2. Bagaimana kesesuaian dan daya dukung lahan dalam pemanfaatan kawasan konservasi?
3. Bagaimana pemanfaatan ruang kawasan berbasis daya dukung yang paling optimal?
4. Apakah pengelolaan kawasan berbasis daya dukung tersebut dapat berkelanjutan?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun skenario pemanfaatan ruang
yang paling optimal berbasis konservasi di KKLD Gili Sulat-Gili Lawang Kabupaten Lombok Timur. Tujuan khusus penelitian adalah : 1 Mengevaluasi
kriteria kesesuaian penetapan sub zona di KKLD Gili Sulat-Gili Lawang; 2
Menganalisis kesesuaian dan daya dukung lahan di kawasan konservasi Gili Sulat-Gili Lawang; 3 Menganalisis optimasi pemanfaatan ruang kawasan Gili
Sulat-Gili Lawang berbasis daya dukung dan 4 Menganalisis keberlanjutan pengelolaan kawasan konservasi Gili Sulat-Gili Lawang berbasis daya dukung.
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1 Ilmu pengetahuan, hasil penelitian digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model alokasi
sumberdaya di kawasan konservasi secara berkelanjutan; 2 Masyarakat,
sebagai gambaran dalam menentukan seberapa besar pemanfaatan sumberdaya dapat dikembangkan secara optimal; dan 3 Pemerintah, digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan pengelolaan kawasan konservasi bagi Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat serta Provinsi
lainnya yang memiliki areal kawasan konservasi.
1.4. Kerangka Pemikiran
Pembangunan pulau kecil memerlukan pendekatan khusus karena memiliki keterbatasan sumberdaya alam, ekonomi dan budaya, sehingga tidak
banyak pilihan dalam pembangunannya, seperti pengembangan pulau secara terbatas atau sebagai kawasan konservasi. Keterbatasan ini memberikan pilihan
model pengelolaan pulau kecil berbasis daya dukung, sehingga diharapkan dapat memberikan prioritas pengelolaan yang lebih terarah dan berkelanjutan.
Dalam perencanaan pengelolaan pulau kecil, prioritas pembangunan sumberdaya manusia sangat penting selain sumberdaya alamnya, karena terkait
dengan keberlanjutan pengelolaan pulau serta kesejahteraan masyarakat setempat. Dalam pengembangan kawasan konservasi cukup banyak kendala
yang dihadapi, namun
bukan berarti kawasan konservasi tidak dapat dikembangkan, melainkan pola pembangunannya harus mengikuti kaidah
ekologis, sehingga tingkat pemanfaatan tidak boleh melebihi daya dukung kawasan. Dampak negatif pembangunan hendaknya ditekan seminimal mungkin
sesuai dengan kemampuan daya dukung. Selain itu setiap kegiatan yang akan dikembangkan
harus memenuhi
skala ekonomi
yang optimal
dan menguntungkan serta sesuai dengan budaya lokal Bengen 2002.
Pola pembangunan
wilayah pulau
kecil dengan
pendekatan pembangunan berkelanjutan
HIHJ KLM KN
l
O PO
v
O
lopm
O
nt suatu wilayah kepulauan secara ekologis memerlukan empat persyaratan Dahuri 1998. Pertama setiap
kegiatan pembangunan harus ditempatkan pada lokasi yang secara biofisik sesuai. Persyaratan ini dapat dilakukan dengan membuat peta kesesuaian land
suitability. Kedua jika memanfaatkan sumberdaya dapat pulih, maka tingkat pemanfaatannya tidak boleh melebihi potensi lestari stok ikan tersebut. Ketiga
jika membuang sampah di pulau biodegradable tidak melebihi kapasitas asimilasi lingkungan pulau tersebut. Keempat jika akan memodifikasi bentang
alam suatu pulau harus sesuai dengan pola hidrodinamika setempat dan proses- proses alami lainnya design with nature.
G.Sulat-G.Lawang merupakan pulau sangat kecil tidak berpenduduk dan didominasi ekosistem mangrove, disamping ekosistem terumbu karang dan
padang lamun yang
dalam proses pemanfaatannya selama ini telah mengakibatkan
perubahan-perubahan terhadap
ekosistemnya, seperti
penebangan hutan mangrove serta rusaknya terumbu karang. G.Sulat-G.Lawang merupakan kawasan konservasi laut daerah, dimana banyak pihak yang
berkepentingan dalam pemanfaatannya, sehingga perlu dilakukan kajian tentang Optimasi Pemanfaatan Ruang Kawasan. Untuk melakukan kegiatan ini dibuat
skema tahapan analisis optimasi pemanfaatan ruang kawasan konservasi seperti berikut :
1. Pemanfaatan kawasan konservasi berbasis daya dukung dimulai dari pemahaman tentang kondisi biofisik ekosistem, sosial budaya, ekonomi dan
pemanfatan kawasan yang sesuai. 2.
Setelah menyusun kriteria biofisik untuk membuat peta kesesuaian lahan, perlu diketahui potensi sumberdaya bio-geofisik kawasan. Pengukuran
potensi sumberdaya berkaitan dengan seberapa besar pemanfaatan yang dapat dilakukan dan berapa besar sumberdaya yang dapat dieksploitasi
sehingga tidak melebihi daya dukungnya. 3. Dalam menentukan kesesuaian lahan didasarkan pada analisis daya dukung
ekologi, ekonomi dan sosial dan analisis biofisik. Beberapa pendekatan untuk menentukan analisis tersebut seperti parameter kualitas lingkungan
perairan fisika, kimia dan biologi, potensi mangrove, terumbu karang dan lamun.
4. Hasil beberapa analisis yang dilakukan seperti analisis kesesuaian lahan, analisis potensi sumberdaya alam dan analisis multikriteria,memberikan
prioritas pemanfaatan ruang kawasan berbasis kesesuaian dan daya dukung. G.Sulat-G.Lawang memiliki sumberdaya alam yang dalam proses
pengembangannya harus mengikuti kaidah-kaidah sebagai kawasan konservasi. Beberapa karakteristik G.Sulat-G.Lawang seperti pemanfaatan secara intens
oleh masyarakat, kesulitan dalam meningkatkan skala ekonomi, sehingga pemanfaatannya harus melalui perencanaan yang tepat. Oleh karena itu
pemanfaatan kawasan G.Sulat-G.Lawang harus melalui proses analisis potensi berdasarkan kesesuaian kawasan dan daya dukung. Hasil analisis berbagai
aspek di atas digabungkan dengan analisis kesesuaian pemanfaatan dan analisis multikriteria untuk pengelolaan kawasan, sehingga diharapkan
pemanfaatannya dapat dilakukan secara berkelanjutan.
1.5. Hipotesis