1
MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA SERTA MEMANFAATKAN SUMBER DAYA ALAM AGAR TIDAK
MASUK DALAM TRANSAKSI POLITIK PRAKTIS
Studi di Provinsi Kalimantan Tengah
A. Prolog
Siapkah anda menghadapi persaingan di tahun 2015? Sudah seharusnya kita bersiap menghadapi ketatnya persaingan di tahun 2015. Indonesia dan
negara-negara di wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA.
MEA merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Pernahkah anda iseng-iseng bertanya kepada para masyarakat, baik di kota maupun di desa tentang apa itu Masyarakat Ekonomi ASEAN. Cukup
mengejutkan bahwa masyarakat yang berada di desa sebagian besar tidak mengetahui, dan lebih parah lagi masih ada sebagian besar masyarakat di
perkotaan yang tidak mengetahui MEA. Umumnya para masyarakat menengah kebawah sangat asing dengan istilah ini, apakah kita sudah siap
untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN? Para ahli telah banyak menjawab pertanyaan tersebut. Namun, harapan Wali Kota Palangkaraya HM
Riban Satia kepada masyarakat di Bumi Tambun Bungai tidak menganggap era MEA sebagai sebuah ancamam. Sebaliknya, era MEA justru akan
menghadirkan peluang sekaligus tantangan bagi setiap negara anggota, tak
2
terkecuali Indonesia, sebagai negera berpenduduk terbanyak dengan kawasan yang paling luas.
Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri harus
memberikan perhatian penuh pada kualitas. Usaha untuk memantapkan kondisi perusahaan diperumit lagi dengan berlakunya era perdagangan bebas
AFTA 2003 dan akan berlakunya APEC 2020. Hal ini berakibat semakin banyaknya pesaing baru, di samping pesaing lama yang turut terlibat di bisnis
untuk memperebutkan pangsa yang juga meluas. Tingginya tingkat persaingan antarnegara ini tidak hanya akan
berdampak pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan melainkan juga akan berdampak langsung pada perekonomian daerah khususnya setelah
pemberlakuan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Tantangan ini selanjutnya harus diartikan sebagai tuntutan bagi setiap daerah di Indonesia
untuk meningkatkan daya saing daerahnya masing-masing sebagai penentu keberhasilan pembangunan di daerah tersebut.
Tantangan utama dari pemberdayaan otonomi daerah adalah pemahaman akan potensi daya saing daerah. Dengan pemahaman yang akurat
dan lengkap akan potensi daya saing yang dimiliki oleh daerahnya, suatu pemerintah daerah akan dapat dengan mudah menyusun suatu kebijakan yang
benar-benar baik dan pada gilirannya akan menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha di daerah yang bersangkutan.
3
Konsep daya saing dapat ditinjau dari sisi perusahaan, industri, kelompokindustri, negara, atau daerah. Daya saing merupakan salah satu kata
kunci yang lekat dengan pembangunan ekonomi daerah Sri Susilo, 2013. Menurut Porter 1990, daya saing daerah adalah kemampuan menciptakan
atau mengembangkan iklim paling produktif bagi bisnis dan inovasi. Daya saing juga banyak diartikan sebagai suatu potensi tunggal, sehingga dengan
demikian tidak ada upaya pemahaman bagaimana kompleksitas faktor-faktor yang membentuk daya saing. Tanpa adanya kesatuan pemahaman yang
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, daya saing sering kali menyebabkan kekeliruan dalam pengambilan kesimpulan dan kebijakan. Oleh
karena itu upaya penyatuan pemahaman akan konsep daya saing adalah sangat perlu untuk dilakukan. Word Economic Forum WEF, suatu lembaga
yang secara rutin menerbitkan “Global Competitiveness”, mendefenisikan daya saing nasional secara lebih luas namun dalam kalimat yang singkat dan
sederhana . WEF mendefenisikan daya saing nasional sebagai “kemampuan
perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan”. Fokusnya kemudian adalah pada kebijakan-kebijakan
yang tepat, institusi-institusi yang sesuai, serta karakteristik-karakteristik ekonomi yang lain yang mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi lain
yang mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan tersebut.
Peringkat daya saing global Indonesia versi World Economic Forum WEF tahun 2014 -2015 dinaikkan dari 38 menjadi 34 dari 144 negara.
4
Adanya perbaikan di beberapa sektor pendorong ekonomi, menjadi salah satu faktor kenaikan peringkat tersebut. Setelah pada tahun 2013, peringkat
Indonesia melompat secara signifikan sampai 12 level ke peringkat 38 dalam pemeringkatan daya saing global 2013-2014. Dengan kenaikan tersebut,
Indonesia berada di klasemen menengah. Kenaikan tersebut dikarenakan perbaikan di beberapa kriteria seperti infrastruktur, konektifitas, kualitas tata
kelola sektor swasta dan publik efisiensi pemerintah, dan pemberantasan korupsi.
Penopang dalam hal ini adalah meningkatkan Sumber Daya Manusia yang harus lebih difokuskan kepada pemuda, karena pemuda yang akan
melanjutkan astapet kepemimpinan baru. Tentu akan banyak peluang dan tantangan yang kemudian harus siap untuk dihadapi. Hal ini juga berkaitan
erat dengan Sumber Daya Alam Indonesia yang kian musnah, akibat berbagai macam perusahaan, dimulai dari perkebunan sawit, tambang batu bara, timah,
tambang emas, ilegal loging, dan lainnya. Pemuda kian hari lebih asyik dalam dunia media sosial, yang kerap kali
memposting hal-hal yang kadang tidak berguna, presentase pendidikanpun berkurang, sebagai contoh di Kalimantan Tengah hanya berkisar kurang lebih
20 pemuda pelajar SLTA yang melanjutkan ke perguruan tinggi. hal ini disebabkan karena lemahnya semangat dan penopang terhadap Sumber Daya
Manusia yang mampu meningkatkan hasrat ataupun motivasi pemuda dalam bersaing, baik dibidang pendidikan ekonomi, usaha dan lain sebagainya.
5
B. Gambaran Sumber Daya Alam