PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA

BAB III PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA

DI KABUPATEN MELAWI III.1. Awal Peralihan Profesi Perpindahan suatu bangsa ke negara lain biasanya dilakukan untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Ada beberapa alasan yang menjadi faktor utama sehingga mereka melakukan migrasi ke negara lain. Seperti wilayah geografis yang kurang menguntungkan untuk bercocok tanam, tanahlahan yang tandus, mengalami kekeringan, tekanan politik dan ekonomi, dan lain sebagainya menjadi alasan utama yang membuat mereka migrasi ke daerahnegara lain. Adapun keterkaitan dengan situasi dan kondisi negara yang sedang merosot akibat perang maupun bencana alam juga menjadi alasan untuk bermigrasi. Pada abad IV, orang-orang Tionghoa telah berlayar ke Indonesia untuk melakukan kegiatan perdagangan. Rute pelayaran para orang Tionghoa untuk melakukan kegiatan perdagangan itu adalah dengan menyusuri pantai Asia Timur dan pulang melalui Kalimantan Barat dan Filipina dengan menggunakan angin musiman. 1 Pada abad VII, hubungan antara Tiongkok dengan Kalimantan Barat sudah semakin sering terjadi, tetapi belum ada yang menetap dan lama kelamaan orang- orang Tionghoa dari Tiongkok mulai berdatangan. 2 1 J.U. Lontaan. Sejarah – Hukum Adat Dan Adat Istiadat Kalimantan – Barat. Bumirestu, Jakarta, 1975. Hal 245. 2 Ibid. 38 Pada abad XVII, bangsa Tionghoa hijrah ke Kalimantan Barat dengan menempuh dua rute. Rute pertama melalui Indocina untuk berlayar menuju ke Malaya dan menyebar ke pantai Sumatera Timur, Kepulauan Bangka-Belitung serta pantai Kalimantan Barat, terutama pantai Sambas dan Mempawah. Rute kedua melalui Kalimantan bagian Utara berlayar untuk ke daerah Paloh dan Sambas kemudian ke pedalaman Sambas dan Mempawah Hulu, hal ini dilakukan guna untuk penggalian dan mendapatkan tambang-tambang emas. 3 Kurang lebih pada abad XVIII, imigran dari Tiongkok datang besar- besaran untuk kepentingan pertambangan emas, karena pada masa itu pemerintah Sambas dan Mempawah menggunakan tenaga-tenaga orang Tionghoa sebagai tenaga wajib rodi untuk dipekerjakan disetiap tambang-tambang emas yang ada di Kalimantan Barat. Rombongan dari Tiongkok yang datang ke daerah Kalimantan Barat adalah “KONGSI” dengan tujuan utamanya adalah mencari emas. Seiring berkembangannya perkongsian-perkongsian dari orang Tionghoa, hal ini secara tidak langsung mengusir orang-orang Dayak yang daerahnya dikuasai oleh perkongsian Tionghoa. Akhirnya orang-orang Dayak pindah ke daerah yang lebih aman dan jauh dari orang-orang Tionghoa. 4 Kedatangan para imigran Tionghoa ke Indonesia dibagi menjadi beberapa kelompok atau suku yang terdiri dari dua provinsi yaitu Fukien dan 3 Ibid., hal 247. 4 Ibid., hal 248. 39 Kwantung. 5 Kelompok-kelompok ini dibedakan berdasarkan perbedaan kultur golongan-golongan subetnis seperti Hokkien, Hakka dan Canton. 6 Berikut adalah orang-orang Tionghoa yang datang ke Indonesia yang dibedakan kedalam beberapa golongan, yaitu : 1. Hokkien, merupakan suku bangsa yang berasal dari provisi Fukien atau Fujien, Tiongkok bagian selatan. Golongan ini merupakan suku bangsa yang pertama kali datang dan menetap di Jawa. Golongan ini merupakan golongan terbesar hingga abad ke-19, dan biasanya mereka bekerja sebagai pedagang maupun buruh. 2. Teochiu, adalah suku bangsa yang berasal dari daerah orang-orang Hokkien. Mereka tinggal di pedalaman Swatow dan sepanjang barat daya kota pelabuhan. Di Indonesia mereka tinggal di sepanjang pantai Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat terutama di Pontianak. Biasanya mereka bermata pencaharian sebagai petani, pedagang sayur dan pertanian komersial lainnya. 7 3. Hakka atau Khek. Orang-orang Hakka berasal dari wilayah utara Kwantung, yaitu suatu daerah yang berbukit-bukit dan tidak begitu subur. Di Indonesia, mereka banyak menetap di Pulau Sumatera, Bangka dan 5 Puspa Vasanty. “Kebudayaan Orang Tionghoa di Indonesia”, dalam Koentjaranigrat. Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan, Jakarta, 1993, hal. 353. 6 G. William Skinner. “Golongan Minoritas Tionghoa”, dalam Melly G. Tan ed. “Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia: Suatu Masalah Pembinaan Kesatuan Bangsa. PT. Gramedia, Jakarta, 1979, hal. 6. 7 Ibid., hal. 7. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 beberapa wilayah lainnya. Pekerjaan mereka lebih banyak di perkebunan dan pertambangan. 8 4. Kwongfu atau Canton, merupakan suku bangsa yang berasal dari Canton dan Macao yang kemudian datang dan bermukim di pantai timur dan selatan Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Kedatangan orang-orang Tionghoa ke Indonesia kebanyakan bekerja di pertambangan timah di daerah Bangka. Orang-orang Canton lebih terkenal sebagai tenaga tukang yang terampil dalam membuat perabotan rumah tangga. 9 Orang-orang Tionghoa yang tersebar ke Indonesia berasal dari suku- bangsa yang telah disebutkan di atas. Dan masyarakat Tionghoa yang berada di kabupaten Melawi kebanyakan berasal dari suku Hakka atau Khek, yang datang untuk bekerja di pertambangan dan perkebunan. Daerah-daerah yang disebutkan merupakan daerah yang sangat penting dalam pertumbuhan perdagangan orang Tionghoa ke seberang lautan. Kepandaian berdagang ini yang ada di dalam kebudayaan suku-suku Tionghoa telah terwariskan selama berabad-abad lamanya dan masih tampak jelas pada orang Tionghoa di Indonesia. Di antara pedagang- pedagang Tionghoa di Indonesia tidak semua suku dari Tiongkok ini berhasil dan hanya beberapa saja yang berhasil. Hal ini juga disebabkan karena sebagian besar dari mereka sangat ulet, tahan uji, hemat, sederhana, tanggung-jawab, kerjasama, kuat dan rajin. 8 Drs. Hidayat ZM. “Masyarakat Dan Kebudayaan Tionghoa di Indonesia”. Tarsito, Bandung, 1997, hal. 22. 9 G. William Skinner. Op. Cit., hal. 8. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 Keberhasilan sebagai pedagang yang telah diwarisi tentu juga telah mewariskan sifat-sifat yang dapat mendukung keberhasilan tersebut seperti sifat disiplin, efisien, energik, fokus, gesit, jeli, kerja keras, kreatif, rajin, ramah, sabar, semangat, tanggungjawab, tekun, teliti, tepat waktu, teratur, terkendali, dan ulet. Semua sifat-sifat ini tentu tidak begitu saja dimiliki, tetapi sangat berkaitan dengan sistem pendidikan panjang sejak lahir pembudayaan yang diwarisi oleh warga Tionghoa. Rupanya keberhasilan dalam suku-suku pedagang inilah yang menjadi stempel umum yang dilihat sebagai etos kerja yang perlu diteladani, tanpa memperhatikan imigran Tionghoa lain, yang berasal dari suku-bangsa lain, kebanyakan dari mereka tidak berprofesi di dunia perdagangan, dan banyak juga yang hidup dalam kemiskinan. Para imigran Tionghoa yang datang ke Indonesia dalam berbagai golongan ini menunjukkan bahwa mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda dan dengan kondisi daerah yang berbeda juga. Kedatangan para imigran Tionghoa ke Indonesia secara garis besar mempunyai alasan yang sama, yaitu keadaan politik dan ekonomi yang melanda Tiongkok, sehingga untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik mereka harus bermigrasi. Kedatangan Masyarakat Tionghoa ke Indonesia semakin meningkat setelah munculnya kota-kota dagang di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan wilayah lainnya. Kota-kota dagang tersebut muncul seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pemukiman orang-orang Tionghoa yang diikuti juga dengan perkembangan perekonomian di wilayah tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 Kurang lebih pada abad XVIIIXIX, penyebaran orang-orang Tionghoa di Kalimantan Barat telah sampai ke pedalaman. Penyebaran terjadi karena persediaan tambang emas sudah mulai berkurang dan mereka harus segera mencari tempat-tempat baru untuk mendapatkan emas. Hal ini yang menyebabkan banyaknya orang-orang Tionghoa yang menetap dan menikah dengan masyarakat Dayak dan Melayu yang berada dipedalaman dan perkotaan, dengan demikian penerimaan masyarakat lokal terhadap orang-orang Tionghoa mulai terjadi karena orang-orang Tionghoa yang datang kepedalaman adalah mereka yang datang hanya untuk bekerja bukan pemerintah atau pun anggota penting dari perkongsian. 10 Perkembangan setelah kemerdekaan Indonesia, banyak masyarakat Cina atau sering disebut orang Tionghoa yang menetap dan menjadi warga negara Indonesia. Mereka yang awalnya bekerja dipertambangan emas dan perkebunan telah beralih profesi, ada yang menjadi pedagang kecil, pemilik modal usaha, dan pembisnis. Peralihan profesi ini terjadi karena beberapa faktor seperti mulai sulitnya mencari lahan untuk pertambangan emas, pemilik lahan pertambangan yang sudah tidak mengoperasikan pertambangan emas, dan mulai banyak yang pindah keperkebunan serta usaha lainnya. Terlebih khusus masyarakat Tionghoa yang berada di kabupaten Melawi, mereka telah beralih profesi dari pekerja tambang menjadi pemilik modal usaha dan pedagang sembako untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, hal tersebut dilakukan karena untuk bertahan hidup dengan alasan mencari pertambangan emas sudah sangat sulit untuk dewasa ini. 10 J.U. Lontaan. Op. Cit., hal 246. 43 Seperti jawaban oleh salah seorang narasumber ketika menjawab pertanyaan mengenai peralihan profesi “Pertambangan emas khsusunya di wilayah Melawi memang sudah sangat banyak dan itu tidak akan bertahan lama, karena model petambangannya yang masih berpindah-pindah dan juga harus mencari daerah yang banyak memiliki sumber emasnya. Maka dari itu saya memilih menjadi pedagang saja dan berdagang sembako juga bisa menghasilkan uang serta bisa membantu memenuhi keperluan masyarakat sehari- hari”. 11 Dilihat dari penuturan oleh narasumber, maka peralihan profesi merupakan jalan keluar bagi masyarakat Tionghoa khususnya yang berada di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Peralihan profesi dari penambang emas ke pengusaha dan pedagang adalah cara yang dipilih oleh masyarakat Tionghoa, dan ada juga yang menjadi pemilik modal untuk membuka usaha disektor ekonomi, seperti menyediakan tempat yang bisa disewa untuk berjualan buah-buahan, makanan ringan, dan warung makan. Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan lahan yang telah mereka beli dari pemilik lahan tersebut. Peralihan profesi ini bukan hanya semata-mata untuk tidak bekerja lagi di penambangan emas. Peralihan ini dikarenakan faktor ekonomi pada masa itu dan untuk memperbaiki hal tersebut, masyarakat Tionghoa yang berada di Kabupaten Melawi beralih profesi dari penambang emas menjadi pedagang sembako. Penambangan emas masih dilakukan tetapi tidak sesering seperti sebelumnya. 11 Wawancara dengan bapak Khong Fu Khiu, tanggal 04 Januari 2016, di kecamatan Ella, Kabupaten Melawi. 44 Kesadaran akan pentingnya kebutuhan hidup sehari-hari, maka berdagang atau berjualan sembako menjadi alternatif utama bagi masyarakat Tionghoa yang berada di Kabupaten Melawi. III.2. Pencapaian dan Hambatan Setiap pekerjaan pasti akan memiliki cara bagaimana untuk mencapai hasil yang maksimal dan juga memiliki cara untuk mengatasi hambatan didalam mencapai hasil tersebut. Pencapaian merupakan hasil dari setiap usaha dan pekerjaan yang telah diusahakan dari awal atau mulai berdirinya usaha tersebut. Sedangkan hambatan merupakan hal yang terjadi dan pasti dirasakan oleh semua kalangan masyarakat yang memiliki usaha dibidang apa pun maupun tidak memiliki usaha. Masyarakat Tionghoa di Kalimantan Barat memang selalu membawa budayanya yakni dengan budaya berdagang dengan barang apapun yang mereka miliki. Hal ini masih dilakukan sampai saat ini dan sudah menjadi warisan turun- temurun kepada anak cucu mereka. Pencapaian yang telah dilakukan oleh masyarakat Tionghoa selama mereka melakukan perdagangan sembako adalah penciptaan peluang kerja bagi masyarakat Tionghoa sendiri dan bagi masyarakat lokal daerah Kalimantan Barat. Hal ini mereka lakukan agar kerjasama yang telah mereka capai selama ini dengan masyarakat Melawi dapat berjalan dengan baik dan terbina dengan baik. Adapun beberapa pecapaian yang telah dilakukan oleh masyarakat Tionghoa adalah sebagai berikut; pembukaan peluang kerja dibidang ekonomi khususnya 45 perdagangan sembako, bahan-bahan bangunan, lahan perkebunan karet, dan berbagai macam bidang lainnya. Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi banyak melakukan perubahan-perubahan terutama dibidang ekonomi. Dari mulai berkembangnya pembelian barang-barang sembako secara besar-besaran sampai pengaktifan kembali pasar-pasar yang sudah lama tidak beroperasi. Hal ini dinilai mampu menaikan tafar hidup masyarakat Tionghoa dan masyarakat kabupaten Melawi. Pengatifan kembali pasar-pasar yang telah lama tidak beroperasi ini bertujuan untuk dapat memudahkan penjualan bahan makanan yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Banyak juga yang melakukan penjualan barang-barang sembako sampai ke kecamatan-kecamatan pedalaman, hal ini mereka lakukan agar masyarakat di pedalaman pun bisa merasakan dan menikmati apa yang tersedia di daerah perkotaan terutama bahan-bahan sembako. Rusaknya jalan untuk menuju ke setiap kecamatan-kecamatan tidak membuat masyarakat Tionghoa berhenti, mereka menggunakan sepeda motor yang diberi keranjang agar dapat membawa barang-barang sembako dalam jumlah yang cukup banyak sehingga persediaan barang sembako tersebut dapat tercukupi meskipun harus menempuh perjalanan dari kabupaten Melawi kurang lebih satu sampai dua jam untuk sampai ke setiap kecamatan-kecamatan bagian pedalaman tersebut. Saat musim penghujan pun meraka tetap melakukan perjalanan untuk menjual barang-barang dagangan mereka, bahkan tidak bisa terelakan saat musim hujan para pedagang ini harus rela menunggu sampai jalan yang mereka lalui benar-benar bisa dilewatikering. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 Jalan utama untuk sampai ke setiap kecamatan bagian pedalaman ini masih tanah kuning dan pemerintah juga merasa kesulitan untuk memperbaiki jalan karena jarak tempuh dan medan yang lumayan sulit dilalui. Bagi masyarakat Tionghoa, hal ini merupakan suatu peluang untuk mendagangkan barang-barang sembako mereka kepada masyarakat kabupaten Melawi yang bertempat tinggal di kecamatan bagian pedalaman. Dengan demikian kemudahan untuk berinteraksi dengan masyarakat kecamatan bagian pedalaman dapat dengan mudah dilakukan. Penggunaan bahasa daerah setempat menjadi modal utama bagi masyarakat Tionghoa agar dapat dengan mudah berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Hal ini menjadi modal utama mereka untuk melariskan barang dagangan mereka. Hambatan memang selalu ada dalam setiap kegiatan apapun. Dalam perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi, Kalimantan Barat pun mengalami hambatan yang cukup sulit seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan di atas. Pada saat memasuki musim kemarau, para pedagang sembako yang menggunakan sepeda motor untuk berjualan ke setiap kecamatan-kecamatan bagian pedalaman mengalami kesulitan dengan kondisi jalan yang begitu berdebu karena jalan untuk mencapai ke setiap kecamatan tersebut harus melalui jalan- jalan yang biasanya dilewati oleh Logging, 12 hal ini menyebabkan sulitnya penglihatan dengan jarak yang cukup jauh. Sehingga tidak menutup kemungkinan 12 Logging adalah alat berat yang biasanya digunakan untuk mengangkat kayu dan bahan-bahan material yang diperlukan oleh perusahaan setempat. 47 terjadinya kecelakaan antar kendaraan ataupun terjatuh karena tergelincir dengan kondisi jalan yang berkerikil.. Tidak jauh berbeda dengan musim kemarau, pada saat musim hujan pun jalan yang dilalui oleh para pedagang sembako ini juga menggunakan jalan utama. Ada sedikit perbedaan ketika musim hujan, para pengendara harus rela menunggu sampai berjam-jam bahkan tidak menutup kemungkinan mereka kembali lagi ke kabupaten sampai jalan yang akan mereka lalui benar-benar aman untuk melanjutkan perjalanan agar bisa kembali berjualan ke setiap kecamatan- kecamatan pedalaman. Hambatan saat menggunakan jalur darat tidak jauh berbeda dengan jalur sungai. Penggunaan jalur sungai ini merupakan cara lama yang bisa dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. Penggunaan kapal bandong 13 untuk mengangkut barang-barang sembako jauh lebih banyak muatannya jika dibandingkan dengan sepeda motor yang menggunakan keranjang. Muatan kapal bandong dapat mencapai satu ton, tergantung ukuran dari kapal tersebut dan untuk sampai ke kecamatan bagian pedalaman memakan waktu dua sampai tiga hari.. Tidak jauh berbeda dengan pembahasan sebelumnya, saat musim hujan air sungai akan naik pasang. Hal ini akan memudahkan bagi para pengemudi motor bandung untuk pergi ke kabupaten, jarak yang ditempuh adalah satu hari perjalanan tanpa membawa barang-barang sembako menggunakan jalur sungai. Saat kembali ke setiap kecamatan dengan membawa barang-barang sembako yang 13 Kapal bandong adalah kapal dengan ukuran sedang yang dapat memuat barang- barang sampai satu ton. Kapal ini sudah menggunakan mesin Mitsubisimesin Truck agar dapat dengan mudah dan cepat dalam perjalanan membawa barang-barang sembako dan material . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 sudah terisi penuh memerlukan waktu dua sampai tiga hari perjalanan karena harus melawan arus sungai untuk dapat sampai ke kecamatan. Pada saat musim kemarau, kapal-kapal bandong ini tidak dapat beroperasi seperti biasanya, hal ini disebabkan oleh turunsurutnya air sungai. Pada saat kemarau, masyarakat Tionghoa biasanya mengirim barang sembako menggunakan mobil-mobil yang mudik ke setiap kecamatan-kecamatan bagian pedalaman dan barang muatan hanya separuh saja karena mobil-mobil tersebut juga membawa penumpang yang mudik. Hambatan-hambatan tersebut tidak menjadi suatu masalah yang sulit bagi masyarakat Tionghoa untuk terus menjual barang-barang sembako milik mereka. Dengan adanya perbaikan jalan menuju ke kecamatan-kecamatan hal ini menjadi salah satu kesempatan yang baik bagi mereka agar dapat melanjutkan penjualan barang sembako ke setiap kecamatan pedalaman. Adanya hambatan dalam proses perdagangan merupakan hal yang sudah biasa terjadi. Dengan adanya hambatan maka pencapaian dari hasil perjuangan para masyarakat Tionghoa yang berprofesi sebagai pedagang akan sangat bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi masyarakat Melawi. III.3. Perkembangan Perdagangan Sembako Saat Ini Berkembanganya suatu daerah sangat tergantung pada pemerintahan. Bagimana cara pemerintah daerah tersebut dapat memajukan sistem pendidikan, ekonomi, politik, dan sistem-sistem lainya. Dalam hal ini, masyarakat Tionghoa juga berpengaruh pada beberapa sistem tersebut seperti pendidikan dan ekonomi. 49 Mereka selalu membantu dalam kedua hal tersebut. Mereka menyakini bahwa dengan berkembangnya kedua hal diatas maka suatu daerah dapat berkembang. Pada masa awal perdagangan sembako di Kabupaten Melawi, hanya masyarakat Tionghoa saja yang berjualan. Perkembangannya berikutnya penyebaran masyarakat Tionghoa yang berprofesi sebagai pedagang sembako sudah mulai banyak masuk ke beberapa tempat bukan saja hanya di Kabupaten Melawi, bahkan sampai ke kecamatan bagian dalam pun dapat dijumpai masyarakat Tionghoa yang berjualan sembako. Tahun 2004 adalah periode pertama Melawi menjadi Kabupaten. Sama seperti kabupaten-kabupaten lainnya, Kabupaten Melawi juga mengalami perubahan-perubahan yang cukup mencolok baik dibidang pemerintahan, sosial budaya dan ekonomi. Perbaikan diberbagai bidang pun dilakukan agar perkambangan kedepannya semakin membaik. Pada bidang infrastruktur perbaikan jalan menuju ke setiap kecamatan-kecamatan pun sudah dilakukan. Tahun 2005, pemerintah daerah memusatkan perhatiannya untuk perbaikan jalan menuju ke kecamatan-kecamatan kecil bagian dalam dan mulai banyak berdiri tempat-tempat yang akan digunakan untuk berjualan seperti bahan pangan, sandang dan papan di Melawi sampai di kecamatan bagian dalam. Perbaikan ini ditujukan untuk keperluan masyarakat di bagian kecamatan- kecamatan, dan juga untuk memudahkan penjualan barang-barang yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Tahun 2006, pendidikan mulai lebih diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Melawi. Pada tahun ini hampir di setiap kecamatan-kecamatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 memiliki sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas sehingga anak-anak dari setiap kecamatan tidak perlu lagi harus ke kabupaten untuk melanjutkan sekolah tingkat lanjut mereka. Pentingnya pendidikan pada usia dini sangatlah diperlukan, agar anak-anak tidak tertinggal dari perkembangan dunia yang semakin modern. Pada tahun ini pun perkambangan dari proses penjualan sembako juga dilakukan melalui jalur sungai Melawi menggunakan kapal untuk membawa barang-barang sembako. Orang Tionghoa merupakan pelaku utama dalam penjualan ini. Tahun 2007 merupakan tahun ketiga Melawi menjadi Kabupaten, perkembangan dan perbaikan di segala bidang sudah memadai. Hal ini memberikan kemudahan untuk masyarakat yang bertempat tinggal di kecamatan- kecamatan pedalaman agar bisa dengan mudah menuju kota kabupaten untuk mengurus berbagai macam hal-hal yang bersangkutan dengan pemerintahan dan perekonomian. Serta di tahun 2008 khususnya dibidang perekonomian para pedagang sudah menyebar sampai ke pedalamankecamatan-kecamatan bahkan masyarakat Tionghoa pun mulai menyebar juga sampai di setiap kecamatan-kecamatan di Kabupaten Melawi. Dengan diperhatikan dan telah dikembangkannya hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka suatu daerah akan dengan cepat menyesuaikan keadaan daerah tersebut dengan keadaan yang berada di daerah lain. Begitu juga dengan perdagangan sembako, dalam hal ini perkembangan perdagangan sembako dapat 51 berkembang dengan cepat seiring dengan keadaan sosial masyarakat yang semakin membaik. Pada awalnya para pedagang sembako yang mayoritas adalah masyarakat Tionghoa ini bertempat tinggal di kabupaten Melawi. Semakin banyak keperluan masyarakat setempat akan sembako, maka masyarakat Tionghoa yang pada awalnya bertempat tinggal di kabupaten sampai pindah ke setiap kecamatan- kecamatan pedalaman untuk terus menjual sembako. Karena adanya rasa atau hubungan kekeluargaan dengan masyarakat setempat, penjualan barang sembako dapat dengan mudah dilakukan dan semakin berkembang. Seiring berkembangnya waktu dan permintaan dari masyarakat setempat akan barang-barang kebutuhan sehari-hari, proses penjualan barang-barang sembako yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi mengalami peningkatan yang cukup mencolok yaitu pengiriman barang-barang sembako lebih cepat dibandingkan dengan biasanya. Hal ini yang membuat perkembangan dan penyebaran orang-orang Tionghoa ke setiap kecamatan bagian pedalaman semakin meningkat.

BAB IV HUBUNGAN MASYARAKAT MELAWI DENGAN