1.4. Pengaruh antara Dukungan Sosial Suami Terhadap Kecemasan Istri
Menghadapi Masa Menopause Hasil uji statistik korelasi Spearman dengan komputerisasi didapatkan
kekuatan korelasi r = -0,535. Angka tersebut menunjukkan korelasi antara dukungan sosial dengan kecemasan sedang, sedangkan tanda – negatif
menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial suami akan semakin rendah kecemasan istri menghadapi masa menopause, begitu pula sebaliknya. Tingkat
signifikansi p dari hasil korelasi Spearman diperoleh p sebesar 0,000 dimana nilai ini kurang dari level of significance
α yaitu p0,05 yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara dukungan sosial suami terhadap
kecemasan istri menghadapi masa menopause. Tabel 6. Hasil analisa pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri
menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal N=98 Dukungan kecemasan
Spearmans rho Dukungan Correlation
Coefficient 1.000
-.535 Sig. 2-tailed
. .000
N 98
98 Kecemasan Correlation
Coefficient -.535
1.000 Sig. 2-tailed
.000 .
N 98
98 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
2. Pembahasan
Dari data hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang pengaruh dukungan sosial suami
Universitas Sumatera Utara
terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal.
2.1. Dukungan Sosial Suami
Sofiana 2005 menyatakan bahwa dukungan sosial yang berasal dari suami membuat seseorang merasakan kenyamanan, perhatian, didengar,
penghargaan dan bisa menerima kondisinya. Dukungan sosial diperoleh karena kehadiran orang lain dalam keakraban sosial mempunyai manfaat emosional dan
efek perilaku bagi pihak penerima yaitu tersedianya dukungan bagi individu ketika menghadapi masalah dan mencari seseorang untuk membantu
membicarakan jalan keluar permasalahan yang dialaminya. Bentuk dukungan sosial bisa berupa kesempatan untuk bercerita, meminta pertimbangan, bantuan,
nasehat, tersedianya rasa nyaman, atau bahkan tempat berkeluh kesah. Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan dukungan sosial
suami responden di Kecamatan Medan Sunggal, didapatkan bahwa mayoritas responden n=93;94,9 dalam kategori dukungan sosial suami baik, dan hanya 5
responden 5,1 dukungan sosial suami dalam kategori cukup, sedangkan untuk dukungan sosial suami kurang tidak ada. Hasil penelitian ini sesuai dengan
pendapat Kuntjoro 2002 bahwa menopause adalah proses alamiah yang harus diterima dan disikapi secara positif oleh wanita serta direspon secara bijak oleh
suami karena perubahan perilaku wanita tersebut. Juga dijelaskan oleh Kasdu 2002 bahwa pasangan hidup sudah
selayaknya memberikan dukungan pada masa tansisi dalam kehidupan seorang wanita menopause. Peran positif suami akan menumbuhkan pemikiran yang
Universitas Sumatera Utara
positif juga bagi istri yang sedang menghadapi masa menopause sehingga setiap peristiwa dan perubahan hidup yang dialami selalu dipandang dari segi yang baik,
dengan demikian kecemasanpun dapat diatasi dengan baik Lianawati, 2008. 2.2.
Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause Kecemasan merupakan perasaan was-was, khawatir, atau tidak nyaman
seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman Purba, 2008. Dari hasil penelitian di dapat hasil bahwa mayoritas responden
n=88;89,8 memiliki tingkat kecemasan ringan, dan hanya 10 responden 10,2 berada pada cemas sedang, sedangkan untuk cemas berat tidak ada.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Purwoastuti 2008 bahwa menopause sebagai salah satu bagian perubahan kehidupan dari
seseorang wanita dapat menyebabkan kecemasan. Kasdu 2002 juga menjelaskan bahwa seorang wanita pada umumnya akan mengalami ketidakstabilan emosi
seiring dengan berakhirnya masa haidnya, dan hal ini bisa menimbulkan kecemasan bagi mereka.
Pendapat lain menjabarkan bahwa kecemasan dapat timbul pada wanita menopause dimana hal tersebut dimungkinkan oleh pengaruh berkurangnya
hormon estrogen dan progesteron sesuai dengan pertambahan usia yang membawa perubahan drastis pada penampilan fisik wanita. Tidak hanya itu, perubahan
tersebut dapat menganggu kestabilan emosi dan dapat mempengaruhi keadaan psikologis wanita dengan timbulnya kecemasan Yatim, 2001; Harlock, 1999.
Masih menurut Kasdu 2002 bahwa masa menopause ini sering bertepatan dengan keadaan menegangkan lainnya dalam kehidupan wanita, seperti merawat
Universitas Sumatera Utara
orang tua lanjut usia, memasuki masa pensiun, melihat anak-anak tumbuh dewasa dan meninggalkan rumah serta penyesuaian-penyesuaian lainnya. Pandangan
seseorang mengenai menopause sangat mempengaruhi perubahan psikologis pada masa menopause. Pandangan ini dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam
diri individu serta faktor yang berasal dari lingkungan sosial. Selain itu mitos yang timbul di masyarakat dan stereotip negatif tentang menopause dapat
menimbulkan kecemasan Hastutik, 2009; Sumanto, 2009. Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari
respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai
hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis Anwar, 2007. Tingkat kecemasan ringan yang dialami oleh responden menurut Stuart
2001 berhubungan dengan ketegangan yang dialami dalam kehidupan sehari- hari sebagai dampak dari penurunan fungsi-fungsi tubuh pada masa menopause.
Kecemasan ini meningkatkan lapangan persepsi, dapat memotivasi belajar, dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
Dari data yang terkumpul, mayoritas responden dalam kategori cemas ringan n=88;89,8, dimana karakteristik demografi responden dalam rentang
usia berada pada 53-58 tahun, pendidikan SMP, SMA dan Perguruan Tinggi, mempunyai anak 4-6 orang n=50;51,0, dan bekerja.
Asumsi peneliti, cemas ringan yang dialami mayoritas responden disebabkan oleh adaptasi terhadap menopause yang telah terjadi. Hal ini dapat di
lihat dari usia yang menunjukkan bahwa terjadinya menopause telah lama dialami
Universitas Sumatera Utara
± 2 tahun, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwita 2003 bahwa telah lamanya mengalami menopause mempunyai pengaruh terhadap
keluhan-keluhan psikologis pada masa menopause. Semakin lama wanita telah mengalami menopause, maka semakin berkurang keluhan-keluhan psikologisnya
karena sudah dapat menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Jika di lihat dari aspek pendidikan, mayoritas responden mempunyai
pendidikan yang cukup baik. Dengan tingkat pendidikan tersebut, wanita akan mempunyai pandangan hidup yang matang, dan mempunyai peluang kerja yang
lebih besar. Purwita 2003 menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan terhadap keluhan-keluhan psikologis pada masa menopause. Yang
banyak mengalami keluhan psikologis adalah wanita dengan tingkat pendidikan sedang 68, yang mempunyai keluhan berat adalah wanita dengan tingkat
pendidikan rendah 60, tingkat pendidikan tinggi mengalami keluhan ringan 50, dan 30 tidak mengalami keluhan.
Status bekerja atau tidak bekerja juga akan mempengaruhi cara wanita dalam mengatasi masalah yang terkait perubahan fisik dan psikologis selama
menjalani masa menopause. Dengan bekerja, wanita akan dapat
mengaktualisasikan diri untuk meningkatkan harga dirinya, mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas, mempunyai
banyak teman untuk saling berbagi, terutama dalam menghadapi masalah, memiliki dukungan sosial yang cukup dari lingkungannya sehingga beban hidup
dan kecemasan akan berkurang Hutapea, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Addy 2009 yang dilakukan di Kabupaten Pasuruan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kecemasan menghadapi
menopause pada wanita bekerja dengan kecemasan menghadapi menopause pada wanita tidak bekerja, dimana wanita bekerja kecemasannya lebih rendah rata-rata
71,024 dari pada wanita tidak bekerja rata-rata 103,585. Juga di Kabupaten Sidoardjo ditemukan, sebagian besar wanita tidak bekerja mengalami kecemasan
ringan 36,2 dan wanita bekerja tidak mengalami kecemasan 37,3. Penelitian ini menunjukkan bahwa wanita bekerja tidak mudah mengalami
kecemasan menghadapi masa menopasue, karena wanita bekerja lebih mempunyai kesibukan yang dapat mengalihkan keluhan-keluhan yang dirasakannya
menjelang menopause, sehingga kecemasannya lebih rendah daripada wanita tidak bekerja, ini sejalan dengan penelitian. Jika dilihat hasil distribusi frekuensi
pada data demografi, sebesar n=28;28,6 respoden bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Kepasrahan wanita menopause berkaitan dengan keyakinan yang mereka anut. Mayoritas suku jawa adalah pemeluk agama Islam, dan ajaran agama
tersebut mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah pembentukan sikap wanita dalam menghadapi masa menopause, yang
merupakan takdir bagi semua wanita. Agama islam mengajarkan untuk sabar dan ikhlas dalam menerima takdir, selalu berfikir positif, dan dapat mengambil
hikmanya. Kebanyakan wanita beragama Islam merasa lebih tenang pada masa menopause, karena lebih leluasa untuk beribadah, sehingga kegiatan ibadah lebih
meningkat di usia tua Koentjaraningrat, 2002; Abdullah, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Kehidupan dengan pernikahan dan keluarga yang bahagia adalah faktor pendukung yang penting bagi wanita dalam menghadapi menopause. Kepuasan
dalam menjalani peran sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya merupakan kekuatan tersendiri dalam menghadapi menopause dan masalah-
masalahnya. Dukungan sosial suami ditemukan sebagai faktor eksternal paling ampuh dalam membantu perempuan untuk melalui masa menopause tanpa
kecemasan berlebih Lianawati, 2008. Sehingga wanita dapat beradaptasi dan menghadapi menopause dengan bijaksana, seiring dengan bertambah matangnya
usia dan meningkatnya kehidupan religius dan spiritual Kasdu, 2002; Hutapea, 2005.
Penelitian spiritual yang dilakukan oleh Aminoto tentang hubungan tingkat spiritual spiritual quotient dengan tingkat kecemasan wanita menopause
dengan hasil korelasi negatif yang cukup signifikan antara tingkat spiritual dan tingkat kecemasan r = - 0,542; p = 0.01 artinya bahwa faktor spiritual secara
signifikan mampu meramalkan tingkat kecemasan wanita pada masa menopause. Peningkatan kehidupan spiritual merupakan upaya positif untuk dapat
menghadapi stressor yang muncul pada masa menopause. Latar belakang pendidikan, usia, status pekerjaan, adaptasi akan
mendukung perubahan-perubahan dalam menghadapi masa menopause. Ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa responden yang mempunyai kategori kecemasan
sedang adalah mayoritas dialami oleh responden dengan taraf demografi seperti: tingkat pendidikan rendah tidak sekolah dan SD dan tidak bekerja serta
dukungan sosial suami yang diterima oleh responden pada kategori cukup.
Universitas Sumatera Utara
Hastutik 2009 mengemukakan bahwa wanita yang sudah memahami tentang menopause serta dapat menerima hal-hal yang berhubungan dengan menopause
secara wajar, mereka akan menerapkan hidup sehat dengan tidak mencemaskan datangnya menopause karena menopause adalah hal yang alami yang akan
dialami oleh wanita. Tetapi berbeda dengan wanita yang belum mengerti tentang menopause serta informasi yang didapat kurang mengenai menopause, individu
akan menganggap menopause sebagai sesuatu yang harus ditutupi atau dihindari. Wanita yang takut akan datangnya menopause dan memandang menopause
sebagai suatu ancaman bagi mereka. 2.3.
Pengaruh Dukungan Sosial Suami Terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal
Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 98 orang yang telah mengalami masa menopause yang berada di Kecamatan Medan Sunggal di
dapatkan nilai kekuatan korelasi r = -0,535, nilai signifikansi p 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif yang sangat signifikan antara dukungan
sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause, yang berarti semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan suami maka semakin rendah
kecemasan yang dialami istri menghadapi masa menopause. Begitu juga sebaliknya, semangkin rendah dukungan yang diberikan oleh suami maka
semangkin tinggi kecemasan istri menghadapi masa menopause. Maka hipotesis peneliti ini diterima terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial
suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ariskawati 2002
Universitas Sumatera Utara
yang dilakukan di kota Malang menunjukkan adanya pengaruh yang sangat signifikan F=53,642; sig=0,000 antara dukungan sosial suami terhadap
kecemasan istri pada masa menopause. Hasil penelitian juga menunjukkan secara deskriptif dapat dianalisa bahwa
pada responden dengan kategori kecemasan ringan mempunyai dukungan sosial suami yang baik, sedangkan pada kategori kecemasan sedang, dukungan sosial
suami yang diterima dalam kategori cukup. Dukungan sosial suami membantu individu selama menghadapi
kecemasan karena dukungan memberikan situasi aman, kepercayaan diri, perasaan bahwa dirinya mendapat dukungan. Hasil analisa korelasi diatas sesuai
dengan pendapat Indie 2009 bahwa dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan cara melindungi individu dari efek negatif kecemasan sehingga
menimbulkan ketenangan batin, perasaan senang dalam diri, dicintai, diperhatikan, nyaman sehingga dapat mengurangi kecemasan. Pendapat Kuntjoro
2002 juga menguatkan pendapat ini, bahwa pihak keluarga terutama suami harus dapat merespon secara tepat dengan membantu memahami berbagai gejala fisik
maupun psikologis yang dialami wanita menopause. Pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi
masa menopause sebenarnya juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pendidikan, sosial ekonomi, budaya, pekerjaan, ajaran agama, lingkungan dan
pengetahuan tentang menopause Ibrahim, 2002; Kasdu, 2002. Perubahan dalam lingkungan juga dapat menyebabkan kecemasan walaupun perubahan tersebut
menyenangkan, faktor pikiran dan perasaan seseorang juga turut berperan dalam
Universitas Sumatera Utara
kecemasan yang dialami responden penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Addy 2009 berdasarkan pendekatan kognitif, dalam ilmu psikologis, pada
dasarnya gangguan emosi takut, cemas, stres yang dialami manusia sangat di tentukan oleh bagaimana individu menilai, peristiwa yang dialaminya. Namun
faktor-faktor tersebut diatas tidak diteliti dalam penelitian ini. Kecemasan pada wanita menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada
orang yang cemas dan dapat tenang kembali setelah mendapat semangatdukungan dari orang-orang di sekitarnya. Namun ada juga yang terus-
menerus cemas, meskipun orang-orang di sekitarnya telah memberikan dukungan. Akan tetapi banyak juga wanita menopause yang tidak mengalami perubahan
yang berarti dalam kehidupannya Kuntjoro, 2002. Menopause merupakan satu proses fisiologik normal serta alami sesuai
dengan siklus biologi yang dialami seorang wanita, maka seharusnya wanita bisa menghadapinya dengan bijak dan tenang sehingga dapat melalui masa menopause
dengan percaya diri dan bahagia Anwar, 2007; Aryasatiani, 2007. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan yang
dialami istri menghadapi masa menopause memiliki pengaruh terhadap dukungan yang diberikan oleh suami sehingga kecemasan dapat diatasi, namun ada beberapa
faktor penyebab yang dapat mempengaruhi kecemasan istri menghadapi masa menopause dan mungkin faktor-faktor tersebut lebih dominan dalam memberikan
kontribusi pengaruh bagi kecemasan istri dalam menghadapi masa menopause.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN