diperoleh bahwa kota kecamatan sebagai pusat pertumbuhan dan pelayanan pedesaan dan merupakan tempat yang sesuai sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Terlampir.
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Daerah dan Waktu Penelitian
Penelitian bersifat studi kasus dengan daerah penelitian Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Waktu pengumpulan data yang menunjang penelitian dilakukan pada bulan
Maret-Mei 2007.
4.2. Metode Analisis
Untuk keperluan analisis dalam studi fungsi kota kecamatan dalam pembangunan wilayah digunakan beberapa metode analisis antara lain skor skalogram dan sistem limpitan
sejajar. Alat analisis tersebut digunakan untuk mengidentifikasi kecamatan maju, sedang dan kurang berkembang.
4.3. Metode Pengumpulan Data dan Pemilihan Contoh
Pengumpulan data untuk keperluan analisis dilaksanakan berdasarkan data sekunder. Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel yang dianalisis dilaksanakan dengan
menghitung koefisien korelasi antara ketersediaan sumberdaya alam yang dimiliki setiap wilayah dan ketersediaan fasilitas sosial ekonomi melalui metode Rank Spearman.
VI. HIRARKHI PUSAT PERTUMBUHAN DAN PELAYANAN DI KABUPATEN CIANJUR
6.1. Hirarkhi Aktual Pusat-Pusat Pertumbuhan dan Pelayanan
Metode yang digunakan untuk mengetahui hirarkhi pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan yang disebabkan oleh penyebaran sarana dan prasarana pembangunan digunakan
metode skalogram. Dalam analisis, fasilitas dibedakan menjadi fasilitas sosial dan fasilitas ekonomi.
Berdasarkan tabel skalogram pusat pengembangan dengan jumlah total jenis sarana dan prasarana pembangunan terlengkap adalah Kecamatan Cianjur dengan 24 jenis 96
dari 25 jenis, dan yang memiliki jumlah total jenis sarana dan prasarana terbatas adalah Kecamatan Agrabinta dengan 5 jenis 20 dari 25 jenis. . Pusat pengembangan dengan
total unit terbanyak adalah Kecamatan Cianjur dengan 3.736 unit, dan yang memiliki total unit terbatas adalah Kecamatan Gekbrong dengan 430 unit.
6.2. Hirarkhi Aktual Sarana dan Prasarana Pembangunan
Hirarkhi ini berfungsi untuk mengetahui jenis-jenis prasarana pembangunan yang ketersediannya tinggi, sedang, dan rendah, sehingga alokasi sarana dan prasarana baru dapat
direncanakan dengan baik. Sarana dan prasarana yang menempati peringkat atas adalah sarana peribadatan seperti suraulanggar dan mesjid mayoritas penduduk menganut agama
islam. Sarana dan prasarana yang menempati peringkat bawah dalam hal ketersediaan fasilitas tersebut adalah Rumah Sakit, Vihara, Puskesmas, Kantor Pos, Pasar Pemda.
VII. POTENSI SUMBERDAYA DAN STRUKTUR TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN CIANJUR
7.1. Hirarkhi Potensi Sumberdaya Wilayah