BAPPEBTI CoFTRA
146
Laporan Tahunan 2016 Annual Report 2016
147
2. Peraturan Kepala Bappebi Nomor 2 Tahun 2016
tentang Prinsip Mengenal Nasabah Oleh Pialang Berjangka
Peraturan ini disusun dalam rangka mewujudkan
kegiatan Perdagangan Berjangka yang teratur, wajar, eisien, efekif, dan transparan serta dalam suasana
persaingan yang sehat terutama menciptakan industri Perdagangan Berjangka yang sehat dan terlindung
dari praktek-praktek indak pidana pencucian uang dan dijadikan sarana pendanaan kegiatan terorisme,
diperlukan upaya untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan indak pidana pencucian uang dan
pendanaan kegiatan terorisme di bidang Perdagangan Berjangka.
Dalam rangka mencegah masuknya uang hasil indak pidana ke dalam industri Perdagangan Berjangka
Komodii, Bappebi telah menyusun peraturan mengenai Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
Know Your Customer Principles oleh Pialang Berjangka, dengan mengadopsi rekomendasi sesuai
standar internasional yang lebih komprehensif untuk mencegah dan memberantas pencucian uang dan
atau pendanaan terorisme yang dikeluarkan oleh Financial Acion Task Force FATF, yang dikenal dengan
Rekomendasi 40 + 9 FATF. Rekomendasi tersebut juga digunakan oleh masyarakat internasional dalam
penilaian terhadap kepatuhan suatu negara terhadap pelaksanaan program Ani Pencucian Uang APU
dan Pencegahan Pendanaan Terrorisme PPT dan penyesuaian terminologi dari sebelumnya yakni Prinsip
“Know Your Customer KyC” menjadi “Customer due dilligence Cdd
”. Beberapa pokok pengaturan yang baru dari Perka
Bappebi adalah: Pertama, Penggunaan isilah Customer due diligence Cdd untuk Know your
Customer Principles dalam ideniikasi, veriikasi, dan pemantauan Nasabah. Kedua, Pialang Berjangka
wajib menyusun, memasikan, dan menerapkan serta mematuhi pedoman ketentuan Prinsip Mengenal
Nasabah. Keiga, penggunaan pendekatan berdasarkan risiko Risk Based Approach dalam penerapan Program
APU-PPT, sehingga terdapat aturan CDD untuk area berisiko inggi, Poliically Exposed Persons, Nasabah
berisiko rendah, menengah, dan inggi. Dengan diundangkannya perka Bappebi ini, seluruh
Pialang Berjangka wajib mengimplementasikan seluruh ketentuan yang diatur dalam Perka. Bagi Pialang
Berjangka yang idak patuh terhadap Perka Bappebi ini akan dikenakan sanksi administraif oleh Bappebi.
Sedangkan Pialang Berjangka yang idak melaporkan Transaksi Keuangan yang Mencurigakan TKM akan
dikenakan sanksi oleh PPATK.
3. Peraturan Kepala Bappebi Nomor 3 Tahun 2016
tentang Penetapan Datar Bursa Dan Kontrak Berjangka Luar Negeri Dalam Rangka Penyaluran
Amanat Nasabah Ke Bursa Luar Negeri Peraturan ini disusun sesuai amanat Pasal 120
Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komodii,
yakni diperlukan adanya Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komodii Perka
Bappebi yang mengatur Penetapan Datar Bursa dan Kontrak Berjangka Luar Negeri dalam Rangka
Penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Luar Negeri. Perka Bappebi ini merupakan Perka Bappebi yang
mencabut Perka Bappebi Nomor 108BAPPEBTI PER122013 tentang Penetapan Datar Bursa
dan Kontrak Berjangka Luar Negeri dalam Rangka Penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Luar Negeri dan
Perka Bappebi Nomor 112BAPPEBTIPER102014 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komodii Nomor 108BAPPEBTIPER122013
Tentang Penetapan
Datar Bursa dan Kontrak Berjangka Luar Negeri Dalam Rangka Penyaluran Amanat Nasabah Ke Bursa Luar
Negeri. Dalam Perka Bappebi dimaksud terdapat penambahan
nama Kontrak Berjangka dalam rangka Penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Luar Negeri pada Bursa
CBOT – CME Group, yakni “Mini Corn Futures” dan “Mini-sized Chicago SRw wheat Futures.
4. Peraturan Kepala Bappebi Nomor 7 Tahun 2016
tentang Kewajiban Penyampaian Catatan Kegiatan Transaksi Dan Laporan Keuangan Bagi Penyelenggara
sistem Perdagangan Peraturan ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 133
Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komodii.
Materi yang diatur dalam Perka Bappebi ini adalah kewajiban Penyelenggara Sistem Perdagangan
Alternaif untuk membuat, memelihara, menyimpan, dan menyampaikan semua catatan kegiatan transaksi
dan laporan keuangan kepada Kepala Bappebi. Catatan kegiatan transaksi dan Laporan keuangan dimaksud
disampaikan secara bulanan, triwulanan, dan tahunan.
2. Regulaion of Head of CoFTRA Number 2 of 2016
concerning Know Your Customer Principles by Futures Brokers
This regulaion is to establish orderly, fair, eicient, efecive and transparent Futures Trading aciviies
under fair compeiion atmosphere especially to build solvent Futures Trade Industry, which is protected from
crimes of money laundering and terrorism funding pracices. It can be also adopted to prevent and
eradicate money laundering and terrorism funding from Futures Trading aciviies.
To prevent the entering of illegal proceeds to Commodity Futures Trading industry, CoFTRA has
prepared regulaion on mandatory applicaion of Know Your Customer Principles by Futures Brokers by
adoping the recommended internaional standards, which are more comprehensive in prevening and
eradicaing money laundering andor terrorism funding issued by Financial Acion Task Force FATF or
beter known as Recommendaion 40+9 FATF. These recommendaions can be also used by internaional
communiies in assessing the compliance of a country in implemening Ani-Money Laundering program and
Terrorism Funding. The term of “Know Your Customer” KYC is subsituted with “Customer due diligence”
Cdd.
Some highlights of this new regulaion are: First, the adopion of term Customer due diligence Cdd in lieu
of Know Your Customer for customer ideniicaion, veriicaion and monitoring. Second, Futures Brokers
must prepare, ascertain and apply and comply Cdd principles and third, the adopion of Risk Based
Approach in Ani-Money Laundering and Terrorism Funding program. Cdd classiies the customers into
high risk customers, poliically exposed person, low, medium and high risk customers.
With the regulaion of this Head of CoFTRA Regulaion, all Futures Brokers must implement its provisions.
Otherwise, they shall be liable for administraive sancions of CoFTRA. For Futures Brokers who fail to
report their Suspicious Financial Transacions, they shall be liable sancions of PPATK.
3. Regulaion of Head of CoFTRA Number 3 of 2016
concerning List of Overseas Futures Exchange and Futures Contract for the Transfer of Customers’
Commodiies to Foreign Exchange This regulaion has been prepared in line with the
mandate of Aricle 120 Government Regulaion Number 49 of 2014 concerning Commodity Future Trading
Aciviies. To implement such Government Regulaion, regulaion of Head of CoFTRA is necessary to set the
List of overseas Futures exchange and Contracts for the transfer of Customers’ Commodiies to foreign future
exchange. This regulaion is to revoke the Regulaion of Head
of CoFTRA Number 108BAPPEBTIPER122013 concerning the List of overseas Futures exchange and
Contracts for the Transfer of Customers’ Commodiies to Foreign Futures Exchange Number 112BAPPEBTI
PER102014 concerning the Amendment to Regulaion of Head of CoFTRA Number 108BAPPEBTI
PER122013 concerning the List of Overseas Futures Exchange and Contracts for the Transfer of Customers’
Commodiies to Foreign Futures Exchange.
The regulaion contains new name of Futures Contract for the transfer of customers’ commodiies to foreign
future exchange in CBOT exchange – CME Group, i.e. “Mini Corn Futures” and “Mini-Sized Chicago SRW
Wheat Futures”.
4. Regulaion of Head of CoFTRA Number 7 of 2016
concerning Mandatory Submission of Notes to Transacion Aciviies and Financial Statements for
Trading System Organizers This regulaion is to implement Aricle 133 of
Government Regulaion Number 49 of 2014 concerning Commodity Trading Aciviies. Materials contained
in this Regulaion include the obligaions of Over The Counter OTC Organizers to prepare, maintain, keep,
and submit Notes to Transacion Aciviies and Financial Statements to Head of CoFTRA. Such reports must be
submited on monthly, quarterly and annual basis.
BAPPEBTI CoFTRA
148
Laporan Tahunan 2016 Annual Report 2016
149
Peraturan Perundang-undangan di Bidang Sistem Resi Gudang
Selama Tahun 2016, Bappebi telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi dalam
penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang Sistem Resi Gudang, yaitu dengan menjadi pemrakarsa
dalam penyusunan 1 satu Peraturan Pemerintah dan 1 satu Peraturan Menteri Perdagangan terkait dengan
Sistem Resi Gudang, serta menyusun 1 satu Peraturan Kepala Bappebi di bidang Sistem Resi Gudang, sebagai
berikut:
1. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2016 tentang Lembaga Pelaksana Penjaminan Sistem Resi Gudang.
Pada tanggal 7 Januari 2016 telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Lembaga Pelaksana Penjaminan Sistem Resi Gudang PP 12016. Sesuai ketentuan Pasal 37B ayat 3,
Pasal 37C, dan Pasal 371 ayat 1 dan ayat 3 Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi
Gudang sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang, serta untuk melaksanakan ketentuan
Pasal 5 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2014 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penetapan
Lembaga Pelaksana Penjaminan Resi Gudang, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Lembaga
Pelaksana Penjaminan Sistem Resi Gudang. Lembaga ini mempunyai fungsi sebagai Lembaga Penjamin
Simpanan LPS, yaitu untuk menjamin pemilik barang apabila Pengelola Gudang salah melakukan kelola
miss handling. Adapun pokok-pokok pengaturan dalam PP 12016
dimaksud, antara lain sebagai berikut: a. PP 12016 merupakan pelaksanaan atas ketentuan
Pasal 37B, Pasal 37I dan Pasal 44A ayat 2 UU No. 9 Tahun 2006 tentang SRG Jo. UU No. 9 Tahun 2011,
serta melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat 2 PP No. 10 Tahun 2014 tentang Persyaratan Dan Tata
Cara Penetapan Lembaga Pelaksana Penjaminan Resi Gudang;
b. Menetapkan Lembaga Pelaksana hasil seleksi yang telah dilakukan berdasarkan PP No. 10 Tahun 2014
Tentang Persyaratan dan Tata Cara Penetapan Lembaga Pelaksana Penjaminan Resi Gudang,
yakni Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia Perum Jamkrindo;
c. Menguraikan Tugas, Fungsi, Kewajiban, dan wewenang Lembaga Pelaksana;
d. Sumber pendanaan Lembaga Pelaksana untuk pertama kalinya berasal dari APBN-RI, dan dalam
kegiatan operasionalnya dapat menarik premi, kontribusi, serta melakukan investasi;
e. Kepesertaan dan cakupan jaminan. Seluruh Pengelola Gudang di Indonesia wajib menjadi peserta dari
Lembaga Jaminan. Cakupan jaminan paling sedikit 85 delapan puluh lima persen dan idak menggani
kerugian pemegang Resi Gudang atau Pemegang hak Jaminan yang memiliki kepeningan conlict of
interest dengan Pengelola Gudang; f. Persyaratan dan tata cara pembentukan kantor
perwakilan; g. Pembinaan dan pengawasan teknis yang dilakukan
menteri dan Badan Pengawas; h. Penatausahaan rekening dalam kaitannya dengan
jenis barang yang dijamin oleh Lembaga Pelaksana; i. Ketentuan untuk menjaga kerahasian seiap dokumen
yang menurut sifatnya harus dirahasiakan; dan j. Ketentuan peralihan, dalam hal telah terbentuk
Lembaga Jaminan, maka fungsi, tugas, kewajiban, dan wewenang Lembaga Jaminan yang dilaksanakan
oleh Lembaga Pelaksana beralih kepada Lembaga Jaminan, serta pelaksanaan sebagai Lembaga
Pelaksana oleh Perum Jaminan Kredit Indonesia apabila telah memperoleh Penyertaan Modal
Negara PMN sebagai modal awal. Sesuai dengan Amanat Peraturan Pemerintah Nomor 1
Tahun 2016, perlu disusun 2 dua Peraturan Menteri, dimana kedua Peraturan MEnteri dimaksud telah
disusun oleh Bappebi, yakni sebagai berikut: a. Amanat Pasal 8 ayat 3 Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2016, perlu menyusun Rancangan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pembinaan
dan Pengawasan Lembaga Pelakasana Penjaminan Sistem Resi Gudang. Adapun pokok pengaturan
dalam Permendag ini adalah: i. Lingkup kewenanganan pembinaan, yakni:
memberikan asistensi dan bimbingan teknis pada Lembaga Pelaksana, memberikan pelaihan
sumber daya manusia Lembaga, memberikan sosialisasi dan edukasi kepada Lembaga
Pelaksana,dan memberikan teguran tertulis dalam hal Lembaga Pelaksana idak menjalankan
kewajibannya;
laws in Warehouse receipt system
In 2016, CoFTRA has conducted aciviies consistent with the prescribed tasks and funcions in drating regulaions
on Warehouse Receipt System and becomes iniiators for the drating of 1 one Government Regulaion and
1 one Regulaion of the Minister of Trade with regard to Warehouse Receipt System and preparing 1 one
Regulaion of Head of CoFTRA concerning Warehouse Receipt System that can be detailed as follows:
1. Government Regulaion
Government Regulaion Number 1 of 2016 concerning the Implemening Agency for Warehouse Receipt
System Surety. On 7 January 2016, Government Regulaion Number
1 of 2016 concerning the Implemening Agency for Warehouse Receipt System Surety PP12016 was
issued. Pursuant to Aricle 37B paragraph 3 and Aricle 371 paragraph 1 and paragraph 3 Law
Number 9 of 2006 concerning Warehouse Receipt System as subsequently amended with Law Number
9 of 2011 concerning Amendment to Law Number 9 of 2006 concerning Warehouse Receipt System, and
to implement provisions of Aricle 5 paragraph 2 Government Regulaion Number 10 of 2014 concerning
the Requirements and Procedures for the Nominaion of Implemening Agency for Warehouse Receipt System
Surety. This agency has funcions of deposit Clearing House LPS, i.e. to give guarantee for the owners of
commodiies when the Warehouse Manager has mistakenly managed such commodiies mishandling.
The highlight of PP 12016 are as follows: a.
PP 12016 is the implementaion of Aricle 37B and Aricle 371 and Aricle 44A paragraph 2 Law
Number 9 of 2006 concerning Warehouse Receipt System jo Law No. 9 of 2011 and to implement
provisions of Aricle 5 paragraph 2 PP No. 10 of 2014 concerning the Requirements and Procedures
for the Nominaion of Implemening Agency for Warehouse Receipt Surety;
b. Conirm the Implemening Agency selected under
PP No. 10 of 2014 concerning the Requirements and Procedures for the Nominaion of Implemening
Agency for Warehouse Receipt surety, i.e. Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia
Perum Jamkrindo; c.
describe the Tasks, Funcions, duies and Responsibiliies of the selected Implemening
Agency; d.
Fund sources of the Implemening Agency will be for the irst ime from State Budget and during
its operaion, this agency can charge premium, contribuion and make investments;
e. The paricipaion and the coverage of surety. All
Warehouse Managers in Indonesia must become paricipants of this Surety Agency. The surety will
cover minimum 85 eighty ive percent and no compensaion will be paid to Warehouse Receipt
Holders or Surety Right Holders in case of conlict of interest with Warehouse Managers;
f. The requirements and procedures for the opening of
representaive oices; g. Technical assistance and surveillance shall be carried
out by the minister and CoFTRA; h.
The administraion of accounts by types of commodiies secured by the Implemening Agency;
i. Non-disclosure provision for any document, which
according to its characterisics must be kept conidenial; and
j. Transiion provisions. When a Clearing House has been set up, then the funcions, taks and duies,
and responsibiliies of Surety Insitute performed by the Implemening Agency shall switch to such
Clearing House, and the investments made by the Implemening Agency, i.e. Perum Jaminan Kredit
Indonesia Perum Jamkrindo when this agency receive Capital Paricipaion from the Government
shall be deemed as iniial capitals. Pursuant to Government Regulaion Number 1 of
2016, it is necessary to prepare 2 two Ministerial Regulaions. They have been prepared by CoFTRA as
follows: a.
Aricle 8 paragraph 3 Government Regulaion Number 1 of 2016, the needs of preparing drat
Regulaion of the Minister of Trade concerning the development and Surveillance to the Implemening
Agency of Warehouse Receipt System Surety. This regulaion can be highlighted as follows:
i. Scope of development authoriies: to give
assistance and technical guidance to the Implemening Agency, provide training of the
human resources of the Implemening Agency, deliver socializaion and educaion to the
Implemening Agency, and issue writen warning leter in case of default by the Implemening
Agency in performing the given obligaions;