Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji Terhadap Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Stambuk 2007

(1)

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI TERHADAP KEJADIAN AKNE VULGARIS

PADA

MAHASISWA FK USU STAMBUK 2007

Oleh:

BERRY EKA PARDA BANCIN

NIM: 070100101

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI TERHADAP KEJADIAN AKNE VULGARIS

PADA

MAHASISWA FK USU STAMBUK 2007

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

BERRY EKA PARDA BANCIN

070100101

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian: Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji Terhadap Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Stambuk 2007

NAMA : BERRY EKA PARDA BANCIN

NIM : 070100101

Pembimbing Penguji I

dr. Rointan Simanungkalit, Sp. KK (K) dr. Nelly Elfrida Samosir, Sp.Pk NIP: 19630820 198902 2 001 NIP: 19690906 200501 2 002

Penguji II

dr. Dede Moeswir, Sp.PD NIP: 19630127 198911 1 001

Medan, Desember 2010

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Pendahuluan. Akne Vulgaris merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di kalangan

masyarakat khususnya pada usia remaja. Sekitar 85% orang dalam hidupnya pernah mengalami akne vulgaris, sehingga penyakit ini sering diaumsikan sebagai suatu keadaan fisiologis. Makanan tinggi kalori sudah lama diduga masyarakat sebagai salah satu penyebab dari penyakit ini, hal ini didukung oleh meningkatnya angka kejadian akne vulgaris di negar-negara berkembang saat ini. Dari berbagai penelitian yang dilakukan mengenai hubungan makanan dengan kejadian akne vulgaris sejak 1946 sampai 2007 menghasilkan pertentangan diantara para peneliti, yaitu kelompok yang setuju bahwa makanan sebagai salah satu penyebab akne vulgaris dan kelompok yang tidak setuju.

Metode. Rancangan Penelitian adalah studi analitik dengan metode potong lintang (Cross Sectional) retrospective. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa FK USU stambuk 2007 yang menderita akne vulgaris yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang berjumlah 80 orang dan kelompok kontrol yang memiliki criteria yang sama dengan kelompok sampel berjumlah 80 orang.

Hasil. Dari 160 responden yang mengkonsumsi makanan cepat saji, terdapat 55 (49,1%) orang yang menderita akne vulgaris dan sebagian lagi yaitu 57 orang (50,9%) tidak menderita akne vulgaris. Sedangkan pada responden yang tidak mengkonsumsi makan cepat saji, terdapat 25 orang (52,08%) yang menderita akne vulgaris dan selebihnya yaitu 23 orang (47,91%) tidak menderita akne vulgaris

Diskusi. Berdasarkan analisa statistik yang telah dilakukan dengan metoda chi square didapat p = 0.809, dimana nilainya lebih kecil dari nilai α yang ditetapkan (α = 0.05). Hasil perhitungan ini menggambarkan tidak adanya hubungan antara konsumsi makanan cepat saji terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU stambuk 2007.


(5)

ABSTRACT

Introduction. Acne vulgaris is a very common disease found in public, especially in adolescence. About 85% of people in their life have had acne vulgaris, so it’s often assumed as a physiological state. High-calorie foods have been long suspected as one of the causes of this disease, this opinion is supported by the increased incidence of acne vulgaris in developing countries today. Since 1946 to 2007 various studies have been conducted on the relationship of food to the occurrence of acne vulgaris and produced disagreement among the researchers, the group agreed that the foods as a cause of acne vulgaris and groups who do not agree.

Methods. Research design in this study is an analytical study with cross sectiona retrospective method. The sample in this study are students of 2007 from FK USU, which suffered from acne vulgaris who meet inclusion and exclusion criteria, amounting to 80 people and a control group who have the same criteria with a sample group of 80 people. Results. From 160 respondents who consume fast food, there were 55 (49.1%) of people who suffer from acne vulgaris and some of them are 57 people (50.9%) did not suffer from acne vulgaris. While the respondents who did not consume fast food, there were 25 people (52.08%) who suffer from acne vulgaris and the rest are 23 people (47.91%) did not suffer from acne vulgaris Discussion. Based on statistical analysis has been done using chi square test p = 0.05 obtained, where the value is similar with the specified α (α = 0.05). According to the result of this calculation, illustrate that there’s no relationship between fast food consumption and incidance of acne vulgaris in student of 2007 from FK USU 2007.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memeberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran Program Studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Univerasitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji terhadap Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Stambuk 2007. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr. Rointan Simanungkalit Sp.KK(K) selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memeberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

4. Terima kasih yang tiada tara penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis, yang telah memebesarkan dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberi semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan pendidikan

5. Terima kasih ditujukan kepada saudara-saudara penulis, abang dan kakak yang selalu memeberi dukungan, doa, kasih sayang dan keceriaan dalam hidupku. 6. Terima kasih kepada Threesa Serepina Sinurat yang telah banyak memberi

masukan, bantuan serta dukungan dalam penulisan dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

7. Terima kasih kepada seluruh temam-teman stambuk 2007, terima kasih atas dukungan dan bantuannya

8. Terima kasih kepada junior-junior yang tercinta yang telah banyak membantu dan berpartisipasi dalam penelitian ini.


(7)

Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberian kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan membalas dengan pahala yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis

mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, November 2010 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN …... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ……….. vii

DAFTAR TABEL ……….. viii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ……….. 1

1.1. Latar Belakang ………. 1

1.2. Rumusan Masalah ……… 3

1.3. Tujuan Penelitian ……… 3

1.3.1. Tujuan Umum ………. 3

1.3.2. Tujuan Khusus ………. 3

1.4. Manfaat Penelitian ………... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………... 4

2.1. Akne Vulgaris ………... 4

2.1.1. Definisi ………... 4

2.1.2. Epidemiologi ………... 4

2.1.3. Etiologi ……… 5

2.1.4. Patogenesis ………. 6

2.1.5. Gambaran Klinis ……… 10

2.1.6. Derajat Keparahan ……… 11

2.1.7. Diagnosa Akne Vulgaris ……… 12

2.1.8. Diagnosa Banding ……… 12

2.1.9. Penatalaksanaan ……….. 13

2.2. Keseimbangan Energi, Makanan Cepat Saji Glycemic Index dan Glycemic Load ………. 15

2.2.1. Keseimbangan Energi ………. 15

2.2.2. Makanan Cepat Saji ………... 15

2.2.3. Glycemic Index dan Glycemic Load ………. 16


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 21

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ………... 21

3.2. Definisi Operasional ………... 21

3.3. Hipotesis ………. 22

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ……….. 23

4.1. Rancangan Penelitian ……… 23

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ……… 23

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 23

4.3.1. Populasi Penelitian ……….. 23

4.3.2. Populasi Terjangkau ………... 23

4.3.3. Sampel Penelitian ……….. 23

4.3.4. Sampel Kontrol ………. 24

4.4. Metode Pengumpulan Data ………... 25

4.5. Metode Analisis Data ……… 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 26

5.1. Hasil Penelitian ………... 26

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 26

5.1.2. Karakteristik Responden ……….. 26

5.1.3. Distribusi Frekuensi konsumsi Makanan Cepat Saji …... 27

5.1.4. Dustribusi Akne Vulgaris ………. 28

5.1.5. Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian akne vulgaris ………. 28

5.1.6. Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji terhadap Kejadian Akne Vulgaris Berdasarkan Jenis Kelamin 5.2. Pembahasan ……….. 30

5.2.1. Hubungan Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Stambuk 2007 terhadap Status Konsumsi Makanan Cepat Saji pada Tahun 2010 ………. 30

5.2.2. Hubungan Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Stambuk 2007 Terhadap Status Konsumsi Makanan Cepat Saji pada Tahun 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin ………... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………... 34

6.1. Kesimpulan ……….. 34

6.2. Saran ………. 34

DAFTAR PUSTAKA ………... 35


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 In situ hybridization dengan penggunaan marker K16. Pada gambar kiri, dijumpai hiperkeratinisasi sedangkan pada gambar kanan tidak tampak proliferasi keratin …… 8 Gambar 2.2 Terjadi pembentukan komedo (in vitro)

pada saat ditambahkan IL-α1 pada kultur

ductal keratinocyt ………... 8 Gambar 2.3 Patogenesis akne vulgaris. Jappe (2003) ……….. 9 Gambar 2.4 1) Akne vulgaris grade I, dengan gambaran komedo

terbuka yang multiple (2) Akne Vulgaris Grade II, komedo tertutup (3) Akne Vulgaris Grade III, papulopustules (4) Akne Vulgaris Grade IV, gabungan komedo terbuka yang multiple,komedo

tertutup, papulopustul dan cyst. Fulton, J (2009) ……….. 11 Gambar 2.5 Glycemic Index. Sumber: University of Wiscosin

Hospital and Clinics: Glycemic Index. Rakel, (2008) …. 17 Gambar 2.6 Perbandingan peningkatan insulin pada kadar

glukosa dalam darah ………. 17 Gambar 2.7 Jalur metabolism hormone steroid


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Derajat keparahan akne ……….. 11 Tabel 5.1 Karakteristik Mahasiswa FK USU Stambuk 2007 ……… 27 Tabel 5.2 Distribsi responden berdasarkan satus konsumsi makanan

cepat saji ………. 28 Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan frekuensi akne vulgaris 28 Tabel 5.4 Hubungan konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian

akne vulgaris ……….. 29 Tabel 5.5 Hubungan konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian

Akne vulgaris pada pria ………. Tabel 5.6 Hubungan konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian


(12)

DAFTAR SINGKATAN

ACTH Adreno Corticotropin Hormone

AMB Angka Metabolisme Basal

CD14 Cluster of Differentiation 14

CD1 Cluster of Differentiation 1

5α-DHT 5α-Dihidrotestosteron

FK USU Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

GI Glycemic Index

GL Glycemic Load

IGFBP 3 Insulin Like Growth Factor Binding Protein 3

IGF 1 Insulin Like Growth Factor 1

IL-1α Interleukin 1α

IL-1β Interleukin 1β

INH Isoniazid

KKAL Kilo Kalori

SHBG Sex Hormone Binding Globulin

TLR3 Toll Like Receptor 3

TNF α Tumor Necrosis Factor α


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Etical Clearance Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Penjelasan Pengisian Kuesioner

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Pengisian Kuesioner Lampiran 6 Hasil Output dan Data Induk

Lampiran 7 Tabel Nilai Nutrisi pada Beberapa Makanan Cepat Saji

Lampiran 8 Tabel Nilai Glycemic Index dan Glycemic Load pada beberapa jenis makanan

Lampiran 9 Tabel angka kecukupan energi untuk tiga tingkat aktivitas fisik untuk laki-laki dan perempuan


(14)

ABSTRAK

Pendahuluan. Akne Vulgaris merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di kalangan

masyarakat khususnya pada usia remaja. Sekitar 85% orang dalam hidupnya pernah mengalami akne vulgaris, sehingga penyakit ini sering diaumsikan sebagai suatu keadaan fisiologis. Makanan tinggi kalori sudah lama diduga masyarakat sebagai salah satu penyebab dari penyakit ini, hal ini didukung oleh meningkatnya angka kejadian akne vulgaris di negar-negara berkembang saat ini. Dari berbagai penelitian yang dilakukan mengenai hubungan makanan dengan kejadian akne vulgaris sejak 1946 sampai 2007 menghasilkan pertentangan diantara para peneliti, yaitu kelompok yang setuju bahwa makanan sebagai salah satu penyebab akne vulgaris dan kelompok yang tidak setuju.

Metode. Rancangan Penelitian adalah studi analitik dengan metode potong lintang (Cross Sectional) retrospective. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa FK USU stambuk 2007 yang menderita akne vulgaris yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang berjumlah 80 orang dan kelompok kontrol yang memiliki criteria yang sama dengan kelompok sampel berjumlah 80 orang.

Hasil. Dari 160 responden yang mengkonsumsi makanan cepat saji, terdapat 55 (49,1%) orang yang menderita akne vulgaris dan sebagian lagi yaitu 57 orang (50,9%) tidak menderita akne vulgaris. Sedangkan pada responden yang tidak mengkonsumsi makan cepat saji, terdapat 25 orang (52,08%) yang menderita akne vulgaris dan selebihnya yaitu 23 orang (47,91%) tidak menderita akne vulgaris

Diskusi. Berdasarkan analisa statistik yang telah dilakukan dengan metoda chi square didapat p = 0.809, dimana nilainya lebih kecil dari nilai α yang ditetapkan (α = 0.05). Hasil perhitungan ini menggambarkan tidak adanya hubungan antara konsumsi makanan cepat saji terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU stambuk 2007.


(15)

ABSTRACT

Introduction. Acne vulgaris is a very common disease found in public, especially in adolescence. About 85% of people in their life have had acne vulgaris, so it’s often assumed as a physiological state. High-calorie foods have been long suspected as one of the causes of this disease, this opinion is supported by the increased incidence of acne vulgaris in developing countries today. Since 1946 to 2007 various studies have been conducted on the relationship of food to the occurrence of acne vulgaris and produced disagreement among the researchers, the group agreed that the foods as a cause of acne vulgaris and groups who do not agree.

Methods. Research design in this study is an analytical study with cross sectiona retrospective method. The sample in this study are students of 2007 from FK USU, which suffered from acne vulgaris who meet inclusion and exclusion criteria, amounting to 80 people and a control group who have the same criteria with a sample group of 80 people. Results. From 160 respondents who consume fast food, there were 55 (49.1%) of people who suffer from acne vulgaris and some of them are 57 people (50.9%) did not suffer from acne vulgaris. While the respondents who did not consume fast food, there were 25 people (52.08%) who suffer from acne vulgaris and the rest are 23 people (47.91%) did not suffer from acne vulgaris Discussion. Based on statistical analysis has been done using chi square test p = 0.05 obtained, where the value is similar with the specified α (α = 0.05). According to the result of this calculation, illustrate that there’s no relationship between fast food consumption and incidance of acne vulgaris in student of 2007 from FK USU 2007.


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosabasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi; terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustule, nodus, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik (Wasitaatmadja, 2008).

Lebih dari 85% remaja pernah terkena akne vulgaris, dan hal ini sering berlanjut sampai dewasa. Lebih dari 2 juta orang pergi ke dokter setiap tahunnya, khususnya kisaran umur 15-19 tahun dengan keluhan akne vulgaris (James, 2005).

Etiologi pasti dari penyakit ini sendiri belum diketahui sampai sekarang, namun ada beberapa faktor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit ini, perubahan pola keratinisasi dalam folikel, produksi sebum yang meningkat, terbentuknya fraksi asam lemak bebas, peningkatan jumlah flora folikel (Propionibacterium acnes, dulu: Corynebacterium acnes, Pitysporum ovale dan Staphylococcus epidermidis, terjadinya respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies, peningkatan kadar hormone androgen, anabolik, kortikosteroid, gonadotropin serta ACTH, faktor lain; usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim yang secara tidak langsung dapat memacu peningkatan proses patogenesis akne (Wasitaatmadja, 2008; Fulton, 2009; Harrison, 2008).

Faktor makanan masih diperdebatkan, ada penelitian yang setuju makanan berpengaruh pada timbulnya akne, ada pula yang kontra. Jenis makanan yang sering dihubungkan dengan timbulnya akne adalah makanan tinggi lemak (kacang, daging berlemak, susu, es krim), makanan tinggi karbohidrat, makanan beriodida tinggi (makanan asal laut) dan pedas. Menurut yang pro, makanan dapat merubah komposisi sebum dan menaikan produksi kelenjar sebasea (Cordain L, Lindeberg S, Hurtado M, Hill K, Eaton B, Brand-Miller B, 2002; Smith, R N, Mann N J, Braue A, Makelainen H, Varigos G A, 2007).


(17)

Penelitian tentang efek makanan terhadap akne vulgaris sebenarnya telah berlangsung sejak tahun 1946 oleh Steiner yang melakukan observasi pada penduduk Okinawa yang daerahnya terisolasi dari dunia luar dan tidak didapati adanya akne vulgaris. Pada tahun 1967, Findlay melakukan pengamatan terhadap prevalensi akne vulgaris pada penduduk Afrika Selatan yang tidak mengkonsumsi dan yang mengkonsumsi makanan cepat saji dan didapati hasil 16% untuk penduduk yang tidak mengkonsumsi dan 45% untuk yang mengkonsumsi. Sulzberger, 1969, melakukan uji trial pertama terhadap efek coklat terhadap eksaserbasi akne vulgaris, dan tidak dijumpai adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tetapi belakangan penelitian ini ditolak karena kandungan coklat bar dan plasebo yang digunakan sama. 1971, Schaefer selama 30 tahun melihat adanya peningkatan prevalnsi akne pada Suku Inuit di Eskimo setelah mereka mengadopsi gaya hidup barat. 1981, Bechelli melakukan survei pada anak 6-16 tahum dengan responden sebanyak 9955, dan hanya didapati prevalensi akne vulgaris sekitar 2,7%. Freye, 1998, melihat adanya perbedaan prevalensi penduduk tradisional Suku Pruvian dengan penduduk perkotaannya dan didapati perbedaan prevalensi sebesar 28% dan 43%. 2002, Cordein melakukan pengamatan pada penduduk Kitavan, dan didapati prevalensi akne sangat rendah. Penelitian terakhir pada tahun 2007, oleh Smith dengan suatu uji trial terhadap pola makan dengan Glicemic load rendah ternyata dijumpai adanya penurunan lesi akne yang significan (Cordain L, Lindeberg S, Hurtado M, Hill K, Eaton B, Brand-Miller B, 2002).

Di Indonesia sendiri, belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan pola diet, khususnya makanan cepat saji, terhadap timbulnya akne vulgaris. Oleh karena itu, berdasarkan data-data di atas peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan makanan cepat saji terhadap timbulnya akne vulgaris.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana hubungan konsumsi makanan cepat saji terhadap timbulnya akne vulgaris pada mahasiswa FK USU.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum


(18)

Untuk mengetahui hubungan konsumi makanan cepat saji terhadap kejadian akne vulgaris.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU Stambuk 2007.

2. Untuk mengetahui tingkat konsumsi makanan cepat saji pada mahasiswa FK USU Stambuk 2007.

3. Untuk mengetahui kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU Stambuk 2007 yang mengkonsumsi makanan cepat saji.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para dokter umum maupun para dokter spesialis kulit dalam terapi non farmakologi akne vulgaris.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang pengaruh makanan terhadap timbuknya jerawat.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Akne Vulgaris

2.1.1. Definisi

Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosabasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi; terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustule, nodus, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik (Wasitaatmadja, 2008; Fulton, 2009; Harrison, 2008; Odom R B, James W D, Berger T G, 2000).

2.1.2. Epidemiologi

Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Kligman mengatakan bahwa tidak ada seorang pun (artinya 100%), yang sama sekali tidak pernah menderita penyakit ini. Penyakit ini memang jarang terdapat pada waktu lahir, namun ada kasus yang terjadi pada masa bayi. Betapa pun baru pada masa remajalah akne vulgaris mendapat salah satu problem. Umumnya insiden terjadi sekitar umur 15-19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi meradang. Pada populasi barat, diperkirakan 79-95% dari populasi dewasa mengalami akne, 40 – 54% terjadi pada individu diatas umur 25 tahun, 12% dan 3% pada wanita dan pria umur pertengahan (Cordain L, Lindeberg S, Hurtado M, Hill K, Eaton B, Brand-Miller B, 2002; Dreno, 2002).

Pada seorang gadis, akne vulgaris dapat terjadi pada masa premenarke. Setelah masa remaja kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadang-kadang terutama pada wanita, akne vulgaris menetap sampai dekade umur 30-an atau bahkan lebih. Walaupun pada pria umumnya akne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian diketahui bahwa justru gejala akne vulgaris yang berat biasanya terjadi pada pria. Diketahui pula bahwa Ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita akne vulgaris dibanding dengan Ras Kaukasia (Eropa, Amerika), dan lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada negro. Akne vulgaris mungkin familial, namun


(20)

karena tingginya prevalensi penyakit hal ini sukar dibuktikan. Dari sebuah penelitian diketahui bahwa mereka yang bergenotip XYY mendapat akne vulgaris yang lebih berat (wasitaatmadja, 2008; James, 2005).

2.1.3. Etiologi

Etiologi pasti dari penyakit ini sendiri belum diketahui sampai sekarang, Secara sistematis, berikut ini dikemukakan beberapa faktor baik eksogen maupun endogen yang disangka dapat mempengaruhi terbentuknya akne vulgaris seperti (Wasitaatmadja, 2008; Fulton, 2009; Odom R B, James W D, Berger T G, 2000; Zaenglein A L, Graber E M, Thiboutot D M, Strauss J S, 2003; Cunlife, 2002; Herane, 2002) :

1. Faktor genetik, akne vulgaris mungkin merupakan penyakit genetik akibat adanya peningkatan kepekaan unit pilosebsea terhadap kadar androgen yang normal. Adanya menduga bahkan faktor genetik ini berperan dalam menentukan bentuk dan gambaran klinis, penyebaran lesi dan durasi penyakit. Pada lebih 80% penderita mempunyai minimal seorang saudara kandung yang menderita akne vulgaris dan pada lebih dari 60% penderita mempunyai minimal salah satu orang tua dengan akne vulgaris juga. Herane dan Ando (2005) menyatakan bahwa peningkatan sekresi sebum dijumpai pada mereka yang mengalami kromosom yang abnormal , meliputi 46XYY, 46XY + (4p+; 14q-) dan partial trisomy 13, dan hal ini berkatian dengan timbulnya akne nodulokistik.

2. Faktor ras, kemungkinan ras berperan dalam timbulnya akne vulgaris diajukan karena melihat kenyataan adanya ras-ras tertentu seperti mongoloid yang lebih jarang menderita akne dibandingkan dengan kauscasian, orang kulit hitam pun lebih dikenal dibanding dengan orang kulit putih.

3. Faktor musim, suhu yang tinggi, kelembaban udara yang lebih besar, serta sinar ultra violet yang lebih banyak menyebabkan akne vulgaris lebih sering timbul pada musim panas dibandingkan dengan musim dingin. Pada kulit kenaikan suhu udara 1 derajat celcius mengakibatkan kenaikan laju ekresi sebum naik sebanyak 10%.

4. Faktor makanan masih diperdebatkan, ada penyelidik yang setuju makanan berpengaruh pada timbulnya akne, adapula yang kontra. Jenis makanan yang


(21)

sering dihubungkan dengan timbulnya akne adalah makanan tinggi lemak (kacang, daging berlemak susu, es krim), makanan tinggi karbohidrat, makanan beryodida tinggi (makanan asal laut) dan pedas. Menurut yang pro, makanan dapat merubah komposisi sebum dan menaikan produksi kelenjar sebasea.

5. Faktor infleksi, ada 3 (tiga) golongan mikroorganisme yang merupakan flora normal kulit, P. Acne, S. Epidermidis, dan P. Ovale. Peran mikroba ini adalah membentuk enzim lipase yang dapat memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas yang bersifat komedogenik.

6. Faktor psikis, seperti stress emosi pada sebagian penderita dapat menyebabkan kambuhnya akne, mungkin melalui mekanisme peningkatan produksi Androgen dalam tubuh.

7. Faktor endokrin atau hormonal yang merupakan faktor penting pada akne vulgaris. Pada penderita akne vulgaris derajat berat, kadar DHT ini 20 kali lebih banyak dari normal.

8. Faktor keaktifan kelenjar sebasea akan mempengaruhi banyak sedikitnya produksi sebum. Pada penderita akne vulgaris produksi sebumnya lebih tinggi dari normal.

2.1.4. Patogenesis

Akne merupakan penyakit yang multifaktoral, karena banyak faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi timbulnya akne. Cunliffe (2002) mengemukakan 4 (empat) faktor yang saling berkaitan dalam patogenesis terjadinya akne yaitu :

1. Kenaikan sekresi sebum

Pada penderita akne terdapat peningkatan konversi hormon androgen yang normal berada dalam darah (testosteron) ke bentuk metabolit yang lebih aktif (5-alfa dihidrotestosteron). Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum.

Meningkatnya produksi sebum pada penderita akne disebabkan oleh respon organ akhir yang berlebihan (end-organ hyperresponse) pada kelenjar sabasea terhadap kadar normal androgen dalam darah. Terbukti bahwa, pada kebanyakan penderita, lesi akne hanya ditemukan dibeberapa tempat yang kaya akan kelenjar sabasea.


(22)

2. Keratinisasi folikel

Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya penumpukan korniosit dalam saluran pilosebasea.

Hal ini dapat disebabkan :

 bertambahnya erupsi korniosit pada saluran pilosebasea  Pelepasan korniosit yang tidak adekuat

 Kombinasi kedua faktor diatas.

Menurut Downing, akibat dari meningkatnya sebum pada penderita akne, terjadi penurunan konsentrasi asam lenolik. Hal ini dapat menyebabkan defisiensi asam lenoleik pada epitel folikel, yang akan menimbulkan hiperkeratosis folikuler dan penurunan fungsi barier dari epitel.

Cunliffe (2002) melalukan suatu percobaan untuk membandingkan proses keratinisasi pada kulit berjerawat dengan kulit normal. Dengan metode in situ hybridization digunakan marker K16, dan didapati bahwa pada kulit berjerawat terjadi hiperkeratinisasi (Gambar 2.1)

3. Bakteri

Gambar 2.1 in situ hybridization dengan penggunaan marker K16. Pada gambar kiri, dijumpai hiperkeratinisasi sedangkan pada gambar kanan tidak tampak proliferasi keratin

Gambar 2.2 terjadi pembentukan komedo (in vitro) pada saat ditambahkan IL-α1 pada kultur ductal keratinocyt


(23)

Tiga macam mikroba yang terlibat dalam patogenesis akne adalah propionibacteria Acne, Stafylococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale (malazzea furfur). Adanya sebore pada pubertas biasanya disertai dengan kenaikan jumlah propionebacteria acne. Propionibactterium acnes dapat merubah ekspresi keratinosit dan sebosit melalui Toll Like Reseptor 3 (TLR3), Cluster of Differentiation-14 (CD14) dan molekul CD1, serta dapat mengenali produksi sebum/lipid yang berlebihan oleh kelenjar sabasea dan diikuti dengan produksi sitokin-sitokin inflamasi ke daerah tersebut. Tampaknya ketiga macam bakteri ini bukanlah penyebab primer pada proses patologis akne. Beberapa lesi mungkin timbul tanpa ada mikroorganisme yang hidup, sedangkan pada lesi yang lain mikroorganisme mungkin memegang peranan penting. Bakteri mungkin berperan pada lamanya masing-masing lesi. Apakah bakteri yang berdiam dalam folikel (residen bakteria) mengadakan eksaserbasi tergantung pada lingkungan mikro dalam folikel tersebut.

4. Peradangan

Anita et al dalam Zouboulis (2002) mengatakan bahwa IL-1 terdapat pada kulit orang normal. Boehm et al dalam penelitiannya menemukan bahwa IL-1α, IL-1β, dan TNF α, terdapat pada banyak tempat pada tubuh manusia termasuk di kelenjar sabasea. Dalam penelitian yang dilakukan guy et al, P. acnes diduga mengaktifasi proses inflamasi sehingga terbentuk LTB4 melalui proses 5-lipoxygenase sehingga terjadi induksi dan aktifasi dari neutrofil, monosit, eosinofil selain itu terjadi stimulasi terhadap produksi sitokin proinflamsi di kelenjar sabasea dan mediator inflamasi lain yang akan memperpanjang inflamasi

Pada masa permulaan peradangan yang ditimbulkan oleh P. Acnes, juga terjadi aktivasi jalur komplemen klasik dan alternatif (classical and alternative complement pathways). Respon penjamu terhadap mediator juga amat penting. Selain itu antibodi terhadap P.Acnes juga meningkat pada penderita akne hebat (Jappe, 2003).

2.1.4. Gambaran Klinis

Penderita biasanya mengeluh adanya erupsi kulit pada tempat-tempat predileksi. Tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian atas, dan punggung


(24)

bagian atas. Lokasi kulit lain, misalnya leher lengan atas, dan glutea kadang-kadang terkena. Erupsi kulit polimorfi, dengan gejala predominan salah satunya, komedo, papul yang tidak beradang dan pustule, nodus dan kista yang beradang. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetik. Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne berupa papul miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam akibat mengandung unsur melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin disebut sebagai komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo) (Wasitaadmaja, 2008; Fulton, 2009; James, 2005).

2.1.5. Derajat keparahan

Gradasi ringan, sedang dan berat sesuai dengan 2nd Acne Round Table Meeting (South East Asia), Regional Consensus on Acne Management, 13 January 2003 (Monday), Ho Chi Minh City, Vietnam, diambil dari klasifikasi Lehman et al, 2002

Tabel 2.1 Derajat keparahan akne

Akne Ringan Komedo < 20 Lesi inflamasi < 15 Total Lesi < 30 Akne Sedang Komedo 20 – 100

Lesi Inflamsi 15 – 50 atau Total Lesi 30 – 125 Akne Berat Kista > 5 atau komedo > 100

atau Lesi inflamasi > 50 atau Total lesi > 125


(25)

2.1.6. Diagnosa Akne vulgaris

Menurut Wasitaatmadja (2008) diagnosa akne vulgaris ditegakkan atas dasar:

1. klinis dan pemeriksaan ekskohleasi sebum yaitu pengeluaran sebum dengan komedo ekstraktor (sendok unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai masa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.

2. Pemeriksaan histologis tidak memperlihatkan suatu gambaran yang spesifik, hanya berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosabasea dengan massa sebum di dalam folikel

3. Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi dan patogenesis penyakit, namun hasilnya sering tidak memuaskan.

4. Pemeriksaan pada susunan kulit dan kadar lipid permukaan kulit dapat pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris, kadar asam lemak bebas meningkat dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya.

2.1.7. Diagnosa Banding

Gambar 2.4 (1) Akne vulgaris grade I, dengan gambaran komedo terbuka yang multiple (2) Akne Vulgaris Grade II, komedo tertutup (3) Akne Vulgaris Grade III, papulopustules (4) Akne Vulgaris Grade IV, gabungan komedo terbuka yang multiple, komedo tertutup, papulopustul dan cyst. Fulton, J (2009)


(26)

Menurut Wasitaatmadja (2008), Odem (2000), Fulton (2009), terdapat beberapa diagnosa banding dari akne vulgaris, yaitu:

1. Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh obat misalnya kortikosteroid, INH, barbiturat, yodida, bromida, difenilhidantoin, trimetadion, ACTH, dan lain-lainya. Klinis berupa erupsi papul-papul yang timbul di berbagai tempat pada kulit tanpa adanya komedo, timbul mendadak, dan kadang-kadang disertai demam dan dapat terjadi pada segala usia.

2. True Akne lain, misalnya akne venenata dan akne komedonal oleh rangsangan fisis. Umumnya lesi monomorfi, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul, dengan tempat predileksi di tempat kontak zat kimia atau rangsangan fisisnya.

3. Rosasea (dulu: akne rosasea). Merupakan penyakit peradangan kronik di daerah muka dengan gejala eritem, pustul, teleangiektasis dan kadang-kadang disertai hipertrofi kelenjar sebasea di hidung, pipi, dagu, dan dahi. Dapat disertai papul, pustul, dan nodulus, atau kista. Komedo tidak terdapat, faktor penyebab adalah makanan atau minuman panas.

4. Dermatitis Perioral yang terjadi terutama pada wanita. Klinis berupa polimorfi eritema, papul, dan pustul disekitar mulut yang terasa gatal.

2.1.8. Penatalaksanaan

Menurut Wasitaatmadja (2008) tujuan penatalaksanaan akne vulagris: - Mempercepat penyembuhan

- Mencegah pembentukan akne baru - Mencegah jaringan parut yang permanen

Penatalaksanaan akne meliputi (wasitaatmadja, 2008; Fulton, 2009): A. Prinsip umum

1. Perlu kerjasama dokter dan pasien 2. Harus berdasarkan :

- Penyebab / faktor – faktor - Patogenesis


(27)

- Aspek psikologis B. Menentukan :

- Diagnosis klinis & gradasi - Aspek psikologis

C. Pengobatan D. Tindakan E. Perawatan kulit F. Anjuran & saran

Medikamentosa pada akne (Fulton, 2009; James, 2005; Wasitaatmadja, 2008): I. Topikal

Retinoid Topikal

• Tretinoin (as. Retinoat) gel, krim, solusia : 0,01 % - 0,1 % • Isotretinoin gel

• Adapalen gel,krim,solusio : 0,1% • Tazaroten gel, krim : 0, 05 % - 0,1 % Keratolitik

• Sulfur 3 – 10 % • as.Salisilikum • Resorsinol

Antibiotik/Antimikroba

• Eritromisin gel, solusio 1 % • Klindamisin gel, solusio 1%

• Benzoil – peroksida gel 2,5 % - 5 % II. Sistemik

1. Antibiotik : paling lama 3 – 4 bulan

• Tetrasiklin 3 X 250mg/hr – 2 X 500mg/hr • Doksisiklin 2 X 50 – 100mg/hr

• Lymecycline 1 X 150 – 300 mg/hr • Minosiklin 2 X 50 – 100 mg/hr


(28)

• Klindamisin 2 - 3 X 150 - 300mg/hr • Eritromisin 2 – 3 X 500mg/hr

• Linkomisin 2 -3 X 250mg –500mg/hr 2. Hormon

• Siproteron asetat 2 mg dikombinasikan dengan etinil estradiol 35mg

3. Isotretinoin : 0,5 – 2 mg/KgBB /hari sampai mencapai total kumulative dose 120 – 150 mg/KgBB

2.2. Keseimbangan Energi, Makanan Cepat Saji, Glykemic Index dan Glykemic Load 2.2.1. Keseimbangan Energi

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan, dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam makanan. Kandungan karbohidrat, lemak dan protein suatu makanan menentukan nilai energinya.

Kebutuhan energi seorang sehari-hari ditaksir dari kebutuhan energi untuk komponen-komponen sebagai berikut:

• Angka metabolism basal/AMB (kebutuhan sedang istirahat). • Aktivitas fisik

• Pengaruh dinamik khusus makanan/SDA (dapat diabaikan).

Jadi, taksiran kebutuhan energi sehari seorang mahasiswa, berumur 20 tahun dengan berat badan 65 Kg dan aktivitas ringan adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan energi untuk angka metabolism basal adalah (15,3 x 65) + 679 = 1674 kkal (lihat lampiran 4)

2. Kebutuhan energi total dengan aktivitas fisik adalah 1,56 x 1674 = 2611 kkal

Jadi taksiran kebutuhan energi seharinya adalah sebanyak 2611 kkal.

2.2.2. Makanan Cepat Saji

Makanan cepat saji adalah makanan olahan yang biasanya disajikan dengan cepat. Makanan cepat saji umumnya mengandung kalori yang sangat tinggi. Sebuah gelas ukuran regular 32 oz. minuman cola mengandung sekitar 425 kalori,


(29)

coba bayangkan berapa kalori yang dikonsumsi untuk 1 paket makanan cepat saji yang terdiri atas ayam goreng, nasi, dan cola, belum lagi bila ditambah satu gelas ice cream atau kentang goreng. Berdasarkan USDA (2005) 1 potong ayam goreng mengandung sekitar 515 Kkal, Cola 425 kkal, nasi 216 kkal, ice cream 164 kkal dan kentang goreng 291 kkal. Sehingga total kalori yang dikonsumsi untuk 1 porsi sekitar 1551 kkal. Apabila seseorang sehari makan 3 kali, maka kalori yang dikonsumsi orang tersebut sekitar 4653 kkal. Hal ini dapat meningkatkan hipersekresi insulin dalam darah yang akan menyebabkan meningkatkanya androgen (USDA, 2005)

2.2.3. Glykemic index dan Glykemic load

Glicemic index adalah nilai dari tiap jenis atau kaulitas karbohidrat dalam suatu makanan dan seberapa cepat 50 gram karbohidrat dalam makanan ini meningkatkan level gula darah (dan konsekuensi peningkatan sekresi insulin yang diproduksi oleh pankreas) pada saat dicerna. Semakin tinggi GI (glicemic index) suatu makan yang kita makan maka fluktuasi level gula darah tubuh akan semakin tinggi begitu juga dengan level insulin di dalam tubuh (Foster et al, 2002).

Level gula darah akan meningkat setelah kita memakan makanan yang mengandung karbohidrat (gula dan zat tepung). Perbedaan kandungan karbohidrat suatu makanan menetukan perbedaan peningkatan level gula darah. Contohnya adalah white bread yang memiliki GI sebesar 70, dibandingkan dengan makanan lain (Gambar 2.5).

Glykemic index dibedakan berdasarkan tingkatannya. Dikatakan GI tinggi apabila nilainya 70-100; medium 50-70 dan rendah ≤ 50 (Rakel, 2008).


(30)

Gambar 2.5 Sumber: University of Wiscosin Hospital and Clinics: Glycemic Index. Rakel,

2008

Semakin tinggi GI, semakin tinggi kadar glukosa di dalam darah, dan akan semakin banyak insulin yang akan diproduksi untuk dapat menyalurkan glukosa ke dalam sel. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan yang sangat tinggi pada insulin, sehinga dapat terjadi inflamasi, penambahan berat badan, peningkatan hormon, bahkan dapat menyebabkan resistensi insulin.

Gambar 2.6 Perbandingan peningkatan insulin pada kadar glukosa dalam darah

Glicemic Load adalah suatu tingkat yang menyatakan kandungan karbohidrat di dalam suatu makanan didasarkan pada Glicemic index dan nilai karbohidrat. Glicelic load mengindikasikan seberapa cepat suatu porsi standard dari suatu jenis


(31)

makanan untuk meningkatkan kadar gula darah, dan hal ini memberi indikasi dari glicemic dan respon insulin. Rumus: GL = (GI x Jumlah karbohidrat)/100. Misalnya GI ayam goreng adalah 63, Ayam goreng mengandung sekitar 52 gram karbohidrat tiap 100 gram. Jadi untuk menghitung GL untuk standart pemberian 50 g, 63 dibagi 100 (0.63) kemudian dikalikan dengan 26,. GL untuk ayam goreng adalah 16,3

2.3. Hubungan Makanan Terhadap Timbulnya Akne Vulgaris

Makanan sendiri tidak dapat secara langsung menyebabkan akne. Setelah diteliti ternyata terdapat faktor hormon yang memicu timbulnya akne vulgaris yaitu androgen, insulin like growth factor, insulin like growth factor binding protein 3 dan retinoid signaling pathway. Hormon androgen selain berperan besar dalam memicu timbulnya hiperproliferasi folikular keratinosit, juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap aktivitas sel sebosit dalam memproduksi sebum. Androgen yang terpenting dalam stimulasi produksi sebum adalah testosteron yang akan diubah menjadi bentuk aktifnya oleh perantaraan enzim type I-5α reductasemenjadi 5α – DHT. Hal inilah yang memicu timbulnya akne pada masa pubertas, dimana sudah umum diketahui bahwa pada usia pubertas terjadi peningkatan yang signifikan dari hormon androgen. Dengan demikian, peningkatan sebum dapat ditingkatkan apabila terjadi peningkatan dari androgen, peningkatan sensitivitas reseptor sel sebosit terhadap 5α-DHT atau akibat peningkatan dari enzim type I-5α reductase (Cordain L, Lindeberg S, Hurtado M, Hill K, Eaton B, Brand-Miller B, 2002; Jappe, 2003).

Hasilnya studi terbaru dari American Journal of Clinical Nutrison pada Juli 2007 melihat pengaruh faktor diet atau nutrisi khususnya pada sisi glycemic load (GL) dalam menyebabkan jerawat. Glycemic index (GI) merupakan suatu sistem peringkat untuk menilai seberapa cepat glukosa atau gula dari suatu jenis makanan memasuki aliran darah, atau dapat dikatakan seberapa cepat karbohidrat dalam makanan dapat meningkatkan kadar gula darah.

Berbeda dengan GI, GL tidak hanya menilai seberapa cepat glukosa dari makanan memasuki peredarah darah, tetapi juga menilai seberapa banyak glukosa yang terkandung dari makanan tersebut sehingga GL lebih menilai secara keseluruhan. GL


(32)

dinyatakan sebagai peringkat standar saji dari suatu makanan untuk dapat meningkatkan kadar gula darah. Makin rendah GL, makain kecil kemampuan makanan yang disajikan memicu peningkatan gula darah secara berlebihan (Smith, R N, Mann N J, Braue A, Makelainen H, Varigos G A, 2007)

Makanan dengan Glycemic Load yang tinggi meningkatkan kadar gula dalam darah sehingga terjadi suatu kondisi hiperinsulinemia. Kondisi ini akan meningkatkan kadar IGF 1 (insulinlike growth factor) yang merangsang terjadinya jerawat lewat peningkatan proses keratinisasi pada folikel polisebasea dan stimulasi pada ovarium dan testikular untuk memproduksi hormon androgen yang mengakibatkan produksi minyak atau sebum. Selain itu hiperinsulinemia akan menyebabkan meningkatknya kadar non stratified fatty acid di dalam plasma yang akan meningkatkan epidermal growth factor receptor. Bersamaan dengan ini insulin akan meningkatkan transforming growth factor

β1 yang mana akan menghambat sintesis insulin growth factor binding protein 3 di keratinosit, dimana IGFBP 3 merupakan inhibitor dari IGF 1, sehingga tidak terjadi hiperkeratinisasi. Retinoid signaling pathway juga mungkin berperan dalam hal ini. Retinoid merupakan penghambat proliferasi dari sel dan bertugas untuk mengadakan apoptosis pada sel. Ada 2 bentuk dari retinoid di dalam tubuh yaitu trans retinoid dan 9 cis retinoid acid yang mempunyai 2 reseptor RAR-RXR yang berperan untuk transkripsi dan RXR-RXR yang berperan untuk membatasi proliferasi dari hampir seluruh sel tubuh. Di kulit sendiri, terdapat RXRα yang berperan untuk membatasi proliferasi sel folikular, akan tetapi terjadi penurunan sensitifitas pada sistem ini akibat penurunan dari kadar plasma IGFBP 3. Peningkatan insulin dan IGF 1 juga diketahui akan menhambat hati mensisntesis sex hormone binding globulin (SHBG) sehingga bioavaibilitas androgen terhadap jaringan akan meningkat drastis (Cordain L, Lindeberg S, Hurtado M, Hill K, Eaton B, Brand-Miller B, 2002; Smith, R N, Mann N J, Braue A, Makelainen H, Varigos G A, 2007; Guyton A C, Hall J E, 2007).


(33)

3 beta-HSD 17 beta-HSD

Pituitary

LH FSH

ACTH

A E T A

T Ovary

17 Preg 17 Prog DHEA

Cortisol A

T

CPDS DHEAS

Androstenedione

Testoaterone

DHT

5 Alpha Reduktase adrenal

Peningkatan produksi sebum

Gamba r 2.7 Jalur metabolisme hormon steroid ( Wilson, 2009)


(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variablel independen pada penelitian ini adalah konsumsi makanan cepat saji dari mahasiswa FK USU stambuk 2007, sedangkan variable dependennya adalah kejadian acne vulgaris pada mahasiswa FK USU stambuk 2007.

3.2. Definisi Operasional

a. Usia adalah usia subjek saat pengambilan sampel dilakukan dan dihitung dari tanggal lahir subjek. Pada saat perhitungan akan dilakukan pembulatan usia, lebih dari 6 bulan akan dibulatkan keatas dan bila kurang dari 6 bulan akan dibulatkan ke bawah.

b. Makanan cepat saji adalah makanan yang disajikan dengan cepat dan umumnya memiliki nilai kalori yang tinggi. Makanan cepat saji yang dimaksud antara lain: ayam goreng, hamburger, ice cream, kentang goreng, minuman bersoda (minuman olah raga), dan lain-lain (lihat lampiran 2).

Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuisoner

Hasil Ukur : Mengkonsumsi, tidak mengkonsumsi Skala Pengukuran : Nominal

c. Acne vulgaris adalah kondisi subjek penelitian yang mengalami peradangan menahun folikel pilosabasea yang terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustule, nodus, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik. Dalam hal ini perbedaan

Konsumsi makanan cepat saji

Acne Vulgaris

Variabel Independen Variabel Dependen


(35)

derajat keparahan akne yang diderita sampel tidak diperhitungkan, hanya dibedakan berdasarkan ada tidaknya akne vulgaris .

Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuisoner

Hasil Ukur : Menderita acne vulgaris, tidak menderita Skala Pengukuran : Nominal

3.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara komsumsi makanan cepat saji terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU stambuk 2007.


(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan Penelitian adalah studi analitik dengan metode potong lintang (Cross Sectional) retrospective.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2010 sampai jumlah sampel terpenuhi, bertempat di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Mahasiswa yang menderita akne vulgaris

4.3.2. Populasi Terjangkau

Mahasiswa FK USU Stambuk 2007 yang menderita akne vulgaris

4.3.3. Sampel Penelitian

Mahasiswa FK USU stambuk 2007 yang menderita akne vulgaris yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

A. Kriteria inklusi

a. Menderita akne vulgaris (semua derajat/grade) b. Usia 17-25 tahun

c. Tidak mendapat pengobatan berupa antibiotika topikal ataupun antibiotika oral dalam waktu 2 bulan sebelum dilakukan penelitian.

d. Tidak mendapat pengobatan untuk akne vulgaris berupa isotretinoin oral maupun pengobatan hormonal dalam waktu 1 bulan, sebelum penelitian dilakukan.

e. Tidak mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan eksaserbasi akne vulgaris baik kortokosteroid, antiepilepsi, antidepresan,


(37)

antituberkulosis, antineoplastik, antiviral, vitamin, antipsikosis, dan lain-lain dalam waktu 1 bulan sebelum mengikuti penelitian.

f. Bersedia untuk ikut dalam penelitian.

B. Kriteria Eksklusi

a. Mahasiswa wanita yang menderita akne vulgaris dengan siklus haid yang tidak teratur, ataupun perdarahan dari vagina dengan penyebab yang tidak diketahui.

b. Mahasiswa yang sedang menstruasi, atau sedang mengkonsumsi obat kontrasepsi oral ataupun injeksi.

c. Perokok.

d. Mahasiswa yang menderita penyakit hati. e. Mahasiswa yang menderita diabetes mellitus. f. Memiliki riwayat akne vulgaris dalam keluarga

g. Memakai kosmetik (memakai foundation, moisturazer) h. Memakai minyak rambut

i. Jam tidur perharinya kurang dari 7 jam

4.3.4. Sampel Kontrol

Kelompok kontrol adalah mahasiswa yang FK USU stambuk 2007 yang tidak menderita akne vulgaris, dengan karakteristik yang sama dengan kelompok penderita akne vulgaris serta bersedia untuk ikut serta dalam penelitian.

Besar Sampel

Rumus : n = Jumlah Sampel = z2 P (1-P) N

n1 = n2

n1 = Jumlah sampel pasien akne vulgaris n2 = Jumlah sampel pasien kontrol z = Tingkat kepercayaan 95% = 1,960 P = Proporsi


(38)

N = Populasi Maka :

n = (1,96)2 0,5 (0,5) 386 = 77,07 ~ 78

Sampel untuk setiap kelompok yaitu kelompok penelitian dan kelompok kontrol masing-masing adalah 80, sehingga jumlah sampel adalah 160.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling

4.5. Metode Analisa Data

Analisa statistik akan diolah dengan menggunakan software SPSS windows versi 17.0

Untuk menilai korelasi antara konsumsi makanan cepat saji terhadap kejadian akne vulgaris dilakukan dengan metode Chi square (x2)


(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini diadakan di Fakustas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang

berlokasi di jalan dr. Mansyur No. 5 Medan, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan baru dengan batas wilayah:

a. Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan b. Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU c. Batas Timur : Jalan Universitas, Padang Bulan d. Batas Barat : Fakultas Psikologi USU

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha yang berada di tengahnya. Fakultas ini memilikki berbagai ruang kelas, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, Kamar mandi, dan mushola. Pada tahun 2010, terdapat 4 stambuk yang sedang mengikuti pendidikan yang meliputi stambuk 2007, 2008, 2009, dan 2010 sedangkan terdapat 3 angkatan yang sedang mengikuti pendidikan Co-ass. Jumlah mahasiswa yang sedang mengikuti pendidikan berkisar 1700 orang dengan jumlah mahasiswa stambuk 2007 sebanyak 420 orang.

5.1.2. Karakteristik Responden

Jumlah responden pada penelitian ini adalah sebanyak 160 orang dengan karakteristik seperti pada tabel berikut:


(40)

Karakteristik Frekuensi % Frekuensi

1. Jenis Kelamin

a. Laki-laki 60 37.5

b. Perempuan 100 62.5

Total

2. Usia (tahun)

a. 19 - 20

b. 21 - 23

c. 24 - 25

Total 3. Kewarganegaraan a. malaysia b. Indonesia Total 160 57 92 11 160 50 110 160 100 35.6 57.5 6.87 100 31.25 68.75 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah perempuan yaitu 100 orang (62,5 %) dan responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 60 orang (37,5%).

Secara keseluruhan rata-rata umur responden adalah 21 tahun. Responden termuda berumur 19 tahun dan tertua 25 tahun. Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa jumlah responden mayoritas berusia antara 21-23 tahun yaitu 92 orang (57,5%) dan sebagian lagi berusia antara 19-20 tahun yaitu 57 orang (35,6%), sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang berusia antara 24-25 tahun yaitu 11 orang (6,87%).

Dari seluruh responden diketahui bahwa mayoritas Berkewarganegaraan Indonesia yaitu 110 orang (68,75%) dan sebagian lagi Berkewarganegaraan Malaysia yaitu 50 orang (31,25%).


(41)

5.1.3. Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji

Dari survey yang telah dilakukan oleh peneliti pada bulan juli 2010 melalui kuisioner yang telah dibagikan kepada 160 orang responden yang memenuhi kriteria, didapat data frekuensi konsumsi makanan cepat saji Mahaiswa FK USU stambuk 2007.

Distribusi responden berdasarkan frekuensi konsumsi makanan cepat sajinya dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Status Konsumsi Makanan Cepat Saji

Status konsumsi Frekuensi % Frekuensi

Selalu ( ≥ 1x/hari) Kadang ( ≥1x/minggu )

10

102

6.25

63.75

Tidak Pernah ( ≤ 3x/bulan) 48 30

Total 160 100

Rata-rata status konsumsi makanan cepat saji adalah “kadang-kadang” yaitu 102 orang (63,75%). Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa responden yang “tidak pernah” mengkonsumsi makanan cepat saji sebanyak 48 orang (30%), sebagian lagi memiliki status konsumsi “selalu” yaitu 10 orang (6,25%). Untuk penelitian ini, jumlah responden dengan status konsumsi “selalu” dan “kadang” akan disatukan menjadi status “mengkonsumsi” yaitu sebanyak 112 responden (70%).

5.1.4. Distribusi Akne Vulgaris

Distribusi responden berdasarkan frekuensi akne vulgaris dapat dilihat dari tabel berikut:


(42)

Karakteristik Frekuensi % Frekuensi

Menderita akne vulgaris

Tidak menderita akne vulgaris

80

80

50

50

Total 160 100

Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari seluruh responden ada 80 orang (50%) yang menderita akne vulgaris, sebagian lagi yaitu 80 orang (50%) tidak memiliki menderita akne vulgaris sama sekali

5.1.5. Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian Akne Vulgaris

Distribusi responden berdasarkan status konsumsi makan cepat saji terhadap kejadian akne vulgaris pada Mahasiswa FK USU stambuk 2007.

Tabel 5.4. Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian Akne Vulgaris

Status Akne Vulgaris Status konsumsi makanan cepat saji Jumlah

Mengkonsumsi Tidak

mengkonsumsi

Menderita akne vulgaris Tidak menderita akne vulgaris

Total

55

57

112

25

23

48

80

80


(43)

Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari seluruh responden yang mengkonsumsi makanan cepat saji, terdapat 55 (49,1%) orang yang menderita akne vulgaris dan sebagian lagi yaitu 57 orang (50,9%) tidak menderita akne vulgaris. Sedangkan pada responden yang tidak mengkonsumsi makan cepat saji, terdapat 25 orang (52,08%) yang menderita akne vulgaris dan selebihnya yaitu 23 orang (47,91%) tidak menderita akne vulgaris.

5.1.6. Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji terhadap Kejadian Akne Vulgaris Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi responden berdasarkan status konsumsi makan cepat saji terhadap kejadian akne vulgaris pada Mahasiswa FK USU stambuk 2007 menurut jenis kelamin.

Tabel 5.5. Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian Akne pada Pria

Status Akne Vulgaris Status konsumsi makanan cepat saji Jumlah

Mengkonsumsi Tidak

mengkonsumsi

Menderita akne vulgaris

Tidak menderita akne vulgaris Total

25

17

42

11

7

18

36

24


(44)

Dari tabel 5.5 diketahui bahwa dari 36 responden pria yang menderita akne vulgaris, didapati 25 orang (69,44%) yang mengkonsumsi makanan cepat saji dan yang tidak mengkonsumsi sebanyak 11 orang (30,55%). Sedangkan dari 24 responden pria yang tidak menderita akne vulgaris, terdapat 17 orang (70,83%) yang mengkonsumsi makanan cepat saji dan 7 orang (29,16%) yang tidak mengkonsumsi makanan cepat saji.

Tabel 5.6. Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian Akne pada Wanita

Status Akne Vulgaris

Status konsumsi makanan cepat saji Jumlah

Mengkonsumsi Tidak

mengkonsumsi

Menderita akne vulgaris

Tidak menderita akne vulgaris Total

30

40

70

14

16

30

44

56

100

Dari tabel 5.6 diketahui bahwa dari 44 responden wanita yang menderita akne vulgaris, didapati 30 orang (68,18%) yang mengkonsumsi makanan cepat saji dan yang tidak mengkonsumsi sebanyak 14 orang (31,81%). Sedangkan dari 56 responden wanita yang tidak menderita akne vulgaris, terdapat 40 orang (71,42%) yang mengkonsumsi makanan cepat saji dan 16 orang (28,57%) yang tidak mengkonsumsi makanan cepat saji.


(45)

5.2.1. Hubungan Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Stambuk 2007 Terhadap Status Konsumsi Makanan Cepat Saji pada Tahun 2010

Dari data pada tabel 5.4 didapat dari seluruh responden yang mengkonsumsi makanan cepat saji, terdapat 55 (49,1%) orang yang menderita akne vulgaris dan sebagian lagi yaitu 57 orang (50,9%) tidak menderita akne vulgaris. Sedangkan pada responden yang tidak mengkonsumsi makan cepat saji, terdapat 25 orang (52,08%) yang menderita akne vulgaris dan selebihnya yaitu 23 orang (47,91%) tidak menderita akne vulgaris, hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi makan cepat saji dengan kejadian akne vulgaris karena dari responden yang mengkonsumsi makanan cepat saji, hanya 55 responden yang menderita akne vulgaris sedangkan 57 responden tidak menderita akne vulgaris hal ini didukung juga dari jumlah responden yang tidak mengkonsumsi makanan cepat saji yang menderita akne vulgaris yaitu sebesar 25 responden yang hanya berbeda sedikit dari responden yang tidak menderita akne vulgaris yaitu sebesar 23 responden.

Berdasarkan analisa statistik yang telah dilakukan dengan metoda chi square didapat p value = 0.730, dimana nilainya sama nilai α yang ditetapkan (α = 0.05). Hasil perhitungan ini, menggambarkan bahwa tidak ada hasil yang signifikan antara konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian akne vulgaris sehingga pada penelitian ini peneliti menyimpulkan tidak ada hubungan konsumsi makanan cepat saji terhadap kejadian akne vulgaris. Hal ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh fulton (1969) dalam Smith (2007) dimana tidak dijumpai adanya hubungan konsumsi coklat bar dengan kejadian akne vulagris, begitu juga dengan hasil penelitian Anderson (1971) dalam Smith (2007) yang memeriksa ada tidaknya hubungan antara konsumsi coklat, susu dan kacang dengan kejadian akne vulgaris, dan penelitian ini juga menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi susu, coklat dan kacang dengan kejadian akne vulgaris.

Hasil penelitian di atas bertentangan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Smith (2007), dimana mereka melakukan studi controlled trials untuk melihat perbaikan lesi akne vulgaris pada responden yang mengkonsumsi makanan dengan glycemic load yang rendah. Penelitian dilakukan selama 12 minggu terhadap 43 responden yang terdiri dari 20 kelompok control dan 23 kelompok kasus. Responden yang diambil adalah responden laki-laki dengan


(46)

lesi akne ringan sampai berat dan berumur 15-25 tahun. Setelah dilakukan intervensi dengan cara merubah asupan makanan responden menjadi makanan dengan glycemic load rendah ternyata didapat hubungan, hal ini terbukti setelah dilakukan analisa statistik didapat penurunan lesi akne pada kelompok kasus sebesar 23,5 (51%) dan pada kelompok kontrol sebesar 12 (31%) dengan nilai p value = 0,03 (α = 0,05), hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pengubahan pola asupan makanan kearah makanan dengan glikemic load rendah terhadap penurunan lesi akne. Perbedaan hasil pada penelitian ini mungkin disebabkan karena tidak adanya pengukuran jumlah kalori asupan pada responden serta kadar gula darah dan IGF-1 sebelum maupun sesudah makan.

5.2.2. Hubungan Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Stambuk 2007 Terhadap Status Konsumsi Makanan Cepat Saji pada Tahun 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari tabel 5.5 diketahui bahwa dari 36 responden pria yang menderita akne vulgaris, didapati 25 orang (69,44%) yang mengkonsumsi makanan cepat saji dan yang tidak mengkonsumsi sebanyak 11 orang (30,55%). Sedangkan dari 24 responden pria yang tidak menderita akne vulgaris, terdapat 17 orang (70,83%) yang mengkonsumsi makanan cepat saji dan 7 orang (29,16%) yang tidak mengkonsumsi makanan cepat saji. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan metoda chi square pada confidence interval 95% (CI=95%) didapat P value = 0,908 (α = 0,05).

Dari tabel 5.6 diketahui bahwa dari 44 responden wanita yang menderita akne vulgaris, didapati 30 orang (68,18%) yang mengkonsumsi makanan cepat saji dan yang tidak mengkonsumsi sebanyak 14 orang (31,81%). Sedangkan dari 56 responden wanita yang tidak menderita akne vulgaris, terdapat 40 orang (71,42%) yang mengkonsumsi makanan cepat saji dan 16 orang (28,57%) yang tidak mengkonsumsi makanan cepat saji. Setelah dilakukan analisis dengan metode chi square pada confidence interval 95% (CI=95%) didapat p value = 0,725 (α = 0,05).


(47)

Dari uji analisis yang telah dilakukan pada kelompok pria dan wanita terhadap kejadian akne vulgaris yang dihubungkan dengan tingkat konsumsi makanan cepat saji, yaitu P value = 0,908 pada kelompok pria dan p value = 0,725 pada wanita. Keduanya tidak menunjukkan hubungan yang significant antara konsumsi makanan cepat saji terhadap kejadian akne vulgaris baik pada wanita maupun pada pria. Hal ini bertentangan dengan penelitian adebamouwo et al (2005). Pada penelitian cohort yang mereka lakukan terhadap 47.355 wanita yang diikuti dari tahun 1989 sampai tahun 1998 untuk mencari hubungan kejadian akne vulgaris dengan konsumsi produk susu. Berdasarkan umur responden, Usia Menarche, BMI, dan asupan energi harian, maka dari perbandingan rasio multivariat yang digunakan ( CI=95%) dibandingkan dengan kategori pembanding didapat nilai P value 1.22 (1.03, 1.44; .002) untuk total milk; 1.12 (1.00, 1.25; 0.56) untuk whole milk; 1.16 (1.01, 1.34; 0.25) untuk low-fat milk; dan 1.44 (1.21, 1.72; 0.003) untuk skim milk.


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan analisis statistik yang didapat, maka saya menyimpulkan:

1. Dari 80 responden yang menderita akne vulgaris, terdapat 55 (68,75%) responden mengkonsumsi makanan cepat saji dan 25 (31,25%) responden tidak mengkonsusmsi makana cepat saji.

2. Dari 80 responden yang tidak menderita akne vulgaris, terdapat 57 (71,25%) responden yang mengkonsumsi makanan cepat saji dan 23 (28,75) responden yang tidak mengkonsumsi makana cepat saji.

3. Berdasarkan hasil analisis statistik, didapat nilai P = 0,730 (nilai α = 0,05), dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada hubungan anatara konsumsi makanan cepat saji terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiwa FK USU stambuk 2007.

4. Berdasarkan hasil analisis statistik hubungan konsumsi makanan cepat saji terhadap kejadian akne vulgaris berdasarkan jenis kelamin didapat nilai P = 0,908 untuk pria dan 0,725 untuk wanita (nilai α = 0,05), dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada hubungan anatara konsumsi makanan cepat saji terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiwa pria dan wanita FK USU Stambuk 2007

6.2. Saran

1. Penelitian mengenai akne vulgaris bukan merupakan penelitian yang mudah, karena banyak sekali faktor perancu dalam penelitian. Selain itu akne vulgaris bukanlah penyakit yang disebabkan oleh satu faktor tetapi merupakan penyakit multifaktorial yang membutuhkan criteria inklusi dan eksklusi yang lebih detail, oleh karena itu untuk


(49)

penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan juga perhitungan kadar gula darah, oral glukosa insulin sensitivity, HOMA-IR (homeostasis model assessment of insulin resistance), IGF-1, pemeriksaan gen dan kromosom yang meliputi 46XYY, 46XY + (4p+; 14q-) dan partial trisomy 13, serta pemeriksaan hormonal.

2. Karena pada penelitian ini jumlah responden laki-laki dan perempuan tidak seimbang, di mana responden laki-laki berjumlah 60 orang (37,5%) dan perempuan berjumlah 100 orang (62,5%), maka untuk penelitian selanjutnya perlu diperhatikan keseimbangan responden berdasarkan jenis kelamin agar dapat dilihat apakah ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

3. Bagi peneliti selanjutnya perlu penelitian yang lebih lanjut dengan populasi yang lebih banyak dan sebisa mungkin hanya terdiri atas 1 ras karena faktor ras merupakan salah satu faktor perancu dalam penelitian.

4. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan rancangan metoda penelitian yang lebih baik karena penelitian seperti ini sebaiknya dilakukan dengan jangka waktu yang lebih lama dan sebaiknya dilakukan perhitungan kalori harian dari responden.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi: Keseimbangan Energi. Cetakan 4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 132-150.

Cordain L, Lindeberg S, Hurtado M, Hill K, Eaton B, Brand-Miller B. 2002. Acne vulgaris-a disease of Western civilization. Arch Dermatol. Available from:

Cunliffe W J, Holland D B, Clark S M, Stables G I. 2002. Comedogenesis: Some Aetiological, Clinical and Therapeutics Strategies. in: Berlin, Zouboulis et al (eds). 2002. Acne: Symposium at the World Congress of Dermatology Paris. S. Karger Medical and Scientific Publishers, London: 11-16

Dreno B, Poli F. 2002. Epidemiology of Acne. in: Berlin, Zouboulis et al (eds). 2002. Acne: Symposium at the World Congress of Dermatology Paris. S. Karger Medical and Scientific Publishers, London: 7-10.

Foster Powell, Holt S H A, Brand Miller J C. 2002. International table of glykemic index and

glykemic load values. Available from:

[Accesed 22 April 2010]

Fulton J. 2009. Acne Vulgaris. Available

from:

Gebhardt S E, Thomas, R.G. 2002. United States Departement of Agriculture, Agricultural Research Service, Nutrient Data Laboratory, Beltsville, Marryland: Nutritive Value of


(51)

Guyton A C, Hall J E. 2007. Metabolisme Karbohidrat dan Pembentukan Adenosin Trifosfat. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta: EGC, 871-874.

, J.E. 2007. Insulin, Glukagon, dan Diabetes Melitus. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta: EGC, 1010-1027

,Hall, J.E. 2007. Fungsi Reproduksi dan Hormonal Pria (dan Fungsi Kelenjar Pineal. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta: EGC, 1048-1063.

Herane, M I, Ando I. 2002. Acne in Infancy and Acne Genetics. in: Berlin, Zouboulis et al (eds). 2002. Acne: Symposium at the World Congress of Dermatology Paris. S. Karger Medical and Scientific Publishers, London: 24-28

Horrison.2008. Acne Vulgaris. in: Harrison’s Principal of Internal Medicine. – Ed 17 -. USA: McGraw-Hill

James W D. 2005. Acne. N Eng J Med. Available

from:

2010]

Janquera L C, Carneiro J. 2007. Kulit. Dalam: Histologi Dasar: Teks dan Atlas. Jakarta: EGC Jappe,U. 2003. Pathological Mechanisms of Acne with Special Emphasis on

Propinobbacterium Acnes and Related Therapy. Acta Derm Venereol 83. 241-248.

Odom R B, James W D, Berger T G. 2000. Andrews’ Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. – Ed 9 -. USA: Saunders Company. 284 -298

Rakel. 2008. University of Winconsin Hospital and Clinics: Glykemic Index. Available

from:

Riduwan. 2008. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Cetakan kelima. Bandung: Alfabeta.


(52)

Sabatini J. 2009. Androgen excess. Available

from:

C C, Piuero-Martin J. 2002. Update and Future of Systemic Acne Treatment. in: Berlin, Zouboulis et al (eds). 2002. Acne: Symposium at the World Congress of Dermatology Paris. S. Karger Medical and Scientific Publishers, London: 37-51

Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula. Cetakan I. Jogjakarta: Mitra Cendikia.

Sastroamoro S, Ismael S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Cetakan I. Jakarta: Binaputra Aksara.

Smith, R N, Mann N J, Braue A, Makelainen H, Varigos G A. 2007. A Low-Glycemic-Load Diet Improves Symptoms in Acne Vulgaris Patient: A Randomized Controlled Trial.

Available From:

2010].

Thiboutot D, Chen W. 2002. Update and Future of Hormonal Therapy in Acne. in: Berlin, Zouboulis et al (eds). 2002. Acne: Symposium at the World Congress of Dermatology Paris. S. Karger Medical and Scientific Publishers, London: 57-67

Wasitaatmadja S M. 2008. Akne, Erupsi Akneformis, Rosasea, Rinofima. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Wilson B. 2009. 5-Alpha-Reductase-Deficiency. Available

from:

Zaenglein A L, Graber E M, Thiboutot D M, Strauss J S. 2003. Fitzpatrik’s Dermatology in general Medicine. – Ed 7 -. USA: McGraw-Hill


(53)

Zouboulis, C.C., Piuero-Martin, J. 2002. Update and Future of Systemic Acne Treatment. in: Berlin, Zouboulis et al (eds). 2002. Acne: Symposium at the World Congress of


(54)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Berry Eka Parda Bancin

Tempar / Tanggal Lahir : Medan / 9 Januari 1988 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Pintu Air 4 no. 407 Kel. Kwala Bekala

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar Methodist Medan (1994 - 2000) 2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Immanuel Medan (2000-2003)

3. Sekolah Menengah Atas St. Thomas 1 Medan ( 2003 2006)

Riwayat Organisasi : 1. Anggota Divisi Dana Natal Keluarga Besar Fakultas Kedokteran USU periode 2008.

2. Anggota Divisi Peralatan Natal Keluarga Besar Fakultas Kedokteran USU periode 2009.

3. Koordinator Divisi Publikasi dan Dokumentasi Pra Kepanitraan Klinik Senior (Pra-KKS) Fakultas Kedokteran USU 2009.

4. Anggota Divisi Publikasi dan Dokumentasi KAM Pembaharuan Fakultas Kedokteran USU 2009

5. Anggota Divisi Medis Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Kristen Fakultas Kedokteran USU 2009

6. Koordinator Divisi Dana Paskah Keluarga Besar Fakultas Kedokteran USU 2010

7. Koordinator Divisi Medis Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Kristen Fakultas Kedokteran USU 2010.

8. Anggota Divisi Publukasi dan Dokumentasi Penyambutan Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran USU 2010


(55)

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI

TERHADAP KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA FK USU SATMBUK 2007

NAMA : USIA : JENIS KELAMIN :

STAMBUK : 2007 NO. TELEPON :

PETUNJUK PENGISIAN:

• Mohon kuisioner ini diisi oleh bapak/ibu/saudara untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada. • Berilah tanda silang (√) pada kolom yang tersedia dan pilih sesuai keadaan yang sebenarnya

No. PERTANYAAN YA TIDAK

1. Apakah anda menderita akne vulgaris? (sejak umur: ……… tahun)

2. Apaka anda mendapat pengobatan akne vulgaris dalam 2 bulan ini?

3. Apakah anda memiliki siklus haid yang normal dan tidak sedang haid saat ini?

4.

Apakah anda mengkonsumsi obat-obatan kortikosteroid, antiepilepsi, antidepresan, antituberkulosis, antineoplastik, antiviral, vitamin, antipsikosis dalam 1 bulan ini?

5. Apakah anda menggunakan gel rambut?

6. Apakah anda mengenakan make up untuk wajah setiap hari?* 7. Apakah anda menderita diabetes mellitus?

8. Apakah durasi tidur anda cukup (≥7 jam)? 9. Apakah anda merokok?

10. Apakah di keluarga anda ada yang menderita akne vulgaris (ayah, ibu, adik dan kakak kandung)?

11. Apakah anda menggunakan pil kontrasepsi (dalam 6 bulan ini)?

12.

Apakah anda mengkonsumsi makanan cepat saji ≥ 1 X/minggu? Fried Chicken(frekuensi: ………..x/minggu)

Frech fries/kentang goreng(frekuensi: ………..x/minggu) Soft Drink(frekuensi: ………..x/minggu)

Ice cream(frekuensi: ………..x/minggu) spagethy(frekuensi: ………..x/minggu) hamburger(frekuensi: ………..x/minggu) Pizza (frekuensi: ………….x/minggu)

……… (isi bila ada yang lain)

13. Apakah sejak kecil anda sudah mengkonsumsi makanan cepat saji? Sejak umur: ………. Tahun


(56)

LEMBAR PENJELASAN

Hubungan Konsumsi Makanan Cepat saji Terhadap Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Stambuk 2007

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang terhormat, Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera bagi kita semua,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Berry Eka Parda Bancin

NIM : 070100101

Alamat : Jl. Pintu Air 4 No. 407

Hp/Telp: 081397617756 / 061 (8362307)

adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang akan melaksanakan penelitian dengan judul “HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI

TERHADAP KEJADIAN ACNE VULGARIS PADA MAHASISWA FK USU STAMBUK 2007”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah konsumsi makanan cepat saji mempengaruhi kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU Stambuk 2007.Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada pihak – pihak yang berkepentingan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembaran pertanyaan (kuesioner), memerlukan waktu ±15 menit untuk menjawab 13 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban yang sudah disediakan. Saya sebagai peneliti sangat mengharapkan dan menghargai partisipasi anda turut serta dalam penelitian ini. Namun demikian partisipasi Anda bersifat sukarela tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Atas kerjasama dan kesediaan Anda dalam mengikuti penelitian ini dengan kerendahan hati pihak peneliti akan memberi sedikit imbalan sebagai pengganti ongkos pengganti waktu. Semua informasi yang Anda berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk usaha kepentingan penelitian ini.

Setelah memahami penjelasan yang saya berikan, Anda dapat menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (Informed Consent) yang disediakan peneliti. Demikian


(57)

penjelasan ini saya sampaikan. atas partisipasi dan kesediaan Anda, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,


(58)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

“Informed Consent”

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :………. Umur :……….

Pekerjaan :……….

Alamat :……….

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini. Demikianlah surat perjanjian ini saya perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada saya tidak akan dituntut apapun.

Medan, ……… 2010 Yang membuat pernyataan


(59)

Crosstabs

[DataSet1] D:\bahan kuliah\-FK USU 2007- SEMESTER 7\KTI DAFTAR RESPONDEN\ENTRY DATA.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

status akne vulgaris * status konsumsi makanan cepat saji

160 100.0% 0 .0% 160 100.0%

s ta tus a kn e vu lg aris * s ta tu s kon s um s i m a ka n a n c e p at s a ji Cro s s ta b ulatio n

status konsumsi makanan cepat saji

Total

tidak

mengkonsumsi mengkonsumsi

status akne vulgaris

tidak berjerawat

Count 23 57 80

Expected Count 24.0 56.0 80.0

% within status akne vulgaris 28.8% 71.3% 100.0%

% within status konsumsi makanan cepat saji

47.9% 50.9% 50.0%

% of Total 14.4% 35.6% 50.0%

berjerawat Count 25 55 80

Expected Count 24.0 56.0 80.0

% within status akne vulgaris 31.3% 68.8% 100.0%

% within status konsumsi makanan cepat saji


(60)

% of Total 15.6% 34.4% 50.0%

Total Count 48 112 160

Expected Count 48.0 112.0 160.0

% within status akne vulgaris 30.0% 70.0% 100.0%

% within status konsumsi makanan cepat saji

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 30.0% 70.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .119a 1 .730

Continuity Correctionb .030 1 .863

Likelihood Ratio .119 1 .730

Fisher's Exact Test .863 .432

Linear-by-Linear Association .118 1 .731

N of Valid Cases 160

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.00.


(61)

Crosstabs

[DataSet1] D:\bahan kuliah\-FK USU 2007- SEMESTER 7\KTI DAFTAR RESPONDEN\konsumsi MCS pada laki-laki.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

statuskane * konsumsiMCS 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

statuskane * konsumsiMCS Crosstabulation

konsumsiMCS

Total mengkonsumsi

tidak mengkonsumsi

statuskane Berjerawat Count 25 11 36

Expected Count 25.2 10.8 36.0

% within statuskane 69.4% 30.6% 100.0%

% within konsumsiMCS 59.5% 61.1% 60.0%

% of Total 41.7% 18.3% 60.0%

tidak berjerawat Count 17 7 24

Expected Count 16.8 7.2 24.0

% within statuskane 70.8% 29.2% 100.0%

% within konsumsiMCS 40.5% 38.9% 40.0%

% of Total 28.3% 11.7% 40.0%

Total Count 42 18 60

Expected Count 42.0 18.0 60.0

% within statuskane 70.0% 30.0% 100.0%

% within konsumsiMCS 100.0% 100.0% 100.0%


(62)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .013a 1 .908

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .013 1 .908

Fisher's Exact Test 1.000 .571

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.20.


(63)

Crosstabs

[DataSet2] D:\bahan kuliah\-FK USU 2007- SEMESTER 7\KTI DAFTAR RESPONDEN\konsumsi MCS pada wanita.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Statusakne * konsumsiMCS 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

Statusakne * konsumsiMCS Crosstabulation

konsumsiMCS

Total mengkonsumsi

tidak mengkonsumsi

Statusakne Berjerawat Count 30 14 44

Expected Count 30.8 13.2 44.0

% within Statusakne 68.2% 31.8% 100.0%

% within konsumsiMCS 42.9% 46.7% 44.0%

% of Total 30.0% 14.0% 44.0%

tidak berjerawat Count 40 16 56

Expected Count 39.2 16.8 56.0

% within Statusakne 71.4% 28.6% 100.0%

% within konsumsiMCS 57.1% 53.3% 56.0%

% of Total 40.0% 16.0% 56.0%

Total Count 70 30 100

Expected Count 70.0 30.0 100.0

% within Statusakne 70.0% 30.0% 100.0%


(64)

Statusakne * konsumsiMCS Crosstabulation konsumsiMCS Total mengkonsumsi tidak mengkonsumsi

Statusakne Berjerawat Count 30 14 44

Expected Count 30.8 13.2 44.0

% within Statusakne 68.2% 31.8% 100.0%

% within konsumsiMCS 42.9% 46.7% 44.0%

% of Total 30.0% 14.0% 44.0%

tidak berjerawat Count 40 16 56

Expected Count 39.2 16.8 56.0

% within Statusakne 71.4% 28.6% 100.0%

% within konsumsiMCS 57.1% 53.3% 56.0%

% of Total 40.0% 16.0% 56.0%

Total Count 70 30 100

Expected Count 70.0 30.0 100.0

% within Statusakne 70.0% 30.0% 100.0%

% within konsumsiMCS 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 70.0% 30.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .124a 1 .725

Continuity Correctionb .017 1 .895

Likelihood Ratio .123 1 .725

Fisher's Exact Test .827 .446

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.20.


(65)

Data Induk

No Responden Umur Jenis Kelamin Status Akne Vulgaris Status Konsumsi Makanan Cepat Saji

Frekuensi Umur pertama Mengkonsumsi

Makanan Cepat Saji

Kewarganegaraan

1 RMY 21 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 4 indonesia

2 DFE 21 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 6 indonesia

3 DS 21 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 11 indonesia

4 SR 24 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi selalu 4 malaysia

5 KCW 22 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 12 malaysia

6 THS 23 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 10 malaysia

7 NAB 22 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 12 Malaysia

8 UF 19 perempuan tidak berjerawat tidak mengkonsumsi tidak pernah 9 Indonesia

9 KAS 20 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 9 Indonesia

10 MR 22 laki-laki tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 4 Indonesia

11 DLH 19 perempuan tidak berjerawat tidak mengkonsumsi tidak pernah 10 Indonesia

12 AL 20 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 12 indonesia

13 JCK 24 laki-laki tidak berjerawat mengkonsumsi selalu 12 malaysia

14 LTX 23 perempuan tidak berjerawat tidak mengkonsumsi tidak pernah 7 malaysia

15 SN 21 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 7 indonesia

16 TG 23 perempuan tidak berjerawat tidak mengkonsumsi tidak pernah 5 malaysia

17 JG 21 laki-laki tidak berjerawat tidak mengkonsumsi tidak pernah 11 indonesia

18 BR 20 laki-laki tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 3 indonesia


(66)

20 LEH 20 perempuan tidak berjerawat tidak mengkonsumsi tidak pernah 6 indonesia

21 JA 21 laki-laki tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 7 indonesia

22 AL 23 perempuan tidak berjerawat tidak mengkonsumsi tidak pernah 10 malaysia

23 LTK 24 perempuan tidak berjerawat tidak mengkonsumsi tidak pernah 5 malaysia

24 KK 20 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 6 indonesia

25 KC 21 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 11 indonesia

26 MM 22 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 7 malaysia

27 EA 22 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 4 malaysia

28 NAS 22 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 4 malaysia

29 ZBA 22 perempuan tidak berjerawat tidak mengkonsumsi tidak pernah 5 malaysia

30 AM 21 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 5 indonesia

31 MES 21 perempuan tidak berjerawat tidak mengkonsumsi tidak pernah 6 indonesia

32 DO 20 perempuan tidak berjerawat tidak mengkonsumsi tidak pernah 3 indonesia

33 IN 24 perempuan tidak berjerawat tidak mengkonsumsi tidak pernah 5 malaysia

34 AND 21 laki-laki tidak berjerawat tidak mengkonsumsi tidak pernah 6 indonesia

35 TDM 20 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 5 indonesia

36 KM 21 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 12 indonesia

37 DP 21 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 10 indonesia

38 TD 20 laki-laki tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 5 indonesia

39 MD 21 laki-laki tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 2 indonesia

40 KAK 22 laki-laki tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 5 indonesia

41 GA 21 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 6 indonesia

42 ASD 21 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 6 indonesia

43 NBA 23 perempuan tidak berjerawat mengkonsumsi selalu 12 malaysia

44 HPA 21 laki-laki tidak berjerawat mengkonsumsi jarang 7 indonesia


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Tabel nilai Glykemic index dan Glykemic Load pada beberapa jenis makanan. Diambil sesuai aslinya dari cordein et al (2002)


(6)

Tabel angka kecukupan energi untuk tiga tingkat aktivitas fisik

untuk laki-laki dan perempuan

Kelompok aktivitas

(x AMB) Jenis Kegiatan Faktor Aktivitas

Ringan • Laki-laik • Perempuan

75% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri. 25% waktu untuk berdiri atau bergerak. 1,56 1,55 Sedang • Laki-laik • Perempuan

25% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri. 75% waktu digunakan untuk aktivitas pekerjaan tertentu 1,76 1,70 Berat • Laki-laik • Perempuan

40% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri. 60% digunakan untuk aktifitas pekerjaan tertentu

2,10 2,00

Sumber: FAO/WHO/UNU, 1985 dengan penyesuain oleh Muhilal, dkk, Risalah

Widya Karya Pangan dan Gizi V, 1994, hlm 428. Dalam Almatsier (2004)

Tabel rumus untuk menaksir nilai AMB dari berat badan

Kelompok Umur

(tahun)

AMB (kkal/hari)

Laki-laki Perempuan

0-3 3-10 10-15 18-30 30-60 ≥60

60,9 B -54 22,7 B + 495 17,5 B + 651 15,3 B + 679 11,6 B + 879 13,5 B + 487

61,0 B – 51 22,5 B + 499 12,2 B + 746 14,7 B + 496 8,7 B + 829 10,5 B + 596

Sumber: FAO/WHO/USU, Energy dan Protein Requirements, 1985, hlm. 71.

Keterangan: B = Berat Badan dalam Kg