4.1.2.2. Pengujian Hipotesis
4.1.2.2.1. Uji Signifikansi Parameter Individual Uji t
Secara parsial model regresi pertama dapat diuji kebermaknaannya menggunakan uji t, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.16 Hasil Uji t
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant 4.673
2.259 2.069
.048 Pelatihan
.258 .089
.343 2.908
.007 Kejelasan_Tujuan
.140 .066
.223 2.127
.042 Dukungan_Atasan
.337 .063
.534 5.388
.000 a. Dependent Variable: KSAKD
Sumber : Hasil output SPSS Hasil uji statistik dengan SPSS pada variabel Pelatihan X
1
diperoleh nilai t hitung = 2,908 dengan sig. = 0,007 0,05, dan nilai B pada kolom Unstandardized
Coefficients sebesar 0,089, sehingga H
1
yang menyatakan bahwa ada pengaruh Pelatihan terhadap Kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah di Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Tengah diterima, dan memberikan pengaruh positif. Hasil uji statistik dengan SPSS pada variabel Kejelasan Tujuan X
2
diperoleh nilai t hitung = 2,127 dengan sig. = 0,042 0,05, dan nilai B pada kolom
Unstandardized Coefficients sebesar 0,066, sehingga H
2
yang menyatakan bahwa ada
pengaruh Kejelasan Tujuan terhadap Kegunaan sistem akuntansi keuangan daerag diterima, dan memberikan pengaruh positif.
Sedangkan hasil uji statistik dengan SPSS pada variabel Dukungan atasan diperoleh t hitung = 5,388 dengan sig. = 0,000 0,05, dan nilai B pada kolom
Unstandardized Coefficients sebesar 0,063, sehingga H
3
yang menyatakan ada pengaruh Dukungan Atasan terhadap Kegunaan Sistem akuntansi keuangan daerah
diterima, dan memberikan pengaruh positif.
4.1.2.2.2. Analisis Koefisien Determinasi Parsial r
2
Koefisien determinasi parsial dapat dihitung berdasarkan nilai Correlations Partial dalam tabel Coefficients berikut:
Tabel 4.17 Koefisien Determinasi Parsial Pelatihan, Kejelasan Tujuan, dan Dukungan
Atasan terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Coefficients
a
Model Unstandardize
d Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. Correlations
B Std.
Error Beta
Zero-order Partial
Part 1
Constant 4.673 2.259
2.069 .048 Pelatihan
.258 .089
.343 2.908 .007 .752
.482 .246
kejelasan_t ujuan
.140 .066
.223 2.127 .042 .576
.373 .180
dukungan_ atasan
.337 .063
.534 5.388 .000 .774
.713 .456
a. Dependent Variable: SAKD
Berdasarkan kontribusi variabel secara parsial Pelatihan terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah 0,482
2
x 100 = 23,2. Hal ini berarti bahwa Pelatihan mempengaruhi Kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah sebesar
23,3. Besarnya kontribusi Kejelasan tujuan terhadap kegunaan sistem akuntansi
keuangan daerah adalah sebesar 0,373
2
x 100 = 13,39. Hal ini berarti bahwa kejelasan tujuan mempengaruhi kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah sebesar
13,9. Sedangkan besarnya kontribusi dukungan atasan terhadap kegunaan sistem akunatnsi keuangan daerah adalah sebesar 0,713
2
x 100 = 50,8. Hal ini berarti bahwa dukungan atasan mempengaruhi kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah
sebesar 50,8.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Pelatihan terhadap Kegunaan SAKD
Hasil uji signifikansi parameter individual uji t dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi pelatihan terhadap Kegunaan SAKD 0,05
yang berarti Ha
2
yang menyatakan bahwa ada Pelatihan terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah diterima. Dari hasil analisis deskriptif secara keseluruhan
pelatihan dalam kategori sesuai dengan kondisi kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah dalam kategori.
Shield 1995 berpendapat bahwa pelatihan dalam desain, implementasi dan penggunaan suatu inovasi seperti adanya sistem baru memberikan kesempatan bagi
organisasi untuk dapat mengartikulasi hubungan antara implementasi sistem baru tersebut dengan tujuan organisasi serta menyediakan suatu sarana bagi pengguna
untuk dapat mengerti, menerima dan merasa nyaman dari perasaan tertekan atau perasaan khawatir dalam proses implementasi.