Analisa Hidrologi 1. Pengolahan Data Curah Hujan

BAB IV PEMBAHASAN HASIL EVALUASI BENDUNG

IV.1. Analisa Hidrologi IV.1.1. Pengolahan Data Curah Hujan Dalam analisa hidrologi ini data pengaliran sungai sangat diperlukan, akan tetapi karena data tidak mencukupi maka digunakan data curah hujan harian maksimum per tahun dari tiga stasiun penakar hujan yang berdekatan dengan daerah aliran sungai Bahorok dengan periode pengamatan 10 tahun. Stasiun tersebut adalah, stasiun Bukit Lawang, stasiun Maryke dan stasiun Sei Bingei. Data curah hujan harian maksimum per tahun yang terjadi selama 10 tahun terakhir 1999-2008 dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Data Curah Hujan Harian Maksimum Per Tahun. Tahun Bukit Lawang A1 Maryke A2 Sei Bingei A3 2001 99 61 93 2002 144 160 85 2003 155 85 74 2004 159 108 48 2005 163 123 45 2006 158 182 105 2007 121 80 216 2008 183 128 98 2009 149 87 98 2010 120 67 79 Sumber: Stasiun Klimatologi Sampali Medan Universitas Sumatera Utara

IV.1.1.1. Analisa Hujan dengan Metode Rata-rata Aljabar

Curah hujan wilayah maksimum harian per tahun dari ketiga stasiun tersebut dihitung dengan menggunakan metode rata-rata aljabar. Luas catchment area diperoleh berdasarkan data adalah sebesar 101,175 km². Adapun perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2. Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum Rata-Rata dengan Metode Aljabar Rata-rata. Tahun A1 A2 A3 Σ A Rata-rata 2001 99 61 93 253 84,33 2002 144 160 85 389 129,67 2003 155 85 74 314 104,67 2004 159 108 48 315 105,00 2005 163 123 45 331 110,33 2006 158 182 105 445 148,33 2007 121 80 216 417 139,00 2008 183 128 98 409 136,33 2009 149 87 98 334 111,33 2010 120 67 79 266 88,67 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Urutan Peringkat Curah Hujan Harian Maksimum Rata-Rata dengan Metode Rata-rata Aljabar No. Urut Tahun Max 1. 2006 148,33 2. 2007 139,00 3. 2008 136,33 4. 2002 129,67 5. 2009 111.33 6. 2005 110,33 7. 2014 105,00 8. 2003 104,67 9. 2010 88,67 10. 2001 84,33 Berdasarkan tabel 4.3, didapat curah hujan harian maksium tertinggi adalah 148,33 mm 2006 dan curah hujan harian maksimum terendah adalah 84,33 mm 2001.

IV.1.1.2. Penentuan Pola Distribusi Hujan

Penentuan pola distribusi atau sebaran hujan dilakukan dengan menganalisa data curah hujan harian maksimum yang diperoleh dengan menggunakan analisis frekuensi. Untuk menentukan jenis sebaran yang akan digunakan dalam menetapkan periode ulangreturn periode analisa frekuensi maka dicari parameter statistik dari data curah hujan wilayah baik secara normal maupun secara logaritmik. Universitas Sumatera Utara Langkah yang ditempuh adalah dengan mengurutkan data-data mulai dari terkecil sampai terbesar. Dari hasil analisis diperoleh nilai untuk masing-masing parameter statistik adalah sebagai berikut : 1. Parameter statistik sebaran normal Data-data yang digunakan dalam perhitungan parameter statistik dapat dilihat pada tabel 4.4. No. X i x x i − 2 x x i − 3 x x i − 4 x x i − 1. 148.33 32.56 1060.41 34531.32 1124478.05 2. 139.00 23.23 539.82 12542.15 291404.29 3. 136.33 20.56 422.88 8696.07 178825.88 4. 129.67 13.90 193.32 2687.94 37373.09 5. 111.33 -4.44 19.68 -87.29 387.23 6. 110.33 -5.44 29.55 -160.63 873.21 7. 105.00 -10.77 115.91 -1247.85 13434.38 8. 104.67 -11.10 123.12 -1366.15 15158.83 9. 88.67 -27.10 734.19 -19893.70 539039.68 10. 84.33 -31.44 988.22 -31065.75 976582.91 n 10 10 10 10 10 ∑ = 1157.66 0.00 4227.10 4636.10 3177557.56 x 115.77 0.00 422.71 463.61 317755.76 Universitas Sumatera Utara Dari tabel 4.4. didapat data nilai parameter statistik data curah hujan wilayah dengan sebaran normal sehingga dapat ditentukan nilai simpangan baku, koefisien varians, koefisien skewnes dan koefisien kurtosis.  Rata-rata X X = 10 84,33 88,67 104,67 105,00 110,33 111,33 129,67 136,33 139,00 148,33 + + + + + + + + + = 115,77 mm  Simpangan baku 2 1 2 1 X X N N Sx − − = ∑ = 71 , 422 1 10 10 − = 21,67  Kofisien Variansi Cv = X Sx = 77 , 115 67 , 21 = 0,19  Koefisien Skewness 3 3 2 1 Sx n n x R n Cs − − − Σ = = 0,06  Koefisin kurtosis 4 4 2 3 2 1 Sx n n n x R n Ck − − − − Σ = = -1,20 Selain parameter statistik data curah hujan wilayah dengan sebaran normal, pola ditribusi hujan juga harus diuji dalam parameter statistik dengan sebaran Universitas Sumatera Utara logaritmatik. 2. Parameter statistik sebaran normal Data-data yang digunakan dalam perhitungan parameter statistik dengan sebaran logaritmatik dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Parameter Statistik dengan Sebaran Logaritmatik. No Log X i log log x x i − 2 log log x x i − 3 log log x x i − 4 log log x x i − 1. 2.171 0.107647969 0.011588085 0.001247434 0.000134284 2. 2.143 0.079433773 0.006309724 0.000501205 3.98126E-05 3. 2.135 0.071010407 0.005042478 0.000358068 2.54266E-05 4. 2.113 0.049258483 0.002426398 0.000119521 5.88741E-06 5. 2.047 -0.016968819 0.000287941 -4.88602E-06 8.29099E-08 6. 2.043 -0.020887409 0.000436284 -9.11284E-06 1.90344E-07 7. 2.021 -0.042391729 0.001797059 -7.61804E-05 3.22942E-06 8. 2.020 -0.043758803 0.001914833 -8.37908E-05 3.66658E-06 9. 1.948 -0.115804319 0.01341064 -0.00155301 0.000179845 10. 1.926 -0.137598927 0.018933465 -0.002605224 0.000358476 n 10 10 10 10 10 ∑ = 20.57 -0.07 0.06 -0.00211 0.00075 x 2.0566 -0.007005937 0.006214691 -0.000210598 7.50901E-05 Dari tabel 4.5. didapat data nilai parameter statistik data curah hujan wilayah dengan sebaran logaritmatik sehingga dapat ditentukan nilai simpangan baku logaritmatik, koefisien varians, koefisien skewnes dan koefisien kurtosis. Universitas Sumatera Utara  Rata-rata X Log = 10 93 , 1 95 , 1 02 , 2 02 , 2 04 , 2 05 , 2 11 , 2 13 , 2 14 , 2 17 , 2 + + + + + + + + + = 2,06 mm  Simpangan baku 2 1 2 1 X Log X Log N N SxLogXr − − = ∑ = 006214691 , 1 10 10 − = 0,08  Kofisien Variansi Cv = X Log SxLogX = 06 , 2 08 , = 0,04  Koefisien Skewness 3 3 2 1 SxLogX n n x Log LogX n Cs − − − Σ = = -0,20  Koefisin kurtosis 4 4 2 3 2 1 SxLogX n n n x Log LogX n Ck − − − − Σ = = -1,04 Untuk menentukan jenis sebaran yang akan digunakan, maka parameter statistik data curah hujan wilayah diperiksa terhadap beberapa jenis sebaran sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6. Kesesuaian Data Curah Hujan Terhadap Jenis Sebaran No Jenis Sebaran Syarat Hasil Perhitungan Keterangan 1. Normal Cs ≈ Ck ≈ 3 Cs = 0,06 Ck = -1,20 Tidak Sesuai Tidak Sesuai 2. Log Normal Cs ln X ≈ Ck ln X ≈ 3 Cs ln X = -0,20 Ck ln X = -1,04 Tidak Sesuai Tidak Sesuai 3. Log Person - Type III Cs ln X 0 Ck ln X = 1,54 CslnX 2 + 3 Cs ln X = -0,20 Ck ln X = 3,0616 Tidak Sesuai Sesuai 4. Gumbel Cs ≈ 1,14 Ck ≈ 5,4 Cs = 0,006 Ck = 0,286 Tidak Sesuai Tidak Sesuai Berdasarkan tabel 5.6, maka distribusi Log Normal Cs ≠ 3Cv, CsLnX ≠ 0, CkLnX ≠ 3 dan Gumbel Cs 1,14 dan Ck 5,4 tidak dapat digunakan sebagai metode perhitungan curah hujan rancangan. Berdasarkan analisis frekuensi yang dilakukan pada data curah hujan harian maksimum diperoleh bahwa jenis distribusi yang paling cocok dengan sebaran data curah hujan harian maksimum di daerah aliran sungai Bahorok adalah distribusi Log Pearson type III.

IV.1.1.3. Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan Metode Log Pearson Type III.

Pada metode Log Pearson Type III ini, maka data curah hujan harian maksimum yang diperoleh diubah dalam bentuk logaritmik sehingga parameter statistik yang digunakan adalah parameter statistik sebaran logaritmatik. Berdasarkan tabel ditribusi Log Pearson Tipe III untuk koefisien kemencengan Cs pada lampiran untuk nilai Cs = -0,20 diperoleh harga K untuk Universitas Sumatera Utara periode ulang T tahun dengan cara interpolasi antara lain sebagai berikut : Tabel 4.7. Nilai K Untuk Harga Cs = -0,20 Nilai K yang didapat seperti tertera pada tabel 5.7 akan digunakan dalam perhitungan curah hujan rancangan metode Log Pearon Type III.

IV.1.1.4. Perhitungan Uji Kesesuaian Distribusi Log Pearson Type III

Data curah hujan maksimum yang telah didistribusikan dengan metode Log Pearson Type III tersebut, kemudian akan diuji secara statistik dengan metode Chi-kuadrat agar dapat diketahui apakah jenis distribusi Log Pearson Type III telah sesuai dengan rangkaian data curah hujan yang tersedia. Adapun langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:

1. Menentukan kelas interval

Jumlah kelas interval k N k log 3 , 3 1 + = N = Jumlah tahun pengamatan ≈ = + = 3 , 4 10 log 3 , 3 1 k 5 kelas Kelas interval ke-1 1. Probabilitas P T Cs K 5 -0,20 0,850 10 -0,20 1,258 25 -0,20 1,680 30 -0,20 1,920 50 -0,20 1,945 100 -0,20 2,178 Universitas Sumatera Utara k P 1 = 5 1 = P = 0,2 2. Nilai-nilai parameter statistik LogXr, Sd dan Cs Log Xr = 2,06 Sd = 0,08 Cs = -0,20 3. Nilai faktor frekwensi K Berdasarkan tabel pada lampiran diperoleh harga faktor frekuensi untuk Cs = - 0,20 dan kala ulang 100 5 1 1 x             − = 80 , yaitu sebesar K = -0,83 4. Kelas interval CL . log log 1 Sd K Xr CL + = − 08 , 83 , 06 , 2 log 1 − + = − CL 99 , 1 log 1 − = CL = 98,54 mm Kelas interval ke-2 Jumlah kelas interval k N k log 3 , 3 1 + = N = Jumlah tahun pengamatan ≈ = + = 3 , 4 10 log 3 , 3 1 k 5 kelas Kelas interval ke-2 1. Probabilitas P Universitas Sumatera Utara k P 2 = 5 2 = P = 0,4 2. Nilai-nilai parameter statistik LogXr, Sd dan Cs Log Xr = 2,06 Sd = 0,08 Cs = -0,20 3. Nilai faktor frekwensi K Berdasarkan tabel pada lampiran diperoleh harga faktor frekuensi untuk Cs = - 0,20 dan kala ulang 100 5 2 1 x             − = 60 , yaitu sebesar K = -0,35 4. Kelas interval CL . log log 1 Sd K Xr CL + = − 08 , 35 , 06 , 2 log 1 − + = − CL 03 , 2 log 1 − = CL = 107,65 mm

IV.1.1.5. Menentukan Nilai Chi-Kuadrat

1. Jumlah frekuensi yang diamati Oi Banyaknya data curah hujan yang masuk dalam kelas interval 98,54 mm sampai dengan 107,65 mm adalah sebanyak 2 sampel. 2. Luas probabilitas = 20 , 5 1 = Universitas Sumatera Utara 3. Jumlah frekuensi yang diharapkan Ei Ei = N x Luas probabilitas Ei = 10 x 0,20 = 2,0 4. Selisih antara frekuensi yang diamati terhadap frekuensi yang diharapkan Oi – Ei = 2 – 2 = 0 5. Selisih kuadrat antara frekuensi yang diamati terhadap frekuensi yang diharapkan Oi – Ei 2 = 0 2 = 0 6. Nilai Chi Kuadrat X 2 X 2 =       − Ei Ei Oi 2 X 2 = 2 = 0

IV.1.1.5. Menentukan Nilai Chi Kuadrat Krtitis X

2 Kr Dari tabel nilai Chi Kuadrat pada lampiran diperoleh nilai Chi Kuadrat untuk taraf signifikan 0,05 dan 0,01, sebagai berikut:  α = 0,05  τ = k – P+1 = 5 – 2+1 = 2  X 2 0,05 = 5,991  X 2 0,01 = 9,21

IV. Kontrol

Telah dijelaskan bahwa, diharapkan nilai Chi Kuadrat harus lebih kecil dari pada nilai Chi Kuadrat kritisnya. Universitas Sumatera Utara X 2 X 2 0,05 dan X 2 X 2 0,01 1,00 5,991 dan 1,00 9,210 ......................... OK Tabel 4.8. Batas Kelas Interval Untuk Distribusi Log Pearson III No. Kelas Probabilitas Log Xr Sd K CL 2,06 0,08 1 0,2 2,06 0,08 -0,83 98,54 2 0,4 2,06 0,08 -0,35 107,65 3 0,6 2,06 0,08 0,31 121,56 4 0,8 2,06 0,08 0,85 134,28 5 1 2,06 0,08 Tabel 4.9. Perhitungan Nilai Chi Kuadrat Kelas Interval Oi Luas Ei Oi - Ei Oi - Ei 2 Ei Ei Oi 2 − 0,00 - 98,54 2 0,2 2 98,54 - 107,65 2 0,2 2 107,65 - 121,56 2 0,2 2 121,56 - 134,28 1 0,2 2 -1 1 0,5 134,28 - ~ 3 0,2 2 1 1 0,5 Jumlah 10 1 10 2 1 Berdasarkan tabel 4.9. diperoleh bahwa X 2 sebesar 1,0 mm, sedangkan X 2 0,05 sebesar 5,991 mm, dan X 2 0,01 sebesar 9,210 mm. Ini berarti bahwa distribusi Log Pearson III telah sesuai dengan sebaran data curah hujan yang tersedia, karena nilai X 2 lebih kecil dari pada nilai X 2 0,05 ataupun terhadap nilai X 2 0,01. Universitas Sumatera Utara

IV.1.1.6. Peritungan Logaritma Hujan Rencana

Log X T = Log Xr + K. Sd 1. T = 5 tahun Log X 5 = Log Xr + K. Sd Log X 5 = 2,056 + 0,850. 0,083 Log X 5 = 2,127 X 5 = 133,95 mm 2. T = 10 tahun Log X 10 = Log Xr + K. Sd Log X 10 = 2,056 + 1,258. 0,083 Log X 10 = 2,161 X 10 = 144,78 mm 3. T = 25 tahun Log X 25 = Log Xr + K. Sd Log X 25 = 2,056 + 1,680. 0,083 Log X 25 = 2,196 X 25 = 156,90 mm 4. T = 30 tahun Log X 30 = Log Xr + K. Sd Log X 30 = 2,056 + 1,920. 0,083 Log X 30 = 2,215 X 30 = 164,23 mm 5. T = 50 tahun Log X 50 = Log Xr + K. Sd Universitas Sumatera Utara Log X 50 = 2,056 + 1,945. 0,083 Log X 50 = 2,217 X 50 = 165,03 mm 6. T = 100 tahun Log X 100 = Log Xr + K. Sd Log X 100 = 2,056 + 2,178. 0,083 Log X 100 = 2,236 X 100 = 172,52 mm Tabel 4.10. Ringkasan Hujan Rancangan Periode Ulang 5, 10, 25, 30, 50, 100 Tahun Metode Log Pearson III. T Log Xr Cs K SD Log Xt Xt 5 2,056 -0,20 0,850 0,08 2,127 133,95 10 2,056 -0,20 1,258 0,08 2,161 144,78 25 2,056 -0,20 1,680 0,08 2,196 156,90 30 2,056 -0,20 1,920 0,08 2,215 164,23 50 2,056 -0,20 1,945 0,08 2,218 165,03 100 2,056 -0,20 2,178 0,08 2,237 172,52

IV.1.1.6. Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan Metode Haspers

Berdasarkan banyaknya tahun pengamatan, N = 10 tahun dan data curah hujan maksimum pertama dan kedua beserta masing-masing standard variabelnya 1 µ dan 2 µ , maka dapat diperoleh standar deviasi Sd sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.11 . Standar Variabel µ Xmax No. urut m Periode Ulang, T N+m Standar Variabel µ 148,33 1 11 = 1 µ 1,296 84,33 2 5,5 = 2 µ 0,71 Tabel 4.12. Tabel Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Haspers Tahun Curah hujan max mm Rank Periode Ulang X M T = n+1 M 2006 148,33 1 11,000 2007 139,00 2 5,500 2008 136,33 3 3,667 2002 129,67 4 2,750 2009 111,33 5 2,200 2005 110,33 6 1,833 2004 105,00 7 1,571 2003 104,67 8 1,375 2010 88,67 9 1,222 2001 84,33 10 1,100 Total 1157,66 10 X rata-rata = 115,77 X max1 = 148,33 X max2 = 84,33 N X Xr ∑ = 766 , 115 10 66 , 1157 = = Xr mm Universitas Sumatera Utara             − +       − = 2 2 max 1 1 max 2 1 µ µ Xr X Xr X Sd 93 , 28 73 , 77 , 115 33 , 84 35 , 1 77 , 115 33 , 148 2 1 =             − +       − = Sd mm Curah hujan rencana untuk berbagai periode ulang dengan menggunakan metode Haspers menggunakan persamaan . Sd Xr X T µ + = , maka diperoleh besar curah hujan rencana X T sebagai berikut: 1. T = 5 tahun X 5 = Xr + µ . Sd X 5 = 115,766 + 0,64. 28,93 X 5 = 134,28 mm 2. T = 10 tahun X 10 = Xr + µ . Sd X 10 = 115,77 + 1,26. 28,93 X 10 = 152,21 mm 3. T = 25 tahun X2 5 = Xr + µ . Sd X2 5 = 115,77 + 2,10. 28,93 X2 5 = 176,51 mm 4. T = 30 tahun X 30 = Xr + µ . Sd X 30 = 115,77 + 2,23. 28,93 X 30 = 180,27 mm 5. T = 50 tahun Universitas Sumatera Utara X 50 = Xr + µ . Sd X 50 = 115,77 + 2,75. 28,93 X 50 = 195,31 mm 6. T = 100 tahun X 100 = Xr + µ . Sd X 100 = 115,77 + 3,43. 28,93 X 100 = 214,98 mm Tabel 4.13. Ringkasan Hujan Rancangan Periode Ulang 5, 10, 25, 30, 50, 100 Tahun Metode Haspers T SD µ t Xr Xn 5 28,93 0,64 115,77 134,28 10 28,93 1,26 115,77 152,21 25 28,93 2,10 115,77 176,51 30 28,93 2,23 115,77 180,27 50 28,93 2,75 115,77 195,31 100 28,93 3,43 115,77 214,98 Dari tabel 5.10. dan tabel 5.13. maka didapat besar hujan rancangan berbagai periode dengan metode Log Pearson III dan metode Haspers. Ringkasan hujan rancangan dapat dilihat pada tabel 5.14. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14 . Ringkasan Hujan Rancangan Periode Ulang 5, 10, 25, 30, 50, 100 Tahun Metode Log Pearson III dan Metode Haspers T. ulang METODE HASPER LOG PEARSON III 5 134,28 133,95 10 152,21 144,78 25 176,51 156,90 30 180,27 164,23 50 195,31 165,03 100 214,98 172,52

IV.2. Perhitungan Debit Banjir