Financial Literacy Berdasarkan Gender.

Dalam hal ini peneliti hanya membatasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat financial literacy. Peneliti menggunakan gender sebagai variabel yang membedakan tingkat financial literacy.

B. Financial Literacy Berdasarkan Gender.

1. Pengertian Gender Fakih 2006: 71 mengemukakan bahwa gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Dalam hal ini, setiap kaum memiliki peran masing-masing dalam menjalani hidupnya. Lelaki berperan sebagai maskulin dan perempuan berperan sebagai feminim dan memiliki budayanya masing-masing. Secara biologis alat-alat kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan. Hal ini merupakan kodrat dari Tuhan Fakih 2006: 8. Menurut Beckman and D’Amico dalam Irmawati 2011: 33 gender dapat didefinisikan sebagai karakteristik sosial yang diberikan kepada perempuan dan laki-laki. Seperti yang dijelaskan mengenai gender, laki- laki dan perempuan memiliki mental dan karakter emosi yang berbeda dalam menghadapi suatu masalah. Menurut Marzuki 2011: 68 gender diartikan sebagai suatu sifat yang dijadikan dasar untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi kondisi sosial dan budaya, nilai dan perilaku, mentalitas dan emosi, serta faktor-faktor nonbiologis lainnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Kesetaraan Gender dalam Financial Literacy Riant 2011: 28 menjelaskan bahwa permasalahan kesetaraan gender sering dianggap erat kaitannya dengan keadilan sosial dalam arti yang lebih luas. Lebih lanjut juga dijelaskan bahwa kesetaraan gender diartikan sebagai kesamaan kondisi bagi laki-laki maupun perempuan dalam memperoleh kesempatan serta hak sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan pertahanan dan keamanan nasional serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia kesetaraan gender adalah hasil dari ketiadaan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin atas dasar kesempatan, alokasi sumber daya atau manfaat dan akses terhadap pelayanan. Dalam hal financial literacy baik laki-laki atau perempuan diberikan kesempatan dan hak yang sama untuk mengelola uang dan membuat perencanaan keuangan. Jika dilihat dari institusi keluarga, laki-laki dan perempuan bekerja sama dalam mencari uang dan mengelola keuangan keluarga dan memutuskan prioritas pengeluaran keuangan Puspitawati, 2012: 2. Perempuan cukup dominan dalam hal pengambilan keputusan keuangan, karena dalam mengelola keuangan telah disepakati oleh laki- laki suami untuk diatur oleh perempuan istri. Dalam hal ini kesetaraan dan keadilan gender dalam hal pengambilan keputusan rencana keuangan dan pencarian nafkah dapat dilakukan oleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI perempuan tidak hanya oleh laki-laki. Dalam membuat perencanaan keuangan keluarga dilakukan bersama antara suami laki-laki dan istri perempuan berkaitan dengan rencana jangka pendek, menengah dan panjang keluarga. Dalam hal perencanaan keuangan jangka pendek dan panjang maka akan berkaitan langsung dengan menabung dan investasi. Menurut laporan BNY Mellon dan UN Foundation kesetaraan gender adalah hal yang sangat esensial bagi pembangunan berkelanjutan. Melakukan investasi pada kesetaraan gender akan membuat keuntungan yang besar bagi investasi baik dari segi pasar, sosial maupun manusia. Dalam hal pengambilan keputusan perempuan mengenai pemilihan investasi perlu diperhitungkan. Laporan Bank Dunia 2012 menunjukan bahwa kesetaraan gender penting dalam proses peningkatan literasi keuangan. Dampak pemberdayaan perempuan dalam ekonomi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi karena hal ini merupakan cara yang cerdas secara ekonomi. Jika perempuan dapat diberdayakan secara ekonomi, ini akan membantu pengentasan kemiskinan. Terdapat teori yang menjelaskan mengenai kesetaraan gender yaitu teori equilibrium, berikut penjelasan mengenai teori tersebut: a. Teori Equilibrium Teori Equilibrium dalam Gender and Development menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dengan laki-laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara kaum perempuan dan laki-laki, karena keduanya harus bekerja sama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan berkeluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan gagasan tersebut maka dalam setiap kebijakan dan strategi pembangunan agar diperhitungkan kepentingan dan peran perempuan dan laki-laki secara seimbang. Kesetaraan dan keadilan gender merupakan hal penting yang harus diwujudkan. Perempuan merupakan mitra kerja laki-laki yang diciptakan dengan kemampuan-kemampuan mental yang setara, memiliki hak untuk berpartisipasi, kemerdekaan dan kebebasan yang sama dengan laki-laki Gandhi, 2011: 5. Lebih lanjut dijelaskan oleh Nurhaeni 2009: 34 menjelaskan bahwa semua manusia baik perempuan dan laki-laki bebas mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotype dan peran gender yang kaku. Dalam hal ini laki-laki dan perempuan memiliki kebebasan dan kesempatan yang sama dalam mengembangkan kemampuan dan pengetahuan mengenai financial literacy untuk mencapai kesejahteraan. H : Tidak terdapat perbedaan financial literacy mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma berdasarkan gender. 3. Perbedaan Financial Literacy berdasarkan Gender Gender merupakan salah satu faktor penting bagi individu untuk membuat keputusan baik secara sosial maupun ekonomi. Pada aspek ekonomi laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan karakteristik dan peran yang dimiliki masing-masing individu. Menurut Herdiansyah 2016: 47 terdapat perbedaan ciri-ciri kepribadian laki-laki dan perempuan dalam stereotip. Setiap orang memegang stereotip masing-masing mengenai ciri-ciri kepribadian laki- laki dan perempuan. Beberapa sifat dan kepribadian laki-laki adalah kompetitif, memiliki pemikiran logis dan rasional, sangat cocok untuk melakukan bisnis, pencari nafkah, percaya diri, tegas, mampu mengendalikan emosi, ambisius, agresif, mandiri, bersedia mengambil resiko, individualistis, decision maker dan memiliki jiwa pemimpin. Sementara di sisi lain, sifat dan kepribadian perempuan adalah feminim, perasa, emosional, materialistis, egois, sensitif, kreatif, mudah terpengaruh, penghindar risiko dan mudah dibujuk. Menurut Purnamasari 2015: 181 terdapat kriteria pintar dalam mengelola keuangan diantaranya mampu menetapkan tujuan keuangan, mampu membuat rencana pengeluaran, tidak tergoda dengan penawaran penjualan, mampu mengelola utang, mampu mengendalikan gaya hidup, pandai mencari produk serupa dengan harga lebih murah, berani hadapi utang dan mulai membuka bisnis sendiri. Dari beberapa kriteria pintar dalam mengelola keuangan apabila dikaitkan dengan peran dan kepribadian masing-masing gender terdapat perbedaan yang terlihat antara laki-laki dan perempuan dalam mengelola keuangan. Kettley dalam Utaminingsih 2010 menunjukan perbedaan tersebut berlanjut ke masalah keuangan, dimana perempuan merasa menjadi lebih buruk dan lebih cemas dalam pengelolaan keuangan dan hal ini mengurangi rasa kesejahteraan. Kekhawatiran ini muncul karena uang yang mereka peroleh masih bergantung pada orang tua dan hal ini memunculkan tanggung jawab yang cukup besar, hal ini menunjukan bahwa dalam pengelolaan uang perempuan lebih emosional. Sedangkan kaum laki-laki lebih mandiri secara financial serta lebih percaya diri dibandingkan dengan perempuan. Terdapat teori yang menjelaskan perbedaan laki-laki dan perempuan yaitu teori struktural fungsional. Berikut penjelasan mengenai teori tersebut: a. Teori Struktural-Fungsional Teori struktural-fungsional merupakan teori sosiologi yang diterapkan dalam melihat institusi keluarga. Menurut Leslie dan Korman dalam Ihromi 2004: 274, diantara sosiolog Amerika pendekatan fungsional struktural paling sistematis diterapkan dalam kajian terhadap keluarga oleh Talcott Parsons. Teori ini berangkat dari asumsi bahwa suatu masyarakat terdiri atas beberapa bagian yang saling mempengaruhi. Teori ini mencari unsur-unsur mendasar yang berpengaruh di dalam suatu masyarakat, mengidentifikasi fungsi setiap unsur, dan menerangkan bagaimana fungsi unsur-unsur tersebut dalam masyarakat. Kebutuhan seseorang dalam keluarga akan menentukan fungsinya, yang masing-masing berbeda. Namun perbedaan fungsi ini tidak untuk memenuhi kepentingan individu yang bersangkutan, tetapi untuk mencapai tujuan organisasi sebagai kesatuan. Struktur dan fungsi tersebut tidak akan pernah lepas dari pengaruh budaya, norma dan nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat. Sebuah keluarga inti tersusun dari seorang laki-laki pencari nafkah dan wanita sebagai ibu rumah tangga adalah yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan anggota dan ekonomi industri baru. Dalam teori struktural-fungsional, peran masing-masing anggota keluarga sangat ditentukan oleh struktur kekuasaan laki-laki ayah sebagai kepala keluarga yang secara hierarkis memiliki kewenangan paling tinggi dalam keputusan-keputusan keluarga. contoh dalam memilih tempat tinggal, memilih sekolah, dan keputusan untuk membeli suatu kebutuhan. Hierarki dilanjutkan pada perbedaan usia dan jenis kelamin anggota keluarga. Relasi yang terbangun sering kali menempatkan seolah-olah laki-laki memiliki kemampuan lebih besar dibandingkan perempuan. Banyak streotype bahkan mitos yang sudah tertanam di masyarakat, misalnya tanggung jawab mutlak terhadap ekonomi keluarga hanya ada di tangan suami laki-laki, sementara tanggung jawab domestik diberikan kepada istri perempuan. Parsons menilai bahwa pembagian peran secara seksual adalah suatu yang wajar Umar, 1999: 53. Dari teori struktural fungsional perbedaan tingkat financial literacy antara laki-laki dan perempuan dapat dilihat melalui peran yang dimainkan oleh laki-laki dan perempuan berdasarkan pembagian kerja dan status. Menurut Parson and Bales 1976 status dapat dilihat dari distribusi kekayaan, pengambilan keputusan, penghasilan, kekuasaan dan prestise. Contoh, peran dan posisi perempuan dikaitkan dengan lingkup domestik dan berurusan dengan lingkup kerumahtanggaan, sementara laki-laki urusan publik. Parson meyakini bahwa laki-laki mempunyai peran instrumental, yaitu menjamin kelangsungan hidup dan melindungi keluarga. Dalam hal ini untuk menjamin kelangsungan hidup dan laki-laki lebih siap dalam mempersiapkan masa depan untuk diri sendiri dan juga keluarga. Selain itu laki-laki membeli barang sesuai dengan kebutuhan karena dalam pengguanaan uang tersebut dipakai untuk persiapan masa depan apabila belum menikah dan lebih berani dalam mengambil risiko dalam investasi. Berbeda dengan perempuan sebagai peran ekspresif dalam penggunaan keuangan untuk membiayai gaya hidup, selain itu dalam penggunaan keuangan perempuan membeli berdasarkan keinginan dan sangat khawatir dengan risiko investasi oleh karena itu perempuan lebih memilih menabung dengan risiko yang rendah. Dalam teori ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terlihat perbedaan tingkat financial literacy dalam penggunaan uang dan keputusan-keputusan yang diambil dalam hal mengamankan aset baik jangka panjang maupun jangka pendek. Stendardi and Judy 2006, 223-238 menyatakan bahwa ada perbedaan antara pria dan wanita dalam proses melihat keuangan. Perbedaan yang cukup terlihat yaitu, wanita cenderung bersifat sebagai penghindar risiko karena mereka melihat uang seperti suatu “kolam uang” yang terbatas sehingga mereka melindunginya, sementara pria cenderung tidak bersifat sebagai penghindar resiko karena mereka melihat uang sebagai suatu “aliran uang” yang dapat menghasilkan uang lagi untuk menggantikan apa yang telah hilang. Endress, et. al 2008, 248 menyatakan bahwa ada perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam merancang tujuan keuangan pribadi dan melihat hasil performa keuangan di masa depan. Wanita cenderung lebih tidak percaya diri akan keberhasilan dari segi keuangan di masa yang akan datang sehingga hal inilah yang membedakannya dengan pria dalam mengambil keputusan financial. Rosplock 2010, 27-28 menyatakan bahwa wanita tidak ingin terlibat langsung dalam mengelola kekayaan, hal ini disebabkan karena mereka merasa tidak mempunyai kesempatan, pengetahuan, dan pengalaman yang memadai, padahal para wanita cukup menyadari betapa pentingnya hal pengelolaan kekayaan tersebut dalam kehidupan. Penelitian- penelitian ini, menggambarkan bahwa jenis kelamin dapat membedakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI perilaku yang menyangkut dengan Financial antara pria dan wanita. Tingkat financial literacy antara laki-laki dan perempuan berbeda yang pada umumnya selalu ditunjang dengan pengetahuan yang cukup mengenai aspek-aspek pengelolaan keuangan. H 1 : Terdapat perbedaan financial literacy mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma berdasarkan gender

C. Penelitian Terdahulu