4. Letak Pengambilan Keputusan Site of Decision Making
Letak pengambilan keputusan diserahkan kepada masing-masing cabang BPOM terkait penyelesaian kendala pada masing-masing daerah. Kendala yang dihadapi
BPOM Bandar Lampung saat pengimplementasian program ini adalah kurangnya anggaran dan SDM yang dimiliki oleh BPOM untuk melaksanakan seluruh
program dan pengawasan di seluruh provinsi Lampung. Kendala yang terjadi di sekolah adalah tidak semua SD di Kota Bandar Lampung memiliki fasilitas
kantin, dan kendala siswa-siswi SD adalah merubah karakter siswa-siswi SD menjadi lebih disiplin dan meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan yang
masih kurang.
5. Pelaksana Program Program Implementors
Petugas pelaksana program yang ditunjuk BPOM memiliki kemampuan dalam bidang ilmu kimia sehingga dapat menguji makanan dengan metode Rapid Test
Kit dengan baik dan akurat. Dan ditambah dengan pembentukan Fasilitator Keamanan Pangan dan Tim Keamanan Pangan yang secara rutin melakukan
edukasi, pengawasan, dan pelaporan ke BPOM. Meskipun jumlah pegawai BPOM yang terbatas, BPOM mampu melaksanakan program dengan baik.
6. Sumber-Sumber Daya yang Disediakan Resources Committed.
Sumber-sumber yang disediakan BPOM dalam Program PJAS diantaranya SDM berupa petugas BPOM yang memiliki keahlian dibidang kimia dan komunikasi
dengan anak baik, Fasitator keamanan pangan, dan Tim keamanan pangan serta
media KIE yang lengkap dan mudah dipahami. Dan sarana prasarana yang telah BPOM siapkan yakni berupa mobil laboratotium keliling yang masih layak
digunakan, serta disisi kesehatan UKS BPOM memberi alat penimbang berat badan dan pengukur tinggi badan yang keduanya masih berfungsi dengan baik.
Walaupun dalam melaksanakan program ini BPOM tidak memberikan bantuan membangun dan memperbaiki kantin karena anggaran yang dimiliki BPOM
terbatas.
7. Kekuasaan, Kepentingan-Kepentingan, dan Strategi Dari Aktor yang Terlibat
Power, Interest and Strategies of Actors Involved.
Dalam program PJAS ini terdapat 3 aktor yang terlibat langsung melaksanakan program ini, ketiga aktor tersebut memiliki kekuasaan, kepentingan, dan strategi
masing-masing yang dapat memperlancar jalannya implementasi. Namun terdapat beberapa kendala yang menghambatnya yakni kekuasaan yang dimiliki oleh pihak
BPOM berupa sanksi yang dijatuhkan kepada pedagang masih berupa teguran dan pendataan saja, belum mencapai sanksi administrasi hingga sanksi pidana, dan
strategi BPOM yang mengadakan kegiatan lomba kantin sehat dan bintang keamanan pangan yang hanya bisa diikuti oleh sekolah yang memiliki fasilitas
kantin. Serta kekuasaan yang dimiliki sekolah tidak bisa ditetapkan begitu saja karena selain jumlah siswa-siswi SD yang banyak sehingga sulit diawasi,
pedagang juga tetap berjualan walaupun dilarang, serta orangtua siswa yang tidak bisa setiap hari membuat bekal untuk anak-anaknya.