9. Sekolah dianggap sudah tidak menarik bagi peserta didik. Karena tidak
menarik, mereka memandang lebih baik tidak sekolah saja. Berdasarkan teori-teori tersebut diatas dapat disebutkan bahwa faktor-
faktor yang diduga sebagai penyebab anak mengalami putus sekolah dalam penelitian ini adalah: 1 kondisi sosial ekonomi, 2 aksesbilitas wilayah, 3
motivasi anak.
2.5. Perbedaan Sekolah Menengah Atas SMA dengan Sekolah Menengah Kejuruan SMK
Antara SMA dan SMK terdapat perbedaan yang sangat menonjol. Jika SMA lebih menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan cenderung teoritis
dan bersifat umum sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sedangkan SMK lebih menitikberatkan pada penguasaan keterampilan praktis
sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja. Walaupun lulusan SMK dipersiapkan untuk terjun kelapangan kerja, masih terbuka kesempatan, masih terbuka
kesempatan bagi siswa untuk melanjutkan studinya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sekolah Menengah Kejuruan SMK adalah bentuk satuan
pendidikan menengah yang orientasinya memberi bekal siswa untuk memasuki lapangan kerja tingkat menengah dan melanjutkan ke jenjang pendidikan sesuai
dengan kekhususannya kejuruannya. Pendidikan menengah diselenggarakan melalui bentuk-bentuk satuan
pendidikan menengah umum, kejuruan, keagamaan MAN, kedinasan dan luar biasa. Meskipun masing-masing satuan pentersebut memiliki tujuan yang berbeda,
namun lulusannya dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan tinggi. Hal ini
berarti bahwa lulusan SMK dapat pula melanjutkan studinya sampai pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu perlu diacu dengan tujuan agar peneliti mampu melihat perbedaan penelitiannya dengan penelitian yang lainnya. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah terletak pada variabel dan hasil penelitiannya, selengkapnya dapat dilihat pada uraian dibawah ini:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Widiyantoro yang mengambil judul tentang
faktor-faktor penyebab tingginya angka putus sekolah untuk jenjang SMASederajat di Kecamatan Tretep Kab.Temanggung dengan variabel
penelitian yaitu tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, aksesbilitas wilayah dan motivasi anak, yang dianalisis dengan menggunakan
deskriptif persentase serta uji statistic yaitu dengan menggunakan t-test dan U- test. diperoleh bahwa 84 pendidikan orang tua yang anaknya putus sekolah
adalah lulusan sekolah dasar. Pendapatan bersih orang tua yang anaknya putus sekolah adalah 94 kurang dari Rp. 480.000,00, aksesbilitas yang masih sulit
yaitu jarak dari rumah kesekolah yang jauh yaitu rata-rata 17km, biaya transportasi yang mahal yaitu antara Rp. 6.000,00
– Rp. 10.000,00hari menggunakan angkutan umum dan Rp. 4.500,00 dengan menggunakan sepeda
motor, fasilitas jalan yang sebagian masih menggunakan jalan batu, yaitu dari 11 desa masih ada 4 desa yang menggunakan jalan batu, fasilitas transportasi
yang masih terbatas yaitu dari 11 desa hanya 4 yang dilalui angkutan umum
pada waktu berangkat sekolah. Masih adanya anak yang tidak mau melanjutkan pendidikan ke jenjang SMASederajat yaitu sebanyak 31. Hasil
uji U-test diperoleh diperoleh nilai Sig = 0,000 5jadi Ha diterima dengan kata lain ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap anak putus
sekolah. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Ayu Krisna Dewi yang meneliti tentang
Analisis Faktor-faktor penyebab anak putus sekolah usia pendidikan dasar di Kecamatan Gerograk tahun 20122013. Dalam penelitiannya menggunaan
variabel ekonomi, perhatian orang tua, fasilitas pembelajaran, minat anak untuk sekolah, budaya, faktor lokasi sekolah, dan dianalisis menggunakan
analisis faktor Barlett`s Tes, uji Measure of Sampling Adequacy MSA, koefisien varimax rotation dan rotasi faktor. Dengan hasil penelitian yaitu
faktor perhatian orang tua menjadi yang paling dominan karena memiliki nilai variance explained tertinggi yaitu sebesar 39, 952, artinya bahwa perhatian
orang tua mampu menjelaskan penyebab anak putus sekolah usia pendidikan dasar di Gerograk tahun 20122013. Faktor lokasi yang mempunyai nilai
variance explained yang terendah yaitu sebesar 17, 014. 3.
Penelitian yang dilakukan oleh Satriyo Utomo yang meneliti tentang analisis
faktor-faktor rendahnya tingkat partisipasi anakkeluarga petani untuk melanjutkan sekolah pada jenjang menengah atas SMA didesa dadap mulyo
Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang. Dalam penelitiannya menggunakan variabel tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua,
pandangan orang tua tentang pendidikan, keterlibatan anak dalam suatu
pekerjaan, aksesbilitas wilayahyang dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang
menjadi penyebab lulusan smp tidak melanjutkan adalah tingkat pendidikan orang tua rendah yaitu 62,5 lulusan tingkat SDMI, tingkat pendapatan
orang tua 43,75 sebesar kurang dari satu juta per bulan dan pandangan orang tua terhadap pentingnya pendidikan rendah 58,9 keterlibatan anak
dalam pekerjaan tinggi 75, serta jarak tempuh sekolah yang jauh lebih dari 7
km, sehingga membutuhkan biaya yang besar.
Setelah melihat uraian diatas maka dapat di ketahui beberapa perbedaan dan kelebihan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang sebelumnya, yaitu:
1. Penelitian mengenai faktor-faktor penyebab anak putus sekolah pada jenjang
pendidikan menengah SMASMK di Kecamatan Mijen kurun waktu 2011- 2014 ini, persamaannya dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama terjun
ke lapangan secara langsung di masyarakat yaitu meneliti anak yang putus sekolah maupun anak yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang
pendidikan berikutnya kemudian mengambil data dengan menggunakan kuesioner wawancara serta angket penelitian dan lembar observasi, perbedaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah populasi penelitian ini didapatkan oleh peneliti langsung dari lembaga pendidikan formal atau sekolah
yang dahulu pernah menjadi tempat anak-anak tersebut mengenyam pendidikan dan pada akhirnya anak-anak ini putus sekolah karena berbagai faktor
penyebab. Sekolah tersebut merupakan sekolah yang lokasinya berada di kecamatan Mijen Kota Semarang, boleh dikatakan bahwa sekolah tersebut juga
merupakan sekolah dengan angka putus sekolah tertinggi di Kota Semarang. Maka dari itu peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap permasalahan
tersebut, karena sepengetahuan peneliti hal yang demikian belum pernah diteliti
oleh peneliti lain. 2.
Variabel yang sama dengan penelitian Widiyantoro, akan tetapi pada variabel
tingkat pendidikan dan pendapatan pada penelitian Widiyantoro dicari apakah ada pengaruhnya terhadap anak putus sekolah dengan menggunakan uji
statistik, sedangkan pada penelitian ini untuk variabel tingkat pendidikan orang
tua dan pendapatan bersih orang tua hanya di deskripsikan oleh peneliti. 3.
Metode analisis yang sama dengan penelitian Widiyantoro dan Satriyo Utomo
yaitu deskriptif persentase, sedangkan untuk metode analisis penelitian Ni Krisna Ayu Dewi dianalisis dengan menggunakan analisis faktor Barlett`s
Tes, uji Measure of Sampling Adequacy MSA, koefisien varimax rotation dan
rotasi faktor.
2.7. Kerangka Alur Penelitian