1. 6. Penelitian Terdahulu
Tabel berikut ini menguraikan beberapa penelitian yang sudah dilakukan di lokasi G.Sulat-G.Lawang.
Tabel 1. Penelitian yang telah dilakukan di G.Sulat-G.Lawang
No Author
Tahun Judul
1. Tri Ari Setyastuti
Tesis Program Studi
SPL Sekolah
Pascasarjana IPB, 2002
Kajian Pengelolaan
Hutan Mangrove Berbasis Masyarakat
di Desa Sambelia, Kab. Lombok Timur NTB
2 BRKP
Tim Peneliti,
2003 Kajian
Potensi Sumberdaya
Pesisir dan Laut 3
Syamsul Agus Bahri Tesis Program
Studi SPL
Sekolah Pascasarjana
IPB, 2005 Penilaian
Ekologi Ekonomi
Sumberdaya Wilayah Pesisir di Sambelia Kecamatan sambelia,
Kabupaten Lombok Timur.
4 Sitti Hilyana, dkk
Penyusunan Masterplan
Mangrove se
Nusa Tenggara Barat, 2006
Identifikasi Tingkat Kekritisan Ekosistem
Mangrove di
Kawasan Konservasi Gili Sulat- Gili Lawang
5 Yayasan Laut Biru
Cofish Project, 2006
Penyusunan Aturan
Pengelolaan SDPL
berbasis Masyarakat.
6 P3L Unram
Dislutkan Kabupaten
Lotim, 2009 Identifikasi
Kondisi Terumbu
Karang di kawasan Sambelia Kabupaten Lombok Timur
1.7. Novelty Kebaruan Penelitian
Disertasi ini memiliki kebaruan pada konsepnya yaitu menghasilkan : 1. Model pemanfaatan ruang kawasan konservasi berbasis daya dukung
2. Model integrated multi sektor dalam pengelolaan kawasan konservasi
QR S
INJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil.
Beller
T
t
U
l . 1990 mendefinisikan Pulau Kecil sebagai pulau dengan luas 10.000 km
2
dan mempunyai penduduk 500.000 jiwa. Fakland 1991 menyatakan pulau kecil adalah suatu wilayah yang memiliki luas tidak lebih dari
2000 km
2
dan lebarnya tidak lebih dari 10 km, sedangkan definisi untuk pulau sangat kecil yaitu wilayah yang memiliki luas tidak lebih dari 100 km
2
dan lebar tidak lebih dari 3 km UNESCO 1991.
Kepmen Kelautan dan Perikanan No. 412000 tentang Pedum Pengelolaan PPK, bahwa pulau kecil adalah pulau yang ukuran luasnya 10.000 km
2
dengan jumlah penduduk
200.000 jiwa. Sedangkan untuk pulau dengan ukuran 2.000 km
2
terdapat pedoman khusus menyangkut kegiatan ekonomi sesuai dengan ukuran pulau, mencakup kegiatan konservasi sumberdaya alam,
budidaya laut, pariwisata bahari, usaha penangkapan ikan berkelanjutan, industri teknologi tinggi non-ekstraktif, pendidikan dan penelitian, dan lain sebagainya.
Ukuran pulau kecil ini kemudian ditegaskan sebagai pulau dengan ukuran 2000 km
2
pada peraturan perundangan terbaru yaitu Perpres No 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan PPK Terluar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
tidak ada definisi yang baku tentang PPK selain luas lahan dan populasi menjadi indikator utama definisi tersebut Adrianto 2006.
Arahan pengelolaan PPK diperuntukan bagi kegiatan berbasis
konservasi, artinya
pemanfaatan untuk berbagai kegiatan yang bersifat eksploratif-destruktif tidak diperkenankan,
karena PPK memiliki sejumlah kendala dan karakteristik yang sangat berbeda dengan pulau besar mainland.
Atas dasar karakteristiknya, maka arahan peruntukan dan pemanfaatannya berupa kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya PPK, seperti
perikanan tangkap, budidaya laut, dan pariwisata Bengen 2002 dalam Maanema 2003. Kebijakan pengelolaan PPK harus berbasis kondisi dan
karakteristik biogeofisik serta sosial ekonomi, mengingat peran dan fungsi kawasan sangat penting baik bagi kehidupan ekosistem laut maupun ekosistem
daratan mainland Fauzi dan Anna 2002. Salah satu cara yang diterapkan adalah menetapkan Daerah Perlindungan Laut
DPL, dengan maksud
melindungi sumberdaya perikanan, pelestarian genetik dan plasma nutfah serta mencegah rusaknya bentang alam Salm et al. 2000 dalam Maanema 2003.
Tabel 2. Kriteria umum untuk penentuan pemanfaatan pulau-pulau kecil
No Kriteria
Uraian 1.
Sosial a.
Diterimanya secara sosial, berarti : didukung oleh masyarakat lokal, adanya nilai-nilai lokal untuk melakukan konservasi SDA, adanya
kebijakan pemerintah
setempat untuk
menetapkan Daerah
Perlindungan Laut DPL. b.
Kesehatan masyarakat, berarti : mengurangi pencemaran dan berbagai penyakit, mencegah terjadinya area kontaminasi.
c. Rekreasi, berarti : dapat digunakan untuk kegiatan rekreasi, masyarakat
lokal dapat memanfaatkan manfaat dengan berkembangnya kegiatan rekreasi.
d. Budaya, berarti : adanya nilai-nilai agama, sejarah dan budaya lainnya
yang mendukung adanya DPL. e.
Estetika, berarti : adanya bentang laut dan bentang alam yang indah, keindahan ekosistem dan keanekaragaman jenis memberikan nilai
tambah untuk rekreasi. f.
Konflik kepentingan, berarti :pengembangan DPL akan membawa efek positif pada masyarakat lokal.
g. Keamanan, berarti : dapat melindungi masyarakat dari berbagai
kemungkinan bahaya badai, ombak, arus, dan bencana lainnya. h.
Aksesibilitas, berarti : memiliki akses dari daratan dan lautan. i.
Penelitian dan pendidikan, berarti : memiliki berbagai ekosistem yang dapat dijadikan objek penelitain dan pendidikan.
j. Kepedulian masyarakat, berarti : masyarakat ikut berperan aktif dalam
melakukan kegiatan konservasi. 2.
Ekonomi a.
Memiliki spesies penting, berarti : area yang dilindungi memiliki spesies yang bernilai ekonomi, misalnya terumbu karang, mangrove, dan
estuaria. b.
Memiliki nilai penting untuk kegiatan perikanan, berarti : area
perlindungan dapat dijadikan untuk menggantungkan hidup para nelayan, area perlindungan merupakan daerah tangkapan.
c. Ancaman terhadap alam, berarti : adanya ancaman dari aktifitas
manusia, adanya ancaman dari kegiatan merusak seperti pengeboman, penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, daerah yang perlu
dikelola untuk menjaga kelestariannya.
d. Keuntungan ekonomi, berarti : adanya dampak positif bagi ekonomi
setempat. e.
Pariwisata, berarti : merupakan area yang potensial dikembangkan untuk pariwisata.
3. Ekologi
a. Keanekaragaman hayati, berarti : memiliki kekayaan keanekaragaman
ekosistem spesies. b.
Kealamiahan, berarti : tidak mengalami kerusakan, masih dalam keadaan alami.
c. Ketergantungan, berarti : berbagai spesies sangat tergantung pada area
ini, proses-proses ekologi sangat bergantung pada daerah ini. d.
Keterwakilan, berarti : area yang akan ditentukan mewakili berbagai tipe habitat, ekosistem, geologikal, dan berbagai karakteristik alam lainnya.
e. Keunukan, berarti : memiliki spesies yang unik, memiliki spesies yang
endemik, memiliki spesies yang hampir punah. f.
Produktifitas, berarti : produktifitas area akan memberikan kontribusi untuk berbagai spesies dan manusia.
g. Vulnerabilitas, berarti : area ini memiliki fungsi perlindungan dari
berbagai ancaman bencana. 4.
Regional a.
Tingkat kepentingan regional, berarti : mewakili karakteristik regional setempat baik itu alamnya, proses ekologi, maupun budayanya,
merupakan daerah migrasi beberapa spesies, memberikan kontribusi untuk pemeliharaan berbagai spesies.
b. Tingkat kepentingan sub-regional, berarti : memiliki dampak positif
terhadap subregional,
dapat dijadikan
perbandingan dengan
subregional yang tidak dijadikan DPL. Sumber : Bengen 2002 ; Salm et al 2000 in Maanema 2003
Beberapa persoalan ekologi yang terjadi di kawasan pesisir pulau-pulau kecil merupakan akibat terlampauinya daya dukung karena eksploitasi
sumberdaya, seperti penebangan mangrove akan menyebabkan hilangnya
fungsi ekologis, walaupun memberikan kontribusi secara ekonomi tetapi hanya dalam waktu tertentu. Alrasjid 1988 dalam Dahuri et al 1998, bahwa ekosistem
mangrove mampu menghasilkan sekitar 9m
3
kayuhatahun. Adanya
keterbatasan PPK,
maka pengelolaannya
berdasarkan penzonasian dan berbasis daya dukung. Penzonasian dilakukan berdasarkan
kriteria yang terkait satu sama lain sehingga pengelolaannya dilakukan secara terpadu. Kriteria zonasi pulau kecil Bengen 2002 yaitu :
1 Ekologi meliputi : keanekaragaman hayati,
didasarkan pada keragaman atau kekayaan ekosistem, habitat, komunitas dan jenis biota; kealamian,
didasarkan pada tingkat degradasi; ketergantungan, didasarkan pada tingkat ketergantungan spesies pada lokasi atau tingkat dimana ekosistem
bergantung pada proses-proses ekologi yang berlangsung dilokasi; keunikan, didasarkan pada keberadaan suatu spesies endemik atau yang
hampir punah; integritas, didasarkan pada tingkat dimana lokasi merupakan suatu unit fungsional dari entitas ekologis; produktivitas, didasarkan pada
tingkat dimana proses-proses produktif dilokasi memberikan manfaat bagi biota atau manusia; kerentanan, didasarkan pada kepekaan lokasi terhadap
degradasi oleh pengaruh alam maupun aktivitas manusia. 2
Ekonomi meliputi : spesies penting, didasarkan pada tingkat dimana spesies penting komersial tergantung pada lokasi;
kepentingan perikanan, didasarkan pada jumlah nelayan yang tergantung pada lokasi dan ukuran
hasil perikanan; bentuk ancaman, didasarkan pada luasnya perubahan pola pemanfaatan yang mengancam keseluruhan nilai lokasi bagi manusia;
manfaat ekonomi, didasarkan pada tingkat perlindungan lokasi berpengaruh pada ekonomi lokal dalam jangka panjang; pariwisata, didasarkan pada nilai
keberadaan atau potensi lokasi untuk pengembangan pariwisata. 3
Sosial-budaya meliputi : penerimaan sosial, didasarkan pada tingkat dukungan masyarakat;
kesehatan masyarakat, didasarkan pada
keberadaan kawasan dapat membantu mengurangi pencemaran atau penyakit yang berpengaruh pada kesehatan masyarakat;
budaya, didasarkan pada nilai sejarah, agama, seni atau nilai budaya lain di lokasi;
estetika, didasarkan pada nilai keindahan lokasi; konflik kepentingan, didasarkan dimana kawasan dapat berpengaruh pada aktivitas masyarakat
lokal; keamanan, didasarkan pada tingkat bahaya dari lokasi bagi manusia karena adanya arus kuat, ombak besar dan hambatan lainnya; aksesibilitas,
didasarkan pada tingkat kemudahan mencapai lokasi; apresiasi masyarakat, didasarkan pada tingkat dimana monitoring, penelitian, pendidikan, atau
pelatihan dapat berkontribusi pada pengetahuan nilai-nilai lingkungan dan tujuan konservasi.
2.2. Kawasan Konservasi