Batuan Logam Landasan Teori

Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim

2.2. Batuan Logam

Logam-logam yang terdapat dalam batuan dapat berupa logam murni atau suatu senyawa dan campuran dengan logam lain yang disebut amalgam. Di daerah-daerah yang telah disebutkan di atas di Indonesia terdapat batuan logam kebanyakan dalam bentuk senyawa. Oleh karena itu, dalam teknologi pemurniannya harus dilakukan dengan penanganan yang spesifik tergantung pada senyawa yang dibentuknya. Batuan adalah sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. Lapisan lithosphere di bumi terdiri dari batuan, sedangkan mineral adalah substansi yang terbentuk karena kristalisasi dari proses geologi, yang memiliki komposisi fisik dan kimia. Batuan diklasifikasikan berdasarkan mineral dan komposisi kimia, dengan tekstur partikelnya dan dengan proses terbentuknya, maka batuan diklasifikasikan menjadi Igneous, sedimentary dan metamorphic. Ketiga jenis batuan ini pada proses pembentuknya saling melengkapi dan berupa siklus. http:en.wikipedia.orgwikimineral,2008 . Tembaga Cu mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan. Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfide primer, kalkopirit CuFeS 2 adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit Cu 2 S, bornit Cu 5 FeS 4 , kovelit CuS dan anergit Cu 3 AsS 4 . Mineral tembaga utama dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola CuSiO 3 .2H 2 O, malasit Cu 2 OH 2 CO 3 , dan azurite Cu 3 OH 2 CO 3 2 . F.B Treadwell : 1962. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim

2.3 Landasan Teori

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan dua atau lebih komponen dari suatu bahan menggunakan zat pelarut an organik. Secara umum proses ekstraksi ada dua cara ditinjau dari segi bahan bakunya, yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat-cair. Kedua proses ini pada dasarnya mempunyai prinsip kerja yang sama yaitu mengambil salah satu komponen dari partikel padat atau cair dengan jalan menambahkan zat pelarut tertentu yang dapat melarutkan komponen tersebut, tetapi tidak melarutkan zat lainnya. Geankoplis, 1983. Ekstraksi menggunakan pelarut diperkenalkan oleh Milton tahun 1858, namun gagal karena pelarut yang mahal terbuang. Sekitar tahun 1890, teknik yang merupakan penyempurnaan cara Milton, berhasil digunakan secara komersil, karena bahan pelarut tidak terbuang dan dapat digunakan berulang kali. Sampai sekarang teknik ini masih dipakai oleh sebagian industri. http:www.tekmira.esdm.go.iddataekstraksiulasan.asp?xdir=ekstraksicommI d=30comm=ekstraksi. Ekstraksi bijih tembaga termasuk dalam ekstraksi padat-cair. Proses ini dapat terjadi dengan pengontakkan antara pelarut dan padatan yang mengandung suatu komponen, sehingga komponen tersebut larut ke dalam pelarut. Secara umum mekanisme proses ekstraksi yaitu proses perubahan fase solute untuk larut ke dalam pelarut, yang kemudian bereaksi. Beberapa faktor yang mempengaruhi pada proses ekstraksi padat-cair, antara lain : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim 1. Jenis Pelarut Pelarut yang baik adalah pelarut yang dapat melarutkan, tidak bereaksi dengan bahan dan mempunyai harga yang tidak terlalu mahal. 2. Suhu ekstraksi Suhu ekstraksi sangat dipengaruhi oleh titik didih pelarut. Suhu ekstraksi yang terlalu tinggi melebihi titik didih pelarut akan mengakibatkan menurunnya volume pelarut, sehingga proses menjadi kurang efisien. 3. Waktu ekstraksi Semakin lama waktu ekstraksi dijalankan, semakin sempurna terjadinya kontak antara pelarut dengan partikel-partikel sampai dengan batas tertentu, sehingga hasil ekstraksi makin sempurna. 4. Ukuran Partikel Ukuran partikel yang kecil akan memperbesar luas permukaan kontak antara partikel bahan dengan pelarut,sehingga akan mempercepat proses reaksi. Besarnya ukuran partikel yang seragam dimaksudkan agar tiap partikel mempunyai waktu ekstraksi yang sama. 4. Pengadukan Pengadukan akan membantu terjadinya kontak antara pelarut dengan partikel, sehingga akan mempercepat proses reaksi. Reaksi yang terjadi : 1. Pada roasting 1 : a. 2CuS + 3O 2 2CuO + 2SO 2 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim b. CuO + O 2 Cu + 32 O 2 2. Pada proses extraction 3Cu + 8HNO 3 → 3CuNO 3 2 + 2NO + 4H 2 O 3. Pada proses precipitation CuNO 3 2 + 2Fe 2FeNO 3 + Cu 4. Pada proses roasting II Cu + Na 2 B 4 O 7 .10H 2 O Cu + slug

2.4 Hipotesa