1 Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus Provinsi Sulawesi Tenggara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Nikel merupakan komoditas utama sektor pertambangan di
Provinsi Sulawesi Tenggara. Potensi sumber daya mineral nikel di Provinsi Sulawesi Tenggara cukup besar, yaitu sebesar 97,4 miliar
ton yang tersebar dalam luas 480 ribu Ha. Periode 2008-2013 telah dilakukan penambangan mineral nikel sebanyak 56,9 juta ton
sehingga sumber daya yang tersedia saat ini sebanyak 97,3 miliar ton mineral nikel. Perbandingan antara produk bijih nikel dengan
produk Ferronikel FeNi adalah sebesar 377 : 1, ini menandakan bahwa pada periode tersebut kesadaran untuk meningkatkan nilai
tambah produk hasil pertambangan melalui Pengolahan dan Pemurnian masih sangat minim.
Jumlah perusahaan yang mengusahakan penambangan mineral nikel sebanyak 2 KK dan 438 IUP, tersebar di beberapa
KabupatenKota yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Tenggara, 2015.
Kekayaan mineral nikel di Provinsi Sulawesi Tenggara tidak didukung oleh sarana prasarana untuk meningkatkan nilai
tambahnya. Kurangnya infrastruktur transportasi dan terbatasnya pasokan energi menjadi permasalahan utama yang harus
diselesaikan. Sehubungan dengan itu, optimalisasi pemanfaatan mineral melalui pengolahan dan pemurnian smelter mineral dapat
menjadi kekuatan industri bagi Provinsi Sulawesi Tenggara. Pembangunan industri pengolahan dan pemurnian smelter mineral
nikel harus segera diwujudkan agar dapat memajukan perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya serta mampu mendorong
perekonomian nasional.
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI adalah sebuah pola induk Pemerintah
Indonesia untuk mempercepat realisasi perluasan pembangunan ekonomi dan pemerataan kemakmuran agar dapat dinikmati
masyarakat Indonesia secara merata Gambar 1.1.
2 Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus Provinsi Sulawesi Tenggara
Sumber : Kemenko Perekonomian, 2011
Gambar 1.1. Peta Koridor Ekonomi Indonesia
Dalam MP3EI, Sulawesi Tenggara masuk ke dalam Koridor Sulawesi dengan tema “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil
Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan serta Pertambangan Nikel Nasional.” Gambar 1.2. Tema pembangunan koridor ekonomi
tersebut sejalan dengan potensi kekayaan yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Oleh karena itu, Provinsi Sulawesi Tenggara
ideal untuk dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus yang sedang digalakkan oleh Pemerintah.
3 Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus Provinsi Sulawesi Tenggara
Sumber : Kemenko Perekonomian, 2011
Gambar 1.2. Koridor Ekonomi Sulawesi
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Analisis dan Evaluasi Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi
Khusus dengan studi kasus Provinsi Sulawesi Tenggara perlu dilaksanakan.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan Analisis dan Evaluasi Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus Studi kasus
Provinsi Sulawesi Tenggara adalah untuk melakukan kajian kebijakan pengembangan industri mineral nikel yang terpadu
khususnya di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dampak ini meliputi Provinsi Sulawesi Tenggara kaya akan Sumber Daya Nikel tetapi
masih belum mampu menjadi pendorong perekonomian daerah.
4 Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus Provinsi Sulawesi Tenggara
dampak sosial, ekonomi dan lingkungan. Hal tersebut sejalan dengan tujuan peningkatan nilai tambah mineral bijih yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan industri pengolahan dan
pemurnian smelter mineral nikel di Provinsi Sulawesi Tenggara serta sebagai dasar untuk menyusun usulan rekomendasi kebijakan
pengembangan industri mineral nikel yang terpadu khususnya Provinsi Sulawesi Tenggara.
1.3. Metodologi
Kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola oleh tim Analisis dan Evaluasi Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi
Khusus Studi Kasus Provinsi Sulawesi Tenggara melalui studi literatur, rapat koordinasi, Focus Group Discussion FGD dan atau
konsinyering dengan narasumber dari stakeholder terkait serta kunjungan langsung ke Provinsi Sulawesi Tenggara.
Analisis yang dilakukan menggunakan model input output Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006. Pada saat perhitungan,
semua diasumsikan bahwa kondisi saat ini sama dengan kondisi tahun 2006 di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dengan pertimbangan,
belum adanya perkembangan teknologi yang dipakai dalam mengolah produk mentah nikel. Asumsi tersebut dipakai guna untuk
melakukan pendekatan perhitungan serta mengurangi bias yang dihasilkan dari perhitungan yang dilakukan.
1.3.1. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam kegiatan ini adalah data sekunder. Yaitu, data yang diperoleh dari berbagai sumber bukan
melalui pengamatan langsung. Sumber data berasal dari Dinas Pertambagan dan Energi Provinsi Sulawesi Tenggara, Badan Pusat
dan Statsistik Provinsi Sulawesi Tenggara, Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Sulawesi Tenggara, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Mengetahui dampak pembangunan smelter untuk dijadikan gambaran
usulan rekomendasi kebijakan pengembangan industri mineral nikel.
5 Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus Provinsi Sulawesi Tenggara
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral, hasil-hasil penelitian sebelumnya dan pustaka lainnya yang terkait.
1.3.2. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis agar dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan yang
sedang diteliti sehingga kita dapat membuat kesimpulan-kesimpulan sebagai hasil temuan dari permasalahan yang ada.
Pengolahan data dalam kegiatan Analisis dan Evaluasi Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus
Studi Kasus Provinsi Sulawesi Tenggara menggunakan model input output.
Model ini merupakan uraian statistik, disajikan dalam bentuk matriks yang menjelaskan keterkaitan transaksi antara
industri barang dan jasa dalam rentang waktu tertentu. Aspek yang paling penting dalam perekonomian adalah hubungan antar industri.
Hubungan ini bersifat saling terkait satu dengan yang lainnya. Output satu industri menjadi input industri lainnya. Oleh karena itu,
perubahan suatu industri ikut mempengaruhi perubahan pada industri lainnya, yang artinya perubahan input bagi industri lain.
Dengan demikian secara berantai pengaruh ini akan dirasakan oleh industri yang berkaitan tadi. Dari hubungan seperti itu, jelas terlihat
hubungan timbal balik.
Pengaruh perubahan dalam satu industri dengan industri lain akan bergerak secara berantai. Hubungan ini dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu : Hubungan langsung direct effect, adalah pengaruh yang
secara langsung dirasakan oleh sektor yang menggunakan input
dari output sektor yang bersangkutan. Misalnya, kalau industri feronikel meningkat jumlahnya produksi diserap
100 di dalam negeri maka permintaan akan nikel akan meningkat juga. Termasuk permintaan listrik, bahan bakar,
angkutan dan sebagainya.
Hubungan tidak langsung indirect effect, adalah pengaruh terhadap industri yang outputnya tidak digunakan dalam
input bagi keluaran industri yang bersamgkutan. Misalnya,
pengaruh industri feronikel terhadap industri perkebunan. Hubungan sampingan, adalah pengaruh yang tidak
langsung yang lebih panjang lagi jangkauannya daripada
6 Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus Provinsi Sulawesi Tenggara
pengaruh langsung tersebut di atas. Misalnya, peningkatan produksi feronikel akan meingkatkan pendapatan buruh
industri, atau peningkatan jumlah buruh yang berarti pula peningkatan sejumlah buruh tersebut. Dengan peningkatan
pendapatan ini maka permintaan atau kebutuhan beras dapat naik.
Sebagai langkah akhir dari proses pengolahan data, dibutuhkan analisis dan evaluasi agar memperoleh gambaran yang
lebih mendalam dari data yang diolah. 1.4. Landasan Hukum
Analisis dan Evaluasi Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus Studi Kasus Provinsi Sulawesi
Tenggara terkait dengan peningkatan nilai tambah mineral nikel yang juga dapat meningkatkan aspek sosial ekonomi masyarakat
Sulawesi Tenggara khususnya dan nasional pada umumnya. Dasar hukum yang melatari analisis dan evaluasi ini adalah :
a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 33 ayat 3 : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
c. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
d. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara;
e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
f. Peratuan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara;
Pengumpulan data melalui studi literatur, rapat koordinasi, FGD, kunjungan lapangan. Selanjutnya data diolah untuk mendapatkan
usulan rekomendasi.
7 Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus Provinsi Sulawesi Tenggara
h. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara;
i. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1
Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah melalui Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri;
j. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2013 tentang Percepatan
Pelaksanaan Peningkatan Nilai Tambah melalui Pengolahan dan Pemurnian;
k. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia MP3EI 2011-2025; l.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara; m. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2
Tahun 2013 tentang Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan yang Dilaksanakan oleh
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota; n. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 5 Tahun
2013 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara;
o. Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 39 Tahun 2013
tentang Peningkatan Nilai Tambah dan Pengendalian Ekspor Mineral dan Batubara di Wilayah Sulawesi Tenggara.
8 Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus Provinsi Sulawesi Tenggara
BAB 2 KONDISI PROVINSI SULAWESI TENGGARA