6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Kepatuhan 1.1 Pengertian Kepatuhan
Menurut Kamus Besa r Bahasa Indonesia Pranoto, 2007 “patuh adalah
suka menurut perintah dan taat pada perintah. Kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin”.
Kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai - nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan
mebebani dirinya bila mana ia tidak dapat berbuat sebagaimana yang harus dilakukannya Prijadarminto, 2003.
Perilaku kepatuhan bersifat sementara karena perilaku ini akan bertahan bila ada pengawasan. Jika pengawasan hilang atau mengendur maka akan timbul
perilaku ketidakpatuhan. Jika perawat itu sendiri menganggap perilaku ini bernilai positif yang akan diintegrasikan melalui tindakan asuhan keperawatan maka
perilaku kepatuhan ini akan optimal. Perilaku keperawatan ini akan dapat dicapai jika manajer keperawatan merupakan orang yang dapat dipercaya dan dapat
memberikan motivasi Sarwono, 2007. Kepatuhan petugas profesional perawat adalah kesesuaian antara perilku
seseorang perawat dengan ketentuan yang telah ditentukan pimpinan perawat ataupun pihak rumah sakit Niven, 2002. Kepatuhan perawat adalah perilaku
perawat sebagai seorang professional dalam melakukan suatu anjuran, prosedur
6
Universitas Sumatera Utara
atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati Setiadi, 2007. Kepatuhan pada program kesehatan dapat diukur dengan cara melakukan observasi Bastable,
1997 2002. Ketidakpatuhan adalah perilaku yang dapat menimbulkan konflik yang
dapat menghasilkan perasaan bersalah pada seseorang dimana perilaku ditujukan. Perilaku ini dapat berbentuk verbal dan nonverbal. Perilaku ini terbagi menjadi
tiga jenis menurut Murphy dalam Swansburg 2000 yaitu: 1. Competitive Bomber yang mudah menolak untuk bekerja. Orang ini
sering menggerutu dengan bergumam dan dengan wajah yang cemberut dapat pergi meninggalkan manajer perawat atau tidak masuk kerja.
2. Martyred Accomodator yang menggunakan kepatuhan palsu. Orang tipe ini dapat bekerja sama tetapi juga sambil melakukan ejekan, hinaan,
mengeluh dan mengkritik untuk mendapatkan dukungan yang lainnya. 3. Advoider
yang bekerja
dengan menghindarkan
kesepakatan, berpartisipasi dan tidak berespon terhadap manajer perawat.
1.2 Faktor Penentu Derajat Ketidakpatuhan Mengungkapkan derajat ketidakpatuhan ditentukan oleh kompleksitas
prosedur pengobatan, derajat perubahan gaya hiduplingkungan kerja yang dibutuhkan, lamanya waktu dimana perawat mematuhi prosedur tersebut, apakah
prosedur tersebut berpotensi menyelamatkan hidup, dan keparahan penyakit yang dipersepsikan sendiri oleh pasien bukan petugas kesehatan Niven, 2002.
1.3 Stretegi untuk Meningkatkan Kepatuhan
Universitas Sumatera Utara
Menurut Smet 1994, berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan kepatuhan, diantaranya adalah:
a. Dukungan Profesional Kesehatan Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan
kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal dukungan tersebut adalah dengan adanya tehnik komunikasi. Komunikasi memegang
peranan penting karena komunikasi yang baik diberikan oleh
profesional kesehatan, misalnya antara kepala perawatan dengan bawahannya.
b. Dukungan Sosial Dukungan sosial yang dimaksud adalah pasien dan keluarga. Pasien dan
keluarga yang percaya pada tindakan dan perilaku yang dilakukan oleh perawat dapat menunjang peningkatan kesehatan pasien, sehingga
perawat dapat bekerja dengan percaya diri dan ketidakpatuhan dapat dikurangi.
c. Perilaku Sehat Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan, misalnya kepatuhan
perawat untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh pasien
ataupun melakukan tindakan asuhan keperawatan. d. Pemberian Informasi
Pemberian informasi yang jelas tentang pentingnya pemberian asuhan keperawatan berdasarkan prosedur yang ada membantu meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
kepatuhan perawat, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan-pelatihan kesehatan yang diadakan oleh pihak rumah sakit
ataupun instansi kesehatan lain.
2. Standart Kompetensi Perawat Indonesia Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati, sedangkan
kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja performance yang ditetapkan. Standar kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang
diharapkan dimiliki oleh individu yang akan bekerja di bidang pelayanan keperawatan. Menghadapi era globalisasi, standar tersebut harus ekuivalen dengan
standar- standar yang berlaku pada sektor industri kesehatan di negara lain serta dapat berlaku secara internasional.
Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan fisiologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural yang diberikan kepada klien karena ketidakmampuan,
ketidakmauan dan ketidaktahuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasar yang terganggu baik aktual maupun potensial. Fokus keperawatan adalah respons klien
terhadap penyakit, pengobatan dan lingkungan. Tanggungjawab perawat yang sangat mendasar adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan dan mengurangai penderitaan. Tanggungjawab ini bersifat universal.
3. Standart Pelayanan Keperawatan Ortopedi 3.1 Pengertian
Universitas Sumatera Utara
Keperawatan ortopedi merupakan area spesifik yang membutuhkan kompetensi perawat untuk mengatasi masalah sistem muskuloskeletal dengan
berbagai penyebab yang meliputi degeneratif, traumatik, inflamasi, kongenital, metabolik, dan onkologi. Standar pelayanan keperawatan ortopedi merupakan
acuan yang digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan pada pasien dengan masalah ortopedi dalam berbagai setting keperawatan.
Standar pelayanan keperawatan ini merupakan performa perilaku dirancang untuk memastikan dipenuhinya kualitas pelayanan keperawatan yang
dapat diukur dalam proses pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan. Standar praktik keperawatan ortopedi dikembangkan dalam empat domain keperawatan,
yaitu praktik, pendidikan, manajamen, dan penelitian.
3.2 Kompetensi Perawat Ortopedi dan Rehabilitasi Medik 3.2.1 Perawat Klinik I : Ortopedi dan Rehabilitasi Medik
Kualifikasi : Pendidikan : D
– 3 Keperawatan Pengalaman Kerja Klinik : 5 th
Pendidikan : S – 1 Keperawatan Ners
Pengalaman Kerja Klinik : 3 th + Sertifikasi BLS Kompetensi : Pemberian dan Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Melakukan pengkajian data keperawatan dasar 2. Melakukan tindakan keperawatan dasar, meliputi :
a. Pemenuhan kebutuhan bernafas
Universitas Sumatera Utara
b. Pemenuhan kebutuhan makan minum yang seimbang c. Pemenuhan kebutuhan eliminasi urin
d. Pemenuhan kebutuhan eliminasi fekal e. Pemenuhan kebutuhan mobilisasi dan mempertahankan posisi
tubuh f. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
g. Pemenuhan kebutuhan untuk mempertahankan suhu tubuh normal
h. Pemenuhan kebutuhan kebersihan tubuh dan penampilan tubuh
i. Membantu menghindari bahaya dan cidera j. Melakukan komunikasi terapeutik
k. Pemenuhan kebutuhan spiritual l. Pemenuhan kebutuhan beraktifitas
m.Pemenuhan kebutuhan rekreasi n. Melakukan pendidikan kesehatan promosi kesehatan
o. Memberikan obat sederhana p. Penanggulangan infeksi
q. Mempertahankan teknik bersih dan steril r. Perawatan luka
3. Menggunakan komunikasi terapeutik 4. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan
Universitas Sumatera Utara
5. Melakukan dokumentasi keperawatan 6. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain
7. Mampu memberikan asuhan keperawatan dasar dengan supervisi dari perawat klinik yang lebih tinggi
Pengembangan Profesional :
1. Melaksanakan upaya peningkatan professional dalam praktik keperawatan
2. Menggunakan hasil riset dalam praktik keperawatan 3. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung
jawab profesi : a. Mengevaluasi kinerja praktik diri sendiri
b. Melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan ilmiah keperawatan
3.2.2 Perawat Klinik II : Ortopedi dan Rehabilitasi Medik Kualifikasi :
Pendidikan : D – 3 Keperawatan
Pengalaman Kerja Klinik : 5 th+ Sertifikasi : BLS, Keperawatan Medikal Bedah Ortopedi dasar
Pendidikan : S – 1 Keperawatan Ners
Pengalaman Kerja Klinik : 3 th + Sertifikasi : BLS, Keperawatan Medikal Bedah Ortopedi dasar
Universitas Sumatera Utara
Kompetensi : Praktik Profesional, Etis, Legal dan Peka Budaya 1. Menunjukan perilaku bertanggung gugat terhadap praktik
profesional kompetensi PK I 2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik
keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya a. Kompetensi PK I
b. Menjalankan peran advokasi untuk melindungi hak-hak manusia sebagaimana yang diuraikan dalam kode etik
keperawatan Indonesia perawat mampu melindungi klien pasien dari tindakan yang dapat merugikan baik fisik maupun
material 3. Melaksanakan praktik secara legal
a. Kompetensi PK I b. Menunjukkan tindakan yang sesuai dengan regulasi yang
berlaku terkait praktik keperawatan kode etik keperawatan
Pemberian dan Manajemen Asuhan Keperawatan : 1. Memahami konsep biomedik medikal bedah dasar
2. Melakukan pengkajian data keperawatan medikal bedah: ortopedi dasar tanpa komplikasi
3. Menganalisa data dan menetapkan diagnosa keperawatan, menyusun rencana asuhan keperawatan yang menggambarkan
intervensi pada klien ortopedi tanpa komplikasi
Universitas Sumatera Utara
4. Melakukan tindakan keperawatan ortopedi dasar dengan bimbingan terbatas dari perawat klinik yang lebih tinggi. Dengan
kegiatan sebagai berikut: a. Membantu klien memenuhi kebutuhan dasarnya
b. Melakukan observasi c. Melakukan tindakan optimalisasi fungsi musculoskeletal :
Mobilisasi, ROM, perubahan posisi, pemberian nutrisi d. Meminimalisasi komplikasi aktual dan potensial kasus ortopedi:
dekubitus, konstipasi, mual-muntah, infeksi saluran kemih, retensi urin, keseimbangan cairan dan elektrolit
e. Keselamatan : pencegahan jatuh pada pasien dengan alat bantu jalan
f. Manajemen nyeri non farmakologi g. Melakukan pendidikan kesehatan
h. Melakukan persiapan pemeriksaan diagnostik i. Melakukan tindakan keperawatan pada klien pre dan post
operasi kecil j. Melakukan tindakan kolaborasi
k. Melakukan dokumentasi keperawatan 5. Menggunakan komunikasi terapeutik
6. Mampu membedakan situasi penting dan memprioritaskan masalah
Universitas Sumatera Utara
7. Mampu melaksanakan tindakan kedaruratan di ruang rawat meliputi: RJP, penanganan shock
8. Membimbing PK I
Pengembangan Profesional : 1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik
keperawatan a. Kompetensi PK I
b. Meningkatkan dan menjaga citra keperawatan profesional c. Memberikan kontribusi untuk pengembangan praktik
keperawatan profesional 2. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung
jawab profesi: a. Kompetensi PK I
b. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing mentor bagi PK I
3.2.3 Perawat Klinik III : Ortopedi dan Rehabilitasi Medik Kualifikasi :
Pendidikan : D – 3 Keperawatan
Pengalaman Kerja Klinik : 9 th + Sertifikasi : BLS, Keperawaatan Medikal Bedah Ortopedi Rehabilitasi
lanjut Pendidikan : S
– 1 Keperawatan Ners
Universitas Sumatera Utara
Pengalaman Kerja Klinik : 6 th +Sertifikasi : BLS, Keperawaatan Medikal Bedah Ortopedi Rehabilitasi
lanjut Pendidikan : S-2 Kep Spesialis 1
Pengalaman Kerja Klinik : 0 th Kompetensi : Praktik Profesional, Etis, Legal dan Peka Budaya
1. Menunjukan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik profesional kompetensi PK II
2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya:
a. Kompetensi PK II b. Melibatkan diri secara aktif dalam pembuatan keputusan etik
secara efektif perawat bertanggungjawab secara moral untuk mengambil keputusan yang baik dan menolak keputusan yang
buruk dari teman sejawat dan tenaga kesehatan lain c. Mengambil keputusan etik dan menentukan prioritas dalam
kondisi perang, tindakan kekerasan, konflik dan situasi bencana alam perawat bertanggungjawab secara moral untuk
mengambil keputusan yang baik dan menolak keputusan yang buruk dari teman sejawat dan tenaga kesehatan lain dalam
situasi gawat darurat 3. Melaksanakan praktik secara legal kompetensi PK II
Pemberian dan manajemen asuhan keperawatan :
Universitas Sumatera Utara
1. Memahami konsep biomedik medikal bedah lanjutan 2. Melakukan pengkajian keperawatan kepada klien medikal bedah :
Ortopedi dan Rehabilitasi dengan risiko komplikasi pada 12 sistem tubuh secara mandiri
3. Menganalisa data, menetapkan diagnosa keperawatan 4. Menyusun rencana asuhan keperawatan yang menggambarkan
intervensi pada klien medikal bedah: ortopedi dan rehabilitasi dengan risiko komplikasi pada 12 sistem tubuh
5. Melakukan tindakan keperawatan pada klien medikal bedah: ortopedi dan rehabilitasi dengan komplikasi pada 12 sistem tubuh,
dengan kegiatan sebagai berikut : a. Melakukan observasi
b. Melakukan tindakan optimalisasi fungsi muskuloskeletal c. Melakukan tindakan optimalisasi fungsi kognitif
d. Melakukan tindakan optimalisasi kesehatan mental e. Minimalisasi komplikasi aktual dan potensial
f. Manajemen nyeri non farmakologi g. Memberikan obat secara aman dan tepat
h. Melakukan pendidikan kesehatan i. Melakukan persiapan pemeriksaan diagnostik
j. Mengelola askep perioperatif mencakup perawatan pra bedah, intra bedah dan pasca bedah ortopedi
Universitas Sumatera Utara
k. Melakukan tindakan kolaborasi l. Melakukan rujukan keperawatan
m. Memberikan konseling n. Melakukan dokumentasi keperawatan
6. Mampu memberikan asuhan keperawatan dengan keputusan mandiri tanpa bimbingan
7. Menggunakan komunikasi terapeutik 8. Membimbing PK II dan peserta didik
9. Mampu memimpin dan tanggung jawab 10. Mampu sharing ide dan pengetahuan dengan kelompok
11. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut
Pengembangan profesional : 1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik
keperawatan a. Kompetensi PK II
b. Menggunakan bukti yang absah dalam mengevaluasi mutu praktik keperawatan
c. Berpartisipasi dalam meningkatkan mutu prosedur penjamin mutu
2. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab profesi :
a. Kompetensi PK II
Universitas Sumatera Utara
b. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing mentor bagi PK II c. Menunjukkan tanggung jawab untuk pembelajaran seumur
hidup dan mempertahankan kompetensi d. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing mentor bagi PK
dibawahnya e. Memberikan kontribusi pada pengembangan pendidikan dan
profesional peserta didik f. Menunjukkan peran sebagai pembimbing mentor yang efektif
3.2.4 Perawat Klinik IV : Ortopedi dan Rehabilitasi Medik Kualifikasi : Kualifikasi :
Pendidikan : S – 1 Keperawatan Ners
Pengalaman Kerja Klinik : 9 th + Sertifikasi BTLS, Medikal Bedah Orthopaedi Rehabilitasi
Pendidikan : S-2 Kep Spesialis 1 Pengalaman Kerja Klinik : 2 th
Pendidikan : S-2 Kep Spesialis 2 Pengalaman Kerja Klinik : 0 th
Kompetensi : Praktik Profesional, Etis, Legal dan Peka Budaya. 1. Menunjukan perilaku bertanggung gugat terhadap praktik
profesional kompetensi PK III
Universitas Sumatera Utara
2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya kompetensi
PK III 3. Melaksanakan praktik secara legal kompetensi PK III
Universitas Sumatera Utara
Pemberian dan manajemen asuhan keperawatan : 1. Memahami konsep biomedik medikal bedah spesifik ortopedi dan
rehabilitasi 2. Dapat melakukan asuhan keperawatan medikal bedah dan sub
spesialisasi secara mandiri pada sistem ortopedi dan rehabilitasi muskuloskeletal
3. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada kasus kegawatan ortopedi dan rehabilitasi
4. Bertindak sebagai pembimbing jenjang PK III sesuai dengan kekhususan
5. Bertindak sebagai pendidik bagi pasien, keluarga, sesama teman dan peserta didik keperawatan
6. Melakukan kolaborasi dengan profesi lain meliputi kemampuan mengambil keputusan untuk perawatan klien bersama profesi lain
7. Dalam mendelegasikan mampu memberi alternatif dalam penyelesaian masalah
8. Menggunakan komunikasi terapeutik 9. Mampu sebagai konselor dalam bidang medikal bedah khusus
10. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan 11. Mengidentifikasi hal-hal yang yang perlu diteliti lebih lanjut
12. Mempertimbangkan norma dan etik dalam menghadapi situasi Pengembangan Profesional :
Universitas Sumatera Utara
1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik keperawatan kompetensi III
2. Mengikuti
pendidikan berkelanjutan
sebagai wujud
tanggungjawab profesi : a. Kompetensi PK III
b. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing mentor bagi PK III
3.2.5 Perawat Klinik V : Ortopedi dan Rehabilitasi Medik Kualifikasi :
Pendidikan : S-2 Kep Spesialis 1 Pengalaman Kerja Klinik : 4 th
Pendidikan : S-3 Kep Spesialis 2 Ners Spesialis Konsultan
Pengalaman Kerja Klinik : 1 th
Kompetensi : Praktik Profesional, Etis, Legal dan Peka Budaya 1. Menunjukan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik
profesional kompetensi PK IV 2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik
keperawatan, Indonesia dan memperhatikan budaya Kompetensi PK IV
3. Melaksanakan praktik secara legal
Universitas Sumatera Utara
Pemberian dan manajemen asuhan keperawatan : 1. Memberikan asuhan keperawatan khusus atau sub spesialisasi
dalam lingkup medikal bedah: ortopedi dan rehabilitasi 2. Melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub spesialisasi
dengan keputusan secara mandiri 3. Melakukan bimbingan bagi PK IV
4. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan 5. Melakukan kolaborasi dengan profesi lain
6. Melakukan konseling kepada pasien dan keluarga 7. Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
8. Menggunakan komunikasi terapeutik 9. Membimbing peserta didik keperawatan
10. Berperan sebagai konsultan dalam lingkup bidangnya 11. Berperan sebagai peneliti
Pengembangan Profesional : 1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik
keperawatan kompetensi PK IV 2. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung
jawab profesi a. Kompetensi PK IV
b. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing mentor bagi PK
Universitas Sumatera Utara
3.3 Lingkup Tindakan Keperawatan Ortopedi 1. Pemenuhan kebutuhan dasar; oksigen, cairan dan elektrolit, nutrisi, dan
eliminasi 2. Pembebatan pada pendarahan
3. Pembidaian faktur ekstremitasi 4. Persiapan operasi
5. Penanganan syok 6. Perawatan eksternal imobilisasi cast gips
7. Perawatan luka donor, luka kotor, luka bersih, dekubitus 8. Perawatan amputasi
9. Perawatan area penusukan pin pin site care dengan chlorhexidin gluconat 0,2
10. Perawatan traksi skin traksi, skeletal traksi; hallo traksi, kotrel traksi, dan lain
–lain 11. Pemasangan armsling
12. Pemasangan CPM Continuous Passive Movement 13. Pemberian terapi: obat oral, injeksi, topical, dan lain
–lain, produk darah, nutrisi enteral parenteral
14. Manajemen nyeri farmakologi dan non farmakologi 15. Manajemen disrefleksia
Universitas Sumatera Utara
16. Restrain fisik 17. Positioning intra operatif
18. Positioning pada kasus tulang belakang 19. Positioning di kursi roda
20. Pencegahan dekubitus 21. Perawatan tirah baring
22. Melatih pasien berjalan dengan alat bantu: tongkat; walker 23. Pemasangan brace; neck collar
24. Pemasangan stoking 25. Pemasangan splinting
26. Latihan rentang gerak sendi pada sendi normal 27. Latihan kekuatan otot
28. Pencegahan konstipasi 29. Bladder bowel training
30. Pemenuhan kebutuhan hygiene kasus tulang belakang 31. Bed making kasus tulang belakang
32. Perawatan trakeostomi kasus spine dengan cedera medulla spinalis 33. Transfer pasien
34. Ambulasi
Universitas Sumatera Utara
35. Perawatan drain 36. Pemasangan pelvic sling
37. Tehnik aplikasi bandage 38. Manajemen stres
39. Perawatan terminal
4. Konsep Fraktur 4.1 Defenisi Fraktur
a. Brunner Suddarth 2009, Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan jaringan lunak .
b. Black Hawks 2009, fraktur adalah terputusnya jaringan tulang karena stress akibat tahanan yang datang lebih besar dari daya tahan yang
dimiliki oleh tulang. c. Perry Potter 2005, Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang. Fraktur biasa terjadi karena trauma langsung eksternal, tetapi dapat juga terjadi karena deformitas tulang misalnya fraktur patologis
karena osteoporosis, penyakit paget dan osteogenesis imperfekta. 4.2 Etiologi Fraktur
4.2.1 Kekerasan langsung Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur tersebut sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Kekerasan tidak langsung Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang
jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vector kekerasan.
4.2.3 Kekerasan akibat tarikan otot Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan dan tekanan, kombinasi dari ketiganya dan penarikan.
4.3 Manifestasi Fraktur Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons AAOS 2008
Menyatakan bahwa manifestasi klinis fraktur femur adalah sebagai berikut: nyeri, ketidakmampuan untuk menggerakkan kaki, deformitas, dan bengkak.
Menurut Smeltzer Bare 2002, manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan
lokal, dan perubahan warna. 4.4 Jenis Fraktur
Jenis fraktur dibedakan berdasarkan beberapa hal antara lain : bentuk garis patah yaitu fraktur komplit dan fraktur inkomplit, Berhubungan dengan dunia luar
yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka, Pergeseran anatomi tulang yaitu fraktur greenstick, fraktur transversal, fraktur oblik, fraktur spiral, fraktur segmental,
fraktur avulse, fraktur impacted, fraktur torus, dan fraktur komminuted. Berikut ini adalah gambar beberapa jenis fraktur.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Jenis- jenis fraktur 4.5 Penatalaksanaan Fraktur
Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula reposisi dan mempertahankan posisi itu selama masa
penyembuhan patah tulang imobilisasi. Pada anak-anak reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai keadaan sempurna seperti semula karena tulang mempunyai
kemampuan remodeling. Penatalaksanaan umum fraktur meliputi menghilangkan rasa nyeri,
Menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur, Agar terjadi penyatuan tulang kembali, Untuk mengembalikan fungsi seperti semula.
Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat dilakukan imobilisasi, tidak menggerakkan daerah fraktur dan dapat diberikan obat penghilang nyeri. Teknik
imobilisasi dapat dilakukan dengan pembidaian atau gips. Bidai dan gips tidak dapat pempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu diperlukan teknik
seperti pemasangan traksi kontinu, fiksasi eksteral, atau fiksasi internal.
Universitas Sumatera Utara
Tindakan konservatif yaitu suatu cara pengobatan patah tulang secara medis yang tidak membuat sayatan untuk memasang implant pada tulang yang
patah, tetapi menggunaka gips, bidai, terapi kulit, traksi tulang, juga perbaikan dengan melakukan manipulasi dan reposisi ke posisi mendekati normal.
Sedangkan tindakan operatif meliputi operasi ORIF Open Reduction Internal Fixation, OREF Open Reduction Enternal Fixation, menjahit luka dan menjahit
pembuluh darah yang robek. Open reduction Adalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan
pembedahan. sering dilakukan dengan internal fixasi menggunakan kawat, screws, pins, plate, intermedullary rods atau nail. Kelemahan tindakan ini adalah
kemungkinan infeksi dan komplikasi berhubungan dengan anesthesia. Jika dilakukan open reduksi internal fixasi pada tulang termasuk sendi maka akan
ada indikasi untuk melakukan ROM.
5. Konsep Range Of Motion ROM 5.1 Definisi ROM
Latihan range of motion ROM adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun
untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Jenis ROM 5.2.1 ROM Pasif
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien
semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total. Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien Suratun, dkk., 2008.
5.2.2 ROM Aktif Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan
kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. 5.3 Tujuan ROM :
1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot 2. Memelihara mobilitas persendian
3. Merangsang sirkulasi darah 4. Mencegah kelainan bentuk
5.4 Prinsip Dasar Latihan ROM : 1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
Universitas Sumatera Utara
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien
3.Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian- bagian yang di curigai mengalami proses penyakit
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah di lakukan
5.5 Manfaat ROM 1. Meningkatkan mobilisasi sendi
2. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan 3. Meningkatkan massa otot
4. Mengurangi kehilangan tulang 5. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan 6. Mengkaji tulang sendi dan otot
7. Mencegah terjadinya kekakuan sendi 8. Memperlancar sirkulasi darah
9. Memperbaiki tonus otot
Universitas Sumatera Utara
5.6 Standar Operating Procedur SOP Latihan Rentang Gerak ROM Kozier, B. 2000, Fundamental of Nursing
5.6.1 Latihan aktif ROM Merupakan latihan gerak isotonik terjadi kontraksi dan pergerakan
otot yang dilakukan klien dengan menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai dengan rentang geraknya yang normal.
5.6.2 Latihan pasif ROM Latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkan
persendian klien sesuai dengan rentang geraknya. 5.6.2.1 Prosedur Pelaksanaan
Prosedur umum : 1. Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme
2. Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau memasang sketsel 3. Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan dikerjakan
dan minta klien untuk dapat bekerja sama 4. Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar memudahkan
perawat dalam bekerja, terhindar dari masalah pada penjajarar tubuh dan pergunakan selalu prinsip-prinsip mekanik tubuh
5. Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan perawat dari buka bagian tubuh yang akan digerakkan
6. Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada masing - masing sisi tubuh
Universitas Sumatera Utara
7. Kembalikan pada posisi awal setelah masing-masing gerakan mengulangi masing-masing gerakarn 3 kali
8. Selama latihan pergerakan, kaji : a. kemampuan untuk menoleransi gerakan
b. rentang gerak ROM dari masing-masing persendian yang bersangkutan
9. Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan ketahanart tubuh terhadap latihan
10. Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak diharapkan atau perubahan pada pergerakan klien, misalnya adanya kekakuan
dan kontraktur Prosedur khusus :
Gerakan bahu : 1. Mulai masing-masing gerakan dari lengan di sisi klien Pegang
lengan di bawah siku dengan tangan kiri perawat dan pegang pergelangan tangan klien dengan tangan kanan perawat
2. Fleksi dan ekstensikan bahu Gerakkan lengan ke atas menuju kepala tempat tidur.
Kembalikan ke posisi sebelumnya 3. Abduksikan bahu
Gerakkan lengan menjauhi tubuh dan menuju kepala sampai tangan di atas kepala
Universitas Sumatera Utara
4. Adduksikan bahu Gerakkan lengan klien ke atas tubuhnya sampai tangan yang
bersangkutan menyentuh tangan pada sisi di sebelahnya 5. Rotasikan bahu internal dan ekstemal
a. Letakkan lengan di samping tubuh klien sejajar dengan bahu Siku membentuk sudut 90° dengan kasur
b. Gerakkan lengan ke bawah hingga telapak tangan menyentuh kasur, kemudian gerakkan ke atas hingga
punggung tangan menyentuh tempat tidur Gerakan siku :
1. Fleksi dan ekstensikan siku a. Bengkokkan siku hingga jari-jari tangan-menyentuh dagu
b. Luruskan kembali ke tempat semula 2. Pronasi dan supinasikan siku
a. Genggam tangan klien seperti orang yang sedang berjat tangan
b. Putar telapak tangan klien ke bawah dan ke atas, pastikan Y nya terjadi pergerakan siku, bukan bahu.
Gerakan pergelangan tangan
1. Fleksi pergelangan tangan a. Genggam telapak dengan satu tangan, tangan yang lainnya
Universitas Sumatera Utara
menyangga lengan bawah b. Bengkokkan pergelangan tangan ke depan
2. Ekstensi pergelangan tangan Dari posisi fleksi, tegakkan kembali pergelangan tangan ke
posisi semula 3. Fleksi radialradial deviation abduksi
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral menuju ibu jari
4. Fleksi ulnarulnar deviation adduksi Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral ke arah jari
kelima Gerakan jari-jari tangan :
1. Fleksi Bengkokkan jari-jari tangan dan ibu jari ke arah telapak
tangan tangan menggenggam 2. Ekstensi
Dari posisi fleksi, kembalikan ke posisi semula buka genggama tangan
3. Hiperekstensi Bengkokkan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin
4. Abduksi Buka dan pisahkan jari-jari tangan
Universitas Sumatera Utara
5. Adduksi Dari posisi abduksi, kembalikan ke posisi semula.
6. Oposisi Sentuhkan masing-masing jari tangan dengan ibu jari.
Gerakan pinggul dan lutut :
Untuk melakukan gerakan ini, letakkan satu tangan di bawah lutut
Mien dan tangan yang lainnya di bawah mata kaki klien. 1. FIeksi dan ekstensi lutut dan pinggul
a. Angkat kaki dan bengkokkan lutut b. Gerakkan lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin
c. KembaIikan lutut ke bawah, tegakkan lutut, rendahkan kaki sampai pada kasur
2. Abduksi dan adduksi kaki a. Gerakkan kaki ke samping menjauhi klien
b. Kembalikan melintas di atas kaki yang lainnya Rotasikan pinggul internal dan eksternal. putar kaki ke dalam,
kemudian ke luar Gerakkan telapak kaki dan pergelangan kaki :
1. Dorsofleksi telapak kaki a. Letakkan satu tangan di bawah tumit
Universitas Sumatera Utara
b. Tekan kaki klien dengan lengan Anda untuk menggerakkannya ke arah kaki
2. Fleksi plantar telapak kaki a. Letakkan satu tangan pada punggung dan tangan yang
lainnya berada pada tumit b. Dorong telapak kaki menjauh dari kaki
3. Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki a. Letakkan satu tangan pada punggung kaki klien, letakkan
tangan yang lainnya pada pergelangan kaki b. Bengkokkan jari-jari ke bawah
c. Kembalikan lagi pada posisi semula 4. Inversi dan eversi telapak kaki
a. Letakkan satu tangan di bawah tumit, dan tangan yang lainnya di atas punggung kaki
b. Putar teIapak kaki ke dalam, kemudian ke luar
6. Asuhan Keperawatan Pada Pasien post Operasi Fraktur Eksremitas Keperawatan ortopedik dan trauma merupakan suatu spesialisasi dinamis
dengaan riwayat perubahan, sering secara signifikan, sebagai respon terhadap perkembangan masyarat, penyediaan layanan kesehatan, teknologi pola penyakit,
perkembangan medis dan keperawatan, dan tentu saja, kebutuhan pasien. Kemampuan untuk berespon dan beradaptasi ini akan terus membentuk
spesialisasi di masa yang akan datang Kneale, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Ahli fisioterapi, ahli terapi okupasi, dan staf perawat dilibatkan dalam penanganan atrofi otot yang timbul karena gangguan atau trauma eksremitas atas
kronis. Tujuan asuhan ditentukan dalam diskusi bersama staf medis dan fisioterapi, seringkali dinyatakan dalam rentang gerak yang dinilai.
6.1 Eksremitas atas Setelah pembedahan, pasien mugkin memerlukan bantuan untuk
melakukan latihan. Latihan rehabilitasi dibagi dalam tiga kategori : 1. Gerakan
pasif, yang
bertujuan untuk
membantu pasien
mempertahankan rrentang gerak sendi dan mencegah timbulnya pelekatan atau kontraktur jaringan lunak,serta mencegah strain
berlebihan pada otot yang diperbaiki pasca-bedah. 2. Gerakan aktif terbantu, dilakukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan pergerakan, sering kali dibantu dengan tangan yang sehat, katrol, atau tongkat.
3. Latihan penguatan adalah latihan aktif yang bertujuan memperkuat otot. Latihan biasanya dimulai jika kerusakan jaringan lunak telah pulih, 4-6
minggu setelah pembedahan atau dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan eksremitas atas kronis.
Aktivitas fisik diawali dengan rentang gerak pasif yang dilanjutkan dengan rentang gerak aktif terbantu jika pasien telah pulih dari anastesi. Sebelum pulang,
pasien harus mampu melakukan elevasi bahu dengan sempurna. Pada minggu ke 4 sampai 6, ahli fisioterapi atau praktisi perawat akan memulai latihan tahanan aktif
pada pasien untuk membentuk kekuatan otot.
Universitas Sumatera Utara
Latihan bahu dan tangan dimulai pada hari pertama untuk mencegah kerusakan otot dan kekakuan sendi. Pada minggu ke-2, latihan pendubulum
dimulai dan ikat pinggang pada Poly Sling dilepas. Pada minggu ke-3 sampai 4, mitela dilepasdan gerakan aktif dimulai. Pada minggu ke-6, rotasi eksternal 90
dimulai dan dilanjutkan dengan berbagai rentang gerak.
6.2 Eksremitas bawah Remobilisasi biasanya dimulai pada hari setelah pembedahan dengan
memberikan fiksasi pada fraktur secara memuaskan. Penanganan ligament kolateral medial meliputi pembidaian lutut dalam fleksi 30
secepatnya yang diikuti latihan kuadrisep isometric dan penopang berat parsial. Mulai minggu ke-2
sampai 6, fleksi mulai 30 sampai 90 dengan hinged splint dapat dilakukan, yang
mencegah gerakan lateral lutut selama fleksi, disertai latihan isokinetik dan ambulasi dengan penopang berat total. Pada minggu ke-6, ostosis dilepas dan
latihan isokinetik dilanjutkan dengan penambahan tahanan. Aktivitas olahraga penuh di perbolehkan jika 80 kekuatan lutut telah pulih. Prosedur ini mungkin
berbeda-beda sesuai dengan pilihan ahli bedah atau ahli fisioterapi.
Universitas Sumatera Utara
40
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kepatuhan
perawat dalam melakukan tindakan range of motion rom pada pasien post operasi fraktur di RSUP H. Adam Malik Medan.
Skema 3.1. Kerangka penelitian kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan range of motion rom pada pasien post operasi fraktur di RSUP H.
Adam Malik.
: Variabel yang di teliti : Berhubungan
2. Defenisi Operasional Tabel 3.1. Defenisi Operasional
Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Tindakan Range Of Motion ROM
Pada Pasien Post Operasi Fraktur Patuh :
1. Lengkap
sesuai SOP 2.
Tidak lengkap
sesuai SOP
Tidak Patuh
40
Universitas Sumatera Utara
Variabel Defenisi Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala Kepatuhan
Perawat: Kepatuhan
perawat merupakan
perilaku patuh seorang perawat
dalam melaksanakan
anjuran, prosedur yang diberikan
pimpinan perawat dan peraturan
dari RSUP H. Adam Malik.
. Lembar
Observasi 29 item,
Melakukan, skor =1
Tidak melakukan,
skor = 0 Nilai
tindakan : 1. Patuh
2. Tidak patuh
Ordinal
Universitas Sumatera Utara
42
BAB 4 METODE PENELITIAN