PROSES PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN MINERAL.

(1)

Tinjauan Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Secara Umum

Indonesia memiliki berbagai bahan mentah yang berpotensi untuk diolah menjadi produk yang bermanfaat untuk kehidupan manusia dan bernilai ekonomis yang tinggi, antara lain berupa hasil hutan, hasil pertanian, hasil laut, bahan tambang, dan lainnya. Sejarah menunjukkan bahwa sekitar abad 15 dan 16, bangsa-bangsa Eropa berupaya keras mencari jalan ke Indonesia untuk mendapatkan bahan-bahan mentah yang pada waktu itu terutama rempah-rempah. Namun saat ini, kesejahteraan masyarakat Indonesia, ditinjau dari aspek ekonomi, masih relatif rendah. Indonesia memiliki berbagai bahan mentah berpotensi ekonomi, yang bisa ditingkatkan untuk menambah devisa negara.

Saat ini, industri pengolahan bahan-bahan mentah relatif belum banyak dilakukan. Pengembangan industri pemanfaatan bahan mentah Indonesia tentunya berpotensi besar untuk bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat indonesia. Rakyat Papua seolah berjalan di atas bantaran emas dan tembaga, tetapi mereka belum maksimum untuk menikmatinya. Demikian juga halnya di Newmount, beribu-ribu ton logam kita dikeruk oleh bangsa lain, sementara rakyat disana dan bangsa Indonesia secara umum hanya bisa menonton. Dan banyak lagi contoh yang lain.

Pada umumnya alam yang mengandung batuan logam banyak terdapat di daerah yang tandus. Hal itu tidak disadari bahwa di daerah tersebut memiliki


(2)

kebijakan pemerintah yang cenderung mengesampingkan pengembangan pembangunan daerah tersebut dan kurang menyentuh pada penyuluhan wawasan teknologi pertambangan kepada masyarakat. Oleh karena itu, daerah itu belum banyak tersentuh kebijakan untuk pengelolaannya. Beberapa provinsi yang berpotensi memiliki batuan mineral / logam di Indonesia meliputi : Sumatra, Kalimantan, Maluku, Papua, Flores, Sulawesi, Jawa, dan lain sebagainya.

Dari hasil berbagai bacaan, kandungan logam di berbagai daerah itu beragam. Namun secara teoritis sangat menguntungkan bila bahan-bahan tersebut diolah secara profesional, mengingat logam-logam yang terdapat di dalam batuan tersebut merupakan logam yang sangat dibutuhkan dalam berbagai industri. Adapun jenis logam yang terdapat dalam kandungan batuan umumnya adalah logam-logam argentum (perak), cupri (tembaga), plumbun (timah hitam), nikel, platinum (platina), zeng, mangan, tin (timah putih) bahkan aurum (emas).

Salah satu batuan yang mengandung tembaga atau copper terdapat di daerah Papua. Keterdapatan tembaga di alam sebagai native copper termasuk jarang. Sebagian besar terikat dengan sulfur atau teroksidasi dengan oksigen yang disebut dengan batuan sulfida dan oksida.

Tembaga atau cuprum menempati urutan ke dua penggunaannya dalam industri dan dunia modern setelah besi (Kirk & Othmers, 1972). Logam tembaga digunakan untuk kawat listrik, untuk membuat logam paduan, peralatan industri. Meskipun aluminium dapat digunakan untuk tegangan tinggi pada jaringan transmisi, tetapi tembaga masih memegang peranan penting untuk jaringan bawah tanah dan menguasai pasar kawat berukuran kecil maupun besar.


(3)

Tinjauan Pustaka

2.2. Batuan Logam

Logam-logam yang terdapat dalam batuan dapat berupa logam murni atau suatu senyawa dan campuran dengan logam lain yang disebut amalgam. Di daerah-daerah yang telah disebutkan di atas di Indonesia terdapat batuan logam kebanyakan dalam bentuk senyawa. Oleh karena itu, dalam teknologi pemurniannya harus dilakukan dengan penanganan yang spesifik tergantung pada senyawa yang dibentuknya. Batuan adalah sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. Lapisan lithosphere di bumi terdiri dari batuan, sedangkan mineral adalah substansi yang terbentuk karena kristalisasi dari proses geologi, yang memiliki komposisi fisik dan kimia. Batuan diklasifikasikan berdasarkan mineral dan komposisi kimia, dengan tekstur partikelnya dan dengan proses terbentuknya, maka batuan diklasifikasikan menjadi Igneous, sedimentary dan metamorphic. Ketiga jenis batuan ini pada proses pembentuknya saling melengkapi dan berupa siklus. (http://en.wikipedia.org/wiki/mineral,2008).

Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan. Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfide primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit

(Cu5FeS4), kovelit (CuS) dan anergit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama dalam

bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2H2O), malasit (Cu2(OH)2CO3),


(4)

2.3 Landasan Teori

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan dua atau lebih komponen dari suatu bahan menggunakan zat pelarut an organik. Secara umum proses ekstraksi ada dua cara ditinjau dari segi bahan bakunya, yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat-cair. Kedua proses ini pada dasarnya mempunyai prinsip kerja yang sama yaitu mengambil salah satu komponen dari partikel padat atau cair dengan jalan menambahkan zat pelarut tertentu yang dapat melarutkan komponen tersebut, tetapi tidak melarutkan zat lainnya. (Geankoplis, 1983).

Ekstraksi menggunakan pelarut diperkenalkan oleh Milton tahun 1858, namun gagal karena pelarut yang mahal terbuang. Sekitar tahun 1890, teknik yang merupakan penyempurnaan cara Milton, berhasil digunakan secara komersil, karena bahan pelarut tidak terbuang dan dapat digunakan berulang kali. Sampai sekarang teknik ini masih dipakai oleh sebagian industri. (http://www.tekmira.esdm.go.id/data/ekstraksi/ulasan.asp?xdir=ekstraksi&commI d=30&comm=ekstraksi).

Ekstraksi bijih tembaga termasuk dalam ekstraksi padat-cair. Proses ini dapat terjadi dengan pengontakkan antara pelarut dan padatan yang mengandung suatu komponen, sehingga komponen tersebut larut ke dalam pelarut.

Secara umum mekanisme proses ekstraksi yaitu proses perubahan fase solute untuk larut ke dalam pelarut, yang kemudian bereaksi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pada proses ekstraksi padat-cair, antara lain :


(5)

Tinjauan Pustaka

1. Jenis Pelarut

Pelarut yang baik adalah pelarut yang dapat melarutkan, tidak bereaksi dengan bahan dan mempunyai harga yang tidak terlalu mahal.

2. Suhu ekstraksi

Suhu ekstraksi sangat dipengaruhi oleh titik didih pelarut. Suhu ekstraksi yang terlalu tinggi melebihi titik didih pelarut akan mengakibatkan menurunnya volume pelarut, sehingga proses menjadi kurang efisien.

3. Waktu ekstraksi

Semakin lama waktu ekstraksi dijalankan, semakin sempurna terjadinya kontak antara pelarut dengan partikel-partikel sampai dengan batas tertentu, sehingga hasil ekstraksi makin sempurna.

4. Ukuran Partikel

Ukuran partikel yang kecil akan memperbesar luas permukaan kontak antara partikel bahan dengan pelarut,sehingga akan mempercepat proses reaksi. Besarnya ukuran partikel yang seragam dimaksudkan agar tiap partikel mempunyai waktu ekstraksi yang sama.

4. Pengadukan

Pengadukan akan membantu terjadinya kontak antara pelarut dengan partikel, sehingga akan mempercepat proses reaksi.

Reaksi yang terjadi : 1. Pada roasting 1 :


(6)

b. CuO + O2 Cu + 3/2 O2

2. Pada proses extraction

3Cu + 8HNO3→ 3Cu(NO3)2 + 2NO + 4H2O

3. Pada proses precipitation

Cu(NO3)2 + 2Fe 2FeNO3 + Cu

4. Pada proses roasting II

Cu + Na2B4O7.10H2O Cu + slug

2.4 Hipotesa

Proses ekstraksi bijih tembaga dari batuan mineral dapat menghasilkan tembaga, dipengaruhi oleh kecepatan pengaduk, dan konsentrasi solvent atau reagent.


(7)

Metode Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan yang digunakan

Bahan berupa batuan biji tembaga diperoleh di daerah Papua. Batuan dianalisis kandungan logam yang ada di dalamnya. Batuan dihaluskan dan diayak lolos 200 mesh.Dan digunakan solvent HNO3 dalam proses ekstraksi.

3.2. Alat yang digunakan

Peralatan yang digunakan terdiri atas ekstraktor untuk memisahkan tembaga dari batuan dengan pelarut asam nitrat,retort untuk pembakaran awal dalam pelogaman(menghilangkan senyawa kimia dalam batuan), furnace(peleburan).

3.3. Kondisi yang digunakan

Variable :

- kecepatan pengaduk : 100, 125, 150, 175, 200 rpm - konsentrasi nitrat : 2, 4, 6, 8, 10 N

Kondisi yang ditetapkan : - Ukuran mesh : 200 mesh - Berat : 100 gr


(8)

- Waktu : 120 menit - Volume nitrat : 233ml

3.4. Prosedur Penelitian

Batuan biji tembaga yang telah dihaluskan lolos 200 mesh ditimbang seberat 100 gram. Dilakukan pencucian untuk menghilangkan kotoran dan retorting untuk menghilangkan senyawa kimia yang terikat dalam logam.Setelah itu batuan di ekstraksi menggunakan asam nitrat sebagai pelarut dengan variable tertentu. Dari proses tersebut didapat larutan dan endapan. Selanjutnya endapan kita pisahkan,dan larutan kita ambil.Berikut kita lakukan pengendapan dengan menggunakan logam besi (Fe). Endapan yang dihasilkan dicuci beberapa kali yang terakhir dicuci dengan air aquades.Kemudian kita lakukan proses retorting, proses terakhir adalah kita lebur dengan furnace pada suhu titik lelehnya yang selanjutnya kita timbang tembaga yang didapat.


(9)

Metode Penelitian

3.5 Gambar alat


(10)

SKEMA PROSES PENELITIAN

Ores

Jaw Crusher

Mill Crusher

extraction

Tailing solution

precipitation

Washing

roasting

smellting

billion

Washing

Roasting at temperature 800oC a. 2CuS + 3O2 2CuO + 2SO2

b. SO2 + H2O + 1/2O2 H2SO4

screening

Tailing solution


(11)

Metode Penelitian

3.6 Analisa Bahan

Analisa bahan dan hasil penelitian dilakukan di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Teknik Kimia UPN ’Veteran’ Jatim dengan menggunakan alat spektrometer Pharo.

- Prosedur PentaKadarTembaga (Cu) secara dekstruksi asam a. Siapkan erlenmeyer volume 250ml;

b. Timbang contoh uji yang telah dihomogenkan sebanyak ± 3,00g , masukkan ke dalam erlenmeyer;

c. Tambahkan 25ml air suling, aduk dengan menggunakan batang berpengaduk;

d. Tambahkan 5ml sampai 10ml asam nitrat, HNO3 pekat, aduk hingga

bercampur rata;

e. Tambahkan 3 butir sampai 5 butir batu didih, tutup dengan kaca arloji; f. Letakan erlenmeyer tersebut di atas penangas listrik, atur suhunya pada

105oC sampai dengan 120oC;

g. Panaskan sampai volume contoh uji tinggal ± 10ml; h. Angkat dan diinginkan;

i. Tambahkan 5ml asam nitrat, HNO3 pekat dan 1 ml sampai dengan 3ml

asam perklorat HClO4 pekat tetes demi tetes melelui dinding kaca

erlenmeyer;

j. Panaskan kembali pada penangas listrik sampai timbul asam putih dan laruta contoh uji menjadi jernih;


(12)

k. Setelah timbu asap putih, pemanasan dilanjutkan selama ± 30menit; l. Jika larutan contoh uji belum jernih, ulangi langkah i sampai dengan k; m. Dinginkan contoh uji. Saring dengan kertas saring kuantitatif dengan

ukuran pori 8,0 µm. Tempatkan filtrat contoh uji pada labu ukur 100ml dan tambahkan air suling sampai tanda tera, filtrat siap diukur ke dalam SSA.

n. Lakukan pengukuran blanko:

1. Siapkan erlenmeyer volume 250ml;

2. Pipet 25ml air suling, masukkan ke dalam erlenmeyer tersebut; 3. Lakukan langkah pada butir d sampai dengan m

o. Pembuatan spike matrix :

1. Siapkan erlenmeyer volume 250 ml;

2. Masukkan ± 3,0 g contoh uji yang telah dihomogenkan ke dalam erlenmeyer, tambahkan 2 ml larutan baku tembaga, Cu 10 µm;

3. Lakukan langkah pada butir d sampai m

Hasil analisa awal kadar tembaga (Cu) yang kita peroleh dengan menggunakan spektro pharo di laboratorium instrument yaitu 37,2814 ppm.


(13)

Hasil dan Pembahasan Penelitian

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian

Tabel 1. Pengaruh Kosentrasi Asam Nitrat Terhadap Kadar Tembaga Dalam Batuan Mineral

Konsentrasi (N)

Kecepatan Pengadukan (rpm)

100 rpm 125 rpm 150 rpm 175 rpm 200 rpm 2 9,526 6,664 3,802 4,182 5,744 4 3,845 9,665 12,519 15,485 17,545 6 7,406 8,510 9,610 10,717 14,124 8 6,558 9,125 11,691 12,012 4,332 10 23,770 29,750 32,729 35,019 36,989


(14)

4.2. Pembahasan

Tabel 2. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 2 N

Kecepatan Pengadukan (rpm)

Kadar (mg/ liter)

100 9,526

125 6,664

150 3,802

175 4,182

200 5,744

Grafik 1. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 2 N.


(15)

Hasil dan Pembahasan Penelitian

Pembahasan :

Dengan bertambahnya kecepatan pengadukan (rpm) kadar tembaga yang di dapaat semakin besar, tetapi pada pelaksanaan praktikum kami kecepatan pengaduk 125 rpm dan 150 rpm pada konsentrasi nitrat 2N menurun diakibatkan sebagian tembaga tidak bereaksi dengan asam nitrat . Dilihat dari reaksi :

0,1875 Cu + 0,5 HNO3 0,1875 Cu(NO3) + 0,125 NO + 0,25 H2O

Pada konsentrasi asam nitrat 2N reaksi belum stabil sehingga sebagian tembaga tidak terikat pada asam nitrat. Di dalam batuan / ores banyak senyawa yang mengandung Cu, seperti CuS, Cu2S, CuO, Cu2O, CuFeS2, Cu5FeS4 , dan dari

beberapa senyawa tersebut ada yang bersifat reaktif dan bersifat kurang reaktif. Senyawa yang tidak reaktif seperti Cu2S, Cu2O, Cu5FeS4 inilah yang bereaksi

pada konsentrasi nitrat 2N pada kecepatan pengadukan 125 rpm dan 150 rpm sehinggat tembaga yang terikat tidak sempurna. Karena Cu yang bereaksi dengan asam nitrat ini adalah Cu yang kurang reaktif.

Table 3. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 4 N

Kecepatan Pengadukan (rpm)

Kadar (mg/ liter)

100 3,845

125 9,665

150 12,519 175 15,485 200 17,545


(16)

Grafik 2. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 4 N.

Pembahasan :

Pada konsentrasi asam nitrat 4 N , dengan bertambahnya kecepatan pengadukan kadar tembaga yang dihasilkan semakin besar karena semua tembaga dapat terikat oleh pelarutnya pada ekstraksi berlangsung. Reaksinya adalah :


(17)

Hasil dan Pembahasan Penelitian

Table 4. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 6 N

Kecepatan Pengadukan (rpm)

Kadar (mg/ liter)

100 7,406

125 8,510

150 9,610

175 10,717 200 14,124

Grafik 3. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 6 N.

Pembahasan :

Pada konsentrasi asam nitrat 6 N , dengan bertambahnya kecepatan pengadukan kadar tembaga yang dihasilkan semakin besar karena semua tembaga dapat terikat oleh pelarutnya pada ekstraksi berlangsung. Reaksinya adalah :


(18)

Table 5. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 8 N

Kecepatan Pengadukan (rpm)

Kadar (mg/ liter)

100 6,558

125 9,125

150 11,691 175 12,012

200 4,332

Grafik 4. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 8 N.

Pembahasan :

Pada konsentrasi asam nitrat 8 N , dengan bertambahnya kecepatan pengadukan kadar tembaga yang dihasilkan semakin besar karena semua tembaga dapat terikat oleh pelarutnya pada ekstraksi berlangsung. Reaksinya adalah :


(19)

Hasil dan Pembahasan Penelitian

Table 6. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 10 N

Kecepatan Pengadukan (rpm)

Kadar (mg/ liter)

100 23,770 125 29,750 150 32,729 175 35,019 200 36,989

Grafik 5. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 10 N.

Pembahasan :

Pada konsentrasi asam nitrat 10 N , dengan bertambahnya kecepatan pengadukan kadar tembaga yang dihasilkan semakin besar karena semua tembaga dapat terikat oleh pelarutnya pada ekstraksi berlangsung. Reaksinya adalah :


(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

1. Dari hasil proses ekstraksi batuan tembaga dengan asam nitrat dengan kondisi yang telah terpilih, maka dapat dikatakan bahwa asam nitrat dapat dibuat untuk mengambil tembaga dari batuan mineral.

2. Dengan berubahnya konsentrasi asam nitrat pada kecepatan pengadukan tertentu hasil yang didapat tidak stabil, karena dengan berubahnya konsentrasi molnya pun ikut berubah. Reaksi akan berjalan baik pada kondisi asam nitrat 8 mol, sedangkan pada pelaksanaan praktikum kami hanya pada kondisi 2,5 mol atau 10N.

V.2 Saran

Bagi peneliti yang akan mengembangkan penelitian ini dapat mencoba menggunakan pelarut lain seperti asam sulfat dan menambah berat batuan mineral yang akan diekstrak, selain itu juga perlu diperhatikan mol pada kondisi terbaiknya.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, C.J. 1983, ”Transport Procces and unit peration 2end”. Allyn and Bacon inc, Boston.

Kirk –Othmers, 1972, “Encyclopedia of Chemical Technology 2end”.

Treadwell, F.B, 196, ” Analytical Chemistry Qualitative Analysis volume 1”. Thirteenth Printing , United State of America.

http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Tembaga/ulasan.asp?xdir=Tembaga&commI d=30&comm=Tembaga.


(22)

PENELITIAN

OLEH :

1. Candra Asmitha Mewal 0731010041

2. Nina Yulia Rosita 0731010055

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(23)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “PROSES PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN MINERAL”.

Adapun tugas Penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi persyaratan akademis dalam menempuh program sarjana Teknik Kimia di Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penyusun menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, tidaklah mungkin semua itu dapat terlaksana dan tersusun sedemikian rupa, untuk itulah, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan selama pelaksanaan penyusunan Penelitian ini kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya kami bisa

menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini dengan tepat.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Ir. Retno Dewati, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Ir.Siswanto selaku Dosen Pembimbing dalam penyusunan


(24)

5. Orang tuaku tercinta serta saudaraku tersayang yang telah banyak memberikan dorongan moril, materiil serta do’a selama penyusunan Penelitian ini.

6. Partnerku Nina Yulia Rosita yang membantu untuk menyelesaikan

penelitian ini.

7. Sahabat-sahabatku Tekkim’07B yang telah banyak memberikan bantuan.

Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan Penelitian ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan dan penyusunan Penelitian ini, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Penelitian ini.

Akhir kata, semoga Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Surabaya, Agustus 2010


(25)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………. i

Daftar isi ……… iii

Daftar Tabel ……….. v

Daftar Gambar ………. vi

Daftar Grafik ……… vii

Intisari ……….. viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Tujuan Penelitian ……… 2

1.3. Manfaat Penelitian ……….. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Secara Umum ……….. 3

2.2. Batuan Logam ………. 5

2.3. Landasan Teori ………. 6

2.4. Hipotesa ……… 8

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Bahan yang digunakan……...……… 9

3.2. Alat yang digunakan……… 9

3.3. Kondisi yang digunakan ………. 9

3.4. Prosedur penelitian ………. 10

3.5. Gambar Alat ……… 11


(26)

BAB V KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Kesimpulan ……….. 22

5.2. Saran ……… 22

Daftar Pustaka Lampiran


(27)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengaruh Kosentrasi Asam Nitrat Terhadap Kadar Tembaga Dalam Batuan Mineral

Tabel 2. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 2 N

Table 3. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 4 N

Table 4. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 6 N

Table 5. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 8 N

Table 6. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 10 N


(28)

(29)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 2 N.

Grafik 2. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 4 N.

Grafik 3. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 6 N.

Grafik 4. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 8 N.

Grafik 5. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 10 N.


(30)

atau lebih mineral . Logam-logam yang terdapat dalam batuan dapat berupa logam murni atau suatu senyawa dan campuran dengan logam lain yang disebut amalgam. Proses Pengambilan logam ini dilakukan dengan proses ekstraksi padat cair menggunakan pelarut asam nitrat.

Penelitian ini untuk mempelajari perolehan tembaga dengan proses ekstraksi dalam batuan mineral, melalui variable kecepatan pengadukan, dan konsentrasi nitrat serta mendapatkan kondisi yang terbaik dalam proses tersebut.

Batuan mineral yang telah dihaluskan lolos 200 mesh ditimbang seberat 100 gram. Dilakukan pencucian untuk menghilangkan kotoran, dan retorting untuk menghilangkan senyawa kimia yang terikat dalam logam.Setelah itu batuan di ekstraksi menggunakan asam nitrat sebagai pelarut dengan variable kosentrasi asam nitrat dan kecepatan pengadukkan. Dari proses tersebut didapat larutan dan endapan. Selanjutnya endapan kita pisahkan dari larutannya.Berikut pada larutan kita masukkan logam besi (Fe) sebagai pengendap. Endapan yang dihasilkan dicuci beberapa kali dengan air bersih yang terakhir dicuci dengan air aquades.Kemudian kita lakukan proses retorting pada suhu 800 oC dan proses terakhir adalah kita lebur dengan furnace pada suhu 1070 oC selanjutnya kita timbang tembaga yang didapat.

Dari hasil analisa diperoleh hasil terbaik pada kosentrasi asam nitrat 10N dan kecepatan pengadukkan 200rpm dengan hasil sebanyak 36,989 ppm.


(31)

Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam salah satunya berupa batuan(ores) yang mengandung bermacam-macam mineral. Pada umumnya alam yang mengandung batuan logam banyak terdapat di daerah yang tandus. Sumber daya alam mineral ini merupakan bahan baku yang penting baik secara langsung maupun tidak langsung bagi berbagai macam industri seperti manufaktur,transportasi,elektronik, bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas listrik dan panas yang tinggi, seperti untuk pembuatan tabung-tabung dan kelengkapan industri. Khusus potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua, potensi lainnya di Jawa Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Jenis batuan ini yang sudah di olah dan sangat terkenal berada di Timika PT Freeport Indonesia. Oleh karena itu, bila penelitian ini berhasil akan dapat disosialisasikan kepada masyarakat tentang cara pengambilan tembaga dengan proses ekstraksi.

Dalam penelitian ini digunakan batuan bijih tembaga yang diperoleh dari daerah Jayapura. Batuan dihancurkan hingga halus, kemudian digunakan proses ekstraksi selanjutnya dilakukan pengendapan. Setelah proses tersebut selesai dalam waktu tertentu, hasilnya di bakar (di leburkan)untuk dijadikan logam amalgam( pada prosentasi tertentu).


(32)

Hasil dari penelitian ini merupakan produk berbentuk logam tembaga atau copper dengan kemurnian tertentu.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mempelajari perolehan tembaga dengan proses ekstraksi dalam batuan mineral, dengan pengaruh kecepatan pengadukan, dan konsentrasi nitrat.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini :

1) Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian terapan, serta

menambah wawasan dalam berpikir ilmiah

2) Batuan mineral yang merupakan bahan mentah dapat dimanfaatkan menjadi bahan yang mempunyai nilai ekonomi baik terhadap masyarakat maupun industry.


(1)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengaruh Kosentrasi Asam Nitrat Terhadap Kadar Tembaga Dalam Batuan Mineral

Tabel 2. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 2 N

Table 3. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 4 N

Table 4. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 6 N

Table 5. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 8 N

Table 6. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 10 N


(2)

vi

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1: rangkaian alat ekstraksi

2. Gambar 2: skema pengambilan tembaga dari batuan mineral


(3)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 2 N.

Grafik 2. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 4 N.

Grafik 3. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 6 N.

Grafik 4. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 8 N.

Grafik 5. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 10 N.


(4)

viii

INTISARI

Ores adalah batuan/rock yang mengandung berbagai mineral. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral . Logam-logam yang terdapat dalam batuan dapat berupa logam murni atau suatu senyawa dan campuran dengan logam lain yang disebut amalgam. Proses Pengambilan logam ini dilakukan dengan proses ekstraksi padat cair menggunakan pelarut asam nitrat.

Penelitian ini untuk mempelajari perolehan tembaga dengan proses ekstraksi dalam batuan mineral, melalui variable kecepatan pengadukan, dan konsentrasi nitrat serta mendapatkan kondisi yang terbaik dalam proses tersebut.

Batuan mineral yang telah dihaluskan lolos 200 mesh ditimbang seberat 100 gram. Dilakukan pencucian untuk menghilangkan kotoran, dan retorting untuk menghilangkan senyawa kimia yang terikat dalam logam.Setelah itu batuan di ekstraksi menggunakan asam nitrat sebagai pelarut dengan variable kosentrasi asam nitrat dan kecepatan pengadukkan. Dari proses tersebut didapat larutan dan endapan. Selanjutnya endapan kita pisahkan dari larutannya.Berikut pada larutan kita masukkan logam besi (Fe) sebagai pengendap. Endapan yang dihasilkan dicuci beberapa kali dengan air bersih yang terakhir dicuci dengan air aquades.Kemudian kita lakukan proses retorting pada suhu 800 oC dan proses terakhir adalah kita lebur dengan furnace pada suhu 1070 oC selanjutnya kita timbang tembaga yang didapat.

Dari hasil analisa diperoleh hasil terbaik pada kosentrasi asam nitrat 10N dan kecepatan pengadukkan 200rpm dengan hasil sebanyak 36,989 ppm.


(5)

Pendahuluan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam salah satunya berupa batuan(ores) yang mengandung bermacam-macam mineral. Pada umumnya alam yang mengandung batuan logam banyak terdapat di daerah yang tandus. Sumber daya alam mineral ini merupakan bahan baku yang penting baik secara langsung maupun tidak langsung bagi berbagai macam industri seperti manufaktur,transportasi,elektronik, bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas listrik dan panas yang tinggi, seperti untuk pembuatan tabung-tabung dan kelengkapan industri. Khusus potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua, potensi lainnya di Jawa Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Jenis batuan ini yang sudah di olah dan sangat terkenal berada di Timika PT Freeport Indonesia. Oleh karena itu, bila penelitian ini berhasil akan dapat disosialisasikan kepada masyarakat tentang cara pengambilan tembaga dengan proses ekstraksi.

Dalam penelitian ini digunakan batuan bijih tembaga yang diperoleh dari daerah Jayapura. Batuan dihancurkan hingga halus, kemudian digunakan proses


(6)

Pendahuluan

Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim

2

Hasil dari penelitian ini merupakan produk berbentuk logam tembaga atau copper dengan kemurnian tertentu.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mempelajari perolehan tembaga dengan proses ekstraksi dalam batuan mineral, dengan pengaruh kecepatan pengadukan, dan konsentrasi nitrat.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini :

1) Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian terapan, serta menambah wawasan dalam berpikir ilmiah

2) Batuan mineral yang merupakan bahan mentah dapat dimanfaatkan menjadi bahan yang mempunyai nilai ekonomi baik terhadap masyarakat maupun industry.