1
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mendapatkan peringkat kelima atas
kejadian kecelakaan lalulintas di dunia. Kecelakaan lalulintas dapat menyebabkan berbagai dampak, baik cedera ringan, fraktur hingga dapat menyebabkan kematian.
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas pada jaringan tulang, biasanya terjadi karena trauma langsung eksternal, dan dapat juga terjadi karena deformitas tulang.
Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur Perry Potter, 2005. Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain
karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam tumpul, berjumlah 45.987 orang. Peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang
3,8 dari 20.829 orang. Kasus kecelakaan lalu lintas yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang 8,5 dari 14.127 orang. Trauma benda tajam tumpul
yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang 1,7 RISKESDAS, 2007. Juita 2002 menyatakan bahwa di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan pada
tahun 1998 - 2002 tercatat sebanyak 947 kasus fraktur, Rumah Sakit Haji Medan pada tahun 2000 - 2003 terdapat kasus fraktur sebanyak 228 kasus, Rumah Sakit
Haji Adam Malik Medan selama periode Januari 2005 sampai Maret 2007 terdapat kasus fraktur pada laki
– laki sebanyak 616 orang dan pada wanita sebanyak 248 orang, Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Dr. Pirngadi Medan
penderita fraktur dengan jumlah 114 penderita pada tahun 2009. Hasil survey awal yang dilakukan peneliti, di peroleh data bahwa jumlah
pasien yang mengalami fraktur adalah 146 orang tahun 2011, 134 orang tahun
1
Universitas Sumatera Utara
2012 dan 163 orang dari bulan januari 2013 – juli 2014. Data ini diperoleh dari
rekam medik RSUP H. Adam Malik Medan. Kecelakaan lalulintas merupakan insiden yang paling sering terjadi.
Cedera akibat kecelakaan dapat mengakibatkan kecacatan yang umumnya bersifat sementara, Kecacatan dapat lebih lama dirasakan jika rehabilitasi tidak dilakukan
dengan tepat dan benar. Rehabilitasi yang dilakukan secara intensif dapat mengurangi risiko kecacatan dan dapat mempersingkat fase pemulihan Hawkey
Williams, 2001 dalam Kneale, 2011. Keterbatasan ambulasi akan menyebabkan otot kehilangan daya tahan
tubuh, penurunan massa otot dan penurunan stabilitas. Pengaruh penurunan kondisi otot akibat penurunan aktivitas fisik akan terlihat jelas dalam beberapa
hari Saryono, 2008 dalam Setyarini Herlina, 2013. Masalah yang terjadi apabila rehabilitasi tidak dilakukan salah satunya
ialah terjadinya kekakuan dan kelemahan pada sendi. Masalah kekakuan sendi dalam jangka panjang dapat dicegah dengan cara melakukan aktivitas mobilitas
fisik. Aktivitas fisik diawali dengan rentang gerak pasif dilanjutkan dengan latihan gerak aktif. Intervensi keperawatan post operasi fraktur yang dapat
dilakukan adalah mobilisasi dini secara bertahap dapat dimulai dari latihan range of motion ROM Kneale Davis, 2011.
Pasien sering sekali merasa takut untuk bergerak setelah pembedahan ortopedi. Hubungan komunikasi yang baik antara pasien dan perawat dapat
membantu pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang dirancang untuk memperbaiki tingkat mobilitas fisik pada pasien. Pasien biasanya mau menerima
Universitas Sumatera Utara
terhadap peningkatan mobilitasnya bila mereka telah diyakinkan bahwa gerakan yang diberikan sangat menguntungkan baginya Smeltzer Bare, 2009. Perawat
memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan rehabilitasi dan latihan ROM terhadap pasien Kneale Davis, 2011.
ROM merupakan latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot Potter and Perry, 2005. Latihan gerak sendi atau ROM merupakan latihan-latihan yang
diberikan untuk mempertahankan kelenturan fleksibilitas otot-otot dan persendian serta untuk meningkatkan fungsi sendi yang berkurang karena
berbagai macam proses penyakit, kecelakaan, atau tidak dipergunakan. Rehabilitasi yang tidak adekuat dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot
kuadrisep Utami, 2013. Kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan ROM pada pasien post
operasi fraktur sangat mempengaruhi dengan tingkat kesembuhan pasien. Dilakukannya ROM secara rutin dapat mempertahankan mobilitas sendi dan
jaringan ikat, meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur, mempertahankan elastisitas mekanis dari otot, membantu kelancaran sirkulasi, meningkatkan
pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian, menurunkan atau mencegah rasa nyeri, membantu proses penyembuhan pasca
cedera dan operasi, membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien. Kurang patuhnya perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan akan berakibat
rendahnya mutu asuhan itu sendiri KnealeDavis, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Sulastri dan Judha 2009 menyatakan bahwa, belum ada perawat yang sepenuhnya mengimplementasikan ROM aktif dan pasif pada pasien post operasi
fraktur femur. Peran perawat sangat penting dalam perawatan pasien pre dan post operasi terutama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Mengingat
banyaknya masalah yang dialami akibat yang ditimbulkan, maka perlu adanya perawatan dan support sistem yang intensif, serta tindakan yang komprehensif
melalui proses asuhan keperawatan, sehingga diharapkan masalah yang ada dapat teratasi dan komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari secara dini.
Berdasarkan fenomena permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengen
ai “Kepatuhan Perawat dalam Melakukan Tindakan Range Of Motion ROM Pada Pasien Post Operasi Fraktur di RSUP Haji Adam
Malik Medan.” 2. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari fenomena masalah yang dikemukakan di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah
mengenai bagaimana “Kepatuhan Perawat dalam Melakukan Tindakan Range Of Motion ROM Pada Pasien Post Operasi
Fraktur di RSUP Haji Adam Malik Medan.” 3. Batasan Masalah
Peneliti melakukan penelitian terhadap pasien fraktur yang di berikan tindakan ROM aktif maupun pasif pada pasien post operasi fraktur bagian
eksremitas atas dan bawah. 4. Tujuan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan ROM pada pasien fraktur di RSUP Haji Adam malik Medan.
5. Manfaat Penelitian 5.1 Pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa keperawatan terkait pemberian asuhan mengenai pentingnya kepatuhan
perawat dalam melakukan ROM pada pasien post operasi fraktur. 5.2 Pelayanan keperawatan
Memberikan manfaat kepada RSUP H. Adam Malik Medan khususnya perawat Orthopedi pentingnya pelaksanaan ROM untuk mengoptimalkan
dan meningkatkan standar kualitas hidup pasien. 5.3 Penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini merupakan data dasar dan sebagai data tambahan yang dapat dijadikan sebagai referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya
terkait kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan ROM.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA