1. Inisiatif bunuh diri harus terbukti berasal dari korban itu sendiri. Korban
dalam menentukan kehendaknya harus secara bebas tidak boleh ada pengaruh dari orang lain, apalagi bersifat menekan.
2. Permintaan harus ditujukan kepada si pembuat, bukan pada orang lain.
Pembuat harus orang yang diminta. Jika yang membunuh bukan orang yang diminta maka terjadi pembunuhan biasa Pasal 338 KUHP
3. Isi pernyataan harus jelas. Jelas dimengerti bagi yang menerima pernyataan
yang sama seperti apa yang dinyatakan oleh pemilik nyawa.
2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu: tindak pidana, pertanggung jawaban pidana, pidana pemidanaan. Ketentuan pidana yang
terdapat dalam UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan dirumuskan dalam Bab XX Ketentuan Pidana Pasal 190 sampai dengan pasal 200 adalah sebagai berikut:
a. Tindak Pidana Sengaja Melakukan Tindakan Pada Ibu Hamil Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat 2
Tindak pidana ini terdapat unsur-unsur berikut.
Unsur-unsur objektif 1
perbuatan: melakukan tindakan medis tertentu 2 objek: terhadap ibu hamil
3 yang tidak memenuhi ketentuan yang dimaksud dalam pasal 75 ayat 2 Unsur subjektif
Universitas Sumatera Utara
4 dengan sengaja Unsur perbuatan yang dilarang disebutkan melakukan tindakan medis
tertentu. Suatu penyebutan perbuatan yang abstrak dan tidak jelas wujud konkretnya.
b. Tindak Pidana Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan danatau Tenaga
Kesehatan yang Tidak Memberikan Pertolongan Pertama Terhadap Pasien yang Dalam Keadaan Gawat Darurat Pasal 190
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan danatau tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan
sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat 2 atau
Pasal 85 ayat 2
Unsur-unsur tindak pidana pasal 190:
unsur-unsur objektif 1 perbuatan: tidak memberikan pertolongan pertama
2 objek : terhadap pasien yang dalam keadaan gawat darurat unsur subjektif
3 dengan sengaja c. Tindak Pidana Transplatasi dengan Tujuan Komersial Pasal 192
Setiap orang yang dengan sengaja memperjual belikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apa pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat 3
tindak pidana yang dirumuskan dalam pasal 192 ini terdapat unsur-unsur berikut.
Unsur-unsur objektif 1 perbuatan: memperjual belikan
2 dalam pelaksanaan: transplantasi organ tubuh atau jaringan tubuh
Universitas Sumatera Utara
unsur subjektif 3 dengan sengaja
Unsur perbuatan dirumuskan sangat abstrak, yakni dengan katafrasa “melakukan perbuatan”. Wujud konkretnya bisa bermacam-macam., namun masih
ada batasnya perbuatan, yakni harus berupa wujud-wujud perbuatan dalam rangka pelaksanaan transplantasi jaringan tubuh atau transfusi darah. Unsur subjektif
terdiri atas dua sikap batin, yang satu dengan tujuan komersial dan lainnya adalah dengan sengaja. Arah dan fungsi dua sikap batin dalam rumusan tindak pidana ini
berbeda. Sikap batin berupa “tujuan komersial” hanya ditujukan pada kehendak untuk nmenjadikannya komersial, atau memperoleh keuntungan yang sebesar-
besarnya. d. Tindak Pidana Memproduksi atau Mengedarkan Sediaan Farmasi danatau
Alat Kesehatan yang Tidak Memiliki Izin Edar Sebagaimana Dimaksud dalam Pasal 106 ayat 1 Pasal 197
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi danatau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat 1
Tindak pidana pasal 197 mempuunyai unsur-unsur sebagai berikut: unsur-unsur objektif
1 perbuatan: memproduksi danatau mengedarkan 2 objeknya: a. sediaan farmasi danatau
b. alat kesehatan 3 yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat 1
Perbuatan mengedarkan adalah perbuatan mengalihkan kekuasan atas barang atau barang-barang makanan atau minuman dari kekuasaan atau tangan
Universitas Sumatera Utara
yang satu kekuasaantangan yang lain secara berkelanjutan dengan cara jual beli dan sebagainya. Sifat melawan hukum perbuatan mengedarkan terletak pada
makanan atau minuman objek tindak pidana tersebut tidak memenuhi standar dan atau membahayakan kesehatan. Ketentuan mengenai standar makanan dan
minuman ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Tidak memenuhi standar artinya komposisi bahan yang tidak memenuhi standar yang ditetapkan untuk
jenis makanan atau minuman tetentu karena tidak memenuhi standar maka dapat dikualifikasikan sebagai makanan yang membahayakan kesehatan.
e. Tindak Pidana Memproduksi danatau Mengedarkan Sediaan Farmasi Yang Tidak Memenuhi Standar danatau Persyaratan Keamanan, Khasiat atau
Kemanfaatan, dan Mutu Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 98 ayat 2 dan ayat 3 Pasal 196
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi danatau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar danatau
persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat 2 dan ayat 3
unsur-unsutr tindak pidana pada pasal berikut ini. Unsur-unsur objektif
1 perbuatan: a. Memproduksi dan atau b. mengedarkan
2 objeknya: sediaan farmasi berupa obat atau bahan obat 3 yang tidak memenuhi standar danatau persyaratan keamanan, khasiat atau
kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat 2 dan ayat 3
Unsur subjektif
Universitas Sumatera Utara
4 dengan sengaja Ada dua perbuatan yakni memproduksi dan mengedarkan.Bisa saja
pembuat yang melakukan perbuatan memproduksi dan sekaligus mengedarkannya.Objek kejahatan yang sekaligus objek kedua perbuatan tersebut
ialah sediaan farmasi. Sifat mlawan hukum kedua perbuatan itu terletak pada objek, yakni sediaan farmasi yang diproduksi atau yang diedarkan tidak
memenuhi syarat farmakoipe indonesia atau standar buku lainnya. Tindak pidana dilakukan dengan sengaja. Sengaja disini harus diartikan srebagai berikut:
1. pembuat menghendaki mlakukan perbuatan memproduksi dan mengedarkan 2. pembuat mengetahui yang diprodoksi atau diedarkanb ialah sediaan farmasib
berupa obat dan bahan obat 3. pembuat mengetahui bahwa sediaan farmasi tersebut tidak memenuhi syarat
farmakope dan atau buku standar lainnya.
3. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran