10
f Mengakses file, yaitu kemampuan untuk membaca file yang berbeda record-
nya dan berbeda formatnya. g
Mengelompokkan data berdasarkan kriteria tertentu. h
Mengorganisasikan file, seperti menyortasi dan menggabungkan. i
Membuat laporan, mengedit, dan memformat keluaran. j
Membuat persamaan dengan operasi rasional AND; OR; =; ; ; ; IF
2 Perangkat TABK
Untuk dapat meggunakan TABK dalam pemeriksaan, pemeriksa memerlukan sejumlah perangkat yang berupa perangkat keras hardware dan
perangakat lunak software. Perangkat keras yang dibutuhkan untuk menggunakan TABK antara lain:
a Komputer, dapat berupa laptopnotebook atau komputer desktop.
b Media penyimpanan data eksternal, seperti floppy disk, compact disk CD,
flash disk, dan external hard disk. c
Perangkat lunak yang diperlukan untuk TABK di antaranya adalah perangkat lunak pemeriksaan generalized audit software, perangkat lunak pengeolah
angkat spreadsheet software, dan perangkat lunak pengolah data database software.
2.1.6 Pelatihan Profesional
Pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama dalam hal pengetahuan knowledge, kemampuan abilty,
11
keahlian skill dan sikap attitude Bulchia 2008. Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir
dimana staf mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas Ayuni, 2008. Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa pelatihan merupakan suatu proses pendidikan jangka pendek guna memeroleh dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang
khusus agar mampu untuk melakukan sesuatu. Pelatihan bisa diselenggarakan oleh organisasi profesi atau dilakukan
secara mandiri oleh kantor akuntan publik terhadap staf auditor. Pelatihan ini harus cukup mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Pelatihan di sini
dapat berupa kegiatan-kegiatan, seperti seminar, simposium, pelatihan lokal karya itu sendiri dan kegiatan penunjang keterampilan lainnya.
2.1.7 Etika Profesi
Arens 2010:67 mendefinisikan etika secara umum sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Perilaku beretika diperlukan oleh masyarakat agar
semuanya dapat berjalan secara teratur. Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan
seperangkat prinsip –prinsip moral yang mengatur tentang perilaku profesional.
Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku
bisnis. Merujuk pada klasifikasi profesi secara umum, maka salah satu ciri yang membedakan profesi-profesi yang ada adalah etika profesi yang dijadikan sebagai
12
standar pekerjaan bagi para anggotanya. Etika profesi diperlukan oleh setiap profesi, khususnya bagi profesi yang membutuhkan kepercayaan dari masyarakat
seperti profesi auditor. Masyarakat akan menghargai profesi yang menerapkan standar mutu yang tinggi dalam pelaksanaan pekerjaannya.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia IAI menyatakan prinsip etika profesi dalam kode etik Ikatan Akuntansi Indonesia merupakan pengakuan profesi
akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan Halim, 2008:29. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggungjawab
profesionalnya dalam melakukan pekerjaanya termasuk dalam membuat keputusan pemberian opini. Hal ini didukung dengan pendapat Gordon F.
Woodbine dan Joanne Liu 2010 yaitu moralitas memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku
terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi. Prinsip etika merupakan kerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia terdapat delapan prinsip etika yaitu:
1 Tanggung jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegiatan yang dilakukannya.
13
2 Kepentingan publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme. 3
Integritas Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
4 Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5 Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi,
dan ketekunan,
serta mempunyai
kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memeroleh
manfaat dari jasa profesionalnya yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.
6 Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa pesetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
14
7 Perilaku profesional
Setiap anggota berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8 Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.
2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian