37 BBPPTP Medan SurabayaAmbon, BPTP
Pontianak sesuai dengan wilayah kerja, Direktorat Jenderal Perkebunan, dan
pihak terkait lainnya;
3 Membuat juknis kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan
Kebakaran LahanKebun; 4 Melakukan verifikasi dan penetapan
CPCL; 5 Melakukan sosialisasi, pembinaan dan
monev kegiatan Penanganan Dampak Perubahan
Iklim dan
Pencegahan Kebakaran LahanKebun;
6 Menyampaikan laporan
pelaksanaan kegiatan ke Dinas Provinsi dan Direktorat
Jenderal Perkebunan
cq. Direktorat
Perlindungan Perkebunan. d. Kelompok TaniPetani :
1 Mengikuti sosialisasi Penanganan Dampak Perubahan
Iklim dan
Pencegahan Kebakaran LahanKebun ;
2 Melakukan seluruh tahapan kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan
Pencegahan Kebakaran LahanKebun .
C. Lokasi, Jenis dan Volume
Lokasi, Jenis
dan Volume
kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan
Pencegahan Kebakaran
LahanKebun terdapat pada lampiran 7.
38
D. Simpul Kritis
1. Pelaksanaan sosialisasi sering mengalami keterlambatan,
hal ini
dikarenakan kurangnya koordinasi antara Dinas yang
membidangi perkebunan
provinsi dan
kabupaten dalam penentuan kelompok tanilokasi, untuk itu perlu kerjasama
koordinasi yang lebih intensif.
2. Pelaksanaan sosialisasi dan penetapan calon kelompok tani yang dipilih tidak sesuai
tidak tepat, sehingga pelaksanaan kurang efektif,
untuk itu
diharapkan dalam
penentuan kelompok dan lokasi sesuai dengan tujuan kegiatan dan mengacu
pedomtek.
3. Tidak tersedia
perangkat komputeroperator
yang dapat
mengoperasionalkan progam pemantauan hotspot melalui situs internet; sehubungan
dengan hal tersebut perlu disediakan perangkat khusus dan petugas yang memiliki
spesifikasi kemampuan yang dibutuhkan.
4. Pelaku usaha perkebunan PBSPBN kurang kooperatif
pada saat
pelaksanaan groundcheck sehingga data sarana serta
prasarana kebakaran tidak lengkap. Untuk itu perlu dilakukan pembinaan dari Pemda
setempat untuk mensosialisasi tentang kewajiban perusahaan dalam menangani
kebakaran lahan dan kebun.
5. Dinas provinsi yang membidangi perkebunan belum memprioritaskan kegiatan apel siaga
39 dalam
upaya pencegahan
kebakaran, sehingga seringkali pelaksanaan apel siaga
diselenggarakan pada akhir tahun anggaran. 6. Komitmen perusahaan perkebunan terkait
pencegahan kebakaran lahan dan kebun belum optimal, hal ini ditandai dengan
kehadiran staff
mewakili perusahaan,
sehingga kesepakatan bersama dalam upaya pencegahan kebakaran tidak dapat ditanda
tangani oleh
seluruh perusahaan
perkebunan. 7. Upaya penanggulangan kebakaran belum
terintegrasi dan masih bersifat ego sektoral, sehingga kebakaran lahan dan kebun sulit
dipadamkan.
8. Belum seluruh
petanimasyarakat mendapatkan sosialisasi PLTB, peraturan
perundang-undangan, sehingga
masih banyaknya petani melakukan pembukaan
lahan dengan cara membakar, untuk itu kegiatan sosialisasi perlu dilakukan secara
intensif
oleh Pusat,
provinsi dan
kabupatenkota. 9. Kegiatan Penerapan Model Perkebunan
Rendah Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat, ternak yang diadakan dalam
keadaan tidak sehat dan tidak segera diobati, akan mengakibatkan kematian
ternak dan mempengaruhi tidak optimalnya pembuatan kompos. Untuk itu pemeriksaan
kesehatan ternak agar dilakukan lebih lebih akurat oleh petugas kesehatan hewan.
40
IV. PROSES PENGADAAN BARANG