Gaya Gempa Gaya Hidrostatis

II.7.1. Akibat Berat Sendiri Bendung

Rumus: G = V γ Standar Perencanaan Irigasi KP-02 Dimana : V = volume m3 γ = berat jenis bahan, beton = 2,4 Tm3

II.7.2. Gaya Angkat Uplift Pressure

Rumus : Px = Hx − H Px = Hx – Lx ∗ ∆� � Irigasi dan Bangunan Air, Gunadarma Hal 131 Dimana : Px = Uplift Pressure tekanan air pada titik X Tm2 Lx = jarak jalur rembesan pada titik x m L = panjang total jalur rembesan m ∆H = beda tinggi energi m Hx = tinggi energi di hulu bendung

II.7.3. Gaya Gempa

Rumus : �� = � ���� � E = �� � Standar Perencanaan Irigasi KP-06 Dimana: Universitas Sumatera Utara ad = percepatan gempa rencana cmdt2 n,m = koefisien untuk masing-masing jenis tanah ac = percepatan kejut dasar cmdt2 z = faktor yang tergantung dari letak geografis dapat dilihat pada “Peta Zona Seismik untuk Perencanaan Bangunan Air Tahan Gempa” Lampiran 1 E = koefisien gempa G = percepatan gravitasi = 9,81 mdt2. Dari koefisien gempa di atas, kemudian dicari besarnya gaya gempa dan momen akibat gaya gempa dengan rumus: Gaya Gempa, He = E x G Dimana: E = koefisien gempa He = gaya gempa G = berat bangunan Ton Momen : → M = K x Jarak m

II.7.4. Gaya Hidrostatis

Rumus: Wu = c. � w [h2 + ½ ζ h1-h2] A Irigasi dan Bangunan Air, Gunadharma, hal 131 Dimana: c = proposan luas di mana tekanan hidrostatis bekerja c = 1 untuk semua tipe pondasi Universitas Sumatera Utara γ w = berat jenis air kgm3 = 1000 kgm3 = 1 Tm3 h2 = kedalaman air hilir m h1 = kedalaman air hulu m ζ = proporsi tekanan, diberikan pada tabel 2.10 m A = luas dasar m2 Wu = gaya tekanan ke atas resultante Ton Tabel 2.3. Harga-harga ζ Tipe Pondasi Batuan Proporsi Tekanan Berlapis horizontal 1,00 Sedang, pejal massive 0,67 Baik, pejal 0,50 Sumber : Irigasi dan Bangunan Air,Gunadarma III.7.5. Gaya Akibat Tekanan Tanah Aktif dan Pasif • Tekanan tanah aktif dihitung dengan rumus sebagai berikut: Pa = 1 2 γ sub Ka h² Ka = tan² 45° − ∅ 2 γ sub = γ sat − γ w = [ γ w ��+� 1+� ] – γ w ; dimana γ w = 1 Tm3 = [ γ w ��−1 1+� ] Universitas Sumatera Utara • Tekanan tanah pasif dihitung dengan rumus sebagai berikut: Pp = 1 2 γ sub ⃰ Kp ٭ h² Kp = tan² 45° + ∅ 2 γ sub = γ sat − γ w = [ γ w ��+� 1+� ] – γ w ; dimana γ w = 1 Tm3 = [ γ w ��−1 1+� ] Keterangan : Pa = tekanan tanah aktif Tm2 Pp = tekanan tanah pasif Tm2 ∅ = sudut geser dalam 0 G = gravitasi bumi = 9,81 mdetik2 h = kedalaman tanah aktif dan pasif m γsub = berat jenis submerged tanah dalam keadaan terendam Tm3 γsat = berat jenis saturated tanah dalam keadaan jenuh Tm3 γw = berat jenis air = 1,0 Tm3 Gs = Spesifik Gravity e = Void Ratio Setelah menganalisis gaya-gaya tersebut, kemudian diperiksa stabilitas bendung terhadap guling, geser, pecahnya struktur, erosi bawah tanah piping dan daya dukung tanah. Universitas Sumatera Utara

II.8. Analisis Stabilitas Bendung

II.8.1. Stabilitas Terhadap Guling

Rumus : Sf = ∑�� ∑�� ≥ 1,5 Dimana : Sf = faktor keamanan ∑Mt = besarnya momen vertikal KNm ∑Mg = besarnya momen horisontal KNm Sumber : DPU Pengairan, Standar Perencanaan Irigasi KP-02

II.8.2. Stabilitas Terhadap Geser

Rumus : Sf = ∑�� ∑�ℎ ≥ 1,5 Dimana : Sf = faktor keamanan ∑V = besarnya gaya vertikal KN ∑H = besarnya gaya horisontal KN Sumber : DPU Pengairan, Standar Perencanaan Irigasi KP-02

II.8.3. Stabilitas Terhadap Eksentrisitas

Rumus : a = ∑Mt−∑Mg ∑V e = B 2 – a 16 . B Dengan : B = lebar dasar bendung yang ditinjau m Sumber : DPU, Standar Perencanaan Irigasi KP-02

II.8.4. Terhadap Daya Dukung Tanah

Rumus daya dukung tanah Terzaghi : Universitas Sumatera Utara