Kesimpulan Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dasar hubungan hukum antara nasabah pemegang kartu kredit dengan bank penerbit adalah perjanjian baku, sebab dokumen yang mengandung klausula perjanjian sudah disiapkan dan ditentukan terlebih dahulu oleh penerbit bank sebagai kreditur sehingga pemegang kartu kredit hanya menerima atau tidak terhadap semua klausula yang ditentukan take it or leave it. Jika nasabah sebagai pemegang kartu kredit menyetujui isi atau klausula perjanjian tersebut, maka nasabah hanya mengisi formulir aplikasi dan menandatangani formulir aplikasi tersebut yang telah disiapkan oleh bank penerbit kartu kredit. 2. Hak dan kewajiban para pihak dalam hal perlindungan konsumen telah ditetapkan di dalam UUPK, yaitu hak untuk bebas memilih, memperoleh kenyamanan, keamanan dan keselamatan dari produk atau jasa yang dipergunakan. Apabila terdapat penyimpangan yang merugikan, konsumen khususnya pemegang kartu kredit berhak untuk didengar, memperoleh advokasi, pembinaan, perlakuan yang adli, kompensasi, sampai memperoleh ganti rugi. Hak-hak tersebut secara otomatis menjadi kewajiban bagi pihak produsen atau pihak bank. Sedangkan kewajiban pemegang kartu kredit yang menjadi hak dari pihak bank adalah mematuhi dan mengikuti segala peraturan dan prosedur yang ditetapkan, beritikad baik, melakukan pembayaran sesuai Universitas Sumatera Utara kesepakatan dan mengikuti upaya-upaya penyelesaian secara hukum apabila terjadi sengketa. Semua kewajiban pihak bank di sisi lain dapat dipandang sebagai hak dari pemegang kartu kredit, begitu juga sebaliknya seluruh hak dari pihak bank dapat dipandang sebagai kewajiban dari pemegang kartu kredit. 3. Pasal 2 UUPK memberikan batasan mengenai asas perlindungan hukum bagi konsumen, yaitu perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama seluruh pihak yang terkait baik masyarakat, pelaku usaha dan pemerintah berdasarkan 5 lima asas yaitu manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, dan kepastian hukum. Untuk mewujudkan perlindungan terhadap konsumen, maka Pasal 44 Bab IX UUPK telah diatur tentang lembaga perlindungan konsumen. Salah satu lembaga yang ada dalam mewujudkan perlindungan konsumen tersebut adalah Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI.

B. Saran

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Ditinjau Dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 53 70

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Wanprestasi Dalam Kredit Tanpa Agunan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 9 74

Perlindungan Konsumen Terhadap Jasa Pelayanan Tukang Gigi Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

12 99 88

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA JASA PENITIPAN HEWAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 9 50

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH DALAM PENGGUNAAN KARTU ATM DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. (STUDI KASUS PADA BANK BNI).

0 2 15

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

1 4 136

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

0 1 1

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN KONSUMEN MUSLIM ATAS PANGAN (DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN).

0 0 11