Relasi Masyarakat Melawi Dengan Masyarakat Tionghoa

59 tidak sedikit dari para orang tua yang menggunakan bahasa indonesia dan bahasa daerah dengan mencampurkan nadalogat khas bahasa cina. Masyarakat di kabupaten Melawi bukan hanya terdiri dari satu atau dua suku saja, melainkan banyak sekali suku-suku yang lain seperti Dayak, Melayu dan beberapa suku pendatang lainnya. Suku Dayak sendiri terdiri dari berbagai macam sub-suku sehingga di daerah yang satu dengan daerah lainnya suku Dayaknya bisa saja berbeda dan bahasa yang digunakan pun juga berbeda. Tidak sedikit dari mereka yang mengerti dan paham penggunaan bahasa Indonesia. Menariknya masyarakat Tionghoa yang berada di Melawi bisa menyesuaikan dengan cepat bagaimana penggunaan bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat setempat, dan mereka dapat dengan cepat menggunakan bahasa setempat juga walaupun masih banyak yang salah dalam pengucapannya.

IV.3. Relasi Masyarakat Melawi Dengan Masyarakat Tionghoa

Relasi atau hubungan yang terjadi di satu atau kelompok masyarakat merupakan hal yang sudah semestinya, banyaknya interaksi dan komunikasi antara beberapa orang atau kelompok akan menimbulakan suatu relasi diantara mereka. Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian akan diri sendiri. Hal ini juga tampak pada masyarakat Tionghoa dengan masyarakat Melawi hubungan mereka terjalin karena adanya hal-hal yang telah disebutkan di atas. Seperti pertukaran barang dengan barang barter merupakan hal utama yang masih sering dilakukan sampai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 sekarang dan ini menjadikan hubungan antara mereka menjadi baik antara satu dengan lainnya. Seperti yang telah dijelaskan di sub-bab pada bab ini, dari jenis pekerjaan yang mereka kerjakan hampir sama persis dan itu merupakan cara agar mereka dapat bekerjasama dalam hal pekerjaan dan lainnya. Ketika masyarakat Tionghoa membangun toko sembako, membuka ladang, membuka lahan perkebunan baru, dan mendirikan rumah masyarakat Tionghoa tidak bisa bekerja sendirian untuk membangun semua itu dan yang sering membantu mereka adalah masyarakat Dayak. Saling membantu antar suku untuk membangun hubungan antar sesama atau berbeda suku merupakan hal yang harus terus dilakukan oleh setiap masyarakat. Hubungan antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat Dayak dan Melayu di kabupaten Melawi sangatlah baik. Hal ini terbukti dari penerimaan mereka terhadap masyarakat Tionghoa yang selalu baik dan mau berbagi lahan pekerjaan yang mana untuk di daerah Melawi sendiri lahan kosong yang dapat dijadikan sebagai lahan pekerjaan masih banyak dan harus membeli dari pemilik lahan tersebut. Secara khusus pembagian lahan yang berada di kabupaten Melawi selalu berdasarkan dengan suku, suku Melayu memiliki lahan di bagian hulu, masyarakat Tionghoa memiliki lahan di bagian tengah, dan masyarakat Dayak memiliki lahan di bagian hilir. Uniknya di setiap tempat yang terdapat masyarakat Tionghoa di Melawi, mereka selalu mendapatkan lahan pekerjaan di bagian tengah dan pasti dikelilingi oleh masyarakat Dayak dan Melayu. Hal ini sudah terjadi dari dulu dan masih ada sampai saat ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 Interaksi yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa kepada masyarakat Melawi sangat baik dan dari interaksi tersebut dapat terjalin suatu kerjasama terutama di bidang ekonomi dan dalam hal ini adalah perdagangan sembako. Pada awal perdagangan sembako yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi, mereka banyak menjual makanan saja seperti telur, sayur- sayuran, daging, dan beberapa bahan makanan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menjual barang-barang sembako tersebut mereka bisa berinteraksi dengan masyarakat yang berada di kabupaten Melawi, keperluan yang dijual sangat diperlukan oleh orang-orang setempat. Berkaitan dengan pembahasan di atas, metode penjualan yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa dalam menjual barang-barang sembako adalah dengan berbagai cara seperti barter menggunakan beras dan pakaian. Pada perkembangannya penggunaan barter ini masih dilakukan sampai sekarang terutama di daerah pedalaman, untuk di daerah perkotaan mereka menggunakan cara promosi dengan harga yang murah dan dengan harapan mereka bisa mendapatkan pelanggan yang banyak. Hal tersebut berhasil dan selalu menjadi cara andalan dalam melariskan penjualan barang-barang sembako mereka. Hubungan yang terjalin antara masyarakat Melawi dengan para pendatang sangatlah baik, tanpa melihat ras dan suku mereka. Hal serupa juga terjadi kepada masyarakat Tionghoa yang datang dan berjualan sembako di dearah masyarakat Melawi ini. Sikap toleransi dan saling membatu selalu diterapkan oleh masyarakat Melawi dengan siapapun baik saudara, keluarga, ataupun kenalan yang mereka anggap berhak dan pantas untuk mendapatkannya. Saling membantu dan gotong PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 royong membuat manusia dapat bersosialisai, saling membantu, dan saling mengenal satu dengan lainnya. Hubungan yang terjalin dari hal tersebut yang membuat setiap kelompok masyarakat dapat menyatu dengan kelompok masyarakat lainnya. Penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi salah satu kunci untuk dapat berkomunikasi dengan masyarakat lain yang berada di Indonesia, hal ini sangat tampak dalam kehidupan kita mulai dari jaman dahulu sampai sekarang ini. Dalam masyarakat Dayak khususnya pengguanaan bahasa Indonesia masih bisa dibilang sangatlah kurang dan tidak sedikit diantara mereka yang tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia sampai saat ini. Biasanya yang seperti penjelasan di atas adalah para orang tua yang pada masa mudanya tidak mendapatkan pendidikan dan sering hidup dibagian pedalaman serta sangat jarang berkomunikasi dengan masyarakat pendatang seperti saat ini. Walaupun penggunaan bahasa mereka masih sedikit terbata-bata dan tidak lancar, mereka sering mengajak para pendatang untuk saling berkomunikasi didalam sebuah pertemuan yang sering diadakan di daerah mereka. Sebelum datangnya masyarakat Tionghoa ke kabupaten Melawi, untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti sayur, beras, dan kebutuhan lainnya mereka mengambil dari hasil kebun dan tidak setiap hari bisa dipanen untuk keperluan mereka. Dengan adanya perdagangan sembako ini sangatlah membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari tanpa harus menunggu panen dari kebun lagi, bagi mereka perdagangan sembako ini sangatlah menbantu dan mempermudah mereka untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 Dengan adanya perdagangan sembako ini sangat memudahkan siapa saja yang ingin memenuhi kebutuhan mereka dalam kehidupan sehari-hari, hal ini terbukti dengan adanya penjualan barang-barang sembako disetiap pasar modern maupun pasar tradisional, sembako merupakan barang utama yang dicari oleh masyarakat dimanapun dan kapanpun. Peran masyarakat Tionghoa dalam menjual barang-barang sembako mendapatkan apresiasi yang baik dari penduduk setempat seperti yang telah dinyatakan oleh salah satu narasumber dari masyarakat setempat yang telah diwawancarai pada saat sedang membeli barang- barang sembako “bagi saya, dengan adanya penjualan barang-barang sembako dan kebutuhan sehari-hari yang dilakukan oleh orang cina di sini sangatlah membantu kami masyarakat yang datang dari desa” 1 , dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa mereka sangatlah terbantu dengan adanya penjualan barang-barang sembako yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. Dari pernyataan di atas dapat memberikan sesuatu yang menarik yaitu penerimaan masyarakat Melawi terhadap masyarakat Tionghoa sangatlah baik dan terbuka dengan mereka tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Hal tersebut sudah terbukti dan sampai saat ini masih berjalan dengan baik bahkan dengan para pendatang lain yang berasal dari Flores, Jawa dan Batak, penerimaan mereka juga hampir sama persis dengan apa yang telah mereka lakukan dengan masyarakat Tionghoa. 1 Wawancara dengan bapak Yogi, tanggal 16 Januari 2016, di kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi. 64

IV.4. Dampak Perdagangan Sembako