Kondisi Ekonomi Makro Regional
22
3.3.2. Non Migas
Industri pengolahan tanpa migas memiliki peranan yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Riau. Dengan mengeluarkan unsur migas, pertumbuhan
sektor industri pengolahan tercatat lebih tinggi yaitu mencapai 6,23, dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar
4,92. Pangsa sektor ini juga tercatat cukup besar yaitu mencapai 29,32, mengalami peningkatan dibandingkan dengan pangsa pada triwulan sebelumnya
yaitu sebesar 28,44. Peran terbesar sektor ini utamanya didukung oleh peran industri kertas dan barang
dari kertas, industri makanan dan minuman. Kontribusi beberapa industri kertas di Riau yang sudah berskala internasional menjadi penopang utama industri
pengolahan di Riau. Selanjutnya, komoditas dari industri makan dan minuman, khususnya komoditas dodol, dan beberapa makanan khas Riau lainnya.
Peningkatan kinerja industri pengolahan CPO yang disebabkan tercukupinya bahan baku telah memberikan dorongan yang cukup berarti bagi perkembangan sektor
indistri pengolahan.Survey Liaison yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa saat ini tidak terdapat mismatch antara permintaan dan
pasokan baik komoditas CPO maupun karet olahan. Sedangkan persediaan dan produksi kedua komoditi dimaksud masih relatif stabil bahkan saat ini sedang
dalam kondisi full capacity. Mulai berkembangnya beberapa industri garmen dan mebel di Riau juga mulai memberikan kontribusi yang berarti, meskipun masih
berskala kecil.
3.4. Listrik, Gas dan Air Bersih
Perkembangan sektor listrik, gas dan air bersih dalam triwulan laporan menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari
-0,93 menjadi 2,80, namun pangsanya masih tetap pada kisaran 0,28. Beberapa usaha yang dilakukan oleh PLN untuk dalam rangka mengatasi
permasalahan defisit listrik di Riau diperkirakan telah memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sektor ini selama triwulan laporan. Namun
demikian, tingkat pertumbuhan maupun kontribusi sektor ini masih tergolong kecil
Kondisi Ekonomi Makro Regional
23
dibandingkan dengan sektor lainnya. Kondisi ini diperkirakan karena belum dikelolanya sektor listrik dan air bersih secara baik, hal ini terutama karena masih
terkendalanya permasalahan dana dan investasi untuk sektor ini.
3.5. Perdagangan, Hotel dan Restoran PHR
Perkembangan sektor PHR pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 9,50, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 9,37. Pertumbuhan sektor PHR ini didukung oleh peningkatan pertumbuhan pada ketiga subsektornya yaitu subsektor perdagangan
besar dan eceran sebesar 9,53, subsektor hotel sebesar 9,27, dan subsektor restoran sebesar 8,21.
Salah satu pendorong peningkatan sektor PHR ini adalah terselenggaranya kegiatan yang bersifat nasional yaitu adanya agenda akbar berupa Musyawarah Nasional
salah satu partai besar yang telah dilakukan di Pekanbaru pada bulan Oktober yang lalu. Kegiatan ini telah memberikan multiplier effect yang besar pada tingkat
pemesanan hotel berbintang 3,4, dan 5 di Pekanbaru. Berdasarkan informasi yang diterima
2
2
Berdasarkan informasi dari Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia PHRI Wilayah Riau
, agenda tersebut telah menyebabkan peningkatan yang signifikan pada tingkat hunian hotel berbintang 3,4, dan 5 occupancy rate pada bulan Oktober
2009 hingga mencapai 95 yang biasanya hanya 60. Subsektor perdagangan eceran memberikan kontribusi terbesar dalam mendorong
peningkatan pertumbuhan sektor PHR. Pesatnya transaksi jual beli yang juga didukung oleh daya beli masayarakat Riau yang relatif tinggi, meskipun belum pulih
benar pasca krisis keuangan global, telah menjadikan subsektor ini mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Kondisi Ekonomi Makro Regional
24
Grafik 1.11. Tingkat Hunian Hotel di Riau
40.00 45.00
50.00 55.00
60.00 65.00
70.00 75.00
80.00
1 2
3 4
1 2
3 4
2008 2009
Sumber : Survey pada beberapa hotel di Pekanbaru
3.6. Pengangkutan dan Komunikasi