Sejarah Qing Ming Sejarah Kelenteng

Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri untuk SMP kelas VIII | 81 80 | Kelas VIII SMP

D. Sembahyang Qing Ming

1. Sejarah Qing Ming

Qing Ming, itu sudah ada sejak masa dinasti Zhou Ciu pada tahun 1100-221 SM, pada periode Chunqiu Chun Chiu pada tahun 770- 476 SM dan awal mulanya adalah suatu upacara yang berhubungan dengan musim dan pertanian. Pertanda berakhirnya hawa bukan cuaca dingin dan mulainya hawa panas. Qing Ming adalah saat yang paling tepat dan merupakan hari suci untuk berziarah atau menyadran ke makam para leluhur, maka disebut hari Sadranan. Qing berarti bersih dan murni, Ming berarti terang, maka Qing Ming s ecara hariah berarti ‘terang cerah’ atau dikenal juga sebagai’ hari nan cemerlang’. Sembahyang Qing Ming dilaksanakan tanggal 5 bulan 4 Yanglek sekarang disebut April atau 4 April bila datang tahun kabisat. Dapat juga dihitung 104 hari dari tanggal 22 bulan 12 Yang li sekarang disebut Desember atau dari sembahyang Dongzhi. Penggunaan penanggalan Masehi untuk sembahyang Qing Ming dan Dongzhi ini berkaitan dengan keadaan cuaca yang dapat ditentukan oleh sistem matahari. Catatan: D Dipilihnya hari yang paling cerah untuk sembahyang Qing Ming ini mengingat sembahyang Qing Ming selain dilaksanakan di rumah juga dilaksanakan di kuburan, agar pelaksanaan sembahyang di kuburan tidak terganggu oleh cuaca yang buruk dicarilah hari yang paling cerah dalam setahun. D Sembahyang Qing Ming pada tahun kabisat jatuh pada tanggal 4 bulan 4 Yanglek sekarang April karena penambahan satu hari di bulan Pebruari pada tahun kabisat bulan Februari berjumlah 29 hari.

2. Tata Laksana Sembahyang Qing Ming 清 明 a. Pelaksanaan di Rumah

Terlebih dahulu dilaksanakan sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa menghadap ke luar pintujendela dengan dupa tiga batang kemudian dupa dinaikkan secara Ding Li dan ditancapkan pada tempat dupa yang telah disediakan, kemudian bersikap Bao Xin Ba De dan memanjatkan doa sebagai berikut: Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri untuk SMP kelas VIII | 81 80 | Kelas VIII SMP Kehadirat Tian Yang Mahabesar, di tempat Yang Mahatinggi, dengan bimbingan Nabi Kongzi, dipermuliakanlah. Diperkenankan kiranya kami melakukan sujud sebagai pernyataan bakti kepada leluhur kami. Kami berdoa semoga Tuhan berkenan bagi para arwah beliau, selalu di dalam cahaya Kemuliaan Kebajikan Tian, sehingga damai dan tenteram yang abadi selalu ada padanya. Shanzai diakhiri dengan sekali Ding Li. Setelah selesai sembahyang kepada Tian, kemudian menuju altar leluhur. Menyalakan dua batang atau empat batang dupa. Dupa dinaikkan dua kali lalu ditancapkan. Kemudian dengan bersikap Bao Xin Ba De memanjatkan doa, sebagai berikut: “Ke hadapan leluhur atau nama panggilan kita kepada beliau yang kami hormati dan cintai, terimalah hormat dan bakti kami, segenap kasih dan teladan mulia yang telah kami terima akan tetap kami junjung dan lanjutkan, serta kembangkan, sebagaimana Nabi Kongzi telah menyadarkan dan membimbing kami. Kami akan selalu berusaha menjaga keharuman dan nama baik keluarga dan leluhur, tidak menodai dan memalukan. Terimalah hormat dan bakti kami.” Shanzai

b. Pelaksanaan di Makam Kuburan

Pada zaman dahulu umumnya tanah pemakaman cukup jauh untuk ditempuh. Dipilihlah hari yang paling cerah dengan tujuan agar perjalanan dan pelaksanaan sembahyang Qing Ming tidak terganggu oleh cuaca yang buruk. Gambar 5.1 Membersihkan kuburan saat sembahyang Qing Ming Sumber: Dokumen Kemdikbud Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri untuk SMP kelas VIII | 83 82 | Kelas VIII SMP Kebanyakan masyarakat pagi-pagi sekali bahkan sebelum fajar telah berangkat ke tanah pemakaman, untuk membersihkan makam terlebih dahulu. Kebiasaan seperti ini masih tetap dilakukan hingga sekarang sekalipun makam itu letaknya berdekatan dengan rumah tinggal. Catatan: D Membersihkan kuburan pada saat atau menjelang sembahyang Qing Ming berkaitan dengan tumbuhnya rumput yang khawatir akan merusak kuburan dan akan mengganggu kenyamanan saat pelaksanaan sembahyang. D Pada Dinasti Tang, hari Qing Ming ditetapkan sebagai hari wajib untuk para pejabat membersihkan kuburan, mengurus kuburan- kuburan yang terlantar dan menghormati para leluhur. D Upacara di makam leluhur dilengkapi dengan peralatan sembahyang dan sesaji yang merupakan pernyataan sikap Laku Bakti dan Kasih terhadap leluhur. Setelah tiba di makam, kemudian makam dibersihkan dan diletakkan secara teratur peralatan upacara. Sebelum melakukan sembahyang di hadapan makam, terlebih dahulu melakukan sambahyang di hadapan altar Malaikat Bumi Fu De Zheng Shen yang selalu menjadi perawat bagi kehidupan di semesta alam atau di atas dunia. Kemudian dilanjutkan bersembahyang kehadirat Tuhan Yang Maha Esa bagi arwah orang tua maupun saudara yang kita hormati yang telah mendahului. dengan penuh harapan semoga penghormatan ini dapat menjadi pendorong bagi kita untuk selalu berperilaku luhur dan mulia sebagaimana yang Tian Firmankan, bahwa Kebahagiaan atau Rahmat Fu dan Kebajikan De merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan. Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri untuk SMP kelas VIII | 83 82 | Kelas VIII SMP Akivitas Mandiri Ceritakan pengalamanmu ketika sedang melaksanakan sembahyang Qing Ming Penting Kelenteng Miao Sebagai Rumah Ibadah Khonghucu

1. Sejarah Kelenteng

Miao atau Kelenteng dalam istilah Indonesia sudah ada sejak awal turunnya Wahyu Tian dalam agama Khonghucu. Dalam Wu Jing dan Sishu, paling tidak di zaman Raja Suci Yao dan Shun 2356 – 2205 SM, sudah disebut tentang kuil untuk sembahyang kepada Tuhan dan Leluhur. Nabi Kongzi meneliti dan mencatat kenyataan tentang pelaksanaan ibadah umat Ru, baik ibadah kepada Tuhan, Para Shen Ming, atau para leluhur. Didapati kenyataan bahwa peribadahan tersebut diatur sebagai berikut: a. Ibadah kepada Tian Yang Maha Pencipta Qian hanya boleh dilaksanakan dan dipimpin kaisar Huang Di sebagai putra Tuhan Tian Zi. b. Sembahyang kepada Malaikat Bumi Tu Shen dilaksanakan oleh raja muda Gong, dan berkembang menjadi persembahyangan bagi para suci Shen Ming. c. Sembahyang kepada Leluhur Zu Zong dimana yang wajib melaksanakannya adalah rakyat atau umat manusia. Di zaman purba hingga masa kehidupan Nabi Kongzi para pembesar Da Fu sampai rakyat hanya boleh bersembahyang dan berdoa kepada arwah para leluhurnya. Ketika Nabi Kongzi menjabat sebagai Pembesar Da Fu, Beliau mulai merenungkan agar sistem ibadah Ru Jiao dapat diajarkan kepada seluruh rakyatmanusia. Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri untuk SMP kelas VIII | 85 84 | Kelas VIII SMP Pada zaman Nabi Kongzi, Miao atau Kelenteng sudah ada sebagai tempat penghormatan kepada raja. Miao pada waktu itu juga menjadi tempat menyimpan benda-benda milik raja yang sudah meninggal. Nabi Kongzi sering mengunjungi Miao sebagai tempat belajar membuka wawasan. Dalam Kitab Lunyu diceritakan bahwa setiap kali Nabi Kongzi memasuki Miao Kelenteng selalu saja banyak hal yang ditanyakan. Di dalam Kitab Lunyu tercatat: Tatkala Nabi Kongzi masuk ke dalam Miao besar untuk memperingati Pangeran Zhao, segenap hal ditanyakan. Ada orang berkata, “Siapa berkata anak negeri Co itu mengerti kesusilaan? Masuk ke dalam Miao segenap hal ditanyakan.” Mendengar itu nabi bersabda, “Justru demikian inilah Kesusilaan.” Lunyu. III: 15

2. Peran Nabi