2.3 Pengaturan Pidana Tambahan dalam Hukum Pidana
Stelsel pidana pada dasarnya diatur di dalam dan di luar KUHP. Jenis pidana di dalam KUHP berbeda dengan RUU KUHP tahun 2008,
perbedaan tersebut sebagai berikut : 1.
Jenis pidana dalam KUHP di atur dalam Pasal 10 sebagai berikut : a.
Pidana Pokok 1.
Pidana mati 2.
Pidana penjara 3.
Kurungan 4.
Denda b.
Pidana Tambahan 1.
Pencabutan hak-hak tertentu 2.
Perampasan barang-barang tertentu 3.
Pengumuman putusan hakim 2.
Jenis pidana dalam RUU KUHP tahun 2008, terdapat dalam Pasal 65 sebagai berikut :
Pasal 65 RUU KUHP : 1
Pidana pokok terdiri atas : a.
Pidana penjara b.
Pidana tutupan c.
Pidana pengawasan d.
Pidana denda e.
Pidana kerja sosial
2 Urutan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 menentukan
berat ringannya pidana. Pasal 66 RUU KUHP :
Pidana mati merupakan pidana pokok yang bersifat khusus dan selalu diancamkan secara alternatif.
Pasal 67 RUU KUHP : 1
Pidana tambahan terdiri atas : a.
Pencabutan hak tertentu b.
Perampasan barang tertentu danatau tagihan c.
Pengumuman putusan hakim d.
Pembayaran ganti kerugian e.
Pemenuhan kewajiban adat setempat danatau kewajiban menurut hukum yang hidup dalam masyarakat
2 Pidana tambahan dapat dijatuhkan bersama-sama dengan pidana
pokok, sebagai pidana yang berdiri sendiri atau dapat dijatuhkan bersama-sama dengan pidana tambahan yang lainnya
3 Pidana tambahan berupa pemenuhan kewajiban adat setempat
danatau kewajiban menurut hukum yang hidup dalam masyarakat atau pencabutan hak yang diperoleh korporasi dapat dijatuhkan
walaupun tidak tercantum dalam perumusan tindak pidana. 4
Pidana tambahan untuk percobaan dan pembantuan adalah sama dengan pidana tambahan untuk tindak pidananya.
5 Anggota Tentara Nasional Indonesia yang melakukan tindak
pidana dapat dikenakan pidana tambahan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Tentara
Nasional Indonesia. Selain pidana pokok dan pidana tambahan terdapat pula sanksi
berupa tindakan sebagaimana tercantum dalam Pasal 101 RUU KUHP Tahun 2008:
1 Setiap orang yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 dan Pasal 41, dapat dikenakan tindakan berupa : 1.
Perawatan rumah sakit jiwa 2.
Penyerahan kepada pemerintah 3.
Penyerahan kepada seseorang 2
Tindakan yang dapat dikenakan secara bersama-sama dengan pidana pokok berupa :
a. Pencabutan surat izin mengemudi
b. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana
c. Perbaikan akibat tindak pidana
d. Latihan kerja
e. Rehabilitasi danatau
f. Perawatan di Lembaga
Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 yang telah dirubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 20
Tahun 2001, jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi ada empat macam yaitu :
a. Pidana Mati
Dapat dipidana mati kepada setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara sebagaimana ditentukan Pasal 2 ayat 2
Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 yang dilakukan dalam “keadaan tertentu”. Adapun yang dimaksud dengan “keadaan tertentu”
adalah pemberatan bagi pelaku tindak pidana korupsi apabila tindak pidana tersebut dilakukan pada waktu negara dalam keadaan bahaya
sesuai dengan undang-undang yang berlaku, pada waktu terjadi bencana alam nasional, sebagai pengulangan tindak pidana korupsi,
atau pada saat negara dalam keadaan krisis ekonomi moneter. b.
Pidana Penjara dan Denda 1
Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan denda
paling sedikit Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak 1.000.000.000,00 satu milyar rupiah bagi setiap orang
yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Pasal 2 ayat 1.
2 Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1
satu tahun danatau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu
milyar rupiah bagi setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara Pasal 3. 3
Pidana penjara paling singkat 1satu tahun dan paling lama 5 lima tahun atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima
puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 dua ratus lima puluh juta rupiah bagi setiap orang yang melakukan tindak
pidana sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5. 4
Pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00
seratus lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 tujuh ratus lima puluh juta rupiah bagi setiap
orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
5 Pidana penjara paling singkat 2 dua tahun dan paling lama 7
tujuh tahun danatau denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 350.000.000.,00 tiga
ratus lima puluh juta rupiah bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana Pasal 7.
6 Pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15
lima belas tahun danatau denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah dan paling banyak
Rp.750.000.000,00 tujuh ratus lima puluh juta rupiah bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8. 7
Pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan denda paling sedikit Rp.50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dan paling
banyak Rp.250.000.000,00 dua ratus lima puluh juta rupiah bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9. 8
Pidana penjara paling singkat 2 dua tahun dan paling lama 7 tujuh tahun dan denda paling sedikit Rp.100.000.000,00 seratus
juta rupiah dan paling banyak Rp.350.000.000,00 tiga ratus lima puluh juta rupiah bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 10. 9
Pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 5 lima tahun dan atau denda paling sedikit Rp.50.000.000,00
lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp.250.000.000,00 dua ratus lima puluh juta rupiah bagi setiap orang yang
melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.
10 Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan denda paling sedikit Rp.200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan
paling banyak Rp.1.000.000.000,00 satu milyar rupiah bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam pasal 12. 11
Pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 12 dua belas tahun danatau denda paling sedikit Rp.150.000.000,00
seratus lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp.600.000.000,00enam ratus juta rupiah bagi setiap orang yang
dengan sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi. Pasal 21.
12 Pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 12
dua belas tahun danatau denda paling sedikit Rp.150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah dan paling banyak
Rp.600.000.000,00 enam ratus juta rupiah bagi setiap orang sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, pasal 29, pasal 35 dan
pasal 36 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang dengan tidak memberikan keterangan yang tidak benar. Pasal 22.
13 Pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 6
enam tahun danatau denda paling sedikit Rp.50.000.000,00
lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp.300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah bagi pelanggaran ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23. 14
Pidana penjara paling lama 3 tiga tahun danatau denda paling banyak Rp.150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah bagi
sanksi yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.pasal 24.
c. Pidana Tambahan
1. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak
berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan
milik terpidana dimana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut.
2. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya
sama dengan harta yang diperoleh dari tindak pidana korupsi. 3.
Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 satu tahun.
4. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu, yang telah atau
dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana. 5.
Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 satu bulan sesudah putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat
disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut.
6. Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang
mencukupi untuk membayar uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman
maksimum dari pidana pokoknya sesuai ketentuan Undang- undang nomor 31 Tahun 1999 dan lamanya pidana tersebut sudah
ditentukan dalam putusan pengadilan. Dalam hal terdakwa meninggal dunia pada saat dilakukan
pemeriksaan di sidang pengadilan, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka penuntut umum segera menyerahkan
salinan berkas berita acara sidang tersebut kepada Jaksa Pengacara Negara atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatan
perdata kepada ahli warisnya. Terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh atau atas nama suatu
korporasi. Pidana pokok yang dapat dijatuhkan adalah pidana denda dengan ketentuan maksimum ditambah 13 satu pertiga. Penjatuhan
pidana ini melalui prosedural ketentuan Pasal 20 ayat 1-6 Undang- undang Nomor 31 Tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1 Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu
korporasi maka tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi danatau pengurusnya.
2 Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tinadak pidana
tersebut dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain,bertindak dalam lingkungan
korporasi tersebut baik sendiri maupun bersama-sama. 3
Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi,maka korporasi tersebut diwakili oleh pengurus.
4 Pengurus yang mewakil korporasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
3 dapat diwakili oleh orang lain . 5
Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di pengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya pengurus
tersebut dibawa ke sidang pengadilan. 6
Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi,maka panggilan untuk menghadap dan menyerah2kan surat pengadilan
tersebut disampaikan kepada pengurus di tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus berkantor.
2.4 Pemberantasan Korupsi dan Peraturan Perundang-