Peranan Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Semangat Kinerja Pegawai pada Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara

(1)

TUGAS AKHIR

PERANAN KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP SEMANGAT KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PERHUBUNGAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

OLEH :

HARDIYANTI ACEH 112103007

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEKRETARIATAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

NIM : 112103007

PROGRAM STUDI : D-III KESEKRETARIATAN

JUDUL TUGAS AKHIR : PERANAN KEPEMIMPINAN DAN

MOTIVASI TERHADAP SEMANGAT KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Tanggal : Juli 2014 KETUA PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEKRETARIATAN

NIP: 19741012 200003 2 003

(Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring,SE,MM)

Tanggal : Juli 2014 DEKAN

NIP. 19560407 198002 1 001 Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak,CA


(3)

PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR

NAMA : HARDIYANTI ACEH

NIM : 112103007

PROGRAM STUDI : D-III KESEKRETARIATAN

JUDUL TUGAS AKHIR : PERANAN KEPEMIMPINAN DAN

MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Medan, Juli 2014 Menyetujui Pembimbing

NIP. 19810628 200604 1 005 (Fadli,SE,MSi)


(4)

memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini dengan judul : “PERANAN KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP SEMANGAT KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA”. Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya, karena dengan syafaat-Nyalah kita dapat keluar dari alam kegelapan kealam yang terang benderang, kemudian dari awal yang tidak mengetahui menjadi mengetahui.

Pada saat melakukan penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat bantuan baik moral maupun materil, serta motivasi, pengarahan dan restu dari semua pihak, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu, tanpa mengurangi rasa hormat penulis terhadap yang lainnya.

Maka dalam kesempatan ini dengan rasa kerendahan hati izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc, (CTM), Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak,CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Ibu Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE, MM selaku Ketua Program Studi D-III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Magdalena LL Sibarani, SE, MSi selaku Sekretaris Program Studi D-III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Fadli SE, MSi, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan (saran) yang sangat berguna kepada penulis dalam rangka penyusunan Tugas Akhir ini.

6. Seluruh Dosen Pengajar dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

7. Ibunda Nur Hayati Tanjung yang tercinta, yang dengan cinta dan kasih sayang beliau setulus jiwa mengasuh, membimbing dan mendidik dengan segenap hati dan yang selalu mendo’akan yang terbaik sehingga penulis bisa seperti saat ini.

8. Kakak dan Abang penulis tercinta, Darna, Walirna, Fitriyani, Nyak Abbas, dan Adik tersayang Amin Rahim dan sepupu penulis tercinta Cica Handika, Rika Febriyanti, Cut Rahmah Agustini dan seluruh kelurga besar yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis sampai saat ini.

9. Sahabat-sahabat terbaik penulis yaitu Vera Anggraini, Karyuni, Cesilia Grace, Myriam Novena, Efri Ejayani dan Hazwani Nadira yang selalu


(6)

Umami yang selalu setia mendukung, menyemangati dan menemani pada saat bimbingan.

11.Seluruh teman-teman seperjuangan khususnya D-III Kesekretariatan angkatan 2011, yang selalu memberikan motivasi juga informasi yang bermanfaat bagi penulis.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua, penulis hanya bisa berdoa semoga kiranya bantuan, semangat dan kebahagiaan yang telah diberikan kepada penulis agar dapat dibalas oleh Allah SWT. Penulis berharap agar Tugas Akhir ini memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2014 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Lampiran ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penlitian ... 4

E. Jadwal Penelitian ... 4

F. Sistematika Penelitian ... 5

BAB II : PROFIL INSTANSI ... 7

A. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara ... 7

B. Struktur Organisasi ... 9

C. Job Description ... 11

D. Jenis Kegiatan ... 14

E. Kinerja Kegiatan Terkini ... 14


(8)

C. Kinerja Pegawai ... 52

D. Hubungan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai ... 54

E. Hubungan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai ... 56

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Jadwal kegiatan penelitian ... 5

2.1 Perkembangan Panjang Jalan di Prov. Sumatera Utara ... 15

2.2 Realisasi Pembangunan Fasilitas Perlengkapan ... 18

2.3 Pelabuhan Danau di Sumatera Utara ... 19

2.4 Perkembangan Jumlah Kendaraan dan Penumpang KMP ... 20

2.5 Realisasi Angkutan Penyeberangan Lintas : Sibolga – Gusit ... 20

2.6 Realisasi Angkutan Penyeberangan Lintas : Sibolga – Tedam ... 21

2.7 Realisasi Angkutan Penyeberangan Lintas Teluk Dalam-P.Telo ... 21

2.8 Data Fasilitas Pelabuhan Belawan ... 22

2.9 Data Kapasitas Terpasang Pelabuhan Belawan ... 24

2.10 Jumlah dan Tipe Pelabuhan Laut di Sumatera Utara ... 26

2.11 Tahapan Pembangunan Bandara Internasional Kuala Namu ... 27

2.12 Fasilitas Bandara Udara Provinsi Sumatera Utara ... 27

2.13 Hirarki Bandar Udara di Sumatera Utara Tahun 2012 ... 28


(10)

2.2 Peta Jaringan Jalan di Provinsi Sumatera Utara ... 23 2.3 Realisasi Kunjungan Kapal di Pelabuhan Belawan 2008-2012 (Call) 23


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mengelola sumber daya manusia yang ada di suatu perusahaan tentunya bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan karena sumber daya manusia sangat sulit untuk di prediksi. Tiap-tiap individu memiliki keunikan tersendiri. Mereka memiliki kebutuhan, ambisi, sikap, kehendak, tanggung jawab, serta potensi yang berbeda-beda. Untuk menyatukan banyak individu dengan karakteristik yang berbeda-beda dalam mencapai satu tujuan yang sama memerlukan peran seorang pemimpin.

Kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sifat, kemampuan, proses dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia ditakuti, dipatuhi, dihormati dan disayangi oleh orang lain dan orang lain itu bersedia dengan penuh keikhlasan melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dikehendaki oleh seorang pemimpin tersebut. Perlu didasari bahwa penerapan suatu kepemimpinan juga membawa misi positif dan dinamis tertentu, yang jika perlu harus dapat mengubah situasi dan kondisi yang dinilai menjadi penghambat bagi kemajuan, efektivitas dan efisiensi. Seorang pemimpin sebagai individu merupakan suatu kepribadian yang berhadapan dengan sejumlah individu lainnya yang masing-masing juga memiliki kepribadian yang berbeda-beda.


(12)

Dalam keadaan seperti itu seorang pemimpin harus memahami setiap kepribadian yang secara pasti berbeda dengan kepribadiannya sendiri.

Kepemimpinan dalam organisasi kerja, disebut dengan istilah kepemimpinan kerja atau kepemimpinan manajemen (management leadership), yaitu suatu kepemimpinan yang bersifat sebagai proses pengarahan terhadap pencapaian tujuan dan pembinaan atas orang-orang yang terlibat dalam proses pencapaian tujuan itu dengan cara mempengaruhi, memotivasi dan mengendalikannya. Seorang manajer atau pemimpin harus memahami peran dari motivasi, karena motivasi adalah variabel utama dalam melakukan pendekatan kepada bawahan. Pendelegasian wewenang, pengendalian dan pengarahan bawahan perlu disertai dengan motivasi. Hal ini dilakukan agar tindakan perilaku sikap pegawai terarah pada pencapaian tujuan organisasi.

Sehubungan dengan aspek pentingnya motivasi kepada bawahan, pemimpin hendaknya dapat memberikan motivasi searah dengan karakteristik bawahan. Untuk memberikan motivasi yang tepat, pimpinan hendaknya terus menerus mengamati dan memahami tingkah laku bawahan, mencari dan menentukan sebab-sebab tingkah laku bawahan, memperhitungkan, mengawasi dan mengubah serta mengarahkan tingkah laku bawahan. Mengenai persoalan motivasi, dapat disimpulkan bahwa motivasi berkaitan dengan perilaku dan kinerja serta motivasi mencakup pengarahan ke arah tujuan.


(13)

3

Maka dari itu dalam tugas akhir ini penulis menjelaskan mengenai

“Peranan Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Semangat Kinerja Pegawai pada Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas , maka penulis dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian kepemimpinan dan motivasi?

2. Bagaimanakah gaya kepemimpinan yang diterapkan di Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara?

3. Bagaimanakah hubungan antara kepemimpinan dan motivasi?

C. Tujuan Penelitian

Maksud dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan kepemimpinan di Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara untuk diolah, dianalisis, dan di interprestasikan.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan dan motivasi.

2. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan di Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara.


(14)

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagi berikut :

1. Bagi pihak-pihak lain

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dipelajari sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan.

b) Dapat dijadikan sebagi dasar penelitian yang sama pada obyek dan lingkup penelitian yang berbeda sehingga dapat memajukan disiplin ilmu yang di teliti.

2. Bagi Penulis

a) Penelitian ini sebagai pengetahuan dan pengalaman serta sekaligus pengaplikasian ilmu pengetahuan yang selama ini diperoleh di perkuliahan.

b) Untuk menambah wawasan dan pemahaman ilmu pengetahuan dibidang kepemimpinan, khususnya kepemimpinan dan pengaruhnya terhadap motivasi kerja karyawan.

E. Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan di kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara Jl. Imam Bonjol No. 61 Medan. Jadwal penelitian terdiri dari berbagai kegiatan. Proses kegiatan dimulai dari persiapan pelaksanaan, pengumpulan data, dan penulisan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 1.1 berikut ini.


(15)

5

Tabel 1.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

kegiatan

Februari Maret April

III IV II III IV I II III

1. Persiapan 2. Pengumpulan

data 3. Penulisan

Sumber : Penulis (2014)

Pada tahap penyusunan Tugas Akhir, dimulai dari persiapan, pengajuan judul, pengumpulan data dan penulisan Tugas Akhir.

F. Sistematika Penelitian

Agar pembahasan Tugas Akhir ini dilaksanakan secara sistematis dan terarah maka penulis membagi luas pembahasan Tugas Akhir ini dalam empat (4) bab, yang dianggap cukup memadai untuk mengemukakan hal yang dianggap penting dan relevan dengan judul Tugas Akhir yang dimaksud, dengan tujuan agar penulisan Tugas Akhir ini dapat lebih terarah dan sistematis. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jadwal penelitian, dan sistematika penelitian.


(16)

BAB II : PROFIL INSTANSI

Pada bab ini berisi tentang sejarah singkat Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara, struktur organisasi, uraian pekerjaan, jaringan kegiatan, kinerja kegiatan terkini, dan rencana kegiatan.

BAB III : PEMBAHASAN

Pada bab ini akan di bahas tentang tempat dan waktu penelitian dan segala sesuatu yang berhubungan dengan yang diteliti.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan yang didapatkan penulis, serta manfaat yang didapatkan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dan pada bab ini juga berisi saran-saran dari penulis.


(17)

BAB II

PROFIL INSTANSI

A. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara

Departemen Perhubungan telah ada sejak periode awal kemerdekaan Indonesia yang dibentuk berdasarkan periode Kabinet-Kabinet Republik Indonesia. Rencana Strategis Dinas Perhubungan Provinsi disusun berawal dari pemikiran strategis dari nilai-nilai luhur yang dianut / dimiliki oleh seluruh pimpinan dan staf Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara yang merupakan karakteristik inti dari tugas pokok yang diemban oleh Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 060. 255. K Tahun 2002 tentang Tugas dan Tata kerja Dinas Perhubungan serta Organisasi. Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Perhubungan bertugas membantu Gubernur dalam melaksanakan tugas otonom, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidang perhubungan.

Visi, Misi, dan Tujuan Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara

Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara Mempunyai Visi “Mewujudkan penyelenggaraan pelayanan perhubungan yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam upaya menciptakan masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju, mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam kebhinekaan yang di dukung tata pemerintahan yang baik”.


(18)

1. Handal meliputi :

Aman, nyaman, tepat waktu, terpelihara, mencukupi kebutuhan, menjangkau semua pelosok tanah air serta mampu mendukung pembangunan dalam wadah Negara Republik Indonesia (NKRI).

2. Berdaya saing meliputi :

Efisien, harga terjangkau, ramah lingkungan, berkelanjutan Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional, mandiri produktif.

3. Memberikan nilai tambah meliputi :

Tumbuhnya iklim yang kondusif bagi berkembangnya peran serta masyarakat dan pengusaha kecil, menengah, koperasi, memberikan kontribusi bagi percepatan pertumbuhan ekonomi daerah serta menciptakan lapangan kerja.

Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara mempunyai Misi “Membangun dan mengembangkan Ekonomi Kerakyatan yang bertumpu pada pertanian, agroindustri, pariwisata dan sektor-sektor unggulan serta mengembangkan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan dengan cara :

1. Mempertahankan tingkat jasa pelayanan sarana dan prasaran perhubungan (rekondisi / survival)

2. Melaksanakan konsolidasi melalui restrukturisasi dan reformasi di bidang perhubungan dan menegakkan hukum secara konsisten (restrukturisasi dan reposisi)


(19)

9

3. Meningkatkan eksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan perhubungan.

4. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pengelolaan jasa perhubungan yang handal, berdaya saing dan memberi nilai tambah.

Adapun tujuan dari Dinas Perhubungan ini adalah untuk mewujudkan pelayanan yang baik di bidang perhubungan yang semakin maju agar dapat terus memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan kemajuan Ilmu dan Tekhnologi yang berlaku.

B. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi diperlukan untuk membedakan batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan / keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian instansi yang telah ditetapkan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam instansi.

Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan dapat diterapkan, sehingga efesiensi dan efektivitas kerja dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai. Suatu instansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan perorangan, maupun kelompok kerja yang berfungsi melaksanakan serangkaian


(20)

kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertical melalui saluran tunggal. Adapun struktur organisasi dari Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara

Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara-Medan (2014) KEPALA DINAS


(21)

11

C. Job Description

Berikut ini adalah job description dari setiap unit pada perhubungan Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari :

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas Perhubungan mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan tugas otonomi, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantu di bidang Perhubungan.

2. Wakil Kepala Dinas

Wakil Kepala Dinas Perhubungan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas otonomi, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantu di bidang Perhubungan.

3. Kepala Bagian Tata Usaha

Kepala Bagian Tata usaha mempunyai tugas membantu Kepala Dinas di bidang Kepegawaian, Keuangan, Umum dan Perlengkapan, Organisasi dan Hukum.

4. Kepala Sub Kepegawaian mempunyai tugas :

a. Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan bahan / data untuk penyusunan dan penyempurnaan standar administrasi pengelolaan pembinaan dan pemberdayaan pegawai.

b. Menyelenggarakan administrasi dan analisis kebutuhan pegawai, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.


(22)

5. Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai Tugas :

a) Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan bahan / data untuk penyusunan dan penyempurnaan standar verifikasi, perbendaharaan, pengelolaan, pertanggung-jawaban anggaran belanja dan keuangan. b) Menyusun rencana belanja rutin, melaksanakan anggaran,

penerimaan/penyimpanan/pembayaran uang, pembukuan/administrasi dan pertanggung-jawaban keuangan, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

6. Kepala Sub Bagian Umum mempunyai tugas :

a) Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan/data untuk penyusunan dan penyempurnaan anggaran urusan Tata Usaha, urusan internal, kehumasan, perjalanan dinas dan administrasi, pengelolaan, pendayagunaan dan penghapusan barang aset milik negara.

b) Menyelenggarakan tata naskah, surat menyurat, tata kearsipan, dokumentasi, urusan internal, publikasi, komunikasi, perjalanan dinas, penataan ruang dan pengadaan, pendistribusian dan inventarisasi, pemeliharaan, penyimpanan dan penghapusan barang-barang inventaris asset milik negara, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

7. Kepala Sub Dinas Darat

a) Kepala Sub Dinas Darat mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam bidang lalu lintas, angkutan, prasarana dan keselamatan tehnik


(23)

13

sarana serta pembinaan teknis terhadap asosiasi sub sektor Perhubungan Darat.

b) Untuk melaksanankan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ini :

1. Kepala Seksi Lalu Lintas 2. Kepala Seksi Angkutan 3. Kepala Seksi Prasarana

4. Kepala Seksi Keselamtana Teknik Sarana 8. Kepala Sub Dinas Laut

a) Kepala Sub Dinas Laut mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam bidang angkutan laut, kepelabuhan, kappel serta navigasi dan gamat, pembinaan teknis terhadap asosiasi sub sektor Perhubungan Laut.

b) Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ini :

1. Kepala Seksi Angkutan Laut 2. Kepala Seksi Pelabuhan 3. Kepala Seksi Kappel

4. Kepala Seksi Navigasi dan Gamat. 9. Kepala Sub Dinas Udara

a) Kepala sub Dinas Udara mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam bidang pengawasan dan pengendalian kegiatan angkutan udara,


(24)

keselamatan penumpang dan penerbangan kebandarudaraan serta pembinaan teknis terhadap asosiasi sub sektor Perhubungan Udara. b) Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ini :

1. Kepala Seksi Angkutan Udara

2. Kepala Seksi Keselamatan Penumpang 3. Kepala Seksi Kebandarudaraan

D. Jenis Kegiatan

Dinas Perhubungan adalah instansi pemerintah yang bergerak di pelayanan transportasi darat, laut dan udara. Instansi ini juga menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung transportasi. Dinas Perhubungan juga mengadakan kegiatan pembangunan di bidang perhubungan pos dan telekomunikasi.

E. Kinerja Kegiatan Terkini

a) Transportasi Darat

1) Jaringan Jalan

Dalam konteks tata ruang internal Sumatera Utara, kajian sektor transportasi dititikberatkan pada sistem prasarana transportasi darat, oleh karena jaringan jalan darat, angkutan sungai dan penyeberangan dan jaringan kereta api berpengaruh langsung terhadap pembentukan struktur dan pola sebaran ruang aktifitas di wilayah daratan Sumatera Utara. Meskipun demikian, pola lokasi


(25)

15

prasarana angkutan udara dan laut juga memberikan kerangka pembentukan struktur dan pola ruang melalui penguatan pada pembentukan struktur dan pola sebaran ruang aktifitas di wilayah yang terbatas, yakni penguatan pada fungsi sentralistik dari kota dimana bandara dibangun dan penguatan struktur wilayah sepanjang garis pantai dimana pelabuhan-pelabuhan dibangun. Kedua jenis angkutan yang disebut terakhir ini lebih menentukan perkembangan wilayah dalam kaitan fungsinya sebagai outlet dan inlet bagi pergerakan penumpang dan barang antara Sumatera Utara dengan wilayah eksternalnya. Dilihat dari kepadatannya yaitu rasio panjang jalan terhadap luas wilayah, jaringan jalan nasional yang dibangun di pantai Timur Provinsi Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pantai Barat dan wilayah dataran tinggi di bagian tengah. Sementara itu, untuk kategori jalan provinsi, rasio di wilayah pantai timur lebih rendah dibandingkan dengan wilayah pantai barat Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 2.1

Perkembangan Panjang Jalan di Prov. Sumatera Utara

Tahun Jalan Nasional

(km)

Jalan Provinsi (km)

Jalan Kab/Kota

(km)

Jumlah (km)

2009 2.196,155 2.654,315 29.023,659 33.874,129 2010 2.539,254 2.753,040 28.866,124 34.158,418 2011 2.831,127 3.048,500 33.078,178 38.957,805 2012 2.249,640 3.048,500 28.866,120 34.164,260

Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara (2013)

Rasio tersebut menunjukkan bahwa dari segi perimbangan pembangunan jalan nasional, wilayah pantai timur dapat dikatakan mengalami perkembangan yang lebih pesat dibandingkan dengan wilayah pantai barat dan dataran tinggi.


(26)

Namun hal tersebut dikompensasi oleh tingkat perkembangan pembangunan jalan Provinsi yang lebih tinggi di wilayah pantai barat dan dataran tinggi. Dikaitkan dengan fungsi masing-masing jenis jalan, wilayah pantai timur memiliki akses antar provinsi yang baik. Di pihak lain, wilayah pantai barat pada dasarnya telah memiliki akses antar pusat kabupaten yang baik. Ketimpangan perkembangan antara wilayah pantai timur dengan pantai barat dan dataran tinggi, merupakan akibat dari rendahnya aksesibilitas bagi pergerakan lokal di wilayah pantai barat dan dataran tinggi.

Informasi kualitatif mengindikasikan masih minimnya pembangunan jaringan jalan yang mampu memberikan akses hingga sentra-sentra aktifitas pada skala lokal. Di pihak lain, sentra-sentra tersebut sangat potensial sebagai penguat perkembangan ekonomi Sumatera Utara yang berbasis sumberdaya lokal. Pada tahun 2012, Pemerintah Provinsi Sumatara Utara melalui SK Gubernur Nomor 188.44 / 31 / KPTS / 2012 Tanggal 19 Januari 2012 mengeluarkan suatu keputusan berkenaan dengan penetapan ruas-ruas jalan sekunder yang didalamnya adalah jalan-jalan Provinsi yang terdapat di Sumatera Utara.

2) Terminal

Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi. Terminal penumpang menurut wilayah pelayanannya dikelompokan menjadi :


(27)

17

a. Terminal penumpang tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk Angkutan Lintas Batas Negara, Angkutan Antar Kota Antar Provinsi, Antar Kota Dalam Provinsi, Angkutan Kota dan Angkutan Perdesaan .

b. Terminal penumpang tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk Angkutan Antar Kota dalam Provinsi, Angkutan Kota dan Angkutan Perdesaan

c. Terminal penumpang tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk Angkutan Kota dan Angkutan Perdesaan.

Terminal di Provinsi Sumatera Utara berjumlah 40 unit terdiri dari:

1) Terminal tipe A ……… 8 unit 2) Terminal tipe B ……… 15 unit 3) Terminal tipe C ……… 17 unit

3) Perlengkapan Jalan

Perlengkapan jalan merupakan salah satu fasilitas keselamatan jalan yang sangat berperan penting dalam upaya mewujudkan kondisi lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, tertib dan lancar. Sesuai dengan kewenangannya Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara melaksanakan pembangunan / pengadaan fasilitas perlengkapan jalan pada ruas jalan provinsi. Berdasarkan data realisasi pembangunan fasilitas perlengkapan jalan yang telah terpasang adalah sebagaimana ditunjukaan pada tabel dibawah ini.


(28)

Tabel 2.2

Realisasi Pembangunan Fasilitas Perlengkapan Jalan TA. 2009-20012 di Sumatera Utara

No Kegiatan

Realisasi

Total

2009 2010 2011 2012

Volume Volume Volume Volume Volume

1 Marka Jalan 1.000 m 5.000 m 2.082 m2 1.247 m 9.329 m

2 Guardrail 900 m 1.080 m 745 m 0 m 2.725 m

3 Rambu 125 bh 764 bh 190 bh 216 bh 1.295 bh

4 ZOSS 2 lok 2 lok 0 bh 0 bh 4 lok

5 APILL 2 lok 2 lok 0 lok 2 lok 6 lok

- Traffic Light 2 lok 0 lok 0 lok 0 lok 2 - Warning Light 0 lok 2 lok 0 lok 2 lok 4

6 Paku Jalan 1.080 bh 1.080 bh

7 Delineator 340 bh 545 bh 700 bh 1.585 bh

8 RPPJ 28 bh 28 bh

Sumber : Dinas Perhubungan Provsu (2012)

b) Transportasi Danau dan Penyeberangan

1. Prasarana Danau dan Penyeberangan

Di Sumatera Utara jaringan prasarana pelayanan transportasi danau dan penyeberangan melayani di beberapa kabupaten di kawasan Danau Toba dan untuk angkutan penyeberangan juga sudah melayani pada lintas Sibolga – Gunungsitoli – Teluk Dalam – P. Tello, yang dilayani oleh Kapal Ferry Roro dan LCT. Trayek angkutan yang melayani angkutan penyeberangan yaitu pelabuhan Tigaras – Simanindo, Tomok – Ajibata, Sibolga – Gunung Sitoli, Sibolga Teluk Dalam, Teluk Dalam – P.Tello. Sedangkan untuk angkutan danau melayani disekitar Kawasan Danau Toba yang mencakup wilayah 7 kabupaten. Jumlah dan lokasi pelabuhan danau yang terdapat di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.


(29)

19

Tabel 2.3

Pelabuhan Danau di Sumatera Utara

NO. NAMA PELABUHAN

LUAS

KONSTRUKSI LANTAI (M2) AREAL (M2)

1 TONGGING 120 400 BETON

2 HARANGGAOL 250 630 KAYU

3 TIGARAS 110,40 635 BETON

4 TIGARAJA 268,70 3.200 BETON

5 AJIBATA 162 900 BETON

6 TOMOK 120 480 KAYU

7 SIMANINDO - 2.800 BETON

8 PANGURURAN 368 1.500 KAYU

9 NAINGGOLAN 100 240 KAYU

10 ONAN RUNGGU 60 157,5 KAYU

11 BALIGE 98 774 BETON

12 MUARA 450 452 BETON

13 MOGANG 70 450 KAYU

14 BAKKARA - 450 BETON

15 SILALAHI - 450 BETON

Sumber : Dinas Perhubungan Provsu (2014)

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui BUMD yakni PT. Pembangunan Prasarana Sumatera Utara (PPSU) telah mengoperasikan 2 (dua) unit kapal Ferry (KMP. Sumut I dan sumut II) yang melayani lintas penyeberangan Tigaras-Simanindo dan Muara – Nainggolan. Data realisasi jumlah penumpang dan kendaraan yang dilayani KMP Sumut I dan II pada tahun 2011-2013 dijelaskan pada tabel berikut.


(30)

Tabel 2.4

Perkembangan Jumlah Kendaraan dan Penumpang KMP Sumut I dan II Tahun 2011-2013

Sumber : PT. Pembangunan Prasarana Sumatera Utara (PPSU)

Untuk angkutan penyeberangan lintas Sibolga – Gunungsitoli ; Sibolga – Teluk Dalam dan Teluk Dalam – P. Tello saat ini dilayani oleh operator swasta dan BUMN (PT. ASDP Ca. Sibolga). Data realisasi jumlah penumpang dan kendaraan untuk tahun 2007-2012 ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 2.5

Realisasi Angkutan Penyeberangan Lintas : Sibolga – Gunungsitoli Tahun 2007-2012

No. URAIAN TAHUN

2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Trip 636 716 717 651 616 524

2 PENUMPANG 108.379 153.766 152.866 169.647 178.571 156.948

3 KEND. RODA 2 5.382 6.503 6.822 7.745 9.976 6.680

4 KEND. RODA -4 & 6

11.746 12.526 11.558 8.731 10.508 6.791

5 4 KAPAL

KMP. BELANAK BARAU. KUALA BATEE II, TJ.

BURANG

4 KAPAL KMP. BELANAK BARAU,

KMP. PULO TELLO&TJ.BURANG

4 KAPAL KMP. BELANAK BARAU,

KMP PILO TELLO&J.BURANG

4 KAPAL KMP. BELANAK BARAU,

KMP PILO TELLO&J.BURANG

4 KAPAL KMP. BELANAK BARAU,

KMP PILO TELLO&J.BURANG

2 KAPAL KMP. BELANAK & KMP. TJ. BURANG

Sumber : PT. ASDP Cab. Sibolga

KENDARAAN

Sumut I - - - 202 176 256 329 287 258 271 114 - 1.893 Sumut II - 707 1.317 1.554 1.718 2.258 2.282 1.952 2.054 1.887 1.313 1.980 19.022 PENUMPANG

Sumut I - - - 943 817 1.053 1.409 1.223 977 793 328 - 7.543 Sumut II - 3.529 4.236 5.607 5.979 8.537 7.900 6.351 6.063 6.034 3.495 6.845 64.576 KENDARAAN

Sumut I 135 204 204 285 260 301 311 267 70 89 204 357 2.687 Sumut II 2.637 1.585 1.861 2.147 2.106 1.948 2.427 2.647 1.735 1.710 1.738 3.340 25.881 PENUMPANG

Sumut I 427 544 745 1.009 798 1.126 1.110 850 193 209 464 1.260 8.735 Sumut II 10.606 4.666 5.485 7.012 6.925 6.446 8.131 10.673 5.266 4.670 4.829 11.958 86.667 KENDARAAN

Sumut I 284 182 231 212 220 - - - - - - - 1.129 Sumut II 3.422 1.953 2.094 1.768 2.144 - - - - - - - 11.381 PENUMPANG

Sumut I 843 440 646 512 669 - - - - - - - 3.110 Sumut II 13.980 5.915 6.761 5.695 6.667 - - - - - - - 39.018

THN URAIAN Jan Des TOTAL

2011

M ar Apr M ei Jun Jul Agust Peb

2012

2013


(31)

21

Tabel 2.6

Realisasi Angkutan Penyeberangan Lintas : Sibolga – Teluk Dalam Tahun 2007-2012

Sumber : PT. ASDP Cab. Sibolga

Tabel 2.7

Realisasi Angkutan Penyeberangan Lintas : Teluk Dalam – P. Tello Tahun 2007-2012

Sumber : PT. ASDP Cab. Sibolga Catatan :

 Lintas Sibolga-Telukdalam-Pulau Tello mulai dilayani sejak tanggal 01 Juli 2009.  Lintas Teluk Dalam - Pulau Tello Tahun 2011-2012 tidak dilayani

2. Jaringan Kereta Api

Pergerakan barang melalui sarana kereta api jaringan rel kereta api secara nyata terkonsentrasi di wilayah pantai Timur Sumatera Utara. Dikaitkan dengan karakteristik pelayanan, moda kereta api relatif ekonomis dioperasikan untuk melayani angkutan penumpang dan barang jarak jauh. Berarti wilayah pantai Timur telah memiliki sistem aktifitas sosial-ekonomi yang memenuhi skala ekonomi bagi dioperasikannya moda transportasi kereta api. Wilayah pantai Barat dan dataran tinggi di bagian Tengah tidak memiliki infrastruktur jaringan kereta api oleh karena kondisi fisik wilayah yang tidak memungkinkan.

2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Trip - - 65 168 36 238 2 PENUMPANG - - 7.015 13.238 4.254 29.579 3 KEND. RODA - 2 - - 281 425 184 959 4 KEND. RODA - 4 & 6 - - 997 2.653 484 3.719

5 JUMLAH ARMADA 1 KAPAL 1 KAPAL 1 KAPAL 1 KAPAL

KMP. PULO TELLO KMP. PULO TELLO KMP. RAJA ENGGANO

KMP. RAJA ENGGANO

NO. U R A I A N TAHUN

2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Trip - - 26 84 - -2 PENUMPANG - - 2.150 4.849 - -3 KEND. RODA - 2 - - 118 295 - -4 KEND. RODA - 4 & 6 - - 85 86 - -5 BARANG - - - - -

-6 JUMLAH ARMADA 1 KAPAL 1 KAPAL

KMP. PULO TELLO KMP. PULO TELLO TAHUN


(32)

c) Transportasi Laut

Sumatera Utara juga didukung oleh infrastruktur pelabuhan dan sarana angkutan laut yang melayani pergerakan lokal dan internasional. Salah satu pelabuhan utama yang dimiliki adalah Pelabuhan Belawan yang merupakan salah satu pintu gerbang transportasi laut di Sumatera Utara yang saat ini memegang peranan penting dalam pelaksanaan ekspor impor komoditi migas dan non migas dari dan ke Sumatera Utara. Pelabuhan Belawan berada di dalam wilayah administratif Pemerintahan Kota Medan atau berjarak 26 KM dari kota Medan yang adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan dapat diakses melalui Jalan Provinsi, nasional, jalanTol atau Jalur Kereta Api. Pelabuhan Belawan memiliki alur pelayaran sepanjang + 13.5 km dengan lebar 100 m dan kedalaman 9.50 m LWS. Kolam pelabuhan seluas + 5.317.500 m2 (termasuk alur pelayaran) dengan kedalaman 6 - 10 m LWS cukup memadai untuk menampung kapal-kapal berbobot besar maupun kecil. Gambar dan tabel berikut mejelaskan lay out Pelabuhan belawan serta kapasitas yang telah tersedia di Pelabuhan belawan.

Tabel 2.8

Data Kapasitas Terpasang Pelabuhan Pelawan

Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara (2014)

No Nam a/ Lo k asi Sat Nilai Ket er an g an 1 . ALUR

KOLAM

Mil 8 Leb ar 1 0 0 m , k ed alam an - 1 0 m LWS - 6 s/ d - 1 0 LWS

2 . TERMI NAL

TERMI NAL PENUMPANG Kap al Peln i TERMI NAL CURAH CAI R

1 ) Min y ak Saw it 2 ) BBM

TERMI NAL CURAH KERI NG 1 ) Pu p u k

2 ) Sem en 3 ) Bu n g k il TERMI NAL GENERAL

CARGO M M M M M M M

1 0 0

3 0 0 7 5 1 0 0 1 0 0 1 9 0 2 . 1 8 4

Gd . Ter m in al Pen u m p an g 8 8 2 m2

1 0 5 – 1 0 6 Uj u n g Bar u Jet t y + SMB Of f sh o r e 1 0 4 Uj u n g Bar u PT SAI , Ko lam Cit r a Uj u n g Bar u r a

Belaw an Lam a, Uj u n g Bar u d an Ko lam Cit r a

3. TPS ( TEMPAT PENI MBUNAN SEMENTARA)

Co n t ain er Yar d ( CY) Co n t ain er Fr eig h t St at io n ( CFS)

M2 M2

14.846 19.502

Penanganan Peti Kemas Antar Pulau Penanganan LCL Cargo


(33)

23

Gambar 2.2

Realisasi Kunjungan Kapal di Pelabuhan Belawan 2008-2012 (Call) Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara (2012)

Gambar 2.3

Realisasi Kunjungan Kapal di Pelabuhan Belawan 2008-2012 (GRT) Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara (2012)

Berdasarkan data realisasi kunjungan kapal di pelabuhan Belawan (Call) tahun 2008-2012 berdasarkan tabel dibawah ini menunjukkan tren penurunan baik untuk dalam dalan luar negeri. Namun untuk tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 mengalami peningkatan. Sedangkan untuk data kunjungan kapal (GRT) di

2008 2009 2010 2011 2012

Luar Negeri 1.734 1.476 1.268 955 1.032

Dalam Negeri 2.511 2.217 2.044 1.916 1.894

0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000

2008 2009 2010 2011 2012

Luar Negeri 6.959.091 6.938.695 7.141.371 6.925.823 8.412.362 Dalam Negeri 7.115.965 7.706.426 7.873.859 7.569.871 7.328.872

0 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000 7.000.000 8.000.000 9.000.000


(34)

Pelabuhan Belawan tahun 2008-20012 cenderung mengalami peningkatan. Selain Pelabuhan Belawan kegiatan tersebut juga didukung oleh Pelabuhan Tanjung Balai, Kuala Tanjung, Pangkalan Susu di Pantai Timur, serta Sibolga dan Gunung Sitoli di Pantai Barat Sumatera Utara.

Mengacu kepada Peraturan Menteri Perhubungan RI No.KM.414 Tahun 2013 tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional, jumlah dan tipe Pelabuhan laut di Sumatera Utara adalah sebanyak 35 unit dengan perincian sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut .

Tabel 2.9

Jumlah dan Tipe Pelabuhan Laut di Sumatera Utara

No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Tipe Pelabuhan 1. Batubara Kuala Tanjung Pelabuhan Utama 2. Batubara Pangkalan Dodek Pengumpan Regional

3. Batubara Perupuk Pengumpan Lokal

4. Batubara Tanjung Tiram Pengumpan Regional 5. Batubara Teluk Nibung Pengumpan Regional 6. Serdang Bedagai Sialang Buah Pengumpan Lokal 7. Serdang Bedagai Pantai Cermin Pengumpan Regional 8. Asahan Tanjung Balai Asahan Pelabuhan Pengumpul 9. Langkat Pangkalan Susu Pelabuhan Pengumpul 10. Langkat Pulau KampaI Pengumpan Lokal 11. Langkat Tanjung Pura Pengumpan Regional 12. Langkat Tapak Kuda Pengumpan Lokal 13. Langkat Kuala Sarapu Pengumpan Lokal 14. Deli Serdang Belawan Pelabuhan Utama 15. Deli Serdang Pantai Labu Pengumpan Lokal 16. Deli Serdang Percut Pengumpan Lokal 17. Deli Serdang Rantau Panjang Pengumpan Regional 18. Deli Serdang Tanjung Beringin Pengumpan Regional 19. Labuhan Batu Labuhan Bilik Pengumpan Lokal 20. Labuhan Batu Sel Barombang Pengumpan Regional


(35)

25

22. Labuhan Batu Tg. Sarang Elang Pelabuhan Pengumpul 23. Mandailing Natal Natal/Sikara-kara Pelabuhan Pengumpul 24. Mandailing Natal Sikara-Kara Pelabuhan Pengumpul 25. Gunung Sitoli Gunung Sitoli Pelabuhan Pengumpul

26. Nias Lahawa Pengumpan Regional

27. Nias Sirombu Pengumpan Regional

28. Nias Selatan Pulau Tanah Masa Pengumpan Lokal 29. Nias Selatan Pulau Tello Pelabuhan Pengumpul 30. Nias Selatan Teluk Dalam Pengumpan Regional 31. Tapanuli Tengah Barus Pengumpan Lokal 32. Tapanuli Tengah Manduamas Pengumpan Lokal 33. Tapanuli Tengah Sibolga Pelabuhan Pengumpul 34. Tapanuli Tengah Oswald Siahaan/ Labuhan Angin Pelabuhan Pengumpul 35. Mandailing Natal Batahan Pelabuhan Pengumpul Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.414 Tahun 2013

d) Transportasi Udara

Provinsi Sumatera Utara memiliki beberapa bandar udara untuk melayani pergerakan melalui udara, meliputi Bandar Udara Kualanamu (Deli Serdang) Polonia (Medan), Binaka (Gunung Sitoli), Dr. Ferdinand Lumban Tobing (Tapanuli Tengah), Silangit (Tapanuli Utara) dan Aek Godang (Tapanuli Selatan). Selain itu juga terdapat bandar udara P. Batu di Pulau Nias selatan dan Sibolangit, namun belum beroperasi secara layak. Bandara Kualanamu (Kualanamu International Airport / KNIA) secara resmi telah beroperasi sejak tanggal 25 Juli 2013 menggantikan Bandara Polonia. Bandara Kualanamu dibangun sebagai pengganti Bandara Polonia yang pergerakan penumpang pertahunnya telah mencapai 8 juta penumpang, dengan pergerakan pesawat udara 64.800, serta trend pertumbuhan antara 15-20% pertahun. Demand penumpang yang sangat besar tersebut sudah tidak sebanding lagi dengan kapasitas Bandara Polonia yang hanya sebesar 900.000 pnp/tahun.


(36)

Bandara Kualanamu adalah sebuah merupakan bekas areal perkebunan PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, terletak di Kualanamu, Desa Beringi yang dimulai pada tahun yang sama membuat rencana pembangunan ditunda. Nama Bandara yang diusulkan berdasarkan Keputusan DPRD-SU Nomor : 18/K/2012 tanggal 17 Desember 2012 yaitu : Kualanamu International Airport

(KNIA), berdasarkan nama rupa bumi, yang ditindaklanjuti dengan Surat

Gubernur Sumut Nomor : 553/131 tanggal 8 Januari 2013, kepada Menteri Perhubungan RI.

Pembangunan Bandara Kualanamu dibagi dalam 3 (tiga) tahapan pengembangan sebagai berikut :

Tabel 2.10

Tahapan Pembangunan Bandara Internasional Kuala Namu

Pengembangan Tahap I Tahap II Tahap III

Stage I Stage II Runway

Pesawat terbesar

3.000x60m B 747-400 3.750x60m A 380 3.750x60m A.380 3.750x60m A 380 Terminal Pnp

Kapasitas 90.000m2 8 juta/th 125.000m2 10 jt/th 170.000m2 15 juta/th 225.000m2 22 juta/th Terminal Kargo

Kapasitas 13.000m2 65.000 ton/th 13.000m2 65.000 ton/th 18.000m2 90.000 ton/th 27.000m2 115.000/th Area Parkir 20.000 m2 90.000 m2 140.000 m2 140.000 m2


(37)

27

Tabel 2.11

Fasilitas Bandara Udara di Provinsi Sumatera Utara

NO URAIAN 1. POLONIA 2. BINAKA 3. FL. TOBING 1. Lokasi 1 Km dari Medan 22 Km dari Gn. Sitoli 30 Km dari Sibolga

2. Luas Area 144 HA 72 HA 183.03 Ha

3. Aeorodrome Elevation 26.5 m 6 m 10 m

4. Runway 2.900 x 45 m 1.400 x 30 m 1.850 x 30 m 5. Luas Appron A = 29.860 m2

B = 30.305 m2 C = 16.028 m2

60 x 80 m 90 x 50 m

6. Kapasitas Appron A = 2 B-747s . 1 A-300 B = 2 A-300s. 2 B-737s C = 18 CN-212/Helly

1 F-27. 2 CN-212 1 F-27. 2 CN-212

7. Terminal Penumpang 13.096 m2 (dom & int’l) 416 m2 (dom) 620 m2 (dom) 8. Luas Areal Parkir Dom = 15.805 m2

Int’l = 10.531 m2

1.500 m2 620 m2 9. Kapasitas Parkir Dom =300. Int’l = 200 mbl 30 mobil 30 mobil

10. Kargo PT. NATS. PT. MSA - -

11. Peralatan Navigasi NDB. VOR. DME. ILS NDB. VOR NDB 12. Aircraft Visual Aid Equipment VASI/ R/W Light. REIL.

Approach Light

Threshold Light - 13. Pemadam Kebakaran Category VIII Category IV Category III 14. Air Traffic Services Radar. Approach. ADC Unattended Aerodrome Unattended

Aerodrome

Sumber : Dinas Perhubungan Sumatera Utara (2013)

Tabel 2.12

Fasilitas Bandara Udara di Provinsi Sumatera Utara

NO URAIAN 4. AEK GODANG 5. LASONDRE 6. SIBISA 7. SILANGIT 1. Lokasi 30 Km dari

P.Sidempuan

3 Km dari P.Tello 19 Km dari Parapat

30 Km dari Tarutung

2. Luas Area 117 HA 35 HA 40 Ha 353.894 m2

3. Aeorodrome Elevation 281 m 2 m 1.218 m 1.237 m 4. Runway 1.400 x 23 m 1400 x 30 m 750 x 23 m 1850 x 23 m 5. Luas Appron 32.5 x 58.5 m 60 x 40 m 60 x 40 m 60 x 40 m 6. Kapasitas Appron 2 CN-212 2 CN-212 1 CN-212 1 CN-212 7. Terminal Penumpang 200 m2 (dom) 100 m2 (dom) 70 m2 (dom) 100 m2 (dom) 8. Luas Areal Parkir 250 m2 - 50 m2 180 m2 9. Kapasitas Parkir 10 mobil - 3 mobil 6 mobil

10. Kargo - - - -

11. Peralatan Navigasi NDB NDB-LR - -

12. Aircraft Visual Aid Equipment

- - - -

13. Pemadam Kebakaran Category IV Category I - - 14. Air Traffic Services Unattended Aerodrome Unattended Aerodrome Unattended

Aerodrome

Unattended Aerodrome


(38)

Tabel 2.13

Hirarki Bandar Udara di Sumatera Utara Tahun 2012

No. Nama Bandara

Landasan Pacu / Runway (M)

Hierarki Lokasi 1 Kualanamu 3.750 X 60 Pengumpul Skala Pelayanan

Primer Deli Serdang

2 Polonia 2.900 X 45 Pengumpul Skala Pelayanan

Primer Kota Medan

3 Binaka 1.800 X 30 Pengumpan Gunung Sitoli 4 Dr.F.L. Tobing 2.260 X 30 Pengumpan Tapanuli Tengah 5 Sibisa 750 X 23 Pengumpan Toba Samosir 6 Aek Godang 1.400 X 30 Pengumpan Padang Lawas

Utara

7 Silangit 2.250 X 30 Pengumpan Tapanuli Utara 8 Lasondre 1.400 X 30 Pengumpan Nias Selatan

Sumber : Dinas Perhubungan Provsu (2012)

Hingga tahun 2012, tercatat pergerakan penumpang domestik dan internasional (datang, berangkat, dan transit) yang melalui Bandara Polonia mengalami peningkatan.

F. Rencana Kegiatan

Visi Pembangunan Jangka Menengah Tahap-III Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018, merupakan bagian yang tidak terlepas dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2025, yang diarahkan kepada pemantapan pembangunan secara menyeluruh dengan penekanan pada pembangunan daya saing kompetitif, perekonomian berlandaskan keunggulan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia Sumatera Utara yang berkualitas yang berkemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang


(39)

29

yakni Tekun Berkarya, Hidup Sejahtera, Mulia Berbudaya, maka dirumuskan Visi dan Misi Pembangunan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018.

a) Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat

Rencana sistem jaringan transportasi darat terdiri dari sistem jaringan jalan, jalan bebas hambatan, jaringan kerata api dan angkutan sungai dan penyebrangan, dimaksudkan untuk memperkuat interaksi internal untuk mendukung pola perkembangan ruang yang bersifat horizontal (decentralized territorial approach) melalui pemantapan jaringan jalan arteri dan kolektor primer dengan pola mengikuti jaringan penghubung antar PKN yang berperan menghubungkan secara berkelanjutan dengan PKW dan antar PKW.

Rencana pengembangan sistem jaringan jalur kereta api meliputi:

a. Pemantapan jalur kereta api antar kota di wilayah Pantai Timur yang menghubungkan batas Aceh – Besitang – Binjai – Medan – Lubuk Pakam – Tebing Tinggi – Kisaran – Rantau Prapat - Batas Riau; b. Pemantapan jalur kereta api antar kota, Tebing Tinggi – Pematang

Siantar, Kisaran – Tanjung Balai, Medan – Deli Tua, Merek – Pematang Siantar, dan Medan – Pancur Batu;

c. Pengembangan jalur kereta api antar kota bagian barat yang menghubungkan batas Aceh – Sibolga – batas Sumatera Barat;

d. Pemantapan jalur kereta api antar kota di bagian tengah utara yang menghubungkan Rantauprapat – Gunung Tua – Padang Sidimpuan – Sibolga;


(40)

e. Pengembangan jalur kereta api Medan – Belawan – Gabion (Pelabuhan Peti Kemas), Bandar Tinggi – Pelabuhan Kuala Tanjung, Kisaran – Pelabuhan Tanjung Tiram, Rantau Prapat – Aek Nabara – Negeri Lama – Labuhan Bilik, Perlanaan – Gunung Bayu (Sei Mangkei), Aras Kabu – Bandara Kuala Namu;

f. Pengembangan simpul kereta api di stasiun kereta api di Medan, Sibolga, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Kisaran, dan Rantau Prapat;

g. Pengembangan perpotongan antara jalur kereta api dan jalan yang tidak sebidang.

Pengembangan sistem jaringan transportasi angkutan sungai, danau dan penyeberangan terdiri atas peningkatan dan pengembangan jaringan pelayanan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan yang meliputi:

a. Jaringan pelayanan angkutan penyeberangan lintas negara yaitu Belawan – Penang (Malaysia) dan Tanjung Balai – Malaysia.

b. Jaringan pelayanan angkutan penyeberangan lintas provinsi yaitu Singkil – Gunung Sitoli – Singkil, Pulau Telo – Teluk Bayur.

c. Jaringan pelayanan angkutan penyeberangan lintas kabupaten/kota yaitu Sibolga – Gunung Sitoli, Sibolga – Teluk Dalam, Teluk Dalam – Pulau-pulau Batu, Ajibata – Tomok, Simanindo – Tigaras, dan Muara – Nainggolan.

d. Jaringan pelayanan angkutan sungai dan danau lintas kabupaten/kota yaitu Belawan Lama – Batang Sere, Belawan Lama – Karang


(41)

31

Gading, Ajibata – Tomok, Ajibata – Urat, Ajibata – Porsea, Balige – Onan Runggu, Balige – Mogang, Balige – Bakkara, Balige – Ajibata, Balige – Pangururan, Muara – Nainggolan, Muara – Balige, Muara – Tomok, Muara – Bakkara, serta Muara – Onan Runggu. e. Khusus untuk wilayah dengan aliran sungai yang potensial dibangun

sebagai waterways dilakukan pengintegrasian jaringan jalan dengan jalur sungai dengan mengembangkan dermaga sungai pada simpul-simpul pertemuan antara kedua moda angkutan tersebut.

f. Sistem terpadu antara jaringan jalan dengan jalur sungai dikembangkan untuk mengakomodasi pergerakan penumpang dan komoditi yang dihasilkan wilayah belakang, yang berorientasi ke pusat-pusat kegiatan industri dan yang menuju pelabuhan pengumpan lokal yang dikembangkan di sepanjang pantai Timur dan Barat Sumatera Utara.

Pengembangan sistem jaringan angkutan barang diarahkan pada :

a. Penetapan lokasi terminal angkutan barang dengan fasilitasnya diarahkan pada kawasan pelabuhan dan industri/pergudangan serta lokasi yang ditetapkan pada jaringan jalan arteri primer.

b. Pengembangan terminal barang diarahkan pada Pelabuhan Belawan, Perbaungan dan Pancur Batu di Kabupaten Deli Serdang, Kota Tebing Tinggi, dan Labuhan Angin di Kabupaten Tapanuli Tengah.


(42)

Pengembangan sistem jaringan angkutan penumpang diarahkan pada: a. Penataan pelayanan angkutan umum yang disesuaikan dengan

hierarki jalan.

b. Penetapan terminal penumpang A di Kota Medan (Terminal Amplas dan Pinang Baris), Kota Tebing Tinggi, Kota Pematang Siantar, Balige di Kabupaten Toba Samosir, Tarutung di Kabupaten Tapanuli Utara, Kisaran di Kabupaten Asahan, Rantau Prapat di Kabupaten Labuhanbatu, Panyabungan di Kabupaten Mandailing Natal, Batu Nadua di Kota Padang Sidimpuan, dan Kabanjahe di Kabupaten Karo.

c. Sementara itu pemantapan Terminal Penumpang B di Kota Sibolga, Lubuk Pakam, Kabanjahe, Parapat, Dolok Sanggul, Perdagangan, Binjai, Bahorok, Tanjung Pura, Selesai, Tanjung Beringin, Batu Nadua, Aek Kanopan.

d. Pengembangan Terminal Penumpang C tersebar di Kabupaten/Kota seluruh Provinsi Sumatera Utara

e. Pengembangan sistem angkutan umum massal berbasis jalan (Bus Rapid Transit) di Kawasan Mebidangro.

f. Pengembangan angkutan pemadu moda di Bandara Kuala Namu melalui moda angkutan darat, kereta api, dan angkutan laut.

g. Pengembangan fasilitas alih moda (transfer point) untuk angkutan pemadu moda di Bandara Kuala Namu; dan.


(43)

33

h. Pengembangan pelayanan angkutan penumpang menyusuri Jalur Susur Lintas Pantai Timur, dimaksudkan sebagai moda pengembangan potensi ekonomi masyarakat pesisir pantai dan pariwisata.

b) Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut

Pengembangan Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut terdiri dari: 1. Pengembangan pelabuhan yang berfungsi sebagai inlet-outlet point

utama bagi sistem pergerakan penumpang dan barang menuju dan dari wilayah Sumatera Utara, terutama Pelabuhan Belawan di Kawasan Mebidangro dan Pelabuhan Sibolga di Kota Sibolga sebagai Pelabuhan Internasional serta Pelabuhan Bagan Asahan sebagai Pelabuhan Nasional.

2. Pengembangan pelabuhan-pelabuhan pengumpan regional dan lokal serta pelayaran rakyat sebagai penunjang pergerakan melalui laut bagi wilayah di sepanjang pantai yang memiliki potensi ekonomi tertentu.

3. Pengembangan pelabuhan – pelabuhan sebagaimana dimaksud di atas secara terintegrasi dengan pengembangan sistem jaringan transportasi darat.

Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, pelabuhan Belawan dituntut untuk dapat menjadi Pelabuhan Nasional Hub Port. Pengembangan metropolitan sebagai kawasan perdagangan dan industri di


(44)

kawasan Sumatera Utara menjadikan peran Pelabuhan Belawan menjadi sangat penting dalam pola pengembangan khususnya di sektor perdagangan, dimana nantinya Pelabuhan Belawan dapat mengantisipasi menjadi Transhipment Port.

Rencana pengembangan Pelabuhan Belawan terbagi dalam jangka pendek (2006-2010), jangka menengah (2011-2015), dan jangka panjang (2016-2020).

Tabel 2.14

Program Pengembangan Pelabuhan Belawan

Program Jangka Pendek (2006-2010)

Program Jangka Menengah (2011-2015)

Program Jangka Panjang (2016-2020) Pelabuhan Belawan (Terminal Konvensional)

 Studi Review Pengembangan Pelabuhan Belawan  Penataan Operasional dan Rehabilitasi Ujung Baru & Citra  Relokasi Terminal Penumpang (Roro Dan Ferry)  Pembangunan Dermaga Cargo

 Rekonfigurasi dan Peningkatan Kapasitas Alur Pelayaran

 Pembangunan Terminal Curah Cair

 Pembangunan Terminal Cargo

Pelabuhan Belawan (Terminal Peti Kemas)  Pembangunan Dermaga Peti Kemas

 Pengadaan Peralatan Bongkar-Muat Peti Kemas

Pembangunan Dermaga Peti Kemas (300 m2)

Pengadaan Peralatan Bongkar-Muat Peti Kemas

 Pembangunan Dermaga Peti Kemas

 Pengadaan Peralatan Bongkar-Muat Peti Kemas

Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi sumatera Utara (2014)

c) Rencana Sistem Jaringan Transportasi Udara

Pengembangan Rencana Sistem Jaringan Transportasi Udara diarahkan pada:

1. Membangun pelabuhan udara di Kuala Namu, Deli Serdang sebagai Bandar Udara pengumpul dengan skala pelayanan primer melengkapi fungsi Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagai pusat pelayanan primer;

2. Pengembangan bandar udara pengumpan dengan skala pelayanan sekunder provinsi;


(45)

35

3. Pembangunan bandar udara baru sebagai penunjang sistem pergerakan internal Sumatera Utara guna memperlancar mobilitas menuju dan dari kawasan-kawasan yang memiliki fungsi penting tertentu.


(46)

A. Kepemimpinan

a. Pengertian dan Peranan Kepemimpinan

Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara menyadari pentingnya peran seorang pemimpin dalam meningkatkan semangat kerja pegawainya. Dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu sama lainnya. Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan. Menurut Stephen P. Robbins (2001:314) yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah sebagai suatu kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian tujuan. Dengan kata lain organisasi adalah proses atau rangkaian kegiatan kerja sama sejumlah orang, untuk mencapai tujuan tertentu.

Gaya kepemimpinan atasan dapat mempengaruhi kesuksesan pegawai dalam berprestasi, dan akan berujung pada keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya (Suranta, 2002). Dalam suatu organisasi apapun bentuk organisasi tersebut, pasti memerlukan seseorang dengan atau tanpa dibantu oleh orang lain., untuk menempati posisi sebagai pimpinan atau pemimpin (leader). Seseorang yang menduduki posisi pemimpin di dalam suatu organisasi mengemban tugas melaksanakan kepemimpinan. Sehubungan dengan itu dari segi


(47)

37

organisasi, kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan atau kecerdasan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.

Beberapa defenisi tentang kepemimpinan adalah sebagai berikut :

1. Kepemimpinan adalah “perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama.”

2. Kepemimpinan adalah “pengaruh antarpribadi, yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta diarahkan melaluii proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu.”

3. Kepemimpinan adalah “pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi.”

4. Kepemimpinan adalah “peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.”

5. Kepemimpinan adalah “proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi kearah pencapaian tujuan.”

Kebanyakan defenisi mengenai kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh social yang dalam hal ini pengaruh yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok atau organisasi.


(48)

Menyangkut persoalan apakah kepemimpinan harus dilihat sebagai milik dari individu-individu tertentu atau milik dari sebuah system sosial. Salah satu pandangan menyatakan bahwa semua kelompok mempunyai spesialisasi peran yang di dalamnya termasuk peran khusus kepemimpinan. Termasuk di dalam peran tersebut adalah beberapa tanggung jawab dan fungsi yang tidak dapat dibagi-bagi tanpa merugikan efektivitas kelompok tersebut. Orang yang mempunyai banyak pengaruh di dalam kelompok tersebut dan yang diharapkan akan menjalankan peran kepemimpinan ditetapkan sebagai pemimpinnya.

b. Teori-Teori Kepemimpinan

Teori-teori mencakup perbedaan dalam pendapat, metodologi keterangan-keterangan dan kesimpulan. Setiap teori mempunyai pengikut masing-masing yang beranggapan teori mereka adalah benar dan tepat.

G.R. Terry dalam bukunya “Principles of management” mengemukakan 8 (delapan) buah teori kepemimpinan sebagai berikut :

1) Teori Otokratis

Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah-perintah, pemaksaan dan tindakan yang agak arbiter dalam hubungan antara pemimpin dengan pihak bawahan. Pemimpin disini cenderung mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, ia melaksanakan pengawasan seketat mungkin dengan maksud agar pekerjaan dilaksankana sesuai dengan rencana. Pemimpin otoktratis menggunakan


(49)

perintah-39

perintah yang biasanya diperkuat oleh adanya sanksi-sanksi di antaranya, disiplin adalah faktor yang terpenting.

2) Teori Psikologis

Pendekatan ini terhadap kepemimpinan menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah mengembangkan system motivasi terbaik. Pemimpin merangsang bawahannya untuk bekerja kearah pencapaian sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi mereka. Kepemimpinan dan memotivasi sangat memperhatikan hal-hal seperti misalnya pengakuan, kepastian emosional, kesempatan untuk memperhatikan keinginan dan kebutuhannya.

3) Teori Sosiologis

Identifikasi tujuan kerapkali memberikan petunjuk yang diperlukan oleh para pengikut. Mereka mengetahui hasil-hasil apa, kepercayaan apa, dan kelakuan apa yang diharapkan dari mereka. Tetapi, perlu diketahui bahwa usaha-usaha untuk mencapai tujuan mempengaruhi interaksi-intersaksi antara para pengikut, hingga tingkat timbulnya konflik yang merusak di dalam atau di antara kelompok-kelompok. Dalam situasi demikian, pemimpin diharapkan untuk mengambil tindakan-tindakan korektif, menjalankan pengaruh kepemimpinannya dan mengembalikan harmoni dan usaha-usaha kooperatif antara para pengikutnya.

4) Teori suportif

Di sini, pihak pemimpin beranggapan bahwa para pengikutnya berusaha sebaik-baiknya dan bahwa ia dapat memimpin dengan sebaiknya


(50)

melalui tindakan membantu usaha-usaha mereka. Untuk itu, pihak pemimpin menciptakan suatu lingkungan kerja yang membantu mempertebal keinginan pada setiap pengikut untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin, bekerjasama dengan pihak lain, serta mengembangkan skillnya serta keinginannya sendiri.

5) Teori “Lisseez Faire”

Berdasarkan teori ini, seorang pemimpin memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada para pengikutnya dalam menentukan aktivitas mereka. Ia tidak berpartisipasi, atau apabila hal itu dilakukannya maka partisipasi tersebut hampir tidak berarti. Pendekatan ini merupakan kebalikan langsung dari teori otokratis.

6) Teori Perilaku Pribadi

Kepemimpinan dapat pula dipelajari berdasarkan kualitas-kualitas pribadi ataupun pola-pola kelakukan para pemimpin. Salah satu yang terpenting teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin tidak berkelakuan sama ataupun melakukan tindakan identik dalam situasi yang dihadapi olehnya. Hingga tingkat tertentu ia bersifat fleksibel, karena ia beranggapan bahwa ia perlu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk menghadapi sesuatu problem tertentu.

7) Teori Sosial/Sifat

Usaha harus dilakukan orang untuk mengidentifikasi sifat-sifat pemimpin yang dipergunakan untuk menerangkan dan meramalkan kesuksesan dalam bidang pemimpin. Diantara sifat-sifat yang dianggap


(51)

41

harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu: intelegensi, inisiatif, energi dan rangsangan, kedewasaan emosional, persuasif, skill komunikatif, kepercayaan pada diri sendiri, perseptif, kreativitas, dan partisipasi sosial. 8) Teori Situasi

Pendekatan ini untuk menerangkan kepemimpinan menyatakan bahwa harus terdapat cukup banyak fleksibilitas dalam kepemimpinan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai macam situasi. Kepemimpinan ini bersifat “multidimensi”. Pada teori ini, dianggap bahwa kepemimpinan terdiri dari tiga macam elemen yakni: pemimpin, pengikut, dan situasi.

c. Gaya Kepemimpinan

Dalam mensukseskan kepemimpinan dalam organisasi, pemimpin perlu memikirkan dan memperlihatkan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan kepada pegawainya (Mulyadi dan Rivai, 2009). Gaya kepemimpinan atasan dapat mempengaruhi kesuksesan pegawai dalam berprestasi, dan akan berujung pada keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya (Suranta, 2002). Pemimpin perlu memikirkan gaya kepemimpinan yang paling tepat, dimana gaya kepemimpinan yang paling tepat yaitu gaya kepemimpinan yang dapat memaksimumkan kinerja, dan mudah dalam menyesuaikan dengan segala situasi.

Dalam organisasi (Mulyadi dan Rivai, 2009), gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang sedemikian rupa untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Sholeha dan Suzy,1996). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan


(52)

yaitu pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan pemimpin, dengan menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu atau pegawai, dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang telah menjadi komitmen bersama. Gaya kepemimpinan bersifat lentur atau fleksibel, maksudnya adalah gaya kepemimpinan yang biasa diterapkan pemimpin dapat berubah dengan gaya kepemimpinan yang lainnya seiring dengan berubahnya situasi dan kondisi internal organisasi. Sehingga tercapai keefektifan gaya kepemimpinan, dan tercapainya tujuan organisasi.

Menurut Stephen P. Robbins (2006) terdapat empat macam gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut :

1. Gaya Kepemimpinan Kharismatik

Adalah gaya kepemimpinan yang memicu para pengikutnya dengan memperlihatkan kemampuan heroik atau luar biasa ketika mereka mengamati perilaku tertentu pemimpin mereka.

2. Gaya Kepemimpinan Transaksional

Yaitu gaya kepemimpinan yang memandu atau memotivasi para pengikutnya menuju ke sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran dan tugas.

3. Gaya Kepemimpinan Transformasional

Yaitu gaya kepemimpinan yang menginspirasi para pengikut untuk melampaui kepentingan pribadi mereka dan mampu membawa dampak yang mendalam dan luar biasa pada pribadi para pengikut.


(53)

43

4. Gaya Kepemimpinan Visioner

Yaitu gaya kepemimpinan yang mampu menciptakan dan mengartikulasi visi yang realistis, kredibel, dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit organisasi yang tengah tumbuh dan membaik.

d. Fungsi Kepemimpinan

Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi social dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi social kelompok/organisasinya.

Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok/organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya. Oleh karena itu berarti fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial suatu kelompok/organisasi.

Fungsi kepemimpinan itu memiliki dua dimensi sebagai berikut :

1) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.


(54)

2) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.

Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah :

a) Fungsi Instruktif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahan pelaksanaannya pada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Fungsi orang dipimpin (anggota kelompok/organisasi) hanyalah melaksanakan perintah. Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan pimpinan tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau menterjemahkannya menjadi instruksi/perintah.

b) Fungsi Konsultatif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meskipun pelaksanaanya sangat tergantung pada pihak pemimpin. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukannya


(55)

45

secara terbatas hanya dengan orang-orang tertentu saja, yang dinilainya mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlakukannya dalam menetapkan keputusan.

c) Fungsi Partisipasi

Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan dan sesama orang yang dipimpin. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompoknya memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksankan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi/jabatan masing-masing.

d) Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengaharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan perkembangan kelompok/organisasinya tidak mungkin diwujudkannya sendiri.


(56)

e) Fungsi Pengendalian

Fungsi ini cenderung bersifat komunikasi satu arah. Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota kelompok/organisasinya.

B. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”. Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Di dalam perusahaan motivasi berperan sangat penting dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan. Tujuan dalam memberikan motivasi kerja terhadap karyawan agar karyawan dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Dengan demikian berarti juga mampu memelihara dan meningkatkan moral, semangat dan gairah kerja, karena dirasakan sebagai pekerjaan yang menantang.

Menurut Arep dan Tanjung (2003:12) motivasi adalah sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan seseorang untuk berkerja. Motivasi diartikan sebagai


(57)

47

faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah. Faktor-faktor tersebut itu sering kali disebut dengan motivasi, sebagai tujuan yang diinginkan yang mendorong orang berperilaku tertentu, sehingga motivasi sering pula diartikan dengan keinginan, tujuan, kebutuhan, atau dorongan.

Menurut Siagian (2005:143) motivasi adalah suatu keberhasilan, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus akan tercapai. Untuk dapat memotivasi seseorang diperlukan pemahaman tentang bagaimana proses terbentuknya motivasi. Selanjutnya, usaha memotivasi berarti memunculkan faktor-faktor (motif) yang mendorong orang berperilaku tertentu, yang dapat dilakukan dengan misalnya memberi imbalan, menciptakan persaingan, melatih, menasihati, dan lain-lain.

Dari defenisi-defenisi motivasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah sesuatu hal verbal, fisik ataupun psikologis yang mampu mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan suatu individu untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan ikhlas sehingga terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam bekerja. Dengan demikian, tujuan perusahaan/instansi dapat tercapai dengan maksimal. Suatu hal verbal, fisik ataupun psikologis yang dimaksud adalah kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan dari apa yang dibutuhkannya.


(58)

b. Jenis-jenis motivasi

Menurut Hasibuan (2005:149) ada dua jenis motivasi, yaitu : 1. Motivasi Positif

Pimpinan memotivasi (merangsang) karyawan dengan memberikan hadiah kepada para karyawan yang berprestasi di atas prestasi standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja karyawan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima hal yang baik-baik saja. 2. Motivasi Negatif

Pimpinan memotivasi para karyawan dengan memberikan suatu hukuman bagi karyawan yang prestasi kerjanya di bawah standar. Dengan motivasi negatif ini, semangat karyawan dalam jangka waktu pendek akan meningkat dikarenakan karyawan takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik.

Dalam prakteknya, kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh suatu perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang supaya dapat meningkatkan semangat dan produktivitas kerja karyawan. Motivasi positif efektif untuk jangka waktu panjang sedangkan motivasi negatif efektif untuk jangka waktu pendek.


(59)

49

c. Metode Motivasi

Menurut Hasibuan (2005:48) ada dua metode motivasi, yaitu: 1. Motivasi Langsung

Motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Misalnya : pemberian pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, dan tanda jasa.

2. Motivasi Tidak Langsung

Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya berupa fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang kelancaran tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya. Misalnya : kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman serta penempatan kerja yang tepat.

d. Alat-alat motivasi

Alat-alat motivasi (daya perangsang) yang diberikan kepada karyawan dapat berupa material incentive dan nonmaterial incentive (Hasibuan, 2005:48) :

1. Material Incentive

Material incentive adalah motivasi yang bersifat materiil sebagai imbalan atas prestasi kerja karyawan. Yang termasuk dalam material incentive adalah yang berbentuk uang dan barang-barang.


(60)

2. Nonmaterial Incentive

Nonmaterial Incentive adalah motivasi yang tidak berbentuk materiil. Yang termasuk dalam nonmaterial incentive adalah perlakuan yang wajar, penempatan kerja yang tepat, dan hal lain yang sejenis.

e. Asas-asas motivasi

Menurut Hasibuan (2005:145), asas-asas motivasi mencakup dalam lima bagian yaitu : asas mengikutsertakan, asas komunikasi, asas pengakuan, asas wewenang yang didelegasikan, dan asas perhatian timbal balik.

1. Asas Mengikutsertakan

Asas mengikutsertakan maksudnya adalah mengajak karyawan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada karyawan mengajukan ide, kritikan, dan rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan cara ini, karyawan merasa ikut bertanggungjawab atas pencapaian tujuan perusahaan sehingga moral dan kegairahan kerja karyawan semakin meningkat.

2. Asas Komunikasi

Asas komunikasi maksudnya adalah menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara pelaksanaannya dan kendala yang dihadapi. Dengan asas komunikasi, motivasi karyawan akan meningkat. Sebab semakin banyak seseorang mengetahui suatu,


(61)

51

3. Asas Pengakuan

Asas pengakuan maksudnya adalah memberikan penghargaan yang tepat dan wajar kepada karyawan atas prestasi kerja yang telah dicapainya. Karyawan akan semakin rajin dan lebih bekerja keras, jika usaha-usaha yang telah mereka laksanakan diberi penghargaan sehingga para karyawan merasa sebagai bagian penting dalam perusahaan.

4. Asas Wewenang yang Didelegasikan

Yang dimaksud dengan asas wewenang yang didelegasikan adalah mendelegasikan sebagian wewenang serta kebebasan untuk mengambil keputusan dan berkreatifitas. Dalam pendelegasian wewenang ini, pihak pimpinan/manajer harus meyakinkan bawahannya mampu dan dipercaya dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan baik.

5. Asas Perhatian Timbal Balik

Asas perhatian timbal balik ini adalah memotivasi bawahan dengan mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan di samping berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan karyawan. Misalnya, pimpinan meminta supaya karyawan meningkatkan prestasi kerjanya sehingga perusahaan memperoleh laba yang banyak. Apabila laba semakin banyak, maka balas jasa mereka akan dinaikkan.


(62)

C. Kinerja Pegawai

a. Pengertian Kinerja Pegawai

Kinerja adalah tingkat dimana para pegawai mencapai persyaratan pekerjaan secara efisien dan efektif (Simamora, 2006). Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang. Menurut Mangkunegara (2009:3), kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepada karyawan tersebut.

Sebaliknya, suasana kerja yang tidak nyaman karena sarana dan prasarana yang tidak memadai, tidak adanya dukungan dari atasan, dan banyak terjadi konflik akan berdampak negatif yang mengakibatkan kemerosotan pada kinerja seseorang. Sopiah (2008:5) menyatakan lingkungan juga bisa mempengaruhi kinerja seseorang. Situasi lingkungan yang kondusif, misalnya dukungan dari atasan, teman kerja, sarana dan prasarana yang memadai akan menciptakan kenyamanan tersendiri dan akan memacu kinerja yang baik.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil kerja yang dicapai setiap karyawan sehingga dapat memberikan konstribusi terhadap perusahaan. Penilaian kinerja merupakan proses yang dilakukan perusahaan atau instansi dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan perusahaan. Berhasil tidaknya kinerja yang telah dicapai oleh organisasi tersebut dipengaruhi oleh tingkat kinerja pegawai secara kelompok. Dengan asumsi


(63)

53

semakin baik kinerja pegawai maka semakin baik pula kinerja organisasi. Dengan demikian organisasi perlu menetapkan tujuan kinerja pegawai.

Adapun tujuan kinerja pegawai menurut Basri dan Rivai (2005) :

1. Untuk perbaikan hasil kinerja pegawai, baik secara kualitas ataupun kuantitas.

2. Memberikan pengetahuan baru dimana akan membantu pegawai dalam memecahkan masalah yang kompleks, dengan serangkaian aktifitas yang terbatas dan teratur, melalui tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan organisasi.

3. Memperbaiki hubungan antar personal pegawai dalam aktivitas kerja dalam organisasi.

Kinerja pegawai pada Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara atau organisasi lainnya dipengaruhi oleh berbagai faktor (Gibson, et all, 1995), antara lain :

1. Faktor individu, yaitu kemampuan dan keterampilan (mental dan fisik), latar belakang (pengalaman, keluarga, dan sebagainya), dan demografis (umur, asal usul, dan lain-lain).

2. Faktor organisasi, adalah sumber daya, kepemimpinan, imbalan (kompensasi), struktur organisasi, dan diskripsi pekerjaan (job description).

3. Faktor psikologis, ialah persepsi, sikap, kepribadian, pola belajar, dan motivasi.


(64)

Dalam suatu organisasi pegawai dituntut untuk mampu menunjukkan kinerja yang produktif, untuk itu pegawai harus memiliki ciri individu yang produktif.

Adapun ciri-ciri atau karakteristik dari individu yang produktif antara lain: 1. Kepercayaan diri

2. Rasa tanggung jawab

3. Rasa cinta terhadap pekerjaan 4. Pandangan ke depan

5. Mampu menyelesaikan persoalan

6. Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang berubah 7. Memberi kontribusi yang positif terhadap lingkungan 8. Kekuatan untuk menunjukkan potensi diri

D. Hubungan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai

Seorang pemimpin yang baik harus memiliki persyaratan yang dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu sifat, sikap atau perilaku, dan kemampuan. 1. Sifat

Sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin pada umumnya ialah bijaksana, cerdas, rasional, tegas, adil, kritis, jujur, sabar, bertanggung jawab dan sebagainya.


(65)

55

Pemimpin yang baik perlu juga menentukan atau memilih sikap/perilaku yang sesuai dengan keadaan. Keadaan tersebut mengacu pada kadar kemampuan pemimpin dan kemampuan orang yang dipimpin untuk bekerjasama.

Dalam hal ini kepemimpinan memiliki hubungan yang erat dengan kinerja karyawan. Kinerja karyawan tidak hanya dilihat dari skill saja namun juga dilihat dari cara seseorang itu memimpin dan mempengaruhi kawan sepekerjaannya untuk mencapai tujuan yang menguntungkan perusahaannya. Seorang pemimpin harus mampu berkontribusi terhadap prediksi adanya pemberdayaan pada bawahan. Dalam hal ini pemimpin perusahaan juga dituntut untuk memotivasi bawahannya agar mereka mempertahankan prestasinya dalam dunia kerja dan terus bisa menghasilkan hasil kinerja yang efektif.

Berikut ini terdapat aspek-aspek antara hubungan kepemimpinan dan kinerja karyawan :

1. Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang

ditetapkan. Kualitas kerja diukur dengan indikator ketepatan, ketelitian, keterampilan dan keberhasilan kerja. Kualitas kerja meliputi ketepatan, ketelitian, kerapihan dan kebersihan hasil pekerjaan.

2. Kuantitas kerja yaitu banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang

ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan dapat terselesaikan. Kuantitas kerja meliputi output, serta perlu diperhatikan pula tidak hanya output yang rutin saja, tetapi juga seberapa cepat dia dapat menyelesaikan pekerjaan yang ekstra.


(66)

3. Dapat tidaknya diandalkan termasuk dalam hal ini yaitu mengikuti instruksi,

inisiatif, rajin, serta sikap hati-hati.

4. Sikap, yaitu sikap terhadap pegawai perusahaan dan pekerjaan serta

kerjasama.

E. Hubungan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai

Motivasi kerja karyawan sangat dibutuhkan untuk suatu pekerjaan, karena pada dasarnya manusia mudah dimotivasi dengan memberikan apa yang menjadi keinginannya. Pentingnya motivasi dalam organisasi sehingga menyebabkan seseorang akan bekerja jika ada motif karena tanpa motif, orang tidak akan berbuat sesuatu. Motif dapat timbul dari dalam karena adanya kebutuhan dasar manusia yang bersifat universal tetapi dapat pula dirangsang. Rangsangan dari luar dapat berbentuk fisik atau non fisik yang disebut dengan motivasi sedangkan bendanya dinamakan motivator. Hubungan antara motivasi dan kinerja karyawan yaitu semakin tinggi motivasi karyawan dalam bekerja maka kinerja yang dihasilkan juga semakin efektif dan kompeten di dalam bidangnya.

Berikut ini terdapat 10 prinsip yang harus dilakukan oleh pimpinan dalam memberikan motivasi kepada para bawahannya berupa :

1) Upah atau gaji yang layak 2) Pemberian insentif

3) Memperhatikan rasa harga diri 4) Memenuhi kebutuhan rohani


(67)

57

6) Menempatan pegawai pada tempat yang tepat 7) Menimbulkan rada aman dimasa depan 8) Memperhatikan lingkungan tempat kerja 9) Memperhatikan kesempatan untuk maju 10) Menciptakan persaingan yang sehat

Oleh karena itu motivasi dapat dikatakan sebagai suatu pemberian pengarahan, dorongan, atau semangat kepada para karyawan agar mampu bekerja sesuai dengan tujuan yang diharapkan demi tercapainya tujuan organisasai dalam suatu perusahaan dengan efektif dan efisien.


(1)

55

Pemimpin yang baik perlu juga menentukan atau memilih sikap/perilaku yang sesuai dengan keadaan. Keadaan tersebut mengacu pada kadar kemampuan pemimpin dan kemampuan orang yang dipimpin untuk bekerjasama.

Dalam hal ini kepemimpinan memiliki hubungan yang erat dengan kinerja karyawan. Kinerja karyawan tidak hanya dilihat dari skill saja namun juga dilihat dari cara seseorang itu memimpin dan mempengaruhi kawan sepekerjaannya untuk mencapai tujuan yang menguntungkan perusahaannya. Seorang pemimpin harus mampu berkontribusi terhadap prediksi adanya pemberdayaan pada bawahan. Dalam hal ini pemimpin perusahaan juga dituntut untuk memotivasi bawahannya agar mereka mempertahankan prestasinya dalam dunia kerja dan terus bisa menghasilkan hasil kinerja yang efektif.

Berikut ini terdapat aspek-aspek antara hubungan kepemimpinan dan kinerja karyawan :

1. Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang

ditetapkan. Kualitas kerja diukur dengan indikator ketepatan, ketelitian, keterampilan dan keberhasilan kerja. Kualitas kerja meliputi ketepatan, ketelitian, kerapihan dan kebersihan hasil pekerjaan.

2. Kuantitas kerja yaitu banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang

ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan dapat terselesaikan. Kuantitas kerja meliputi output, serta perlu diperhatikan pula tidak hanya output yang rutin saja, tetapi juga seberapa cepat dia dapat menyelesaikan pekerjaan yang ekstra.


(2)

3. Dapat tidaknya diandalkan termasuk dalam hal ini yaitu mengikuti instruksi,

inisiatif, rajin, serta sikap hati-hati.

4. Sikap, yaitu sikap terhadap pegawai perusahaan dan pekerjaan serta

kerjasama.

E. Hubungan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai

Motivasi kerja karyawan sangat dibutuhkan untuk suatu pekerjaan, karena pada dasarnya manusia mudah dimotivasi dengan memberikan apa yang menjadi keinginannya. Pentingnya motivasi dalam organisasi sehingga menyebabkan seseorang akan bekerja jika ada motif karena tanpa motif, orang tidak akan berbuat sesuatu. Motif dapat timbul dari dalam karena adanya kebutuhan dasar manusia yang bersifat universal tetapi dapat pula dirangsang. Rangsangan dari luar dapat berbentuk fisik atau non fisik yang disebut dengan motivasi sedangkan bendanya dinamakan motivator. Hubungan antara motivasi dan kinerja karyawan yaitu semakin tinggi motivasi karyawan dalam bekerja maka kinerja yang dihasilkan juga semakin efektif dan kompeten di dalam bidangnya.

Berikut ini terdapat 10 prinsip yang harus dilakukan oleh pimpinan dalam memberikan motivasi kepada para bawahannya berupa :

1) Upah atau gaji yang layak 2) Pemberian insentif

3) Memperhatikan rasa harga diri 4) Memenuhi kebutuhan rohani


(3)

57

6) Menempatan pegawai pada tempat yang tepat 7) Menimbulkan rada aman dimasa depan 8) Memperhatikan lingkungan tempat kerja 9) Memperhatikan kesempatan untuk maju 10) Menciptakan persaingan yang sehat

Oleh karena itu motivasi dapat dikatakan sebagai suatu pemberian pengarahan, dorongan, atau semangat kepada para karyawan agar mampu bekerja sesuai dengan tujuan yang diharapkan demi tercapainya tujuan organisasai dalam suatu perusahaan dengan efektif dan efisien.


(4)

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Gaya kepemimpinan yang bersifat partisipatif pada Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara dinilai berpengaruh positif terhadap upaya pegawai dalam berprestasi, yang akan membantu organisasi dalam mencapai tujuannya.

2. Pemberian motivasi pada Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara dinilai berpengaruh positif pada peningkatan kinerja pegawai pada Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara.

3. Tujuan dalam memberikan motivasi kerja terhadap karyawan pada Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara adalah agar karyawan dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.

B. Saran

Adapun saran yang akan disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Gaya kepemimpinan partisipatif yang dianggap mengakomodir kebutuhan dan keinginan institusi dan pegawai hendaknya terus diterapkan oleh pimpinan Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara.


(5)

59

2. Sebaiknya Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara meningkatkan motivasi bagi kinerja karyawan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi imbalan, insentif maupun pelatihan-pelatihan yang bermanfaat untuk menunjuang pekerjaan masing-masing pegawai.

3. Pada Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara dapat meningkatkan motivasi pegawainya dengan mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seorang pegawai untuk melakukan kegiatan yang berdampak positif seperti team building maupun kegiatan Outbound.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abihasna. 2010, Defenisi Motivasi, dari :

Jhon C. Maxwell. 2001. Mengembangkan Kepemimpinan di Sekeliling Anda. PT Rineka Cipta : Jakarta

Nawawi, Hadari. 2004. Kepemimpinan yang Efektif. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

P.siagian, MPA ,prof. Dr. Sondang. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. PT Rineka Cipta : Jakarta

R Hook, Jhon. 2006. Memotivasi Karyawan. Tugu Publisher : Yogyakarta

S.E,Dr,Winardi. 2000. Kepemimpinan dalam Manajemen. PT Rineka Cipta : Jakarta

S.P Hasibuan,Drs.H.Malayu. 1996. Organisasi dan Motivasi. Bumi Aksara : Jakarta

Thoha,Miftah. 1995. Kepemimpinan dalam Manajemen. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta