Hubungan Hukum antara Bank sebagai Penerbit Kartu kredit dengan

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PEMEGANG

KARTU KREDIT DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Hubungan Hukum antara Bank sebagai Penerbit Kartu kredit dengan

Nasabah Pemegang Kartu Kredit Dasar hubungan hukum antara nasabah pemegang kartu kredit dengan bank penerbit adalah perjanjian. Perjanjian tersebut secara hukum harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, selanjutnya perjanjian yang disepakati tersebut secara sah mengikat para pihak seperti undang-undang Pasal 1338 KUH Perdata. Dalam praktiknya perjanjian kartu kredit dapat diklasifikasikan sebagai perjanjian baku, sebab dokumen yang mengandung klausula perjanjian sudah disiapkan dan ditentukan terlebih dahulu oleh penerbit, dalam hal ini adalah bank, sebagai kreditur sehingga pemegang kartu kredit hanya menerima atau tidak terhadap semua klausula yang ditentukan take it or leave it. Jika nasabah sebagai pemegang kartu kredit menyetujui isi atau klausula perjanjian tersebut, maka nasabah hanya mengisi formulir aplikasi dan menandatangani formulir aplikasi tersebut yang telah disiapkan oleh bank penerbit kartu kredit. Dari formulir aplikasi yang berisi klausula perjanjian tersebut maka nasabah pemegang kartu kredit berhak untuk: a. Mempergunakan kartu kredit sebagai alat untuk memperoleh barangjasa pada pedagang tertentu. b. Mempergunakan sebagai sarana mengambil uang tunai atau transfer dana. Universitas Sumatera Utara c. Memperpanjang waktu berlakunya kartu kredit yang dimiliki, mendapat penggantian yang baru apabila kartu rusak atau hilang. d. Mengajukan keberatan apabila terdapat kesalahan perhitungan dalam lembar tagihan. Hubungan hukum antara bank penerbit issuer dengan pemegang kartu kredit sebagai nasabah pengguna jasa pelayanan Electronic Funds Transfer EFT, terjadi pada saat adanya kesepakatan antara bank dengan nasabah melalui ditandatanganinya aplikasi atau formulir pengajuan kartu kredit oleh nasabah. Perjanjian antara nasabah dengan bank issuer ini disebut dengan perjanjian kartu kredit. Selain perjanjian antara nasabah dengan bank terdapat juga perjanjian antara pihak bank penerbit issuer dengan pihak merchant. Hal yang demikian disebut dengan perjanjian merchant. Pada perjanjian kartu kredit yang merupakan perjanjian dibuat antara nasabahpemegang kartu card holder dengan pihak bank penerbit issuer memuat pokok-pokok ketentuan sebagai berikut: 1. Pemilikan Kartu a. Kartu adalah milik bank issuer dan karenanya harus dikembalikan atas permintaan. Pemegang kartu harus menandatangani pada bagian belakang kartu, pada saat penerimaan kartu tersebut. b. Dengan ditandatanganinya kartu tersebut berarti pemegang kartu setuju untuk mengikatkan diri dan tunduk pada ketentuan-ketentuan serta persyaratan yang terdapat dalam perjanjian tersebut. c. Kartu tidak boleh dipindahtangankan kepada pihak lain sehingga tidak terjadi penggunaan kartu oleh orang yang tidak berhak. Universitas Sumatera Utara d. Pemegang kartu harus membayar uang iuran tahunan. Besarnya uang iuran tersebut berbeda menurut bank penerbit dan jenis kartu kredit. Jenis kartu kredit Classic yang dikeluarkan oleh bank besarnya iuran Rp.150.000,- seratus lima puluh ribu, jenis kartu Gold Rp.250.000,- dua ratus lima puluh ribu, sedangkan jenis kartu Platinum yang dikeluarkan oleh bank besarnya iuran tahunan sebesar Rp.500.000,- lima ratus ribu. 2. Masa Berlakunya Kartu a. Kartu hanya dapat digunakan selama masa berlakunya yang tercantum dalam kartu tersebut. b. Perpanjangan kartu dapat dilakukan secara otomatis atas persetujuan pihak bank issuer 3. Transaksi-Transaksi a. Pemegang kartu harus menandatangani slip pembelian barang atau jasa yang menggunakan kartu dan cash advance slip untuk pengembalian uang tunai. b. Pemegang kartu bertanggung jawab atas semua transaksi termasuk tagihan-tagihan, ongkos-ongkos dan bunga yang dibebankan pada rekeningnya. c. Bank issuer tidak bertanggung jawab terhadap merchant yang menolak pembayaran dengan kartu dan setiap permasalahan yang menyangkut pembelian barang-barang atau jasa oleh pemegang kartu. 4. Pembayaran Tagihan a. Statement tagihan akan dikirim bank penerbit issuer setiap bulan sekali kepada pemegang kartu dan pemegang kartu wajib melakukan Universitas Sumatera Utara pembayaran minimum selambat-lambatnya dalam jangka waktu tertentu dari tanggal statement tagihan dikeluarkan. b. Apabila ada kesalahan terhadap tagihan yang terdapat dalam statement tagihan harus diberitahukan issuer selambat-lambatnya beberapa hari sejak tanggal penerimaan statement tagihan tersebut. c. Besarnya pembayaran mimimum. d. Tagihan atas penggunaan kartu suplemen atau tambahan adalah tanggung jawab adalah pemegang kartu utama dan akan ditagih bersama-sama dalam satu statement tagihan. e. Issuer dapat melakukan pemotongan langsung atas tagihan pemegang kartu yang mempunyai rekening pada issuer atau bank. 5. Bunga dan Biaya-Biaya a. Pemegang kartu yang melakukan pembayaran seluruh jumlah tagihan sebelum tanggal jatuh tempo, maka issuer tidak akan menarik biaya administrasi. b. Issuer akan mengenakan bunga atas sisa tagihan yang belum dibayar. Bank Danamon menetapkan besarnya bunga sebesar 3,49 untuk belanja retail per bulan, dan cash advance sebesar 3,99 per bulan. c. Pemegang kartu yang tidak melunasi pembayaran minimum sampai dengan jatuh tempo atau pemegang kartu membayar kurang dari jumlah minimum tersebut akan dikenakan biaya administrasi yang ditentukan oleh issuer. Bank Danamon menentukan sebesar 5. Universitas Sumatera Utara 6. Limit Kredit a. Pemegang kartu tidak dibenarkan menggunakan kartu lebih dari limit kredit yang telah ditetapkan oleh issuer berdasarkan penghasilan pemegang kartu kredit yang tercantum dalam aplikasi. b. Apabila pengguna kartu melebihi limit akan dikenakan bunga sebesar Rp. 50.000,- lima puluh ribu rupiah. 7. Penarikan Uang Tunai a. Pemegang kartu dapat menarik uang tunai cash advance di setiap tempay yang ditunjuk. b. Penarikan uang tunai tersebut akan dikenakan biaya administrasi sebesar 4 empat persen dari jumlah penarikan atau imnimum sebesar Rp. 50.000,- lima puluh ribu rupiah. 8. Transaksi dalam Valuta Asing Transaksi yang dilakukan dalam valuta asing akan ditagih dalam rupiah berdasarkan nilai konvensi yang ditentukan oleh issuer pada saat tagihan atas transaksi tersebut diterima oleh issuer. 9. Kehilangan Kartu a. Apabila terjadi pencurian atau kehilangan kartu, pemegang kartu harus segera memberitahukan kepada issuer atau perusahaan kartu. b. Pemegang kartu bertanggung jawab sepenuhnya atas transaksi yang telah terjadi sebelum diterimanya laporan tersebut. c. Issuer akan mengenakan biaya administrasi sebesar tertentu untuk penggantian kartu yang dilaporkan hilang. Biaya penggantian kartu kredit yang hilang sebesar Rp. 50.000,- lima puluh ribu rupiah. Universitas Sumatera Utara 10. Jasa Pihak Ketiga Dalam hal pemegang kartu tidak membayar tagihan yang masih terhutang setelah keanggotaannya dibatalkan, issuer berhak menggunakan jasa pihak ketiga, untuk melakukan penagihan terhadap pemegang kartu tersebut dan semua biaya yang timbul akibat penagihan ini menjadi tanggung jawab pemegang kartu. Bagi penerbit, besarnya biaya, bunga dan denda adalah wajar karena bunga didasarkan pada sistem audit, biaya pencetakan kartu kredit dan pengoperasional alat-alat elektronik yang masih mahal, dan penerapan denda yang besar terkandung maksud agar para pemegang kartu kredit lebih disiplin dalam membayar tagihan dan hati-hati serta cermat dalam menggunakan kartu kredit. Sebaliknya pihak merchant tidak dapat memberikan tanggapan apakah biaya, bunga dan denda itu berat atau ringan, karena semua itu atas dasar perjanjian yang disepakati oleh penerbit dan pemegang kartu kredit. Menurut UU No. 10 Tahun 1998 dalam Pasal 11 ayat 1, Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan bank yang bersangkutan. Batas maksimun yang dimaksud dalam hal ini tidak boleh melebihi 30 tiga puluh persen dari modal bank yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Hal ini ditegaskan di dalam Pasal 11 ayat 2 UU No. 10 Tahun 1998. Universitas Sumatera Utara

B. Hak dan Kewajiban Pihak Bank dengan Nasabah Pemegang Kartu

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Ditinjau Dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 53 70

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Wanprestasi Dalam Kredit Tanpa Agunan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 9 74

Perlindungan Konsumen Terhadap Jasa Pelayanan Tukang Gigi Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

12 99 88

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA JASA PENITIPAN HEWAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 9 50

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH DALAM PENGGUNAAN KARTU ATM DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. (STUDI KASUS PADA BANK BNI).

0 2 15

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

1 4 136

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

0 1 1

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN KONSUMEN MUSLIM ATAS PANGAN (DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN).

0 0 11