Studi Pustaka Wawancara interview

kepercayaan credibility, keteralihan trasnferbility tebergantungan dependability dan kepastian confirmability ” Moelong, 2009:324. Untuk menetapkan keabsahan data dalam penelitian di lapangan diperlukan teknik Triangulasi , adalah “teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data itu” Moleong, 2009:330.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian skripsi ini nantinya penulis akan menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

3.5.1 Studi Pustaka

Studi pustaka adalah pengumpulan data melalui penelaah sumber- sumber data yang tertulis dan relevan dengan maksud dan tujuan penelitian. Peneliti mengkaji sumber – sumber tertulis yang behubungan dengan penyelesaian perselisihan atau tindak pidana berkaitan dengan relevansi Hukum Pidana Adat dalam pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia. Sumber – sumber data tersebut diperoleh dari buku – buku ilmiah yang berkaitan dengan relevansi Hukum Pidana Adat dalam pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia.

3.5.2 Wawancara interview

Wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu Moelong; 2009:186. Dalam penelitian ini instrumen wawancara ditujukan pada populasi masyarakat Suku Tengger, dimana pertanyaan tersebut ditujukan kepada sampel yang diambil dari masyarakat Suku Tengger, antara lain; Tetua Adat atau Kepala Adat, Kepala Desa Suku Tengger Desa Ngadisari, Kepolisian Sektor Sukapura dan beberapa masyarakat Suku Tengger sebagai sampel penelitian juga instrumen wawancara yang ditujukan pada Pakar Hukum Pidana untuk memperkuat hasil penelitian. Dalam pemilihan sampel yang diterapkan dalam penilitian ini adalah Sampel bertujuan, yaitu dimana pemilihan sampel memiliki tujuan tertentu. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara antara lain : a Mengadakan pembicaraan-pembicaraan yang ramah tamah pada permulaan wawancara. b Mengemukakan tujuan dari penelitian dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh pemberi informasi. c Peneliti tidak boleh memperlihatkan sikap yang tergesa-gesa. d Mengadakan pencatatan pada setiap hasil jawaban yang diberikan kepada informan. Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara menurut Arikunto, antara lain: a Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. b Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancarra yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list Arikunto; 2006:155.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data