam Tangkahan dan Hutan Mangrove Pulau Sembilan Kabupaten Langkat. Tahun 2011 penulis melakukan praktek Kerja Lapangan di HTI PT. Musi Hutan Persada. Tahun 2012 penulis melakukan penelitian di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.


(4)

ABSTRAK

PEBRIAMAN KANISTA MARUAO. Strategi Pemasaran Pinang (Areca Catechu L.) (Studi Kasus di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang) di bawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA.

Pinang sebagai salah satu komoditas ekspor potensial Sumatera Utara dalam pengelolaannya masih dilakukan secara parsial. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pemasaran komoditi pinang, mengidentifikasi faktor-faktor pengembangan pemasaran pinang, menentukan Strategi pengembangan dan pemasaran terhadap permasalahan yang timbul berkaitan dengan rantai pemasaran pinang di kecamatan Sibolangit kabupaten Deli Serdang provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja. Penentuan responden dilakukan secara acak sederhana, sedangkan lembaga pengolah dan tataniaga yang terlibat dilakukan secara snowball sampling method dengan jumlah sampel sebanyak 50 (lima puluh) orang responden. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi dan analisi permasalahan dengan wawancara menggunakan kuesioner terhadap petani dan pengusaha pinang. Keseluruhan data baik primer maupun skunder selanjutnya ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya pinang umumnya dilakukan secara polikultur dengan tingkat penerapan teknologi yang rendah produktivitasnya. Pada subsistem pemasaran hasil, rantai perdagangan masih cukup panjang yang menyebabkan tidak efisiennya biaya produksi telah menimbulkan margin ganda, sehingga nilai tambah komoditas pinang yang diterima petani sangat rendah, sehingga strategi prioritas pemasaran pinang di Kecamatan Sibolangit adalah membentuk kelompok tani, koperasi tingkat desa, pengawasan terhadap system pemasaran pinang, peningkatan sumber daya manusia dan penggunaan bibit unggul.


(5)

ABSTRACT

PEBRIAMAN KANISTA MARUAO. Marketing Strategy of Pinang (Areca Catechu L.)

(Case Study in District Sibolangit, District Deli Serdang) The study was conducted under the supervision of YUNUS AFIFUDDIN and RIDWANTI BATUBARA.

Areca nut is one of North Sumatra’s potential export commodity which it’s management still did as partial. The purpose of this research is Analyzing the income level of areca nut farmers, Analyzing the commodity marketing system of areca nut, Identifying factors marketing development of areca nut in Sibolangit sub Deli Serdang regency North Sumatra province. The election of research’s location did expressly. The decision of respondent did as purposive sampling, but processing factory and business administration which involved did as snowball sampling method with total sample of 50 (fifty) respondents. Data collected through observation and analysis of the problem with interview using questionnaires to farmers and entrepreneurs nut. Overall both primary and secondary data is tabulated next as needed.

Result of this research is cultivation of areca nut did as polycultur with low technology application level will low productivity. In product marketing subsystem, trade chain is too long, that’s why product’s cost is not too efficient and than make double margin, than areca nut’s farmer price is too low, so areca marketing strategy priorities in District Sibolangit is forming farmer groups, Cooperative village level,

supervision of areca marketing system, human resource development and use of quality seeds.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Pinang ... 5

Manfaat Pinang ... 6

Penyebaran dan Produksi Pinang ... 9

Panen dan Pasca Panen Pinang... 10

Teori Pemasaran ... 11

Analisis Pemasaran ... 12

Analisis SWOT ... 14

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

Alat dan Bahan ... 17

Metode Penelitian ... 17

Metode Pengumpulan Data ... 17

Pengambilan Sampel ... 18


(7)

Teknik dan Tahapan Pengambilan Data ... 18

Analisis Data ... 19

Alur Pemasaran Pinang ... 19

Manfaat Ekonomi dari Pinang ... 20

Analisis SWOT ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden ... 22

Usia Petani Pinang ... 22

Tingkat Pendidikan Petani ... 23

Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi………. 23 Sarana Transportasi... 24

Sistem Pemanenan Pinang ………. 25

Subsistem Pemasaran Pinang ... 26

Alur Pemasaran Pinang ... 27

Alur Pemasaran Pinang (Pola A) ... 29

Alur Pemasaran Pinang (Pola B) ... 31

Alur Pemasaran Pinang (Pola C) ... 33

Alur Pemasaran Pinang (Pola D) ... 34

Analisis SWOT ... 35

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39

Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Matriks SWOT Kearns... ... 15

2. Tabel Analisis SWOT... ... 21

3. Jumlah Responden dalam Penelitian…... 22

4. Usia Petani Pinang di Kecamatan Sibolangit………. ... 22

5. Tingkat Pendidikan Petani………. 23

6. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola A... ... 29

7. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola A………. ... 30

8. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola B ... 31

9. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola B. ... 32

10. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola C ... 33

11. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola C ... 34

12. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola D ... 34

13. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola D ... 35

14. Analisis SWOT Pemasaran Dan Pengembangan Pinang di Kecamatan Sibolangit………... 36


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. a. Pinang menjadi tanaman pagar dan pisang tanaman utama... ... 24

b. Denah tanaman di desa Sanyum Sabah... 24

c. Pinang menjadi tanaman pagar dan tanaman campuran... 24

2 . a. Bus mini PT. Sinabung Jaya Raya... ... 25

b. Bus mini PT. Sutra... ... 25

3 . a. Pinang yang dijemur menggunakan sinar matahari... 26 b. Pengupasan secara manual... ... 26

4. a. Pinang yang telah di belah………. . 27

b. Pinang yang siap untuk di jual ke konsumen... 27

5. Alur pemasaran pinang di kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang………..… ... 27

6. Alur pemasaran pinang pola A……… ... 29

7. Alur pemasan pinang pola B ... ... 31

8. Alur pemasaran pinang pola C……….………... ... 33

9. Alur pemasaran pinang pola D……….………... ... 34  

           


(10)

     

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Responden Petani Pinang 2. Kuesioner Responden Pengumpul Pinang 3. Nama-nama Responden Petani Pinang 4. Foto-foto Penelitian

 

                 


(11)

ABSTRAK

PEBRIAMAN KANISTA MARUAO. Strategi Pemasaran Pinang (Areca Catechu L.) (Studi Kasus di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang) di bawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA.

Pinang sebagai salah satu komoditas ekspor potensial Sumatera Utara dalam pengelolaannya masih dilakukan secara parsial. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pemasaran komoditi pinang, mengidentifikasi faktor-faktor pengembangan pemasaran pinang, menentukan Strategi pengembangan dan pemasaran terhadap permasalahan yang timbul berkaitan dengan rantai pemasaran pinang di kecamatan Sibolangit kabupaten Deli Serdang provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja. Penentuan responden dilakukan secara acak sederhana, sedangkan lembaga pengolah dan tataniaga yang terlibat dilakukan secara snowball sampling method dengan jumlah sampel sebanyak 50 (lima puluh) orang responden. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi dan analisi permasalahan dengan wawancara menggunakan kuesioner terhadap petani dan pengusaha pinang. Keseluruhan data baik primer maupun skunder selanjutnya ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya pinang umumnya dilakukan secara polikultur dengan tingkat penerapan teknologi yang rendah produktivitasnya. Pada subsistem pemasaran hasil, rantai perdagangan masih cukup panjang yang menyebabkan tidak efisiennya biaya produksi telah menimbulkan margin ganda, sehingga nilai tambah komoditas pinang yang diterima petani sangat rendah, sehingga strategi prioritas pemasaran pinang di Kecamatan Sibolangit adalah membentuk kelompok tani, koperasi tingkat desa, pengawasan terhadap system pemasaran pinang, peningkatan sumber daya manusia dan penggunaan bibit unggul.


(12)

ABSTRACT

PEBRIAMAN KANISTA MARUAO. Marketing Strategy of Pinang (Areca Catechu L.)

(Case Study in District Sibolangit, District Deli Serdang) The study was conducted under the supervision of YUNUS AFIFUDDIN and RIDWANTI BATUBARA.

Areca nut is one of North Sumatra’s potential export commodity which it’s management still did as partial. The purpose of this research is Analyzing the income level of areca nut farmers, Analyzing the commodity marketing system of areca nut, Identifying factors marketing development of areca nut in Sibolangit sub Deli Serdang regency North Sumatra province. The election of research’s location did expressly. The decision of respondent did as purposive sampling, but processing factory and business administration which involved did as snowball sampling method with total sample of 50 (fifty) respondents. Data collected through observation and analysis of the problem with interview using questionnaires to farmers and entrepreneurs nut. Overall both primary and secondary data is tabulated next as needed.

Result of this research is cultivation of areca nut did as polycultur with low technology application level will low productivity. In product marketing subsystem, trade chain is too long, that’s why product’s cost is not too efficient and than make double margin, than areca nut’s farmer price is too low, so areca marketing strategy priorities in District Sibolangit is forming farmer groups, Cooperative village level,

supervision of areca marketing system, human resource development and use of quality seeds.


(13)

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan di Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat tinggi. Selain kayu, hasil hutan bukan kayu dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri. Masyarakat sekitar hutan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu sebagai sumber mata pencaharian. Beberapa hasil hutan bukan kayu yang biasanya dikenal masyarakat antara lain seperti rotan, bambu, nipah, getah damar, minyak atsiri, tanaman obat, madu, pinang dan lain-lain sebagainya merupakan sumber penghidupan bagi jutaan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan.

Tanaman pinang (Areca catechu L.) adalah salah satu jenis palma yang memiliki banyak kegunaan antara lain untuk konsumsi, bahan industri kosmetika, kesehatan, dan bahan pewarna pada industri tekstil. Tanaman ini tersebar luas di wilayah Indonesia, baik secara individu maupun populasi, dan umumnya ditanam sebagai tanaman pagar atau pembatas kebun (Novarianto Dan Rompas, 1990)

Pinang termasuk jenis tanaman yang sudah dikenal luas di masyarakat karena secara alami penyebarannya cukup luas di berbagai daerah. Ada beberapa jenis pinang diantaranya pinang biru, pinang hutan, pinang irian, pinang kelapa, pinang sirih dan pinang merah.

Pinang merupakan salah satu komoditas hasil hutan non-kayu dari Sumatera Utara yang memiliki potensi yang cukup besar. Luas areal dan produksi pinang mengalami mengalami peningkatan dalam kurun 4 tahun terakhir (2008-2011). Luas areal mengalami peningkatan dari 4.499,20 ha menjadi


(14)

5.380,89 ha dengan laju pertumbuhan sebesar 19,59%, sedangkan produksi dari 2.783,76 ton menjadi 3.238,72 ton atau mengalami laju pertumbuhan sebesar 16,34% (BPS, 2012).

Seiring dengan meningkatnya pemanfaatan pinang, permintaan untuk ekspor juga terus meningkat. Negara tujuan ekspor saat ini meliputi Pakistan, Nepal, Bangladesh, India, Singapura, dan Thailand. Indonesia menjadi produsen utama pinang dunia dengan produksi yang terus meningkat setiap tahun, dan mencapai 100.000 ton pada tahun 2006 (Miftahorrachman, 2006).

Semakin tingginya permintaaan pinang, maka perlu sangat diperlukan untuk mengetahui tata niaga atau pemasaran pinang. Hal ini karena pemasaran adalah ujung tombak dari kegiatan produksi, karena penilaian terakhir dari usaha produksi diberikan oleh pembeli atau pemakaian, karena itu setiap orang yang terlibat dalam organisasi, terlepas dari bobot keterlibatannya, juga terlibat dalam masalah pemasaran (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Kecamatan Sibolangit merupakan salah satu kecamatan yang banyak menanam pinang. Bagi masyarakat Sibolangit, tanaman pinang banyak digunakan untuk pembatas lahan masyarakat, obat-obatan dan digunakan sebagai bahan campuran untuk “nyirih”. Pinang merupakan salah satu komoditas hasil hutan non-kayu dari Sumatera Utara yang memiliki potensi yang cukup besar, namun tanaman pinang masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, hal ini dikarenakan pemasaran yang sulit dan kurang pengetahuan tentang budidaya pinang. Bedasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui besarnya produksi dan pemasaran pinang oleh masyarakat Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera


(15)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pemasaran komoditi pinang di Kecamatan Sibolangit.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor pengembangan pemasaran pinang di Kecamatan Sibolangit.

3. Menentukan Strategi pengembangan dan pemasaran terhadap permasalahan yang timbul berkaitan dengan rantai pemasaran pinang.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pemasaran pinang di Kecamatan Sibolangit, sebagai bahan pertimbangan dalam usaha tani yang harus dikembangkan dan meningkatkan harga pinang untuk kesejahteraan masyarakat petani.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Pinang merupakan tumbuhan tropika yang ditanam untuk mendapatkan buahnya dan keindahannya sebagai hiasan taman. Tingginya antara 10 hingga 30 m dan meruncing di bagian pucuk, ukuran melintang batang pokok 15 cm hingga 20 cm. Di bagian jemala (crown) pokok ini berbentuk bulat dan berwarna hijau semasa muda dan apabila masak ia menjadi kuning dan merah. Pinang (Areca catechu) adalah sejenis palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian timur (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

Pinang termasuk jenis tanaman yang sudah dikenal luas di masyarakat karena secara alami penyebarannya cukup luas di berbagai daerah. Ada beberapa jenis pinang diantaranya pinang biru, pinang hutan, pinang irian, pinang kelapa, dan pinang merah. Salah satu jenis pinang yang sudah dikenal masyarakat adalah pinang sirih yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Pohon tumbuh satu – satu, tidak berumpun seperti jenis palem umumnya. 2. Batang lurus agak licin tinggi dapat mencapai 25 cm.

3. Diameter batang atau jarak antar-ruas batang sekitar 15 cm 4. Garis lingkaran batang tampak jelas.

5. Bentuk buah bulat telur, mirip telur ayam, dengan ukuran sekitar 3,5-7,7 cm serta berwarna hijau waktu muda dan merah jingga atau merah kekuningan saat masak tua (Syukur, 2009).


(17)

Klasifikasi Pinang (Areca catechu)

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (monokotil)

Ordo : Arecales

Family : Arecaceae

Genus : Areca

Spesies : Areca catechu L Nama Daerah

Jawa : Pinang, jambe (Banyuwangi); jambe (Sunda); wohan Kalimantan : Gahat, gehat, kahat, taan, pinang

Maluku : Bua, hua, soi, hualo, hual, soin, palm

Sumatera : Pineng, pineung (Aceh), pinang (Gayo), batang mayang (Karo), pining (Toba), batang pinang (Minangkabau)

Sulawesi : Mamaan, nyangan, luhuto, luguto, poko rapo, amongon Ciri-ciri Pinang

Akar : Berakar serabut, putih kotor

Batang : Batang tegak lurus tinggi 10-30 m, bergaris tengah 15 cm, tidak bercabang dengan bekas daun yang lepas. Pembentukan batang baru terjadi setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5-8 tahun tergantung keadaan tanah

Daun : Daun majemuk menyirip tumbuh berkumpul di ujung batang membentuk roset batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80 cm, tangkai daun pendek. Panjang helaian daun 1-1,8 m, anak


(18)

daun mempunyai panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan ujung sobek dan bergigi

Bunga : Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari bawah roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap. Ada 1 bunga betina pada pangkal, di atasnya banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning, benang sari 6. Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau, bakal buah beruang satu.

Buah : Buahnya buah buni, bulat telur sungsang memanjang, panjang 3,5-7 cm, dinding buah berserabut, bila masak warnanya merah oranye. Buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan da 4 bulan kmudian mempunyai jambul daun-daun kecil yang belum terbuka

Biji : Biji satu, bentuknya seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan dangkal, panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak perisperm berwarna coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembus endosperm yang berwarna agak keputihan (Syukur, 2009).

Manfaat pinang

Tanaman pinang dapat dijadikan tanaman pagar, penghijauan, bahan bangunan, dan hiasan, bagian-bagian tanamannya sangat berkhasiat menyembuhkan beberapa penyakit. Pinang terutama ditanam untuk


(19)

dimanfaatkan bijinya, yang di dunia Barat dikenal sebagai betel nut. Biji ini dikenal sebagai salah satu campuran orang makan sirih, selain gambir, dan kapur (Syukur, 2009).

Daun

Daun pinang mengandung minyak atsiri yang dapat mengobati gangguan radang tenggorokan, pangkal tenggorokan, dan pembuluh broncial. Pucuk daun muda yang rasanya pahit pun dapat dijadikan obat nyeri otot. Selain obat, daun pinang dijadikan sebagai pupuk hijau (Kristina dan Syahid, 2007).

Pelepah

Pelepah pinang dapat dipakai sebagai bahan baku pembungkus makanan, seperti pembungkus gula merah, gula aren, atau gula tebu. (Kristina dan Syahid, 2007).

Batang

Batang berguna sebagai bahan bangunan, jembatan, dan saluran air. Bahkan, setiap tahun pada perayaan hari kemerdakaan, batang pinang dipakai sebagai tiang untuk lomba panjat pinang. Tanamannya sendiri dapat dipakai untuk mencegah terjadinya erosi atau longsor pada tanah miring (Kristina dan Syahid, 2007).

Sabut buah

Buah pinang mengandung sabut dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kuas gambar atau kuas alis mata. Sabut pinang rasanya hangat dan pahit, digunakan untuk gangguan pencernaan, sembelit dan edema   (Kristina dan Syahid, 2007). 


(20)

Biji

Biji berguna untuk bahan makanan, bahan baku industri seperti perwarna kain, dan obat. Seperti juga pelepah pinang, biji pun perlu pengolahan untuk mendapatkan produk-produk tersebut. Biji pinang sebagai penyusun ramuan obat sudah masuk ke dalam daftar prioritas WHO (Word Health Organization) yang bernaung dibawah PBB. Biji pinang ini dimanfaatkan sebagai obat sejak ribuan tahun sebelum masehi, terutama di Mesir. Hingga kini, ada sekitar 23 negara yang menggunakan biji pinang sebagai obat cacing, eksim, sakit gigi, flu, luka, kudis, difteri, nyeri haid, mimisan, sariawan, mencret, koreng, borok (Kristina dan Syahid, 2007).

Air rebusan dari biji pinang digunakan untuk mengatasi penyakit seperti haid dengan darah berlebihan, hidung berdarah (mimisan), koreng, borok, bisul, eksim, kudis, difteri, cacingan (kremi, gelang, pita, tambang), mencret dan disentri oleh masyarakat desa Semayang Kutai Kalimatan Timur. Selain itu digunakan juga untuk mengatasi bengkak karena retensi cairan (edema), rasa penuh di dada, luka, batuk berdahak, diare, terlambat haid, keputihan, beri-beri, malaria, memperkecil pupil mata. Biji dan kulit biji bagian dalam dapat juga digunakan untuk menguatkan gigi goyah, bersama-sama dengan sirih. Air rendaman biji pinang muda digunakan untuk obat sakit mata oleh suku Dayak Kendayan, di Kecamatan Air Besar Kalimantan Barat. Sementara bagi masyarakat Papua umumnya, pinang muda digunakan bersama dengan buah sirih untuk menguatkan gigi. Selain sebagai obat penguat gigi, masyarakat pesisir pantai desa Assai dan Yononi, yang didiami oleh suku Menyah, Arfak, Biak dan Serui (Papua), biji pinang muda digunakan sebagai obat untuk mengecilkan rahim setelah melahirkan oleh kaum wanita dengan cara memasak buah pinang muda tersebut dan airnya diminum selama satu minggu (Kristina dan Syahid, 2007).


(21)

Penyebaran dan Produksi Pinang

Ekspor biji pinang dari Sumatra Utara terus mengalami penurunan hingga September 2009 sebesar 30,77 % bila dibanding periode yang sama tahun lalu. Data dari Subdinas Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara (Disperindagsu), menunjukkan penurunan tersebut terjadi sejak pelabuhan di Mumbai India sebagai negara terbesar pengimpor biji pinang harus pindah. Sejak pelabuhannya dipindahkan pada akhir 2008 yang lalu, ekspor biji pinang tidak pernah mengalami kenaikan. Itu mereka lakukan dengan alasan untuk melindungi pemasaran dalam negeri, India juga membuat kampanye negatif tentang kualitas biji pinang dari Indonesia, termasuk Sumut, yang disebutkan tidak higienis hingga dapat menyebabkan kanker gusi. Berdasarkan data Surat Keterangan Asal (SKA) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatra Utara (Disperindagsu), volume ekspor biji pinang periode Januari - September 2009 mencapai 8,364 ton dengan nilai US$4,098 juta (Disperindagsu, 2009).

Sampai saat ini sentra tanaman pinang di Indonesia adalah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Penyebarannya meliputi Aceh, Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat. Dengan terus meningkatnya permintaan pasar untuk ekspor, membuka peluang pengembangan di wilayah Indonesia lainnya. Untuk mendukung pengembangan komoditi pinang maka salah satu yang dibutuhkan adalah ketersediaan benih unggul. Hal ini bisa diperoleh melalui serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman. Salah satu di antaranya adalah kegiatan eksplorasi, untuk mempelajari keragaman genetik, sekaligus mengumpulkan bahan tanaman sebagai materi pemuliaan tanaman (Pandin dan Rompas, 1994).


(22)

Sampai dengan tahun 2006 Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain Manado telah melakukan eksplorasi di Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Daerah Istimewa Aceh, dan Kalimantan Selatan. Akses pinang asal pulau Sumatera memiliki keragaman yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan pengelompokan dan jarak genetik antar aksesi pinang berdasarkan karakter vegetatif dan generatif (Miftahorrachman, 2006).

Panen dan Pasca Panen Pinang

A. Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Panen buah masak penuh

Panen dapat dilakukan pada buah yang menjelang masak atau sudah masak. Tanda buah siap panen adalah warna kulit berwarna kuning atau kemerahan. Panen dapat dilakukan setiap hari dengan menggilir beberapa kelompok tanaman. Pada skala usaha luas 1 ha, panen dapat diatur sekali sebelum produksi rata-rata 400 kg biji pinang kering buah yang di panen harus dalam kondisi kuning.

2. Panen buah muda

Pinang kacung dipanen saat buah masih berwarna hijau tua atau berumur antara 7 - 8 bulan. Biasanya buah yang dipanen cara seperti ini, dalam proses pasca panen melalui perebusan sehingga buah akan mengeras dan tidak mudah terserang hama/penyakit.

B. Penanganan pasca panen

Sesudah di panen buah dibelah menjadi dua tujuannya adalah agar buah cepat kering, setelah buah terbelah semua segera dikeringkan dengan panas sinar matahari, setelah kering buah yang masih mempunyai kulit tadi di cungkil setelah itu buah dijemur kembali selama 50 jam. Penjemuran berlangsung selama 4 hari secara


(23)

berturut-turut. Setelah kering biji pinang dapat dikemas dalam karung plastik untuk dijual atau disimpan dalam gudang.

Teori Pemasaran

Produksi dan pemasaran mempunyai ketergantungan yang erat. Produksi yang meningkat tanpa didukung oleh sistem pemasaran yang dapat menampung hasil dengan tingkat harga yang layak tidak akan berlangsung lama, malah pada waktunya ia akan menurun karena pertimbangan untung rugi usahatani (Haerah, 1979).

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seorang atau sekelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. Defenisi ini didasarkan pada konsep inti berikut yaitu kebutuhan, keinginan dan permintaan (Kotler dan Philip, 2000)

Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang-barang mengalir dari produsen sampai kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna dan bentuk melalui proses pengelolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan.

Dalam pemasaran terdapat empat prinsip dasar yang terdiri 4P, yaitu: 1. Product (produk)

2. Price (harga) 3. Place (tempat)

4. Promotion (promosi) (Sudiyono, 2004)

Pemasaran merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses pertanian. Kondisi pemasaran menimbulkan suatu siklus atau lingkaran pasar suatu


(24)

komoditas. Bila pemasaran tidak baik mungkin disebabkan karena daerah produsen terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran terlalu panjang atau hanya ada satu pembeli. Kondisi ini merugikan pihak produsen. Hal ini berarti efesiensi dibidang pemasaran masih rendah. Sistem pemasaran dikatakan efesien bila:

1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya serendah-rendahnya.

2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang (Daniel, 2002).

Analisis Pemasaran

Sistem distribusi barang (termasuk hasil hutan) dari produsen ke konsumen bisa dilakukan dengan melalui cara langsung maupun cara tidak langsung. Keputusan untuk mendistribusikan barang dalam sistem tataniaga yang sedang berjalan disebut dengan “One time strategic decision”. Sistem distribusi dikatakan optimal adalah jika pada sistem dimaksud (yaitu : sistem tataniaga yang sedang berjalan), harga sama dengan biaya marjinal (necessary condition). Pada kondisi tersebut, tercapai tingkat efisiensi dari biaya distribusi barang dari produsen ke konsumen (Awang, 2002).

Saluran pemasaran merupakan serangkaian kegiatan yang menyelenggarakan kegiatan tata niaga, menyalurkan barang dari produsen kepada konsumen. Saluran ini mempunyai hubungan organisasi satu sama lain. Timbulnya saluran tata niaga ini karena keinginan konsumen untuk mendapatkan barang yang dikehendaki dan penyesuaian produksi terhadap keinginan konsumen (Sihombing, 2005).

Strategi pemasaran merupakan strategi untuk melayani pasar atau segmen pasar yang dijadikan target oleh seorang pengusaha. Oleh karena itu, strategi pemasaran


(25)

merupakan kombinasi bauran pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan untuk melayani pasarnya. Dari definisi ini jelas terlihat bahwa penerapan strategi pemasaran sangat penting dalam menarik konsumen untuk meningkatkan penjualan suatu produk. Penerapan ini sangat berdampak bagi perusahaan dalam jangka panjang untuk menguasai pangsa pasar terbesar dari pangsa pasar yang ada. Apabila suatu perusahaan menerapkan strategi pemasarannya dengan mantap dan tepat dalam menarik minat konsumen, maka ia akan lebih mudah menguasai pangsa pasar yang ada (Soni, 2008).

Tahapan proses penyampaian komoditas atau barang dalam tata niaga hasil pertanian dimulai dari produsen sampai kepada konsumen. Tahap-tahap proses tersebut adalah : (1) proses konsentrasi, (2) proses Equalisasi, dan (3) proses diversi. Pada tahap proses konsentrasi dimana pedagang perantara mengumpulkan barang-barang dari produsen/ petani, dan pedagang besar mengumpulkan barang-barang dari pedagang pengumpul. Proses equalisasi dimana pedagang besar menahan barangnya untuk sementara sebelum dijual ke pasar. Sedangkan proses diversi adalah proses penjualan barang dari pedagang besar kepada pedagang eceran, dan penjualan dari pedagang eceran kepada konsumen (Ginting, 2006).

Analisis SWOT

Salah satu model perencanaan strategis adalah analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities dan Threats).

S dan W mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan dalam hal ini berkaitan dengan fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemberian motivasi dan pengendalian). S dan W juga mengidentifikasi kekuatan dan


(26)

kelemahan pada fungsi bisnis yaitu : merancang pemasaran dan produk; produksi dan penawaran; sumber daya manusia; dan keuangan.

O dan T merupakan analisis eksternal – berupa peluang dan ancaman yang meliputi aspek : sosial, teknologi, ekonomi, politik, hukum, lingkungan, demografi dan pesaing. Dalam analisis matrix SWOT diterapkan sistem “skoring” untuk unsur-unsur yang dianggap penting (Hisyam, 1998).

Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (ThreathS) (Hisyam, 1998).

Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal (Hisyam, 1998).

Tabel 1. Matriks SWOT Kearns

EKSTERNAL INTERNAL


(27)

STRENGTH Comparative Advantage

Mobilization WEAKNESS Divestment/Investment Damage Control

Keterangan:

Sel A: Comparative Advantages

Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat. Sel B: Mobilization

Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.

Sel C: Divestment/Investment

Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).

Sel D: Damage Control

Sel ini merupaka kondisi yang paling lemah dari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi


(28)

yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak

menjadi lebih parah dari yang diperkirakan (Hisyam, 1998).

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Pelaksanaannya dimulai pada bulan April sampai juli 2012.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera untuk dokumentasi penelitian, alat-alat tulis untuk menulis data, kalkulator untuk menghitung data, dan kuisioner.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat petani dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan lokasi penelitian yang berada di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Prosedur Penelitian

Metode pengumpulan data

Pelaksanaan penelitian ini memiliki dua data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer antara lain data sosial ekonomi, alur pemasaran pinang, perbandingan harga nilai jual pinang mulai dari pedagang terkecil hingga terbesar. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain adalah kondisi umum lokasi atau data umum yang ada pada instansi


(29)

pemerintah di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.

Pengambilan sampel Sampel desa

Sampel desa yang diteliti adalah semua desa yang berada pada Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah metode purposive sampling (penarikan contoh secara bertujuan), teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya.

Sampel responden

Responden kasus dalam kajian ini adalah kepala keluarga (KK) petani dan pengusaha pinang pada Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Sampel yang dilakukan adalah purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel secara sengaja untuk tujuan tertentu. Jumlah petani pinang sebanyak 50 orang dan 20 orang dari pedagang besar atau pengumpul di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

Teknik dan Tahapan Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan (daerah terpilih sebagai lokasi kajian), tahapan yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:


(30)

1. Melakukan observasi dan analisis permasalahan yang ada di lapangan untuk memperoleh informasi mengenai petani dan pengusaha pinang.

2. Melakukan wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuesioner terhadap petani dan pengusaha pinang.

3. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder, selanjutnya ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data. Data primer yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian, serta dilakukan analisis para pihak untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait.

Analisis data

Alur pemasaran pinang

Mengetahui alur pemasaran pinang dilakukan dengan wawancara kepada petani maupun pengusaha yang dihubungkan dengan harga jual tiap produknya, sehingga diketahui juga besarnya nilai tambah yang diperoleh setelah adanya pengolahan pinang dan alur pemasarannya. Kemudian dihitung dengan rumus margin pemasaran dan margin keuntungan menurut Rahayu dkk (2004). Secara matematis margin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :

Mji = Pr – Pf

Keterangan :

Mji = Marjin Pemasaran Pinang

Pr = Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen Pf = Harga pembelian pemasaran di tingkat produsen


(31)

Secara matematis parameter pengukur distribusi keuntungan dan bagian biaya yang diterima petani dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

Ski = Analisis distribusi keuntungan Ki = Margin keuntungan

Pr = Harga penjualan pemasaran ditingkat konsumen

Keterangan :

Sp = Harga yang diterima petani

Pf = Harga pembelian pemasaran ditingkat produsen Pr = Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen Manfaat Ekonomi dari Pinang

Metode deskriptif juga digunakan dalam menganalisis manfaat ekonomi pinang di masyarakat. Dalam hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berbagai jenis manfaat yang dapat dimanfaatkan masyarakat melalui budidaya pinang serta nilai manfaat ekonominya. Metode pengumpulan data untuk tujuan penelitian ini akan menggunakan metode wawancara dengan kuisioner serta interaksi langsung dengan masyarakat sesuai

dengan kebiasaan masyarakat dalam pemanfaatan pinang. pengumpulan data untuk tujuan

penelitian ini akan menggunakan metode wawancara dengan kuisioner serta interaksi

langsung dengan masyarakat sesuai dengan kebiasaan masyarakat dalam pemanfaatan  

Sp =   Pf            Pr X100 %  

Ski =   Ki            Pr X100 %


(32)

Analisis SWOT

Data yang diperoleh dari lapangan berupa hasil kuisioner dan wawancara, dan data

sekunder lainnya misalnya data kadaan di lapangan dianalisis secara deskriptif kemudian

kedua data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik analisis SWOT. Teknik analisis

SWOT yaitu dengan menganalisa tentang masalah dan rantai pemasaran pinang dari segi

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki, kemudian dibuat strategi

pemecahan permasalahan menurut kekuatan dan peluang untuk menekan ataupun

mengurangi kelemahan. Hal tersebut dimasukkan kedalam tabel analisis Swot seperti

berikut:

Tabel 2. Tabel Analisis SWOT EKSTERNAL INTERNAL OPPORTUNITY TREATHS Tentukan factor-faktor peluang eksternal Tentukan factor-faktor ancaman eksternal

STRENGTH STRATEGI SO STRATEGI ST

Tentukan factor-faktor kekuatan internal

Ciptakan strategi

yangmenggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

WEAKNESS STRATEGI WO STRATEGI WT

Tentukan factor-faktor kelemahan internal

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk mengatasi ancaman


(33)

     

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dilapangan melalui observasi, kuisioner, dan wawancara diperoleh hasil-hasil yang dapat dikategorikan sebagai berikut:

Karakteristik Responden

Jumlah responden pada penelitian ini adalah 70 orang (Tabel 3). Responden terdiri dari petani pinang sebanyak 50 orang, pedagang pengumpul kecamatan/kabupaten sebanyak 20 orang. Petani yang menjadi responden adalah yang melakukan usahatani pinang, baik sebagai usaha sampingan maupun sebagai usaha pokok. Karakteristik petani responden satu tidak banyak berbeda dengan responden lainnya. Para petani pinang di Kecamatan Sibolangit hampir seluruhnya menjual tanaman pinang dalam bentuk biji basah dan kering.

Tabel 3. Jumlah Responden dalam Penelitian

No. Responden Jumlah

1 Petani Pinang 50

2 Pengumpul Pinang 20

Total 70


(34)

Umur petani pinang yang dipilih sebagai responden dalam penelitian ini berkisar antara 26 tahun sampai 68 tahun pada tahun. Klasifikasi usia petani pinang di kecamatan Sibolangit selengkapnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Usia Petani Pinang di Kecamatan Sibolangit

No. Kelompok umur (tahun) Jumlah petani (orang)

Persentase (%)

1 <30 2 4,00

2 30-39 10 20,00

3 40-49 12 24,00

4 50-59 20 40,00

5 60-70 6 12.00

Jumlah 50 100,00

Tingkat Pendidikan Petani

Tingkat pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan akan pemeliharaan dan perawatan pinang yang masih seadanya dan bedasarkan pengalaman selama bertani sesuai dengan keterangan yang disampaikan seluruh responden. Dapat dilihat dari Tabel 5.

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Petani

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SD 8 16,00

SLTP 16 32,00

SLTA 26 52,00

Total 50 100,00

Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi

Sumber benih pinang yang di tanam petani umumnya berasal dari pertanaman pinang lokal yang telah ada. Seleksi pohon induk sebagai sumber benih pinang belum dilakukan oleh petani. Tanaman pinang di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang terdapat 3 jenis tanaman pinang yaitu pinang batu, pinang lonjong, dan pinang wangi.


(35)

Petani pinang yang diwawancarai pada penelitian ini sebagian besar tidak melakukan pemupukan dan penggunaan peptisida pada tanaman pinang yang di kelolanya. Keadaan ini memberikan keuntungan bagi para petani pinang dikarenakan biaya produksi yang minim tetapi tidak untuk kualitas produksi pinang.

Budidaya pinang pada umumnya diusahakan secara tumpangsari/polikultur dengan tanaman tahunan maupun dengan tanaman semusim. Sistem tanam yang banyak dijumpai adalah dengan sistem tanam pagar, namun ada juga yang mengusahakannya dalam satu hamparan dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi. Sebagian besar petani yang memiliki tanaman pinang tidak melakukan usaha pemeliharaan atau perawatan yang intensif. Keadaan ini menyebabkan produktivitas tanaman pinang rendah.

Penelitian yang dilakukan, terdapat tiga macam pola tanam tumpang sari yang diusahakan oleh petani, yaitu pola tanam pinang dan kakao, pinang dan pisang, pinang dan tanaman campuran. Jarak tanam pinang yang dilakukan sangat beragam sehingga produksi yang dihasilkan pun rendah dan beragam.


(36)

(b) (c)

Gambar 1. (a) Pinang menjadi tanaman pagar dan pisang tanaman utama, (b) Denah tanaman di desa Sanyum Sabah, (c) Pinang menjadi tanaman pagar dan tanaman

campuran Sarana Transportasi

Transportasi yang ada pada Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang sangat beragam mulai dari anggkutan kota sampai anggkutan kota dalam provinsi. Transportasi yang ada pada Kecamatan Sibolangit hanya melewati jalan lintas sumatera dan tidak memasuki desa-desa yang ada didalam kecamatan Sibolangit. Macam-macam jenis transportasi yang ada di Kecamatan Sibolangit:

PT. Sutra (sumatera transport), PT. Aronta, PT. Sinabung Jaya Raya, CV. Murni express, Serasi Borneo (Sumatera Borneo), Karo Indah, Sebayang, Selamat Jalan, Dll

(a) (b)


(37)

Sistem Pemanenan Pinang

Penanganan pasca panen pinang dilakukan oleh petani secara sederhana, yakni: (a) Panen dilakukan pada saat buah matang penuh dengan cara dipetik/dipotong menggunakan galah berkait pisau dan mengumpulkan pinang matang yang telah jatuh; (b) Pengeringan biji pinang dengan menjemur selama 5-10 hari dalam bentuk buah utuh dengan cara menggantung atau menghamparkan buah pinang pada tempat pengeringan. Ada juga biji pinang yang baru dipanen dibelah, kemudian dikeringkan. Cara lain adalah buah matang utuh direndam dalam air mendidih untuk beberapa menit, didinginkan, dan dikeringkan dengan cara menjemur, cara ini dilakukan untuk mempercepat proses pengeringan. Setelah buah pinang kering dilakukan pengupasan secara manual dan pengeringan lanjutan biji pinang. Pengolahan biji pinang oleh pedagang pengumpul tingkat kecamatan dan kabupaten/agen komisi biasanya ditangani seadanya yaitu bila dianggap perlu akan dilakukan penjemuran selama 1-2 hari dengan tujuan untuk menjaga kualitas mutu biji pinang yang dikumpulkan sebelum sampai ke tangan konsumen. Pengeringan biji pinang mulai dari tingkat petani hingga pengumpul secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan sinar matahari yang jika diakumulasi berkisar antara 7-14 hari.


(38)

(a) (b) Gambar 3 . (a) Pinang yang dijemur menggunakan sinar matahari, (b)

Pengupasan secara manual

Produktivitas tanaman pinang di Sibolangit relatif rendah dengan mutu yang beragam dari grade A sampai dengan grade C, tergantung pada kondisi fisik biji pinang. Grading dilakukan oleh eksportir sesuai permintaan.

Subsistem Pemasaran Pinang

Pemasaran biji pinang menjadi begitu penting karena terjadi proses distribusi produk dari petani hingga ke tangan konsumen. Pemasaran hasil pinang oleh petani berupa biji pinang kering dan biji pinang segar. Pemasaran hasil pinang selama ini belum menjadi masalah serius bagi petani. Jalur pemasaran dilakukan petani dengan beberapa cara yaitu: (1) petani menjual biji pinang kering ke pedagang pengumpul yang ada di desa atau dari desa/kecamatan lain (penggalas), merupakan jalur terpendek bagi pemasaran hasil pinang dan jumlahnya terbanyak untuk pemasaran pinang karena penggalas langsung mendatangi lokasi petani, (2) petani menjual ke pedagang pengumpul kecamatan, (3) petani menjual langsung ke konsumen. Pada umumnya petani tidak menemukan kesulitan dalam memasarkan biji pinang yang dihasilkan.


(39)

Masalah yang dihadapi petani adalah harga murah yang tidak sesuai menurut perhitungan petani.

(a) (b)

Gambar 4. (a) Pinang yang telah di belah (b) Pinang yang siap untuk di jual ke konsumen

Tantangan yang sering dihadapi petani dalam mengembangkan produk pinang adalah fluktuasi harga. Fluktuasi harga terjadi secara musiman, bulanan, mingguan, dan bahkan harga dapat berubah dalam hitungan hari. Harga tertinggi hanya dapat dicapai pada saat bulan Juli-September, dan harga terendah terjadi saat panen besar yaitu pada bulan Februari-April. Hal ini menyebabkan ketidakpastian dalam pendapatan yang dapat diterima oleh petani pinang.

Alur Pemasaran Pinang

D

C

A A A


(40)

B

Gambar 5. Alur pemasaran pinang di kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Alur pemasaran ini menunjukkan bahwa petani pinang di kecamatan Sibolangit dapat menjual hasil pinang ke pengumpul kecamatan, pengumpul kabupaten dan kepada konsumen, pengumpul kecamatan menjualnya ke konsumen dan pengumpul kabupaten, dan pengumpul kabupaten menjualnya ke eksportir. Dapat juga di lihat dari (Gambar 5) alur pemasaran pinang bahwa petani pinang dapat langsung menjualnya ke konsumen sama halnya menurut Awang (2002) yang menyatakan sistem distribusi barang (termasuk hasil hutan) dari produsen ke konsumen bisa dilakukan dengan melalui cara langsung maupun cara tidak langsung. Keputusan untuk mendistribusikan barang dalam sistem tataniaga yang sedang berjalan disebut dengan “One time strategic decision”. Sistem distribusi dikatakan optimal adalah jika pada sistem dimaksud (yaitu : sistem tataniaga yang sedang berjalan), harga sama dengan biaya marjinal (necessary condition). Pada kondisi tersebut, tercapai tingkat efisiensi dari biaya distribusi barang dari produsen ke konsumen.

Panjangnya rantai perdagangan pinang menyebabkan tidak efisiennya biaya produksi dan telah menimbulkan margin ganda. Dengan panjangnya mata rantai ini juga menyebabkan informasi pasar yang tidak sempurna sehingga tidak dapat dihindari struktur pasar yang dispersal. Konsekuensi dari kondisi ini adalah nilai tambah dari komoditas pinang tidak dapat dinikmati oleh petani.


(41)

tahapan proses penyampaian komoditas atau barang dalam tata niaga hasil pertanian dimulai dari produsen sampai kepada konsumen. Tahap-tahap proses tersebut adalah : (1) proses konsentrasi, (2) proses Equalisasi, dan (3) proses diversi. Pada tahap proses konsentrasi dimana pedagang perantara mengumpulkan barang-barang dari produsen/petani, dan pedagang besar mengumpulkan barang-barang dari pedagang pengumpul. Proses equalisasi dimana pedagang besar menahan barangnya untuk sementara sebelum dijual ke pasar. Sedangkan proses diversi adalah proses penjualan barang dari pedagang besar kepada pedagang eceran, dan penjualan dari pedagang eceran kepada konsumen.

Pinang akan di jual di pasar-pasar yang ada di Kecamatan Sibolangit, ada juga yang menjualnya ke pasar Pancur batu, daerah Medan dan keluar provinsi Sumatera Utara setelah di lakukan pengelolahan terlebih dahulu oleh petani dan pengumpul. Harga masing-masing pinang setelah dilakukan pengelolahan adalah Rp. 5.000/kg.

1. Alur Pemasaran Pinang (pola A)

Gambar 6. Alur pemasaran pinang pola A

Pola A ini menunjukkan bahwa petani menjual pinang melalui pengumpul kecamatan yang kemudian dilanjutkan ke pengumpul kabupaten, dan pengumpul kabupaten menjual ke eksportir. Kebanyakan petani yang menjual langsung kepada pengumpul disebakan oleh dana yang dikeluarkan petani dalam pemasaran pinang sangat tinggi sehingga petani lebih memilih untuk memborongkan pinang mereka kepada pengumpul.

Petani Pinang Pengumpul kecamatan

Pengumpul kabupaten


(42)

Biaya tataniaga adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pergerakan barang dari tangan produsen sampai konsumen akhir atau setiap biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran. Besar kecilnya biaya pemasaran berbeda-beda untuk masing-masing lembaga pemasaran yang bersangkutan.

Tabel 6. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola A

Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga per Kg (Rp) Persen (%)

Petani pinang Harga Jual 3000

Biaya Produksi 1000

Margin Keuntungan 2000

Persen Margin keuntungan 66,67

Pengumpul Kecamatan

Harga Beli 3000

Harga Jual 4000

Biaya Tataniaga 250

Margin keuntungan 750

Persen Margin keuntungan 18,75

Pengumpul Kabupaten

Harga Beli 4000

Harga Jual 9000

Biaya Tataniaga 2500

Margin Keuntungan 2500

Persen Margin keuntungan 27,78

Eksportir Harga Beli 9000

Total Margin Keuntungan 5250

Persentase keuntungan petani pinang pada pola A dapat dilihat dari Tabel 6. sebesar 66,67% atau sebesar Rp.2000 setiap kg. Dari hasil perhitungan ini diketahui bahwa distribusi persentase keuntungan petani pinang lebih besar dibandingkan dengan pengumpul kecamatan. Besarnya persentase distribusi keuntungan pengumpul diperoleh dengan membagikan nilai dari margin keuntungan dengan nilai harga penjualan ditingkat konsumen. Hal ini dipengaruhi adanya biaya tataniaga atau biaya pengolahan yang dilakukan oleh pengumpul pinang sebelum menjual pinang tersebut yang meliputi biaya transportasi, upah karyawan, retribusi dan biaya tak terduga lainnya, sedangkan petani pinang hanya mengeluarkan biaya produksi selama


(43)

pengambilan pinang yang meliputi biaya untuk keperluan makan dan biaya untuk peralatan yang digunakan.

Tabel 7. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola A

Persentase margin pemasaran di tingkat petani dapat dilihat pada Tabel 7. sebesar 11,11 % untuk pinang. Marjin Pemasaran untuk pinang mentah pada Tabel 7. sebesar Rp. 8.000/kg. Margin pemasaran diperoleh dari harga penjualan ditingkat konsumen dikurangi dengan harga penjualan ditingkat produsen atau petani dan persentase margin pemasaran untuk tingkat petani diperoleh dengan membagikan harga produksi (biaya yang keluar selama proses pemanenan pinang) dengan harga penjualan ditingkat eksportir, sementara persentase margin pemasaran untuk tingkat pengumpul diperoleh dengan membagikan harga beli ditingkat petani dengan harga beli ditingkat eksportir. Harga atau biaya produksi untuk semua pelaku pasar diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden.

Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani selama pengambilan pinang merupakan biaya kebutuhan para petani dalam pemanenan pinang, diantaranya biaya pangan, biaya transportasi, biaya pembelian alat dan biaya kebutuhan lainnya.

2. Alur Pemasaran Pinang (pola B)

Pola B ini menunjukkan petani menjual pinang melalui pengumpul kabupaten yang kemudian dilanjutkan ke eksportir, kebanyakan petani yang menjual langsung

Pelaku Pasar Jenis Harga Harga per Kg (Rp)

Persen (%)

Petani pinang Harga Produksi 1000 11,11

Pengumpul kecamatan

Harga beli 3000 33,33

Pengumpul kabupaten

Harga Beli 4000 44,44

Eksportir Harga Jual 9000 100,00


(44)

kepada pengumpul disebakan oleh dana yang dikeluarkan petani dalam pemanenan sangat tinggi sehingga petani lebih memilih untuk memborongkan pinang mereka kepada pengumpul, dari pengumpul selanjutnya memasarkan pinang tersebut kepada eksportir.

Gambar 7. Alur pemasan pinang pola B

Tabel 8. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola B Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga per Kg

(Rp)

Persen (%) Petani pinang

Harga Jual 4000

Biaya Produksi 1250

Margin Keuntungan 2750

Persen Margin keuntungan 68,75

Pengumpul kabupaten

Harga Beli 4000

Harga Jual 9000

Biaya Tataniaga 2500

Margin Keuntungan 2500

Persen Margin keuntungan 27,78

Eksportir Harga Beli 9000

Total margin keuntungan 5250

Distribusi persentase keuntungan pengumpul pinang Dari Tabel 8. tersebut dapat diketahui adalah 27,78% dengan margin keuntungan yang diperoleh Rp. 9.000 -(Rp. 4.000 + Rp. 2500) = Rp. 2500/kg untuk pinang. Persentase distribusi keuntungan ditingkat petani pinang sebesar 68.75%. Hasil perhitungan pada Tabel 8. diketahui bahwa distribusi persentase keuntungan petani pinang lebih besar dibandingkan dengan pengumpul. Besarnya persentase distribusi keuntungan pengumpul diperoleh dengan membagikan nilai dari margin keuntungan dengan nilai harga penjualan ditingkat

Petani Pinang Pengumpul kabupaten


(45)

eksportir sebesar 27,78%. Hal ini dipengaruhi adanya biaya tataniaga atau biaya pengolahan yang dilakukan oleh pengumpul pinang sebelum menjual pinang tersebut yang meliputi biaya transportasi, upah karyawan, retribusi dan biaya tak terduga lainnya, sedangkan petani pinang hanya mengeluarkan biaya produksi selama pengambilan pinang yang meliputi biaya untuk keperluan makan dan biaya untuk peralatan yang digunakan.

Tabel 9. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola B

Persentase marjin pemasaran ditingkat petani pinang Berdasarkan Tabel 9. diketahui bahwa sebesar 16,67%. Marjin Pemasaran untuk pinang mentah pada Tabel 9. sebesar Rp. 9.000 – Rp. 1.250 = Rp. 7.750/kg. Margin pemasaran diperoleh dari harga penjualan ditingkat konsumen dikurangi dengan harga penjualan ditingkat produsen atau petani dan persentase margin pemasaran untuk tingkat petani diperoleh dengan membagikan harga produksi (biaya yang keluar selama proses pemanenan pinang) dengan harga penjualan ditingkat konsumen, sementara persentase margin pemasaran untuk tingkat pengumpul diperoleh dengan membagikan harga beli ditingkat petani dengan harga beli ditingkat konsumen. Harga atau biaya produksi untuk semua pelaku pasar diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden.

3. Alur Pemasaran Pinang (pola C)

Pelaku Pasar Jenis Harga Harga per Kg (Rp)

Persen (%)

Petani pinang Harga Produksi 1250 16,67

Pengumpul Harga Beli 4000 44,44

Eksportir Harga Beli 9000 100,00


(46)

Pola C menunjukkan petani pinang menjual pinang kepada pengumpul kecamatan dan pengumpul kecamatan langsung kepada konsumen tanpa ada perantaraan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.

Gambar 8. Alur pemasaran pinang pola C Tabel 10. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola C

Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga per Kg (Rp)

Persen (%)

Petani pinang

Harga Jual 3000

Biaya Produksi 1000 Margin Keuntungan 2000

Persen Margin keuntungan 66,67

Pengumpul kecamatan

Harga Beli 3000

Harga Jual 5000

Biaya Tataniaga 750 Margin Keuntungan 1250

Persen Margin keuntungan 25,00

Konsumen Harga Beli 5000

Total Margin Keuntungan 3500

Pengamatan dan wawancara yang dilakukan terhadap responden ditingkat petani pinang dalam pengusahaan tanaman pinang disebutkan adanya biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pinang. Adapun biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pinang di kecamatan Sibolangit dapat diklasifikasikan menjadi biaya pengadaan alat, biaya pemanenan dan biaya transportasi, yaitu sebesar Rp. 1.000/kg pada Tabel 10.

Tabel 11. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola C

Pelaku Pasar Jenis Harga Harga per Kg (Rp) Persen (%)

Petani pinang Harga Produksi 1000 20,00

Pengumpul Kecamatan

Harga Beli 3000 60,00

Konsumen Harga Beli 5000 100,00

Margin Pemasaran 4000

Petani Pinang Pengumpul Konsumen


(47)

Persentase marjin pemasaran ditingkat petani pinang berdasarkan Tabel 11. diketahui bahwa sebesar 20%. Marjin Pemasaran untuk pinang mentah pada Tabel 11. ini sebesar Rp. 4000/kg. Persentase marjin pemasaran ditingkat pengumpul dapat diketahui sebesar 60% dengan harga beli pinang sebesar Rp. 3000/kg.

4. Alur Pemasaran Pinang (pola D)

Pola D menunjukkan petani pinang menjual pinang langsung kepada konsumen tanpa ada perantaraan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Kegiatan ini dilakukan petani di pasar-pasar tradisional yang ada di kecamatan Sibolangit.

Gambar 9. Alur pemasaran pinang pola D Tabel 12. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola D

Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga per Kg (Rp)

Persen (%)

Petani pinang

Harga Jual 5000

Biaya Produksi 1500 Margin Keuntungan 3500

Persen Margin keuntungan 70,00

Konsumen Harga Beli 5000

Total Margin Keuntungan 3500

Peneliti melakukan pengamatan dan wawancara terhadap responden ditingkat petani pinang dalam pengusahaan tanaman pinang disebutkan adanya biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pinang. Adapun biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pinang di kecamatan Sibolangit dapat diklasifikasikan menjadi biaya pengadaan alat, biaya pemanenan dan biaya transportasi, yaitu sebesar Rp. 1.500/kg pada Tabel 12.

Tabel 13. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola D

Pelaku Pasar Jenis Harga Harga per Kg (Rp) Persen (%)

Petani pinang Harga Produksi 1500 15,00

Konsumen Harga Beli 5000 100,00

Margin Pemasaran 3500


(48)

Persentase marjin pemasaran ditingkat petani pinang berdasarkan Tabel 13. diketahui bahwa sebesar 15%. Marjin Pemasaran untuk pinang mentah pada Tabel 13. ini sebesar Rp. 5.000 – Rp. 1.500 = Rp. 3500/kg tapi tidak semua petani dapat menikmati harga pinang sebesar itu karena jarak yang jauh petani harus mengeluarkan biaya produksi yang tinggi.

Analisis SWOT

Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal. Secara lebih jelas analisis pengembangan dan pemasaran pinang di Kecamatan Sibolangit dilakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT). Bedasarkan hasil wawancara dan pengisian oleh masyarakat dapat dirumuskan beberapa pokok aspek baik internal maupun eksternal sebagai berikut:

Aspek internal

Aspek internal berupa kekuatan (strength) yang dimiliki pengaruh terhadapat pengembangan dan pemasaran pinang adalah:

1. Tanaman pinang dapat di usahakan secara tumpangsari/polikultur 2. Pinang merupakan jenis komoditi ekspor di Sumatera Utara


(49)

4. Tanaman pinang merupakan tanaman yang semua bagiannya bisa digunakan

Sementara aspek internal berupa kelemahan (weakness) yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan dan pemasaran pinang adalah:

1. Kurangnya informasi pasar yang diterima oleh petani pinang 2. Harga pinang yang tidak stabil

3. Pengelolahan pinang belum disertai dengan upaya budidaya Aspek Eksternal

Aspek esternal berupa peluang (opportunity) yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan dan pemasaran pinang adalah:

1. Permintaan pasar yang terus meningkat baik dari konsumen lokal maupun luar negeri

2. Perkembangan IPTEKS memungkinkan untuk meningkatkan produksi pinang Sementara aspek eksternal berupa ancaman (threath) yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan dan pemasaran pinang adalah:

1. Petani pinang tidak intensif pada pemeliharaan dan perawatan 2. Manajemen pascapanen pinang yang kurang baik

3. Panjangnya rantai perdagangan pinang

Hasil scoring yang diperoleh, dilakukan analisis menentukan strategi pemasaran pinang yang disajikan pada tabel 14:

Tabel 14. Analisis SWOT Pemasaran dan Pengembangan Pinang di Kecamatan Sibolangit

EKSTERNAL

INTERNAL

Opportunity/peluang Treaths/ancaman

1. Permintaan pasar yang terus

meningkat baik dari konsumen lokal

2. Perkembangan IPTEKS

memungkinkan untuk meningkatkan produksi pinang

3. Memiliki pelanggan pengumpul

1. Petani pinang tidak intensif pada pemeliharaan dan perawatan

2. Banyaknya petani yang

menanam pinang

3. Panjangnya rantai


(50)

Bedasarkan unsur kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta menggabungkan dengan unsur peluang dan ancaman, maka ada beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan dan pemasaran pinang kedepan. Strategi ini tentunya berupaya untuk mereduksi kelemahan-kelemahan internal untuk merebut, memanfaatkan dan mengoptimalkan peluang yang ada. Strategi-strategi pengembangan prioritas (WO) yang dapat dilakukan, antara lain:

a. Membentuk kelompok tani dan koperasi di tingkat desa untuk menghindari spekulasi harga yang dilakukan oleh para pengumpul. Kelompok tani dan koperasi ini difasilitasi oleh pemerintah daerah.

b. Pengawasan terhadap sistem pemasaran pinang. Pengawasan ini dilakukan oleh pemerintah daerah agar tidak terjadinya monopoli dan spekulasi para pengumpul yang dapat merugikan para petani.

Strength/kekuatan Strategi SO Strategi ST

1. Tanaman pinang dapat di

usahakan secara tumpangsari/polikultur

2. Pinang termasuk jenis komoditi unggulan

3. Belum terindikasi serangan hama dan penyakit pada tanaman pinang

4. Tanaman pinang merupakan

tanaman yang semua bagiannya bisa di kelola

1. Meningkatkan kuantitas dan

kualitas pinang

2. Melakukan kajian-kajian dan

penelitian-penelitian terhadap aspek-aspek sosial dan ekonomi

3. Meningkatkan nilai jual pinang

4. Budidaya pinang agar dapat menggunakan bibit unggul

1. Memperbaiki manajemen pascapanen agar kualitas pinang terjaga

2. Pemberian penyuluhan kepada petani-petani tentang

pemeliharaan dan perawatan pinang

Weakness/kelemahan Strategi WO Strategi WT

1. Kurangnya informasi pasar yang diterima oleh petani pinang 2. Harga pinang yang tidak stabil

3. Pengelolahan pinang belum

disertai dengan upaya budidaya

1. Membentuk kelompok tani dan koperasi desa

2. Pengawasan terhadap sistem pemasaran pinang

3. Peningkatan SDM

1. Membina hubungan baik antar petani dan pengumpul

2. Pengelolahan pinang dilakukan dengan sistem budidaya intensif


(51)

c. Peningkatan SDM, pemberian penyuluhan dan bimbingan kepada petani yang dicampurtangani oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas petani.

Selain strategi prioritas (WO) sesuai diagram SWOT, strategi-strategi alternatif lain (SO,ST dan WT) juga harus dilakukan. Strategi-strategi alternatif ini dilakukan bersama-sama dengan strategi. Strategi yang dilakukan, antara lain:

a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pinang, jumlah dan mutu pinang harus saling bereratan.

b. Melakukan kajian-kajian dan penelitian-penelitian terhadap aspek-aspek sosial, ekonomi yang bermanfaat dalam pengembangan tanaman pinang. Strategi ini dapat dilakukan dengan menyediakan dana dan mengandeng peneliti-peneliti.

c. Meningkatkan nilai jual pinang dengan cara melakukan kerjasama antara petani dan pemerintah daerah.

d. Melakukan budidaya pinang agar dapat menggunakan bibit unggul, dimana selama ini petani hanya menggunakan bibit yang sudah ada dengan menggunakan bibit unggul maka kualitas dari pinang tersebut akan mempunyai mutu yang bagus.

e. Memperbaiki manajemen pascapanen agar kualitas pinang terjaga. Peranan pemerintah daerah pada hal ini dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada petani tentang pascapanen yang dapat membuat kualitas pinang tetap terjaga.

f. Pemberian penyuluhan terhadap petani tentang pemeliharaan dan perawatan pinang, dimana diantaranya penyuluhan tentang pemberian pupuk dan pemberian peptisida apabila ada penyakit atau hama yang dapat merusak pinang tersebut.

g. Pembinaan hubungan baik antara petani dan pengumpul. Kegiatan ini dilakukan karena kurangnya informasi pasar yang diterima petani, makan dilakukan kegiatan


(52)

pembinaan hubungan baik antara petani dan pengumpul sehingga petani dapat menjual pinangnya ke pengepul dengan harga yang sesuai.


(53)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Terdapat 4 jenis pola pemasaran pinang di Kecamatan Sibolangit

Pola A petani menjual pinang melalui pengumpul kecamatan yang kemudian dilanjutkan ke pengumpul kabupaten, dan pengumpul kabupaten menjual ke eksportir. Pola B petani menjual pinang melalui pengumpul kabupaten yang kemudian dilanjutkan ke eksportir. Pola C petani pinang menjual pinang kepada pengumpul kecamatan dan pengumpul kecamatan langsung kepada konsumen. Pola D yaitu petani pinang menjual pinang langsung kepada konsumen tanpa ada perantaraan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.

2. Faktor-faktor pengembangan dalam pemasaran pinang dengan membentuk kelompok tani, koperasi tinggkat desa,melakukan pengawasan terhadap system pemasaran pinang, peningkatan sumber daya manusia dan penggunaan bibit unggul.

3. Strategi-strategi pengembangan prioritas (WO) yang dapat dilakukan, membentuk kelompok tani dan koperasi di tingkat desa untuk menghindari spekulasi harga yang dilakukan oleh para pengumpul, pengawasan terhadap sistem pemasaran pinang yang dilakukan oleh pemerintah daerah agar tidak


(54)

petani, dan peningkatan SDM dengan cara memberian penyuluhan dan bimbingan kepada petani yang dicampurtangani oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas petani.

Saran

Peningkatan kemampuan petani dalam pemeliharaan, perawatan dan pemasaran pinang. Selain itu, perlu diperbanyak kelompok tani dan koperasi desa agar tidak terjadinya monopoli dan spekulasi harga oleh pengumpul.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Awang, S dkk. 2002. Hutan Rakyat, Sosial Ekonomi dan Pemasaran. BPFE. Yogyakarta.

BPS, 2012. Statistik Lahan Perkebunan Indonesia Tahun 2008-2011. Komoditi Pinang. Biro Pusat Statistik. Indonesia.

Ginting, P. 2006. Pemasaran Produk Pertanian: Studi Empiris Tentang marjin Pemasaran dan Efisiensi Pemasaran Sayuran di Kotamadya Bandung. USU Press. Medan. Hal. 6-15

Kotler, dan Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Terjemahan. Jilid I Edisi Milenium. PrenhAlindo. Jakarta

Kristina, N.N. dan S.F.Syahid, 2007. Penggunaan Tanaman Kelapa, Pinang, dan Aren Sebagai Tanaman Obat. Warta Puslitbangbun. Vol. 13

Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. UGM-Press. Yogyakarta.

Novarianto. H dan T. Rompas. 1990. Prospek dan Budidaya Tanaman Pinang. Buletin Balitka.

Pandin. S. D, dan T. Rompas. 1994. Karakterisasi Tanaman Pinang di Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Kelapa.

Sihombing, L. 2005. Analisis Tataniaga Hasil Pertanian di Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Soekartawi, 1993. Prinsip Dasar Manajemen, Pemasaran Hasil Pertanian. Rajawali Press. Medan

Soni, T. 2008. Konsep dan Proses Pemasaran Produk Agroforestri. IPB Press. Bogor. Staples, G.W., and R.F. Bevacqua. 2006. Areca catechu (Betel Nut Palm). Species


(56)

Sudiyono, A., 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhamadiyah, Malang.

Syamsuhidayat, S.S. dan J.R. Hutapea, 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Balitbang Departemen Kesehatan. Vol I: 64-65

Syukur, M., 2009. Teknik Budidaya Pinang. [http://www. CCRC-FARMASI – UGM]. Yogyakarta. [27 Mei 2009].

Rahayu, M.,Kunto Kumoro, Suyudi, dan Yunus. 2004. Efisiensi Pemasaran Buah Manggis di Kecamatan Lingsar, Lombok Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. NTB.


(57)

Lampiran 01. 

KUESIONER

 

RESPONDEN/PETANI PINANG 

STRATEGI PEMASARAN PINANG (Areca catechu L.) 

KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG 

 

PENGENALAN TEMPAT  

Desa   

Kecamatan  Sibolangit 

Kabupaten  Deli Serdang 

Propinsi  Sumatera Utara 

Tanggal   

 

 

PROGRAM STUDI KEHUTANAN 

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 


(58)

 2012  I. Identitas Responden 

1. Nama Responden : 

2. Umur      : 

3. Jenis Kelamin    : 

4. Alamat    Desa 

5. Suku      : 

6. Agama      : 

7. Lama Menetap    :  tahun 

8. Pendidikan Terakhir  : 

9. Pekerjaan Utama    : 

10. Pekerjaan Tambahan  :  

11. Penghasilan/Bln    : 

  Pekerjaan Utama  : 

  Pekerjaan tambahan  : 

  Total       : 

12. Jumlah Tanggungan  : 

  Istri      :  orang 

  Anak       :  orang 

 


(59)

1. Berapa luas total lahan yang Bapak miliki? ...Ha (atau satuan lain  seperti rante) 

2. Berapa luas lahan yang digunakan untuk pinang ...Ha  3. Penggunaan lahan yang lain: 

Penggunaan lahan  Luas  Penggunaan lahan  Luas 

Perumahan    Perkebunan   

Sawah    Kosong   

Ladang    Lainnya   

 

4. Status lahan yang digunakan? 

a  Lahan milik/pribadi    b.  Lahan sewa    c.  Lahan adat/marga  d. 

Lainnya 

5. Apakah semua lahan yang Bapak miliki  bersertifikat?  a.  Ya    b. Tidak  6. Sertififikat apa yang anda miliki?. 

a. SK Camat.      c. SK Bupati  

b. SK Lurah/Kepala desa.      d. Lainnya  

7. Jika tidak bersertifikat, apa alasannya...

8. Jika tidak bersertifikat, apa bentuk bukti kepemilikan lahannya?...

9. Sejak kapan tanaman pinang yang Bapak miliki dikembangkan (ditanam pertama kali)  ... 

10. Alasan mengembangkan kemenyan 

Alasan Urutan 

alasan 

Alasan Urutan 

alasan 

Lahan milik sendiri    Supaya lahan subur/hijau lagi   

Pasti akan memanen hasilnya    Supaya tidak terjadi longsor   

Lahan masih luas    ....  

Supaya lahan tidak diambil orang    ...  

 


(60)

A. Persiapan lahan 

1. Berapa lama waktu untuk mempersiapkan lahan?    a. 1 bulan sebelum penanaman 

  b. 2 Bulan Sebelum penanaman 

  c. Lainnya ………. 

2. Berapa orang tenaga kerja yang dibutuhkan?...orang  3. Apa jenis kegiatan dalam persiapan lahan dan berapa biayanya?   

Kegiatan  Biaya (Rp)  Kegiatan  Biaya (Rp) 

       

       

4. Apa saja alat yang dibutuhkan dalam persiapan lahan?  ……… 

B. Penanaman 

1.  Apa jenis kegiatan dalam penanaman pinang dan berapa biayanya? 

Kegiatan  Biaya (Rp)  Kegiatan  Biaya (Rp) 

       

       

C. Pemeliharaan 

1. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pemeliharaan pinang dan biayanya?  

Kegiatan  Biaya (Rp)  Kegiatan  Biaya (Rp) 

       


(61)

         

2. Apakah ada pemupukan dan Berapa kali tanaman dipupuk dalam setahun?     a. 1 kali   b. 2 kali   c. Lainnya ……… 

3. Coba Bapak sebutkan hama dan penyakit yang menyerang tanaman: 

………., ………….., ………, ………….. 

4. Bagian mana saja tanaman yang diserang?    a. Perakaran, batang, daun.   

  b. Perakaran, cabang, ranting 

  c. Lainnya ……… 

5. Bagaimana cara memberantas hama dan penyakit dilakukan?    a. Menyemprot pestisida, fungisida, insectisida 

  b. Melakukan pemusnahan pada tanamanan yang terkena penyakit. 

  c. Lainnya ……… 

6. Coba jelaskan dampak kerugian yang diakibatkan hama dan penyakit? 

……….. 

7. Selain hama dan penyakit, apa saja yang lain yang menjadi ancaman tanaman? 

    ……… 

8. Bagaimana cara penanggulangan ancaman tersebut?  

……….. 

9. Apakah ada perlakukan khusus dalam pemeliharanan tanaman? Jika ada tolong  jelaskan: 


(62)

D. Produksi dan Pemanenan.   

1.  Tujuan produksi utama dari tanaman pinang?  2. Pemungutan produksi hasil hutan (pinang) 

Rincian 

Jenis Produksi Hasil Hutan Selama Satu Tahun 

   

         

Usia panen   

 

         

Frekuensi panen    

 

 

Satuan produksi   

 

 

Banyaknya produksi   

 

 

Harga/satuan produksi  

 

 

Nilai Produksi Total   

 

 

 

4.   Bagaimana perubahan produksi pinang dari tahun ke tahun  a. Menurun, jelaskan mengapa. ... ...  b. Sama saja, jelaskan mengapa ...  c. Meningkat, jelaskan mengapa ... 

5.   Jika  terjadi  penurunan  produksi,  tindakan  apa  yang  dilakukan  agar  produksi 


(63)

 Jelaskan... 

6.   Adakah peraturan/kebijakan pemerintah (setempat) dalam pengembangan  pinang 

?   

a. Ya    b. Tidak  

7. Siapa yang mengeluarkan ijin tersebut? 

... 

8. Apakah Saudara punya izin tersebut?   a. Tidak   b. Ya  9. Jika Tidak, mengapa?  

...  10.  Jika Ya, mengapa  

...  11.  Bagaimana prosedur yang dilakukan dalam pembuatan izin tersebut, jelaskan? 

...  12.  Apakah harus membayar dalam mendapatkan ijin tersebut   

a. Ya   b. Tidak 

13.   Jika "Ya", berapa biaya yang dikeluarkan untuk pengurusan ijin tersebut?  Rp...  

E.   Metode Penjualan (pemasaran) Pinang 

1.  Bagaimana prosedur pemasaran pinang, jelaskan? 

...  2. Berapa harga jual pinang (per kg)?  

3. Kegiatan produksi pinang dan biayanya  


(64)

Biaya pemanenan 

Upah pekerja

Biaya pemasaran 

Biaya lainnya

Total Biaya 

4. Berapa keuntungan yang saudara peroleh tiap bulan ? 

IV. Kelompok Tani  

1. Apakah ada Kelompok Tani ? 

2. Apakah Bapak menjadi anggota Kelompok Tani tersebut 

 Ya, jelaskan ... 

 Tidak, jelaskan ... 

3. Kapan Kelompok Tani tersebut dibentuk? 

4. Apakah Kelompok Tani tersebut masih berfungsi? 

 Ya, jelaskan ... 

 Tidak, jelaskan ...  5. Apa rencana Kelompok Tani? 

 Ya, jelaskan ... 

 Tidak, jelaskan ... 

V. Permasalahan dan Penyelesaiannya 

1. Apa yang menjadi kendala dalam pengelolaan pinang, jelaskan? 

 ... 

 ... 

 ... 

2. Apa solusi yang dilakukan dari permasalahan di atas, jelaskan? 

 ... 

 ... 

... 

VI. Sumber‐Sumber Pendapatan Di Luar Pengelolaan Pinang  


(65)

Pinang  Pendapatan Non‐pinang 

Pendapatan  pengeluaran  Jumlah 

         

         

         

         

         

         

         

         

 

VII.Rincian Pengeluaran

NO. URAIAN JUMLAH / RP

1 Pangan 2 Sandang 3 Sarana dan prasarana 4 Pertanian 5 Lainnya

F. Nilai dan Jenis Manfaat Tanaman Pinang

1. Apa saja manfaat lain dari tanaman pinang ini selain buah nya?

………... ………...

2. Berapa nilai hasil lain tersebut? ... 

 

VIII. CATATAN 


(66)

(67)

Lampiran 02. 

KUESIONER

 

RESPONDEN/ PEDAGANG PINANG 

STRATEGI PEMASARAN PINANG (Areca catechu L.) 

KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG 

 

PENGENALAN TEMPAT  

Desa   

Kecamatan  Sibolangit 

Kabupaten  Deli Serdang 

Propinsi  Sumatera Utara 

Tanggal   

 

 

PROGRAM STUDI KEHUTANAN 

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 


(68)

 2012        II. Identitas Responden 

1. Nama Responden : 

2. Umur      : 

3. Jenis Kelamin    : 

4. Alamat    Desa 

5. Suku      : 

6. Agama      : 

7. Lama Menetap    :  tahun 

8. Pendidikan Terakhir  : 

9. Pekerjaan Utama    : 

10. Pekerjaan Tambahan  :  

11. Penghasilan/Bln    : 

  Pekerjaan Utama  : 

  Pekerjaan tambahan  : 

  Total       : 

12. Jumlah Tanggungan  : 

  Istri      :  orang 


(69)

II. Penjualan (pemasaran) Kemenyan 

1.  Adakah aturan pemerintah dalam penjualan pinang?      

a. Ya    b. Tidak 

2.  Jika "Ya" Siapa yang mengeluarkan izin tersebut? 

...  3.  Apakah harus membayar untuk surat (ijin) tersebut   

a. Ya    b. Tidak 

4.  Jika "Ya", berapa biaya yang dikeluarkan untuk pengurusan surat (ijin) tersebut?  Rp...  

5.  Bagaimana prosedur yang dilakukan dalam pembuatan izin tersebut, jelaskan?  ...  6. Berapa harga beli pinang (per kg)?  

7. Berapa harga jual pinang (per kg)? 

8. Apakah ada pungutan retribusi atau pajak dalam perdagangan pinang, sebutkan dan  berapa biayanya? 

9. Berapa keuntungan yang saudara peroleh tiap bulan ? 10.Berapa jumlah produk yang anda pasarkan (kg/bulan)?

11.Kemana saja tujuan penjualan (pemasaran) Saudara, sebutkan ?

12.Kalau export atau perdagangan luar daerah bagaimana dengan biaya pengirimannya?

13. Berapa orang jumlah tenaga kerja / karyawan saudara ?  14. Berapa gaji karyawan anda/ bulan? 

15. Apakah ada metode penyimpanan pinang (gudang), jelaskan?  16. Kegiatan pemasaran pinang dan biayanya 

Rincian Biaya  Jumlah (Rp) 


(70)

Upah pekerja   

Biaya pergudangan   

Biaya lainnya   

Biaya perizinan   

Total   

 

17.Apa yang menjadi kendala dalam pemasaran pinang ini? 18.Apa solusi yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut?

19.Apa yang harapan anda dalam perdagangan pinang dalam jangka panjang tahun ke tahun?

20.Bagaimana sistem penjualan yang dilakukan? Tempat Jual Asal

Pembeli Bentuk jenis tranksaksi Status Pembeli Keterangan

(A/B/C/D) (a/b/c/d) (1/2/3) (1) / (2) (A/B/C/D) (a/b/c/d) (1/2/3) (1) / (2) (A/B/C/D) (a/b/c/d) (1/2/3) (1) / (2) (A/B/C/D) (a/b/c/d) (1/2/3) (1) / (2) (A/B/C/D) (a/b/c/d) (1/2/3) (1) / (2) (A/B/C/D) (a/b/c/d) (1/2/3) (1) / (2) (A/B/C/D) (a/b/c/d) (1/2/3) (1) / (2) (A/B/C/D) (a/b/c/d) (1/2/3) (1) / (2)

Keterangan :

A : Rumah A : Satu Desa 1 : Uang Muka

B : Pasar B : Satu Kecamatan 2 : Tunai

C : Koperasi C : Satu Kabupaten 3 : Tidak Tunai

D : Lainnya D : Luar Kabupaten

(1) : Konsumen Langsung

(2) : Pedagang


(71)

III. Rincian Pengeluaran

NO. URAIAN JUMLAH / RP

1 Pangan 2 Sandang 3 Sarana dan prasarana 4 Lainnya

 

IV. CATATAN   

         


(72)

Nama-nama responden petani pinang di Kecamatan Sibolangit

No Nama Umur Jumlah

Tanggungan

Pendidikan Pekerjaan

1 Bp. Andrerias Gurusinga

63 tahun 2 orang SMA Bertani

2 Ngasup Sembiring 50 tahun 5 orang SD Bertani 3 Girik Bangun 37 tahun 2 orang SMP Bertani 4 Selamat

Gurusinga

44 tahun 7 orang SMK Bertani/Pedagang

5 Rusuh Pinem 50 tahun 5 orang SMA Bertani 6 Aston Gurusinga 59 tahun 5 orang SMP Bertani 7 Jabat Sitepu 56 tahun 3 orang SMP Bertani 8 Murni Kaban 55 tahun 4 orang SD Bertani 9 Nando Tarigan 54 tahun 5 orang SMP Bertani 10 Rusli Gurusinga 59 tahun 5 orang SMP Bertani 11 Cinta Sembiring 49 tahun 4 orang SMP Bertani 12 Jenda Malem

Bangun

51 tahun 6 ornag SMA Bertani

13 Kasman Gurusinga

40 tahun 6 orang SMK Bertani/Pedagang

14 Tatang Keliat 51 tahun 3 orang SMA Bertani 15 Hendra Barus 44 tahun 5 orang SMP Bertani 16 Bp. Johanes

Surbakti

60 tahun 3 orang SMA Bertani

17 Karma Sembiring 45 tahun 4 orang SMP Bertani 18 Musa Bangun 29 tahun 1 orang SMA Bertani


(73)

20 Sentosa Tarigan 45 tahun 5 orang SMA Bertani/Pedagang 21 Rema keliat 57 tahun 5 orang SMA Bertani

22 Eko Ginting 54 tahun 4 orang SMA Bertani 23 Jhonson Ginting 46 tahun 5 orang SD Bertani

24 Dameria Ginting 28 tahun 1 orang SMA Bertani/Pedagang 25 Jonmot Keliat 39 tahun 3 orang SMP Bertani

26 Peramaten Ginting 65 tahun 6 orang SMA Bertani 27 Rina Ginting 39 tahun 3 orang SMA Bertani 28 Nd. Andre ginting 50 tahun 2 ornag SMA Bertani 29 Bali Ulina

Sembiring

33 tahun 2 orang SMA Bertani/Pedagang

30 Risko Tarigan 50 tahun 3 orang SMP Bertani 31 Jepta Tarigan 50 tahun 4 orang SMA Bertani 32 Rahil Ginting 44 tahun 1 orang SMP Bertani 33 Teger Bangun 58 tahun 3 orang SMA Bertani 34 Keriahenta

Tarigan

48 tahun 4 orang SD Bertani

35 Eka Sebayang 57 tahun 3 orang SMP Bertani

36 Huskar Ginting 35 tahun 2 orang SMA Bertani/Pedagang 37 Otneil keliat 67 tahun 3 orang SD Bertani

38 Yusniar Ariyanti 37 tahun 2 orang SMA Bertani 39 Nd.Girik bangun 55 tahun 3 orang SMP Bertani 40 Kaitman Tarigan 47 tahun 6 orang SMP Bertani 41 Irawadi Sembiring 45 tahun 4 orang SMA Bertani 42 Rema keliat 57 tahun 5 orang SD Bertani 43 Riston 50 tahun 2 orang SMP Bertani


(1)

Nama-nama responden pengumpul pinang di Kecamatan Sibolangit

No Nama Umur Jumlah

tanggungan

Pendidikan Pekerjaan

1 Sabar Sitepu 50 tahun 4 orang SMP Pedagang/Bertani

2 Biring Sanyum 55 tahun 5 orang SMA Pedagang

3 Nurhasana Ginting 29 tahun 1 orang SMA Pedagang

4 Ngasup Tarigan 55 tahun 5 orang SMA Pedagang

5 Bulang Makmur 58 tahun 6 orang SMP Pedagang

6 Nd. Sinta Bangun 55 tahun 2 orang SMA Pedagang

7 Opan Sembiring 43 tahun 3 orang SMA Pedagang

8 Hosana Sembiring 50 tahun 4 orang SMP Pedagang

9 Batu Sembiring 56 tahun 5 orang SMA Pedagang

10 Juli Bangun 40 tahun 2 orang SMP Pedagang

11 Ramli Daulay 45 tahun 4 orang SMA Pedagang

12 Rohani 50 tahun 2 orang SMA Pedagang

Rajagukguk

44 Josua Simarmata 51 tahun 4 orang SMP Bertani 45 Melki barus 38 tahun 3 orang SMA Bertani 46 Nd. Riski Bangun 66 tahun 5 orang SD Bertani 47 Hendrik Tarigan 40 tahun 3 orang SMA Bertani 48 Andre Sitepu 39 tahun 2 orang SMA Bertani 49 Purnama Bangun 64 tahun 5 orang SD Bertani 50 Joel

Perangin-nangin


(2)

13 Rani Sitepu 53 tahun 3 orang SMP Pedagang

14 Iwan 47 tahun 2 orang SMA Pedagang

15 Lely kho 41 tahun 3 orang SMA Pedagang

16 Nd. Girik Bangun 58 tahun 4 orang SMP Pedagang 17 Julius Sebayang 56 tahun 3 orang SMA Pedagang

18 Yusuf Purba 50 tahun 4 orang SMA Pedagang

19 Yosua keliat 46 tahun 4 orang SMA Pedagang


(3)

Salah satu petani pinang


(4)

(5)

Salah satu pengumpul Pinang


(6)

Pengumpul Pinang