Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal

(1)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

PENEGAKAN HUKUM PIDANA DI BIDANG PASAR MODAL

TESIS

Oleh

BUDI SATRIO 077005047/HK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA


(2)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

PENEGAKAN HUKUM PIDANA DI BIDANG PASAR MODAL

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora

dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

BUDI SATRIO 077005047/HK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

Judul Tesis : PENEGAKAN HUKUM PIDANA DI BIDANG PASAR

MODAL Nama Mahasiswa : Budi Satrio Nomor Pokok : 077005047 Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Ketua

)

(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS) (Dr. Sunarmi, SH, M.Hum Anggota Anggota

)

Ketua Program Studi D i r e k t u r

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)


(4)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. Telah diuji pada

Tanggal 26 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Anggota : 1. Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS

2. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum 3. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH


(5)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. ABSTRAK

Kejahatan di bidang pasar modal dapat menghambat sektor perekonomian karena pelaku kejahatan adalah pemufakatan jahat dengan pemegang otoritas (endaadse samenloop/concursus idealis maupun meerdadse samenloop/concursus realis) yang berada di dalam korporasi (corporate crime) maupun individu yang mempunyai status dan tingkat kemampuan yang sangat berbeda dengan kejahatan konvensional dan sangat berdampak negatif bagi masyarakat, misanya salah satu dampak dari kejahatan di bidang pasar modal yakni insider trading dan penipuan atas informasi bagi masyarakat terlihat pada sektor Makro-Ekonomis langsung (direct macro-economic effects) karena pelaku kejahatan biasanya termasuk kelompok masyarakat dalam lingkaran aktivitas finansial. Penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan di bidang pasar modal di dalam sistem peradilan pidana khususnya dalam kerangka pemidanaan yang dikategorikan ke dalam 2 (dua) macam yakni kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal dalam tatanan praktek mengalami berbagai kendala diantaranya tidak satupun kasus-kasus pelanggaran terhadap pasar modal diproses dengan menggunakan sistem pemidanaan yang berlaku di negara Indonesia. Pelaku cenderung diterapkan dengan menggunakan sanksi administratif. Tindak pidana pasar modal mempunyai karakteristik yang khas. Karakteristik itu antara lain meliputi: Pertama, barang yang menjadi objek dari tindak pidana adalah informasi.

Kedua, pelaku tidak mengandalkan fisik, akantetapi kemampuan membaca situasi pasar serta memanfaatkan secara maksimal. Tindak pidana pasar modal yang dimaksud oleh Undang-Undang Pasar Modal adalah tindak pidana penipuan dan tindak pidana manipulasi pasar serta perdagangan orang dalam. Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi: Pertama, Apakah penegakan hukum dalam tindak pidana pasar modal dapat memberikan perlindungan hukum terhadap investor.

Kedua, Bagaimana kewenangan Bapepam dalam penyidikan dan penyelidikan tindak pidana pasar modal. Ketiga, Bagaimana sistem pemidanaan tindak pidana pasar modal di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dalam kerangka penegakan hukum

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan yuridis kualitatif. Sifat penelitian deskriptif analitis artinya penelitian ini tidak hanya sekedar menggambarkan suatu keadaan atau gejala baik pada tatanan hukum positif maupun empiris tetapi juga ingin memberikan pengaturan yang seharusnya (das sollen). Analisis data digunakan dengan pendekatan kualitatif

Dalam kerangka penegakan hukum melalui sistem pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana pasar modal maka undang-undang pasar modal telah memuat sanksi pidana yang diatur dalam Bab XV tentang "Ketentuan Pidana" (Pasal 103-Pasal 110). Perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang ini dimaksudkan untuk mengantisipasi pelanggaran hukum (tindak pidana) pasar modal, baik yang berkualifikasi sebagai kejahatan, maupun pelanggaran. Arti pentingnya pasar modal sebagai intrumen keuangan terutama yang berkaitan dengan efek ditujukan untuk kepentingan para investor. UUPM sebagai instrumen berisikan tentang norma-norma hukum yang mengatur tentang


(6)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

kegiatan pasar modal agar terlindunginya para investor. Salah satu pengaturan tentang perlindungan terhadap investor adalah terlindunginya investor dari praktek-praktek curang pada transaksi-transaksi efek dipasar modal. Di dalam penegakan hukum terhadap kejahatan pasar modal, Bapepam merupakan lembaga regulator yang berperan melakukan pengawasan dan penyelidikan serta penyidikan kejahatan di pasar modal. Bapepam merupakan palang pintunya hukum pasar modal. Lembaga ini merupakan benteng sekaligus ujung tombak dalam melakukan law enforcement

dari kaedah-kaedah hukum pasar modal. Hal ini sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 4 UU No. 8 Tahun 1995 yakni kewenangan untuk membuat peraturan, melakukan pemeriksaan dan penyidikan, menjatuhkan sanksi administratif dan denda.. Sistem pemidanaan dalam kerangka penegakan hukum di pasar modal mengharuskan diterapkannya prinsip keterbukaan yang menjadi fokus sentral dari Pasar Modal itu sendiri. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal telah mengatur mengenai prinsip keterbukaan. Pelanggaran peraturan prinsip keterbukaan dapat dikategorikan dalam penipuan dan umumnya pelanggaran-pelanggaran peraturan prinsip keterbukaan adalah pernyataan menyesatkan dalam bentuk pernyataan yang salah (misrepresentation) atau penghilangan (omission) fakta material di dalam pembuktian system peradilan pidana, baik dalam dokumen-dokumen penawaran umum maupun dalam perdagangan saham.


(7)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. ABSTRACT

A crime in the field of stock market can slow down the economic sector because the criminal cooperate through an evil conspiracy with the authority holder (endaadse samenloop/concursus idealis or meerdadse samenloop/concursus realis) in a corporation (corporate crime) or the individual with the status and level of capability which is very different from the conventional crime and it brings a negative impact to the society such as insider trading and providing dishonest information for the society which is always seen as direct macro-economic effect because the criminal usually belong to the group of society in the circle of financial activities. In criminal court system, law enforcement done to the criminals in the field of stock market are categorized into 2 (two) categories i.e. the crime and violation in the field of stock market. In practice, one of the constraints faced in enforcing the law is that none of the cases of stock market violation is processed through the criminal court system existing in Indonesia. The criminals tend to be sentenced under administrative sanction. The criminal act of stock market has special characteristics such as, first, the object of the criminal act is information; second, the criminals do not rely on their physical but their ability to read the market situation and make a maximum use of it. According to the Law on Stock Market, the criminal act in the field of stock market are cheating and manipulating the market and insider trading. Hence, the purpose of this study is, first, to find out whether the law enforcement done in the field of stock market can provide a legal protection to the inestors; second, to look at how the Bapepam implements its authority in the investigation of the stock market criminal act, and third, to examine the system used in the judgement of special criminal act in stock market.

As an analytical descritve study with qualitative juridical approach, this normative legal study not only describes a condition or symptom in the positive or empirical law but also intends to provide the regulation as it should be (das solen). The data obtained were analyzed through qualitative approach.

In the framework of judging the criminal in stock market, the law on stock market has the criminal sanction for it which is regulated in Chapter XV on "Criminal Stipulation" (Article 103 and Article 110). The purpose of the formulation of criminal sanction in this law is to anticipate the violation of law (criminal act) in stock market either in the form of crime or violation. The importance of stock market as a financial instrument especially the one related with the effect intended for the interest of investor. Law on stock market as an instrument contains the legal norms reglating the activities of stock market in order to protect the investor. One of the regulations on the protection for the investor is that the investor is protected from the dishonest practice of effect transaction in the stock market. In enforcing law against stock market crime, Bapepam is the regulator playing a role to control and investigate the incident of crime in stock market. Bapepam is not only the shield of stock market law but also the spearhead in enforcing the law based on the legal norms of stock market as formulated in Article 4 of Law No.8/1995 whose authority to make the regulation, to check and investigate, to impose administrative sanction and fine. The judgement system in the field of stock market requires the application the principle of transparency which becomes the central focus of the stock market itself. Law No.8/1995 on Stock Market has regulated the principle of transparency. The violation of the regulation of the principle of transparency can be categorized as deception and it is usually in the form of


(8)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

misrepresentation or omission the material fact in the proving of criminal court system either in the form of the documents of general offer or stock trade.


(9)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum, Wr.Wb

Alhamdulillah, Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas kesehatan yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Adapun topik penelitian menyangkut tentang Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Khusus di Bidang Pasar Modal. Penyelesaian tesis ini tidak akan rampung tanpa bantuan, saran maupun petunjuk yang diberikan kepada penulis oleh pembimbing maupun penguji baik pada saat pengajuan judul sampai penyusunan tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A (K), selaku Rektor atas kesempatan menjadi mahasiswa pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

2. Ibu, Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa. B. M.Sc, Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang telah diberikan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, Pembimbing Utama sekaligus Ketua Program Studi Ilmu Hukum yang telah memberikan bimbingan


(10)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing, atas bimbingan dan dorongan dalam melaksanakan penelitian dan penyelesaian tesis.

5. Ibu Dr. Sunarmi, SH. M. Hum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Hukum juga sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

6. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH selaku penguji, terima kasih atas masukan dan pendapatnya dalam penyempurnaan substansi tesis ini.

7. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum, selaku penguji penulis mengucapkan banyak terima kasih atas masukan dan sarannya guna perbaikan tesis ini.

8. Seluruh Guru Besar serta Dosen pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya khususnya kepada Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara beserta para pejabat utama Polda Sumatera Utara khusunya Kesatuan Brimob Polda Sumatera Utara dan seluruh anggota Brimob Polda Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan, dukungan dan motivasi untuk mengikuti studi di Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.


(11)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

Ucapan terima kasih dan do’a penulis untuk orang tua dan mertua, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan-kebaikannya. Do’a-do’a beliau selalu mengiringi penulis sampai sekarang ini. Khusus untuk Anak-anakku dan Isteriku yang telah banyak berkorban dan bersabar dengan selalu memberikan semangat kepada penulis untuk tetap giat belajar dan menyelesaikan studi ini. Kepada seluruh saudara, sahabat dan kerabat yang telah mendukung dan mendo’akan, penulis ucapkan terima banyak terima kasih atas segala bantuan dan perhatiannya.

Penulis juga berharap bahwa tesis ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan, namun penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis memohon saran dan masukan kepada kalangan-kalangan peneliti selanjutnya agar penelitian ini menjadi sempurna dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang penegakan hukum melalui sistem pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana di bidang Pasar Modal.

Semoga Allah SWT memberikan berkah, karunia dan kekuatan lahir batin kepada kita semua.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Hormat penulis.


(12)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. RIWAYAT HIDUP

Nama : Budi Satrio

Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 01 September 1971 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Polri/ Kasubden Gegana

Pendidikan : SD Angkasa Bandung Tamat Tahun 1985 SMP Angkasa Bandung Tamat Tahun 1988 SMA Negeri 9 Tamat Tahun 1991

Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta Tamat Tahun 2004

Strata Dua (S2) Sekolah Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara Tamat Tahun 2009


(13)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... v

RIWAYAT HIDUP ...viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ...……… 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Keaslian Penelitian ... 12

F. Landasan Teori dan Konsepsional ... 13

G. Metode Penelitian ... 22

BAB II PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PASAR MODAL... 27

A. Tindak Pidana di Pasar Modal ... 27


(14)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

C. Perlindungan Hukum Terhadap Investor di Pasar Modal... 61

BAB III KEWENANGAN BAPEPAM DALAM PENYIDIKAN DAN PENYELIDIKAN TINDAK PIDANA PASAR MODAL ... 71

A. Kewenangan Bapepam di Pasar Modal ... 71

B. Bapepam Selaku Penyidik dan Penyelidik ... 80

C. Kewenangan Bapepam Dalam Penanganan Kasus Penyajian Laporan Keuangan dan Keterbukaan PT Bank Lippo Tbk . ... 96

BAB IV SISTEM PEMIDANAAN TINDAK PIDANA PASAR MODAL DI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DALAM KERANGKA PENEGAKAN HUKUM ... 100

A. Sistem Penegakan Hukum Pasar Modal...100

B. Bentuk Tindak Pidana Khusus Pasar Modal ... 112

C. Keterbukaan Terhadap Fakta Materil Merupakan Suatu Kewajiban Pembuktian Dalam Sistem Penegakan Hukum Pasar Modal... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 130

A. Kesimpulan ... 130

B. Saran... 132


(15)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang

Pasar modal bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka pasar modal mempunyai peran yang sangat strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha termasuk usaha menengah dan kecil untuk membangun usahanya, sedangkan disisi lain pasar modal juga merupakan wahana investasi bagi masyarakat termasuk pemodal menengah dan kecil sehingga diperlukan berbagai upaya untuk tetap menjaga keberlangsungan kegiatan pasar modal dan kepercayaan masyarakat.1

1

C. S. T. Kansil, Cristine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), hal. 38.

Di dalam upaya menjaga kepercayaan masyarakat terhadap industri pasar modal ini dapat diyakini bahwa permasalahan penegakan hukum menjadi porsi yang paling penting. Bagaimanapun kuatnya langkah yang diambil oleh Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) sebagai Lembaga Regulator atau Self Regulatory Organization berdasarkan Pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal dalam rangka menciptakan berbagai peraturan dasar, tanpa didukung


(16)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

penegakan hukum di bidang pasar modal tentunya tidak akan efektif dalam menjalankan fungsi dan peranan pasar modal.2

Penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan di bidang pasar modal sebagai tindak pidana khusus di dalam sistem peradilan pidana dikategorikan ke dalam 2 (dua) macam yakni kejahatan dan pelanggaran. Penegakan hukum di bidang pasar modal dalam tatanan praktek mengalami berbagai kendala diantaranya tidak satupun kasus-kasus pelanggaran terhadap pasar modal diproses dengan menggunakan sistem pemidanaan yang berlaku di negara Indonesia. Pelaku cenderung diterapkan dengan menggunakan sanksi administratif.3 Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Biro pemeriksaan dan penyidikan Bapepam sebagai berikut:4

"Selama ini kasus-kasus pasar modal yang berindikasi pidana maupun perdata diselesaikan pada tingkat Bapepam (luar persidangan) dengan hukuman berupa denda administrasi, belum pernah sekalipun ditempuh penyelesaian melalui kebijakan pidana (sistem peradilan pidana). Sebenarnya hal ini bukan tanpa alasan. Dijelaskan pula bahwa, jika diselesaikan melalui jalur pengadilan (Pidana), akan memakan waktu yang cukup lama, selain karena masalah pembuktian yang sangat sulit, sehingga uang yang hilangpun lambat pula kembalinya. Alasan lainnya adalah, sebagaimana sanksi pidana yang menganut effek jera bagi yang dikenakan sanksi tersebut, sanksi yang berupa denda administrasi juga mengandung effek jera. Ini disebabkan, di dalam dunia usaha, nama baik sangatlah penting. Seperti diketahui bahwa hukum pidana dengan sanksi pidananya, akan menimbuilkan stigma bagi orang yang

2

Lihat, Pandji Anuraga, Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal. 5 bahwa pasar modal sebagai pelengkap di sector keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal merupakan sarana moneter penghubung antara pemilik modal (masyarakat atau investor) dengan peminjam dana (pengusaha atau pihak emiten).

3

Lihat, Munir Fuady, Pasar Modal Modern Tinjauan Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti), hal. 105, bahwa sanksi administrative yang dilakukan Bapepam dapat dijatuhkan kepada:

a. Pihak yang memperoleh izin dari Bapepam b. Pihak yang memperoleh persetujuan Bapepam c. Pihak yang melakukan pendaftaran kepada Bapepam.

4

Elfira Taufani, Penegakan Hukum Di Bidang Pasar Modal akses tanggal 24 Juli 2009


(17)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

terkena, sehingga diprosesnya pihak-pihak (pelaku pelanggaran ) secara pidana, serta dijatuhi hukuman pidana, akan berdampak pada tercorengnya nama baik mereka, sehingga jika akan memasuki lagi dunia pasar modal akan mengalami kesulitan, seperti lunturnya kepercayaan pihak lain terhadap sipelaku tersebut. Proses pengembalian sejumlah kerugian yang terjadi melalui penetapan denda administrasi, akan lebih cepat apabila dibandingkan melalui proses sistem peradilan pidana, serta Bapepam beranggapan tingkat kerugiannya tidak begitu membahayakan. Akan tetapi, jika selama ini penyelesaian kasus pasar modal selalu dilaksanakan di luar pengadilan, dengan mengenakan sanksi administratif oleh pihak Bapepam, mulai dari denda administratif, hingga pencabutan izin perusahaan, maka pada sekitar pertengahan bulan Agustus tahun 2004, ada satu kasus tindak pidana pasar modal yang telah sampai kepada kejaksaan, setelah dilakukan penyidikan oleh bagian pemeriksaan dan penyidikan Bapepam”.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal pada hakekatnya telah mengkriminalisasi tindak pidana pasar modal dengan menyebutkan beberapa kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal5 yang biasanya menjadi pilar modus operandi yang selanjutnya dikembangkan dan dikombinasikan dengan bentuk- bentuk yang lain. Hal yang diharamkan oleh UU adalah menyangkut tentang manipulasi pasar (market manipulation), penipuan (fraud), dan perdagangan orang dalam (insider trading)6

5

UU No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Bab XV Tencang Ketentuan Pidana dalam Pasal 110 ayat(l) Tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 103 ayat (2), Pasal 105, dan pasal 109 adalah pelanggaran; Pasal 110 ayat (2) menyebutkan bahwa Tindak Pidana Bebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 103 ayat(l), Pasal 104, Pasal 106, dan Pasal 107 adalah kejahatan.

6

Ibid Bab XI tentang Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang Dalam Pasal 90 "...Dalam kegiatan perdagangan EEek, eetiap Pihak dilarang secara langsung atau tidak langsung: (a), menipu atau mengelabui Pihak lain dengar, menggunakan sarana dan atau cara apa pun; (b} . turut eerta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan (c). membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau menjual Efek.

,dengan berbagai unsur-unsur yang dapat menjerat siapa saja yang melanggar ketentuan tersebut. Di dalam penegakan hukum di bidang pasar modal ketentuan tentang sanksi pidana telah


(18)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

dikriminalisasi namun tidak digunakan oleh Bapepam dalam penangulangan kejahatan di bidang pasar modal. Hal ini dapat dilihat dalam contoh kasus kejahatan di bidang pasar modal sebagai suatu perbuatan yang sangat membahayakan dan merugikan masyarakat sehingga masyarakat perlu mendapatkan perlindungan. Kejahatan di bidang pasar modal dapat menghambat sektor perekonomian karena pelaku kejahatan adalah pemufakatan jahat pelaku dengan pemegang otoritas (endaadse samenloop/concursus idealis maupun meerdadse samenloop/concursus realis) yang berada di dalam korporasi (corporate crime) maupun individu yang mempunyai status dan tingkat kemampuan yang sangat berbeda dengan kejahatan konvensional dan sangat berdampak negatif bagi masyarakat, misanya salah satu dampak dari kejahatan di bidang pasar modal yakni insider trading dan penipuan atas informasi bagi masyarakat terlihat pada sektor Makro-Ekonomis langsung (direct macro-economic effects) karena pelaku kejahatan biasanya termasuk kelompok masyarakat dalam lingkaran aktivitas finansial. Adapun salah satu contoh kasus tersebut adalah menyangkut insider traiding sebagai berikut:7

“kasus perdagangan orang dalam terkenal dan terjadi beberapa tahun yang lalu dilakukan ketika terjadi pengambilalihan atas PT Bank Bali, Tbk., sebuah bank publik terkemuka, menjadi bank BTO (Bank Take Over) oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yang terjadi pada akhir tahun sembilan puluhan. Kasus perdagangan saham Bank Bali dengan mempergunakan informasi orang dalam ini, merupakan suatu contoh klasik sederhana bagaimana informasi orang dalam tersebut dipergunakan untuk keuntungan orang dalam tersebut. Dalam perdagangan saham Bank Bali ini, orang dalam menggunakan informasi tersebut untuk menjual sahamnya, dan kemudian beberapa saat sesudahnya informasi tersebut diumumkan kepada publik. Sekali lagi, sayangnya sebagaimana kasus-kasus perdagangan orang

7


(19)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

dalam lainnya, kasus ini tidak pernah sampai ke meja pengadilan sehingga agak susah bagi kita untuk melihat penerapan atas UUPM di pengadilan di Indonesia. Kasus perdagangan saham Bank Bali melibatkan salah seorang pemegang saham dan anggota direksi bank tersebut. Berdasarkan laporan PT Bursa Efek Jakarta kepada BAPEPAM, penjualan saham oleh pemegang saham besar Bank Bali yaitu PT Sarijaya Wirasentosa dengan jumlah penjualan sebanyak 49,297,500 lembar saham, dilakukan antara tanggal 12 sampai dengan 23 Juli 1999. Penjualan saham Bank Bali juga dilakukan oleh anggota bursa SP (PT Sarijaya Permana Sekuritas), yang melakukan penjualan atas portofolio saham Bank Bali sebanyak 9,850,000 lembar saham. PT Sarijaya Wirasentosa dan PT Sarijaya Permana Sekuritas adalah dua perusahaan yang terafiliasi karena direktur utama PT Sarijaya Wirasentosa adalah juga komisaris di PT Sarijaya Permana Sekuritas. PT Sarijaya Wirasentosa, yang merupakan pemegang saham utama Bank Bali, dimiliki oleh keluarga direktur utama Bank Bali pada waktu itu. Selain penjualan yang dilakukan oleh kedua perusahaan tersebut, beberapa anggota keluarga direktur utama Bank Bali juga menjual saham-saham Bank Bali milik mereka”.

Kasus terhadap tindak pidana pasar modal di atas apabila diintrodusir dan dibandingkan dari praktek perdagangan saham tidak fair di Amerika yang dihubungkan dengan penggunaan informasi-informasi confendetial oleh pejabat perusahaan yang karena jabatannya dapat menarik keuntungan, sebab informasi tersebut tidak diberikan kepada masyarakat lain tentunya sangat berbeda dengan praktek sistem peradilan pidana di Indonesia.8

8

Erman Radjagukguk, Kemungkinan-kemungkinan Tindak Pidana dalam Kegiatan Pasar Modal, Makalah pada Seminar Potensi Kejahatan di Bursa Efek, (Yogyakarta: UGM, 28 September 1996), hal. 2

Di Amerika Serikat, ketentuan tentang

insider traiding ini mengacu kepada Section 10 (b) dari Exchange Act 1934 dan Rule

10b-5 yang mengatur perdagangan yang dilakukan dengan menggunakan informasi material non-publik. Penerapan kedua peraturan itu tergantung pada ada atau tidaknya kewajiban untuk melakukan disclosure bagi seseorang atau pihak yang memiliki


(20)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

informasi tersebut.9 Dalam kasus ini James O'Hogan, seorang pengacara pada kantor pengacara terkenal Dorsey and Witney di Minneapolis, Amerika Serikat menggunakan informasi yang diketahuinya karena pekerjaannya. Klien dari kantor O'Hogan ini adalah sebuah perusahaan Inggris, Grand Metropolitan, PLC yang ketika itu sedang melakukan pengambilalihan (take over) atas sebuah perusahaan Amerika Serikat, Pillsbury Co. O'Hogan mempergunakan informasi yang diketahuinya untuk bertransaksi saham Pillsbury di mana dia sebenarnya tidak termasuk dalam kategori

insiders dalam pengertian tradisionil (O'Hogan adalah pengacara Grand Metropolitan

sedang Pillsbury perusahaan target take over). Keuntungan transaksi yang diperoleh dalam transaksi ini adalah sebesar $ 4,3 juta ketika kemudian Grand Metropolitan

secara resmi mengajukan penawarannya atas Pillsbury. Dengan memberlakukan

misappropriation theory maka cakupan hukuman atas insider traders ini akan menjadi lebih luas. Misalnya pegawai pemerintah yang mengetahui bahwa emiten tertentu akan mendapatkan kontrak (menang tender) yang besar dari pemerintah atau pegawai Bapepam yang mengurusi dokumen-dokumen tertentu. Bahkan dokter yang sedang menangani pasien dan mendengar informasi serta menggunakannya akan dapat dijaring sebagai insider traders.10

Selanjutnya dalam kerangka pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana pasar modal maka undang-undang pasar modal telah memuat sanksi pidana yang diatur dalam Bab XV tentang "Ketentuan Pidana" (Pasal 103-Pasal 110). Perumusan sanksi

9

Bismar Nasution, Zulkarnain Sitompul, Asril Sitompul, , Insider Trading Kejahatan Di Pasar Modal, (Bandung: Books Terrace & Library, 2007), hal. 8

10 Ibid


(21)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

pidana dalam Undang-Undang ini dimaksudkan untuk mengantisipasi pelanggaran hukum (tindak pidana) pasar modal, baik yang berkualifikasi sebagai kejahatan, maupun pelanggaran. Menurut I. B Aditya Jayaantara (Bapepam) ada perbedaan kriteria antara kejahatan dengan pelanggaran pasar modal11

1. Manager Investasi (MI) atau pihak terafiliasinya yang menerima imbalan yang dapat mempengaruhi keputusannya (Pasal 42, 105 UU Pasar Modal).

, di antaranya pelanggaran pasar modal dapat terdiri dari :

2. Wakil Penjamin Emisi Efek (WPEE), Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE), Wakil Meneger Investasi tanpa Izin (Pasal 43, 103 UU Pasar Modal).

3. Pihak-pihak yang menghambat pemeriksaan ( Pasal 109 UU Pasar Modal). Sedangkan kriteria kejahatan pasar modal di antaranya :

a. Melakukan penawaran umum tanpa mengajukan pernyataan pendaftaran dan pernyataan pendaftaran tersebut belum dinyatakan efektif oleh Bapepam (Pasal 70, 106 UU Pasar Modal)

b. Melakukan kegiatan tanpa izin sebagai WPE, penasihat Investasi. Wali Amanat, Lembaga Kliring Penjamin BAE, dan konstodian ( Pasal 6, 13,18, 30, 34, 43, 48, 50, 64, 103 UU Pasar Modal)

c. Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Insider Trading (Pasal 90 s/d 97 UU Pasar Modal).

11

I. B Aditya jayaantara, Pelanggaran dan Kejahatan di Pasar Modal, (Makalah disampaikan dalam Lokakarya terbatas Tentang Transaksi Pasar Modal ( Jakarta: Globalisasi, 2004), hal. 14


(22)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

Kehadiran Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal tentunya erat kaitannya dengan kepastian hukum yang ditujukan kepada aktivitas pasar. Kepastian hukum kepada kepentingan pasar, berarti format kegiatan industri ini berlandaskan pada aturan-aturan yang jelas, sehingga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan industri itu sendiri. Perkembangan penegakan hukum yang menjadi porsi penting di dalam menjaga kepercayaan masyarakat investor sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor internal maupun eksternal. Faktor internal di antaranya adalah menyangkut kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah tentang pasar modal, dan juga seperti faktor internal lainnya seperti kekuatan perekonomian, politik, kualitas dan kuantitas dari pelaku pasar, keberadaan dari mekanisme dan sistem operasional pasar, efektivitas kelembagaan dan keberadaan dari peraturan hukum yang mengandung penegakan hukum dan kepastian hukum. Pasar modal dimanapun juga, akan tetap dan selalu memperhitungkan faktor politis sebagai faktor yang menentukan.12 Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan pasar modal Indonesia dan penegakan hukumnya adalah berkaitan dengan kondisi dan pengaruh ekonomi global yang mempengaruhi dimensi dana yang akan ditanamkan oleh fund manager

di Indonesia.13

12

Indra safitri, Catatan Hukum Pasar Modal, Kumpulan Gores Pena yang Pernah Henjadi Buah Bibir Pelaku Pasar (Jakarta: Go Global Book /Book Publishing Division Safitri&co, 1998), hal. 13

13

Ibid, hal. 14

Salah satu bukti tentang bagaimana pengaruh ekonomi global mempengaruhi pergerakan pasar modal dan penegakan hukumnya adalah ketika terjadi krisis moneter yang menghantam kawasan Asia telah membuat porak poranda situasi dan kepercayaan investor asing terhadap pasar modal Indonesia yang mengharuskan kepada regulator untuk bekerja keras


(23)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

membuat berbagai kebijakan untuk mengembalikan kepercayaan investor-investor tersebut kepada pasar modal Indonesia.

Konsepsi untuk memberikan dan menjaga kepercayaan pemodal atas pasar modal sangat bergantung dengan keberadaan hukum dan penegakannya yang secara tegas dapat memberikan perlindungan dan kepastian kepada investasi yang telah investor tanamkan tanpa membatasi dinamika dan aktivitas yang penuh dengan segala bentuk resiko dan keuntungan. Karakteristik dari industri yang memiliki aspek global, liberal dan universal harus dapat tercermin secara jelas di dalam setiap rumusan dari peraturan hukum yang ada di pasar modal.14

Berdasarkan arti pentingnya kepastian hukum dan perlindungan terhadap kegiatan di pasar modal mengharuskan diterapkannya sistem pemidanaan pada sistem peradilan pidana di Indonesia dalam kerangka penegakan hukum. Hal ini didasarkan oleh dampak yang ditimbulkan kejahatan di bidang pasar modal yang dikategorikan sebagai white collar crime, dimana istilah ini pertama kali dilontarkan di Amerika Serikat dalam tahun 1939, dengan batasan "suatu pelanggaran hukum pidana oleh seseorang dari kelas sosial ekonomi atas, dalam pelaksana kegiatan jabatannya".15

The terms white collar crime, economic crime, and commercial crime are not legal ones. They refer criminologically to a wide variety of offenses and behaviours, and are often used interchangeably. Or Nonviolent crime for

Kejahatan kerah putih didefinisikan oleh Bologna sebagai berikut:

14 Munir Fuady, Pasar Modal Moderen, Buku ke-1 (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001), hal. 20

15

Mardjono Reksodiputro, Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan, Kumpulan karangan buku kesatu (Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan pengabdian Hukum, d/h Lembaga Kriminologi,1994), hal. 104


(24)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

financial gain committed by means of deception by persons whose occupational status is entrepreneural, professional or semi-professional and utilizing their special occupational skills and opportunities; also non-violent crime for financial gain utilizing and committed by anyone having special technica1 and professional knowledge of business and government, irrespective of the person occupation.16

Selanjutnya kejahatan kerah putih yang terjadi di dalam pasar modal modus operandinya berbeda atau tidak identik dengan kejahatan ekonomi lainnya, seperti kejahatan perbankan.17

Jika diamati kejahatan atau tindak pidana pasar modal adalah akumulasi dari faktor kecerdikan, kelihaian, jaringan, kekuatan modal, kecepatan informasi, dan sasaran kejahatan yang biasanya berkaitan dengan nilai keuntungan yang akan didapat. Oleh sebab itu , tidak heran seorang pelaku yang ditangkap, tidak harus dipenjara namun ada kalanya kepentingan pasar menghukum mereka untuk membagikan keuntungan yang didapat.

Hal ini diungkapkan oleh Munir Fuady :

18

I. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah bagaimana penegakan hukum terhadap tindak pidana pasar modal dapat terlaksana di dalam dinamika pasar modal Indonesia yang begitu pesat dan begitu banyak mengatur kepentingan-kepentingan pelaku. Adapun fokus permasalahan ditujukan pada tiga pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Apakah penegakan hukum dalam tindak pidana pasar modal dapat memberikan perlindungan hukum terhadap investor ?

16

Bologna, et. Al . , Fraud and Commercial Crime, (John Wiley & Son, inc. New York, 1993), hal. 206.

17

Indra safitri, Op.cit., hal. 175 18

Munir Fuadi, Praktek Hukum Pasar Modal Indonesia, Disampaikan pada Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) Angkatan ke-II. Diselenggarakan oleh delapan organisasi Advokat bekerjasama dengan Universitas Indonesia. Jakarta. 2005


(25)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

2. Bagaimana kewenangan Bapepam dalam penyidikan dan penyelidikan tindak pidana pasar modal?

3. Bagaimana sistem pemidanaan tindak pidana pasar modal di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dalam kerangka penegakan hukum?

J. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penegakan hukum dalam tindak pidana pasar modal dalam rangka memberikan perlindungan hukum terhadap investor.

2. Untuk mengetahui kewenangan Bapepam dalam penyidikan dan penyelidikan tindak pidana pasar modal.

3. Untuk mengetahui sistem pemidanaan tindak pidana pasar modal di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dalam kerangka penegakan hukum.

K. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat baik segi teoritis maupun praktis, sebagaimana diuraikan berikut:

1.. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan yang berarti bagi khazanah pengetahuan Ilmu Hukum. Dalam penelitian ini tidak semata mengkaji hukum positif yang berlaku tetapi juga mencoba menggali nilai-nilai hukum yang hidup dan terus berkembang sesuai dengan dinamika pasar modal yang begitu pesat.


(26)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. 2.. Kegunaan Praktis

Dengan dilakukannya penelitian ini penulis mencoba untuk memberikan gambaran akan arti pentingnya penegakan hukum (law enforcement) dilakukan di dalam industri pasar modal Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai peraturan dan penegakan hukumterhadapkejahatanpasarmodal.

L. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai masalah terhadap penegakan hukum terhadap tindak pidana khusus di bidang pasar modal belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama. Jadi penelitian ini dapat disebut asli sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, dan objektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang sama, maka peneliti melakukan pengumpulan data tentang tindak pidana khusus di bidang pasar modal terutama menyangkut tentang penegakan hukum dan juga pemeriksaan terhadap hasil-hasil penelitian yang ada mengenai hal-hal di atas ternyata penelitian ini belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang


(27)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

sama oleh peneliti lainnya baik di lingkungan Universitas Sumatera Utara maupun Perguruan Tinggi Lainnya.

M.Landasan Teori dan Konsepsional 1. Landasan Teori

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan dari berbagai kegiatan manusia, dimana hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat juga terjadi berbagai pelanggaran terhadap hukum. Dalam hal ini hukum harus ditegakan. Penegakan hukum atau yang dikenal dengan istilah law enforcement merupakan suatu keharusan untuk mewujudkan suatu perlindungan dan kepastian hukum. Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi suatu kenyataan yang hidup di dalam masyarakat.

Di dalam menegakkan hukum ada tiga hal yang harus diperhatikan, di antaranya:19

Sebaliknya juga masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau penegakan hukum. Hukum adalah diciptakan untuk mengatur manusia, maka pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat. Jangan sampai kepastian hukum (rechtssicherheit), kemanfaatan (zweckmassigkeit) dan keadilan

(gerechtigkeit). Kepastian hukum merupakan suatu perlindungan yustiabel terhadap tindakan sewenang-wenang yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum, di mana dengan kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib.

19

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, (Yogjakarta: Liberty, 1995) hal. 14


(28)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

justru karena hukumnya dilaksanakan atau ditegakkan timbul keresahan di dalam masyarakat.

Keadilan juga sangat berperan penting di dalam pelaksanaan dan penegakan hukum dimasyarakat. Jangan ada keberpihakan hukum terhadap salah satu kepentingan selain kepentingan-kepentingan bersama yang hidup di dalam masyarakat. Secara umum penegakan hukum dapat diartikan sebagai tindakan menerapkan perangkat sarana hukum tertentu untuk memaksakan sanksi hukum guna menjamin pentaatan terhadap ketentuan yang ditetapkan tersebut, sedangkan menurut Satjipto Rahardio penegakan hukum adalah "suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum (yaitu pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum) menjadi kenyataan".20 Secara konsepsional, inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaedah-kaedah dari sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Lebih Ianjut dikatakannya keberhasilan penegakan hukum mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempunyai arti netral, sehingga dampak negatif atau positifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor saling berkaitan dengan eratnya, merupakan esensi serta tolak ukur dari efektivitas penegakan hukum. Faktor-faktor tersebut adalah:21

1. Hukum (undang-undang).

2. Penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.

20

Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, (Bandung: Sinar Baru 1988), hal. 24 21

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1983), hal. 5


(29)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

3. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. 4. Masyarakat, yakni dimana hukum tersebut diterapkan.

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Di dalam suatu negara yang sedang membangun, fungsi hukum tidak hanya sebagai alat kontrol sosial atau sarana untuk menjaga stabilitas semata, akan tetapi juga sebagai alat untuk melakukan pembaharuan atau perubahan di dalam suatu masyarakat, sebagaimana disebutkan oleh Roscoe Pound22

Selanjutnya, politik hukum pidana (kebijakan hukum pidana) sebagai salah satu usaha dalam menanggulangi kejahatan, terdapat di dalam penegakan hukum pidana yang rasional. Penegakan hukum pidana yang rasional tersebut terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap formulasi, tahap aplikasi, dan tahap eksekusi yaitu :

(1870-1964) salah seorang tokoh Sosiological Jurisprudence, hukum adalah as a tool of social engineering disamping as a tool of social Control.

23

1. Tahap Formulasi, adalah tahap penegakan hukumpidana in abstracto oleh badan pembentuk undang-undang. Dalam tahap ini pembentuk undang-undang melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa kini dan masa yang akan datang, kemudian merumuskannya dalam bentuk peraturan perundang-undangan pidana untuk mencapai hasil perundang-perundang-undangan pidana yang paling baik,

22

Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Edisi Baru (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 32

23

Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Hukum Pidana (Bandung:Alumni, 1993), hal. 173


(30)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Tahap ini dapat juga disebut dengan tahap kebijakan legislatif.

2. Tahap Aplikasi, tahap penegakan hukum pidana ( tahap penerapan hukum pidana) oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan hingga pengadilan. Dalam tahap ini aparat penegak hukum menegakkan serta menerapkan peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh badan pembentuk undang-undang. Dalam melaksanakan tugas ini, aparat penegak hukum harus memegang teguh nilai-nilai keadilan dan daya guna.. Tahap kedua ini dapat juga disebut tahap kebijakan yudikatif.

3. Tahap Eksekusi, yaitu tahap penegakan (pelaksanaan) hukum pidana secara konkret oleh aparat pelaksana pidana. Dalam tahap ini aparat pelakaana pidana bertugas menegakkan peraturan pidana yang telah dibuat oleh pembentuk undang-undang melalui penerapan pidana yang telah ditetapkan oleh pengadilan. Aparat pelaksana dalam menjalankan tugasnya harua berpedoman kepada peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembentuk undang-perundang-undangan [legislatur)

dan nilai-nilai keadilan serta daya guna.

Ketiga tahap penegakan hukum pidana tersebut, dilihat sebagai suatu usaha atau proses yang rasional yang sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu, jadi harus merupakan suatu jalinan mata rantai aktivitas yang tidak terputus yang bersumber dari nilai-nilai dan bermuara pada pidana dan pemidanaan.

Dalam kaitannya dengan penegakan hukum pidana pada kegiatan pasar modal maka konsep penegakan hukum yang dimaksud adalah penegakan hukum dalam


(31)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

arti Law Enforcement. Joseph Golstein, membedakan penegakan hukum pidana atas tiga macam yaitu :24

1. Total Enforcement, yakni ruang lingkup penegakan hukum pidana sebagaimana yang dirumuskan oleh hukum pidana substantif. Penegakan hukum yang pertama ini tidak mungkin dilakukan sebab para penegak hukum dibatasi secara ketat oleh hukum acara pidana. Disamping i.tu, hukum pidana substantif itu sendiri memiliki kemungkinan memberikan batasan-batasan. Ruang lingkup yang dibatasi ini disebut dengan area of no enforcement.

2. Full Enforcement, yaitu Total Enforcement setelah dikurangi area of no enforcement,

dimana penegak hukum diharapkan menegakkan hukum secara maksimal, tetapi menurut Goldstein hal inipun sulit untuk dicapai (not a realistic expectation), sebab adanya keterbatasan- keterbatasan dalam bentuk waktu, personal, alat-alat dana dan sebagainya yang dapat menyebabkan dilakukannya diskresi.

3. Actual Enforcement, Actual Enforcement ini baru dapat berjalan apabila, sudah terdapat bukti-bukti yang cukup. Dengan kata lain, harus sudah ada perbuatan, orang yang berbuat, saksi atau alat bukti yang lain, serta adanya pasal yang dilanggar.

Masalah penegakan hukum, sangat mempengaruhi terhadap efektivitas hukum tersebut dapat diakui dan dihargai di dalam masyarakat. Selo Sumardjan (1965) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas hukum di antaranya:25

1. Usaha untuk menegakan hukum dalam masyarakat yaitu penggunaan tenaga manusia,

24

Muladi, Kapita Selekta Siatem Peradilan Pidana, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1995), hal. 16

25


(32)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

alat-alat, organisasi dan metode agar masyarakat mengetahui, menghargai, mengakui, dan mentaati hukum.

2. Reaksi masyarakat yang didasarkan pada sistem nilai yang berlaku, artinya masyarakat menentang atau menolak atau mungkin mematuhi hukum karena compliance, identification, internalization, atau kepentingan mereka terjamin pemenuhannya. 3. Jangka waktu penanaman hukum, yaitu panjang atau pendeknya jangka waktu

dimana usaha menanamkan itu dilakukan dan diharapkan memberikan hasil.

Di dalam penegakan hukum terhadap kejahatan pasar modal, Bapepam merupakan lembaga regulator yang berperan melakukan pengawasan dan penyelidikan kejahatan di pasar modal. Bapepam merupkan palang pintunya hukum pasar modal. Lembaga ini merupakan benteng sekaligus ujung tombak dalam melakukan law enforcement dari kaedah-kaedah huku m pasar modal.

Bapepam adalah lembaga regulator dan pengawas pasar modal, dipimpin oleh seorang ketua, dibantu seorang sekretaris, dan tujuh orang kepala biro terdiri atas;

1. Biro perundang-undangan dan Bantuan Hukum 2. Biro Pemeriksaan dan Penyidikan

3. Biro Pengelolaan dan, Riset

4. Biro Transaksi dan Lembaga Efek

5. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa 6. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil. 7. Biro Standar dan Keterbukaan.


(33)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

Bila terjadi pelanggaran perundang-undangan pasar modal atau ketentuan di bidang pasar modal lainnya maka, Bapepam sebagai penyidik akan melakukan pemeriksaan terhadap pihak yang melakukan pelanggaran tersebut, hingga bila memang telah terbukti akan menetapkan sanksi kepada pelaku tersebut. Penetapan sanksi akan diberikan atau diputuskan oleh ketua Bapepam setelah mendapat masukan dari bagian pemeriksaan dan penyidikan Bapepam. Bila mereka yang dikenai sanksi dapat menerima putusan tersebut. Maka pihak yang terkena sanksi akan melaksanakan semua yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Permasalahan akan berlanjut bila sanksi yang telah ditetapkan tersebut tidak dapat diterima atau tidak dilaksanakan, misalnya denda yang telah ditetapkan oleh Bapepam tidak dipenuhi oleh pihak yang diduga telah melakukan pelanggaran, maka akan dilanjutkan dengan tahap penuntutan, dengan menyerahkan kasus tersebut kepada pihak Kejaksaan sebagai lembaga yang berwenang melakukan penuntutan.

Demikian pula dengan Bursa Efek sebagai lembaga yang menyelenggarakan pelaksanaan perdagangan efek, apabila di dalam melakukan transaksi perdagangan efek menemukan suatu pelanggaran yang berindikasi adanya pelanggaran bersifat pidana, lembaga ini akan menyerahkan pelanggaran tersebut kepada Bapepam untuk dilakukan pemeriksaan dan penyidikan. Kewenangan melakukan penyidikan terhadap setiap kasus (pelanggaran peraturan perundangan pidana) bagi Bapepam, diberikan oleh KUHAP seperti tercantum di dalam ketentuan Pasal 6 (ayat 1) huruf (b) yang menyebutkan :

"Penyidik adalah aparat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang." Kewenangan ini merupakan penerapan dari fungsi Bapepam sebagai lembaga pengawas.


(34)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

Tata cara pemeriksaan di bidang pasar modal dijelaskan dalam Peraturan pemerintah Nomor 46 tahun 1995. Bapepam akan melakukan pemeriksaan bila :

1. Ada laporan, pemberitahuan atau pengaduan dari pihak tentang adanya pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal.

2. Bila tidak dipenuhinya kewajiban oleh pihak-pihak yang memperoleh perizinan, persetujuan atau dari pendaftaran dari Bapepam ataupun dari pihak lain yang dipersyaratkan ntuk menyampaikan laporan kepada Bapepam, dan

3. Adanya petunjuk telah terjadinya pelanggaran perundang-undangan di bidang pasar modal

Di dalam melaksanakan fungsi pengawasan, menurut UUPM Nomor 8 Tahun 1995 bertugas dalam pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pelaku ekonomi di pasar modal. Dalam melaksanakan berbagai tugasnya ini, Bapepam memiliki fungsi antara lain menyusun peraturan dan menegakkan peraturan di bidang pasar modal, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin, persetujuan dan pendaftaran dari Bapepam dan pihak lain yang bergerak di bidang pasar modal, menyelesaikan keberatan yang diajukan oleh pihak apabila dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, lembaga kliring dan penjaminan, maupun lembaga penyimpanan dan penyelesaian lainnya. Dengan berbagai fungsinya tersebut, Bapepam dapat mewujudkan tujuan penciptaan kegiatan pasar modal yang teratur, efisien serta dapat melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.

Dalam melaksanakan fungsi penegakan hukum, Bapepam bersikap proaktif bila terdapat indikasi pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal, melakukan pemeriksaan dan atau penyidikan yang didasarkan kepada laporan atau pengaduan dari


(35)

pelaku-Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

pelaku pasar modal. Data tersebut dianalisis oleh Bapepam dan hasil analisi dijadikan konsumsi publik dengan melakukan pemberitaan melalui media massa.

2. Landasan Konsepsional

a. Penegakan hukum merupakan bahagian dari sistem pemidanaan yang berupaya menjaga keseimbangan perlindungan kepentingan, baik kepentingan negara, masyarakat maupun individu termasuk kepentingan pelaku tindak pidana dan korban kejahatan. Sub sistem yang harus bekerja sama di dalam sistem pemidanaan dalam kerangka penegakan hukum untuk menanggulangi tindak pidana pasar modal adalah Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, Lembaga Pemasyarakat dan Bapepam.

b. Tindak pidana khusus dimaksud adalah salah satu kejahatan di bidang pasar modal yang mempunyai karakteristik berupa: Pertama, mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana dan/atau cara apapun. Kedua, membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.26

c. Pasar Modal merupakan suatu tempat atau sistem bagaimana caranya dipenuhi kebutuhan-kebutuhan dana untuk kapital perusahaan, merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual suatu efek yang baru dikeluarkan. Ini berarti pasar

26


(36)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

modal merupakan suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham.

N. Metode Penelitian

Berdasarkan objek penelitian yang merupakan hukum positif, maka metode yang akan dipergunakan adalah juridis normatif yaitu mengkaji kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang sistem pemidanaan dalam tindak pidana khusus pasar modal. Sebagai sebuah penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian mulai dari pengumpulan data sampai pada analisis data dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah penelitian ilmiah, sebagai berikut:

1. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Dengan demikian dalam penelitian ini tidak hanya ditujukan untuk mendeskripsikan gejala-gejala atau fenomena-fenomena hukum yang terkait dengan kepastian hukum dalam sistem pemidanaan dalam tindak pidana khusus pasar modal, akan tetapi lebih ditujukan untuk menganalisis fenomena-fenomena hukum tersebut dan kemudian mendeskripsikannya secara sistematis sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan.


(37)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. 2. Metode Pendekatan

Sesuai dengan karakteristik perumusan masalah yang ditujukan untuk menganalisis kaidah-kaidah hukum tentang penegakan hukum terhadap tindak pidana khusus di bidang pasar modal maka jenis penelitian ini tergolong pada penelitian yuridis normatif. Dalam penelitian ini, hukum dipandang sebagai kaidah atau norma yang bersifat otonom dan bukan sebagai sebuah fenomena sosial. Oleh karena itu, penelitian ini menjadikan kaidah hukum sebagai hasil penelitian.

Metode penelitian hukum normatif adalah penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Ronald Dworkin menyebut metode penelitian tersebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun hukum sebagai law as it is decided by the judge through judicial process.27

Dalam penelitian ini, selain untuk mengumpulkan dan menganalisis data tentang kecukupan kaidah-kaidah hukum dalam hukum pidana di bidang pasar modal sebagaimana di atur dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1989 dan peraturan lainnya yang terkait dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan dengan memperbandingkan kaidah-kaidah hukum dalam hukum pidana pada umumnya dengan kaidah hukum tindak pidana khusus pasar modal di dalam Undang-Undang

27

Bismar Nasution,Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum,disampaikan pada dialog Interaktif TentangPenelitian Hukum dan Hasil Penilisan Hukum Pada Majalah Akreditasi,Fakultas Hukum USU, Tanggal 18 Februari 2003),hal.2


(38)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

Nomor 8 Tahun 1995 dan peraturan lainnya yang tidak terdapat pengaturan yang jelas tentang penegakan hukum terhadap tindak pidana khusus di bidang pasar modal.

3. Sumber Data

Untuk memperoleh hasil data yang akurat dan signifikan, data dikumpulkan melalui studi pustaka yang dihimpun dan diolah dengan melakukan pendekatan yuridis normatif. Penelitian deskriptif lebih mengutamakan data sekunder atau library research, yakni:

a) Norma atau kaedah dasar yaitu Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dan Batang tubuh Undang-undang dasar 1945 serta amandemennya.

b) Peraturan perundang-undangan yang terdiri dari: (1). Undang-undang dan peraturan yang setaraf.

(2). Peraturan Pemerintah dan peraturan yang setaraf. (3). Keputusan Presiden dan perturan yang setaraf

(4). Keputusan Menteri dan peraturan yang setaraf c) Bahan-bahan hukum yang tidak tertulis

d) Yurisprudensi.

e) Bahan-bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih dipergunakan dan menjadi sumber hukum pidana yaitu KUHP yang merupakan terjemahan wetboek van straafrecht.

Bahan-bahan Hukum Sekunder adalah yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum , yang terdiri dari:


(39)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

a) Hasil karya ilmiah para ahli/sarjana b) Hasil-hasil penelitian seperti studi kasus

Bahan Hukum Tertier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan hukum sekunder contohnya kamus, ensiklopedi dan lainnya. Di samping itu, bahan pendukung lainnya yang digunakan dalam penulisan tesis ini dengan mempelajari literatur-literatur, makalah, artikel dimedia cetak, majalah, internet serta haail-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang dibahas oleh penulis.

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan objek telaahan penelitian ini berupa peraturan perundang-undangan, buku, tulisan ilmiah dan karya-karya ilmiah lainnya.

5. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen dimana seluruh data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan mempergunakan studi pustaka (library research). Pada tahap awal pengumpulan data, dilakukan inventarisasi seluruh data dan dokumen yang relevan dengan topik pembahasan, selanjutnya dilakukan pengkategorian data tersebut


(40)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

berdasarkan rumusan permasalahan yang telah ditetapkan. Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan metode analisis yang sudah di pilih.

6. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dengan studi kepustakaan tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis kualitatif yang didukung oleh logika berfikir secara deduktif. Dipilihnya metode analisis kualitatif adalah agar gejala-gejala normatif yang diperhatikan dapat dianalisis dari berbagai aspek secara mendalam dan terintegral antara aspek yang satu dengan yang lainnya.


(41)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. BAB II

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PASAR MODAL D. Tindak Pidana di Pasar Modal

Istilah "Peristiwa pidana" atau "tindak pidana" adalah sebagai terjemahan dari istilah bahasa Belanda strafbaar feit. Dalam bahasa Indonesia disamping istilah "peristiwa pidana" untuk terjemahan strafbaar feit atau delict dikenal juga beberapa terjemahan yang lain Tindak pidana, perbuatan pidana, perbuatan yang boleh dihukum, dan perbuatan yang dapat dihukum.28 Beberapa sarjana telah berusaha untuk memberikan perumusan tentang peristiwa pidana, diantaranya D. Simon yang merumuskan peristiwa pidana menurut adalah neen straftbaargelesetelde, onrechtmatige, met schuldin verband standee handeling van een teoerekeningvatbaar persoon". Adapun maksud dari perumusan tersebut adalah perbuatan salah dan melawan hukum yang diancam pidana dan dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung j awab. Perumusan Simons tersebut menunjukan unsur-unsur peristiwa pidana diantaranya handeling (perbuatan manusia) dimana perbuatan manusia tidak hanya eendoen (perbuatan) akan tetapi juga eennalaten atau niet doen (melalaikan atau tidak berbuat).29

28

C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Cetakan ke-1 (Jakarta:Pradnya Paramita, 2004) hal. 37,

29 Ibid

Kemudian unsur-unsur yang lain adalah perbuatan manusia itu harus melawan hukum (wederrechtelijk), perbuatan itu diancam dengan dengan pidana (strafjbaar gresteld) dengan undang-undang harus dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab (toerejceningsvatjbaar) dan perbuatan itu harus terjadi kesalahan (schuld) sipelaku.


(42)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

Undang-undang Pasar Modal di dalam perumusan ketentuan-ketentuan pidana digunakan kata "tindak pidana" sebagaimana terkandung dalam Pasal 110 Undang-undang Pasar Modal. Berdasarkan hal tersebut, dalam tulisan ini digunakan kata "tindak pidana" tanpa ada maksud untuk memperdebatkan kembali perbedaan pengertiannya dengan kata "strafbaar feit", "perbuatan pidana" dan "peristiwa pidana". Dalam pembahasan hukum pidana yang berlaku di Indonesia selalu tidak terlepas dengan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang merupakan hukum pidana umum berlaku di Indonesia telah ada jauh sebelum kegiatan pasar modal di Indonesia dimulai (diawali dengan pendirian Vereniging voor de Effectenhandel di Batavia sebagai cabang Amsterdamse Effecteiibueurs pada tanggal 14 Desember 1912)30 KUHP tidak lagi dapat mengatur atau aturannya tidak dapat lagi mencakup pengaturan jenis-jenis tindak pidana yang telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan, khususnya tindak pidana di pasar modal. Perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap KUHP tidak pernah dibuat khusus untuk tindak pidana pasar modal sehingga adanya perumusan tindak pidana pasar modal menjadi salah satu upaya yang dilakukan untuk mengejar ketertinggalan KUHP.31

30

Jakarta Stock Exchange, hal. 29 31

Semula adalah Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie yang tetap diberlakukan di Indonesia (dengan beberapa perubahan untuk disesuaikan dengan kemerdekaan Indonesia dan pengubahan namanya menjadi Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dengan Undang-undang RI tanggal 26 Pebruari 1946 Nomor 1 tentang Peraturan Hukum Pidana Seluruh Wilayah Republik Indonesia dan Mengrubah Kitab Undang-undang Hukum Pidana jis. (i) Undang-undang RI Nomor 73 Tahun 1958 tentang menyatakan Berlakunya Undang-undang Nomor l Tahun 1946 Republik Indonesia tentang Peraturan Hukum Pidana Seluruh wilayah Republik Indonesia dan Mengubah Kitab Undang-undang Hukum Pidana (Lembaran Negara Nomor 127 Tahun 1958, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1660), (ii) Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1960 tentang Perubahan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (Lembaran Negara Nomor 1 Tahun 1960, Tambahan Lembaran Negara 1921), dan (iii) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1976 tentang Perubahan dan Penambahan Beberapa Pasal dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana bertalian dengan Perluasan Berlakunya Ketentuan


(43)

perundang-Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

Oleh karena itu dibuat suatu perumusan undang-undang khusus untuk mengatur kejahatan di dalam pasar modal. Dengan perumusan tindak pidana dalam undang-undang pasar modal tentunya telah dilakukan penentuan tentang nilai-nilai penting yang diserahkan kepada hukum pidana untuk mempertahankannya, salah satunya dengan mengembangkan nilai-nilai hukum pidana yang memungkinkan pemidanaan terjadi di pasar modal. Penentuan nilai-nilai demikian diperlukan untuk memenuhi asas nullum delictum noela poena sine praevia lege poenale (tidak ada tindak pidana, tidak ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu), sebagaimana terkandung dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP sehingga hukum pidana positif Indonesia dapat digunakan untuk menjerat pelaku tindak pidana pasar modal tersebut tanpa pengabaian asas-asas hukum pidana.

Tindak pidana pasar modal mempunyai karakteristik yang khas. Karakteristik itu antara lain meliputi: Pertama, barang yang menjadi objek dari tindak pidana adalah informasi. Kedua, pelaku tidak mengandalkan fisik, akantetapi kemampuan membaca situasi pasar serta memanfaatkan secara maksimal. Tindak pidana pasar modal yang dimaksud oleh undang-undang pasar modal adalah tindak pidana penipuan dan tindak pidana manipulasi pasar. Adapun perbedaan antara kedua tindak pidana ini adalah akibat perbuatan yang ditimbulkan, jika manipulasi pasar yang dilakukannya sudah jelas bahwa pasar akan termanipulasi sehingga akibatnya antara lain bahwa harga saham menjadi semu. Sementara itu, jika tindakan penipuan yang

undangan Pidana, Kejahatan Penerbangan, dan Kejahatan terhadap Sarana/Prasarana Penerbangan (Lembaran Negara Nomor 26 Tahun 1976, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3080)


(44)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

dilakukan maka dengan informasi atau keadaan yang tidak sebenarnya tersebut jelas akan ada pihak dirugikan tanpa harus mempunyai akibat kepada pasar yang termanipulasi. 32

a. Melakukan transaksi efek yang tidak mengakibatkan perubahan kepemilikan.

Tindak pidana penipuan dalam hukum pidana terdapat dalam Pasal 378 KUH Pidana. Maksud dari tindak pidana penipuan adalah tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain. Bab XI Undang-Undang Pasar Modal mengatur secara tersendiri mengenai tindak pidana penipuan, manipulasi pasar dan perdagangan orang dalam. Berikut digambarkan beberapa tindak pidana yang dianut dalam tindak pidana pasar modal yakni:

1. Manipulasi Pasar

Menurut Pasal 91 Undang-Undang Pasar Modal setiap pihak dilarang melakukan baik secara langsung atau tidak langsung menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, kegiatan pasar atau harga efek di bursa efek. Rumusan Pasal 91 ini menjelaskan gambaran semu mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar atau harga efek antara lain:

b. Melakukan penawaran jual atau penawaran beli efek harga tertentu, dimana pihak tersebut juga telah bersekongkol dengan pihak lain yang melakukan penawaran beli atau penawaran efek yang sama pada harga kurang lebih sama.

32


(45)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

Pasal 92 Undang-Undang Pasar Modal juga menegaskan bahwa melakukan dua atau lebih transaksi efek di bursa efek sehingga menyebabkan harga efek tetap, naik atau turun dengan tujuan agar pihak lain terpengaruh untu membeli, menjual atau menahan efek tersebut. Akibatnya harga efek tersebut tidak berdasarkan pada permintaan jual atau beli yang sesungguhnya.33 Selanjutnya membuat larangan untuk membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga efek atau dengan tujuan untuk mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.34

2). Misinformation dengan cara menyebarkan informasi yang menyesatkan atau informasi yang tidak lengkap (misalnya menyebarkan rumor bahwa emiten A tidak termasuk perusahaan yang akan dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten A termasuk yang diambil alih oleh pemerintah).

Kegiatan manipulasi pasar dapat berupa:

1). False information, yaitu dengan menyebarkan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan untuk mempengaruhi efek perusahaan yang dimaksud di bursa efek.

35

Yang dimaksud dengan manipulasi pasar adalah :

36

"The illegal buying or selling of security to creat the false impression that active trading exist in an effort to convince other people to buy more shares

33

Ibid, hal. 151

34 Lihat Pasal 93 UUPM 35

Indera Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 258

36


(46)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

or sell the ones they own. Manipulation is done to infliuence prices so the person doing the manipulating can achieve a more advantageous market"

Manipulasi pasar sesuai dengan Undang-Undang Pasar Modal adalah sebagai berikut:

1). Menciptakan gambaran pasar yang semu, antara lain dengan jalan:

a. Melakukan transaksi efek yang tidak mengakibatkan perubahan pemilikan, atau; b. Melakukan penawaran jual atau penawaran beli efek pada hanga tertentu dengan

cara bersekongkol melakukan penawaran beli atau penawaran jual pada harga yang kurang lebih sama.

Delik ini merupakan delik materil yang mana ditujukan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di Bursa Efek (Pasal 91 UUPM).

2) . Melakukan dua atau lebih transaksi efek di Bursa Efek sehingga menyebabkan harga efek tetap naik atau turun dengan tujuan agar pihak lain terpengaruh untuk membeli, menjual atau menahan efek tersebut dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek (Pasal 92 UUPM). Permasalah yang sering muncul adalah bagaimana dengan harga efek yang sengaja distabilkan (stabilisation).

Dalam hal ini, suatu efek dibeli hanya dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penurunan harga di pasar terbuka, misalnya efek di pasar perdana dibeli oleh sindikasi dan

investment bank kemudian tidak berapa lama setelah itu dijual kembali kepada publik dengan harga yang lebih tinggi. Dalam hal ini, efek di pasar perdana tersebut dibeli oleh sindikasi underwriting. Dalam dunia pasar modal siapa saja yang membeli efek di pasar


(47)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

perdana untuk kemudian segera menjual kembali dengan harapan mendapatkan keuntungan disebut free aiders.

Bila dilihat secara sepintas seakan ada juga manfaat dan tindakan stabilisasi harga ini, yaitu:

1. Ada unsur kepastian harga bagi emiten.

2. Pembayaran dan pihak underwriter kepada pihak emiten dapat dilakukan lebih cepat. 3. Dapat menetralisasikan harga di pasar dan gejolak akibat adanya over supply

(kelebihan pemasokan).

4. Jika pasar sedang bullish dengan tindakan stabilisasi harga tersebut diharapkan tidak merubah sentimen pasar yang bullish tersebut.

Sebagaimana pada uraian di atas bahwa undang-undang pasar modal melarang tindakan manipulasi pasar, bahkan mengancam pelakunya dengan ancaman pidana yang berat. Terhadap hal ini, Pasal 91 UUPM menentukan bahwa dilarang terhadap barang siapa yang melakukan tindakan baik langsung atau tidak langsung dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar atau harga efek di Bursa Efek. Namun demikian stabilisasi harga yang dilakukan oleh underwriter pada priode tertentu bukan merupakan manipulasi. Hal mana dapat kita lihat dari Peraturan mengenai stabilisasi harga yang mana Bapepam lewat keputusannya No. Kep 88/PW 1996, telah membenarkan suatu tindakan stabilisasi hanga untuk mempermudah penawaran umum, akan tetapi hanya dapat dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Harga stabilisasi tidak berbeda dengan harga penawaran umum.


(48)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

3. Rencana mengadakan stabilisasi harga harus diungkapkan dalam prospektus.

4. Penjamin emisi efek atau perantara pedagang efek yang menjual atau memberi untuk kepentingan setiap pihak, efek yang harganya distabilisasi harus memastikan bahwa pihak tersebut telah mendapat kesempatan membaca pernyataan tertulis bahwa pembelian itu pada harga yang distabilisasikan.

5. Pemberitahuan oleh penjamin pelaksana emisi efek kepada Bapepam, semua agen penjualan dan pemodal tentang tanggal mulai dan berakhirnya stabilisasi hanga yang bersangkutan. Dalam tindak manipulasi pasar terdapat beberapa teknik manipulasi antara lain:37

a. Teknik Manipulasi Harga 1. . Hype and Dump

Talking Up harga suatu saham dengan menggunakan laporan/rumor/rekomendasi

broker yang dilebih-lebihkan atau dibuat-buat ketika harga naik, saham tersebut dijatuhkan. Hal yang bertentangan tersebut dapat disebut sebagai slur and slurp

(menyatakan sesuatu hal dengan kurang jelas untuk memancing pihak lain dan kemudian "memakannya") dan terjadi ketika harga saham tersebut di talked down

sehingga manipulator dapat membeli saham dengan harga murah. 2.. Pump and Dump

Transaksi yang dilakukan secara beruntun pada harga yang tinggi memberikan kesan suatu aktivitas yang seolah-olah nyata dilakukan oleh investor, kemudian men ”dump”

37


(49)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

nya pada harga yang tinggi pula. Teknik ini dapat terjadi sebagai suatu "manipulasi sisi

supply" sebagaimana dengan membuat penawaran yang undisdosed dengan volume kecil, yang dengan demikian menyebabkan pihak lain melakukan penjualan dan memfasilitasi manipulator untuk membeli sejumlah besar saham kemudian pada harga yang lebih murah.

3. Ramping

"Marking (up) harga penutupan" dengan memasang order beli atau melakukan transaksi beli menjelang penutupan perdagangan sehingga mengubah harga penutupan (order beli seringkali jatuh pada pagi hari berikutnya atau pada hari order beli tersebut digunakan). Juga disebut "painting the tape" atau "window dressing".

Teknik ini dapat juga digunakan untuk mendorong harga saham turun. 4. Window Dressing

Teknik Ramping yang dilakukan oleh investor institusional untuk "menyetarakan" harga saham dengan valuasi yang diinginkan.

b. Teknik Manipulasi Volume 1 . Chain Letter Rally

Terjadi ketika spekulator memasuki pasar, maka dengan demikian cara tanpa disadari membantu manipulator dengan pergerakan-pergerakan volume dan harga yang meningkat.

2. Churning

Manipulator memiliki sekumpulan saham dan kemudian melakukan pemasangan pada sisi beli dan jual melalui satu atau beberapa broker untuk


(50)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

menciptakan kesan turnover yang besar. Order-order ini biasanya ditempatkan pada harga yang lebih tinggi secara bertahap yang disebut sebagai "pass theparcel".

3 . Pools

"Pooling” terjadi ketika suatu kelompok investor "kaya" setuju untuk mendaftarkan sejumlah uang untuk mengumpulkan dana yang besar akan dikelola untuk mereka oleh suatu broker. Anggota-anggota "pool" tersebut biasanya setuju bahwa saham-saham dari beberapa emiten akan dibeli dan kemudian dijual dari salah satu anggota "pool" terhadap anggota lainnya, akan tetapi melalui broker terpilih atau broker-broker untuk mendorong turnover dan harga yang dmmaksud diharapkan laporan dan aktivitas yang meningkat pada saham terpilih kemungkinan besar akan menghasilkan harga yang dinaikkan dan akan juga memberikan kesempatan bagi anggota "pool" untuk menjual sahamnya pada investor publik.

4. Short Squeeze

Pembelian sejumlah saham secara signfikan, yaitu membeli "cornering" pasar untuk mendorong para short seller membeli saham untuk meng-cover posisi short mereka pada harga yang lebih tinggi, dengan demikian akan membuat harga menjadi naik.

5. Matched Orders

Teknik yang memfasilitasi pre-arranged trade (perdagangan yang telah diatur sebelumnya), dimana pihak yang terkait melakukan transaksi atas order tertentu yang telah disetujui dengan pihak lainnya.


(1)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Penegakan hukum terhadap kejahatan pasar modal, diartikan bahwa tindak pidana pasar modal merupakan tindak pidana yang mempunyai karakteristik khas. Karakteristik itu antara lain meliputi: Pertama, barang yang menjadi objek dari tindak pidana adalah informasi. Kedua, pelaku tidak mengandalkan fisik, akantetapi kemampuan membaca situasi pasar serta memanfaatkan secara maksimal. Tindak pidana pasar modal yang dimaksud oleh Undang-Undang Pasar Modal adalah tindak pidana penipuan dan tindak pidana manipulasi pasar. Di samping itu dalam rangka memberikan perlindungan terhadap investor dan penegakan hukum maka Bapepam merupakan suatu lembaga regulator yang berperan melakukan pengawasan dan penyelidikan kejahatan di pasar modal. Bapepam merupakan palang pintunya hukum pasar modal. Lembaga ini merupakan benteng sekaligus ujung tombak dalam melakukan law enforcement dari kaedah-kaedah hukum pasar modal. 2. Kewenangan Bapepam selaku peyidik dan penyelidik tindak pidana pasar modal mengalami

beberapa hambatan diataranya penyidik bapepam yang telah menyelesaikan penyidikannya, kemudian menyerahkan hasil penyidikannya tersebut kepada Kejaksaan selaku penuntut umum, melalui penyidik Kepolisian. Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan tersebut ternyata masih kurang lengkap, penuntut umum segera mengembalikan berkas perkara itu kepada penyidik disertai petunjuk untuk dilengkapi" . Seringkali berkas yang telah diserahkan kembali dengan


(2)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

disertai petunjuk oleh penuntut umum kepada penyidik Bapepam dirasakan sangat susah untuk dipenuhi, Akibat dari adanya keadaan yang tidak pasti seperti ini, menyebabkan kepastian penyelesaian suatu perkara tindak pidana pasar modal menjadi semakin tidak menentu, padahal dalam kasus tersebut terdapat kepentingan pemodal dan masyarakat yang memiliki dana didalamnya menjadi ikut tidak menentu pula. Kesulitan dalam hal pembuktian dan memenuhi petunjuk (P-18) dari jaksa selaku penuntut umum di dalam memberikan petunjuknya, diakui oleh penyidik bapepam sebagai salah satu sebab, sulitnya memenuhi petunjuk tersebut. Karena jaksa belum terbiasa dengan unsur-unsur yang terkandung di dalam rumusan pasal-pasal tentang tindak pidana yang diatur dalam Undang-undang Pasar Modal. Hal ini berkaitan dengan terbatasnya kemampuan penguasaan ilmu pasar modal dari perangkat hukum yang ada, mulai dari polisi, kejaksaan sampai hakim di pengadilan. Di samping itu kerangka hukum yang diterapkan oleh Bapepam dalam penanganan tindak pidana pasar modal lebih memfokuskan pada penyelesain sanksi administratif.

3. Sistem pemidanaan dalam kerangka penegakan hukum yang dilakukan oleh sistem peradilan pidana (criminal justice system) pada tindak pidana di bidang pasar modal sebagai tindak pidana khusus merupakan suatu gerak sistemik dari subsistem-subsistem pendukungnya yaitu Bapepam, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, Lembaga Pemasyarakatan yang secara keseluruhan dan merupakan satu kesatuan yang berusaha mestranformasikan tujuan sistem peradilan pidana yang berupa resosilisasi pelaku tindak pidana, pencegahan kejahatan dan kesejahteraan masyarakat. Penerapan sanksi pidana di dalam sistem pemidanaan


(3)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

pasar modal telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 yang mengklasifikasi tindak pidana di bidang pasar modal menjadi dua macam, yaitu kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal. Dari kasus-kasus pelanggaran perundang-undangan pasar modal selama ini belum ada satu kasus yang penyelesaiannya melalui jalur kebijakan pidana, tetapi melalui penjatuhan sanksi administrasi yang penyelesaiannya dilakukan oleh dan di Bapepam. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 telah meletakkan kebijakan kriminal melalui hukum pidana terhadap tindak pidana pelanggaran pasar modal dalam Pasal 103 ayat (2), yaitu pelanggaran Pasal 23, Pasal 105, dan Pasal 109 dan menetapkan adanya kewajiban keterbukaan terhadap fakta materiil.

B. Saran

1. Arti pentingnya pasar modal sebagai intrumen keuangan terutama yang berkaitan dengan efek ditujukan untuk kepentingan para investor. UUPM sebagai instrumen berisikan tentang norma-norma hukum yang mengatur tentang kegiatan pasar modal agar terlindunginya para investor. Salah satu pengaturan tentang perlindungan terhadap investor adalah terlindunginya investor dari praktek-praktek curang pada transaksi-transaksi efek dipasar modal, misalnya terjadinya insider traiding dan pelanggaran atas kewajiban keterbukaan di pasar modal. Untuk itu diharapkan dalam penegakan hukum di pasar modal maka Bapepam harus memperhatikan dan menerapkan sistem pemidanaan bagi pelaku tindak pidana pasar modal. Disamping itu sangat diperlukan pemberdayaan hak-hak investor yang salah satunya adalah memberikan hak kepada Bapepam untuk meminta kepada Hakim


(4)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

agar mengembalikan hasil kejahatan dari pelaku (disgorgement). Hal ini disebabkan tindak pidana pasar modal merupakan kejahatan yang menggunakan informasi orang dalam dan manipulasi harga.

2. Pelaksanaan tugas Bapepam selaku penyidik pada tindak pidana pasar modal harus didukung oleh keterpaduan sistem peradilan pidana dalam menerapkan sanksi pemidanaan bagi pelaku. Untuk itu diharapkan adanya keterpaduan sistem peradilan pidana dalam penanganan tindak pidana di bidang pasar modal. Diharapkan juga penerapan sistem pemidanaan dalam kerangka penegakan hukum terhadap pelaku dengan tidak mengabaikan sanksi-sanksi lainnya yang diatur dalam pasar modal melalui proses penyidikan dan dakwaam secara kumulatif.

3. Penegakan hukum melalu impelemtasi sistem pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana pasar modal dengan tujuan terlindunginya para investor mengharuskan dalam melaksanakan fungsi penegakan hukum maka Bapepam lebih bersikap proaktif bila terdapat indikasi pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal. Dengan melakukan pemeriksaan dan atau penyidikan yang didasarkan kepada laporan atau pengaduan dari pelaku-pelaku pasar modal. Data tersebut dianlisis oleh Bapepam dan dari hasil tersebut dijadikan konsumsi publik dengan melakukan pemberitaan melalui media massa. Di samping itu diperlukan pemahaman sistem peradilan pidana dalam menerapkan pemidanaan bagi pelaku dengan mengedepankan keterbukaan fakta materiil sebagai unsur pembuktian tindak pidana khusus pasar modal.


(5)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Aditya jayaantara I. B. Pelanggaran dan Kejahatan di Pasar Modal, Disampaikan dalam Lokakarya terbatas Tentang Transaksi Pasar Modal akarya : Globalisasi. 2004.

Bologna, et. Al. , Fraud and Commercial Crime New York : John Wiley & Son, inc. , 1993

Fuady Munir, Praktek Hukum Pasar Modal Indonesia, Disampaikan pada Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) Angkatan ke-II. Diselenggarakan oleh delapan organisasi Advokat bekerjasama dengan Universitas Indonesia. Jakarta. 2005

---, Pasar Modal Moderen, Buku ke-1Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001

Mertokusumo Sudikno, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar Yogjakarta:Liberty, 1995

Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Hukum Pidana Bandung: Alumni, 1993

Muladi, Kapita Selekta Siatem Peradilan PidanaI, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1995

Nasution Bismar,Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum,disampaikan pada dialog Interaktif TentangPenelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum Pada Majalah Akreditasi,Fakultas Hukum USU, Tanggal 18 Februari 2003

Rahardjo Satjipto, Masalah Penegakan Hukum, Bandung: Sinar Baru 1988

Reksodiputro Mardjono, Kemajuan Pesnbangunan Ekonomi dan Kejahatan, Kumpulan karangan buku kesatu Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan pengabdian Hukum , d/h Lembaga Kriminologi, 1994.

Safitri Indra, Catatan Hukum Pasar Modal, Kumpulan Gores Pena yang Pernah Henjadi Buah Bibir Pelaku Pasar Jakarta: Go Global Book / Book Publishing Division Safitri&co, 1998

Soekanto Soerjono , Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Edisi Baru Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002

---, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 1983.


(6)

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

--- Penegakan Hukum, Jakarta: BPHN, 1983

B. Makalah, Jurnal, Internet

Arief, Barda Nawawi. Tindak Pidana Pasar Modal. Pusat Pengkajian Hukum.Revisi Undang-Undang Pasar Medal khususnya berkaitan dengan ketentuan pidana Bab XI-XVI.Jakarta, 5 Juli 2001.

Rajagukguk, Erman. Kemungkinan-kemungkinan Tindak Pidana Dalam Kegiatan Pasar Modal. Seminar sehari Potensi-potensi Kejahatan di Bursa Efek. Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 28 September 1996.

Harkrisnowo, Harkristuti. Tanggapan Atas Perubahan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Dari Perspektif Hukum Pidana. Pusat Pengkajian Hukum, Revisi Undang-Undang Pasar Modal khususnya berkaitan dengan ketentuan pidana Bab XI-XVI.Jakarta, 5 Juli 2001.

Fuadi, Munir. Praktek Hukum Pasar Modal Indonesia. Disampaikan pada Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPAJ) Angkatan ke-II. Diselenggarakan oleh 8 organisasi Advokat bekerjasama dengan Universitas Indonesia. Jakarta, 2005

Taufani, Elfira. Penegakan Hukum Di Bidang Pasar. Hasil Penelitian : Analisis Terhadap Kebijakan Kriminal Dan Penegakan Hukm Di Dalam Tindak Pidana Pasar Modal, Universitas Sriwijaya, Januari 2005

C. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Undang-Undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.

Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 1995 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal

Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.