Model Audit Kapasitas Organisasi dan Aplikasinya pada Organisasi Pemerintah Kota Surakarta dan Pemerintah Daerah Sragen
i
550/Ilmu Ekonomi
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN HIBAH BERSAING
MODEL AUDIT KAPASITAS ORGANISASI DAN APLIKASINYA
PADA ORGANISASI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
DAN PEMERINTAH DAERAH SRAGEN
TIM PENGUSUL
DR. AGUNG RIYARDI, MSi
0620056801
Drs. WIDOYONO, MM
0006094901
Dibiayai oleh:
Koordinasi Perguruan Tinggi Wilayah VI, Kemendikbud RI, sesuai dengan
Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor 008/K6/KL/SP/2013,
Tanggal 16 Mei 2013
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
DESEMBER 2013
(2)
zt?
)IlvdrN
-(IOtIVAru DNNDV)
rr-I089S00290 I(ruVAIU DNNDV
^
uaSEJS qeJaBC r..lElutJetuad uep BuE)BJnS EIO)J uBtulJeuarrsesruebro EpEd B,(ur sel r IdV uep rspsr u'EArO s'e1 rs6aey'i1pny'1.po1fr ,I,IOZ
- ZI . Z 'BUS)IBJNS
00'000'082'r0z 'du 00'000'09/'2, 'du unqel
I
uuecuoJ rJep I 3{ unqBlVJU\/XVuNS HVAICVhIhIYHT^I SVJISUAAINN r061609000
oNofocrl\{
uroc' 1 ruurS,g)sunurddl I p r. cu. srun,E) rpru.,{
u
EunSee008928 r 80
uuun8uuquro4 nuouo{E
gg J uB)loQ rnqeleEue1z1
ueqnmlese;l rdurg uqefieg unqsl 6dsrg EEtsuBs:[BIad urupl qumul Sun68ueue4
l€ruBlv BrllIAtr ISnlllsul euBN (sp" uryl) eqlht Isn1psul rddurl uerun8re4 NCIN de>13u01 uruulq (1) qqoue4 elotSuy (1reur-e) 1em5 dH Jor.rroN 1Ptu5 uurSor4
yuuors8ung uu1uquf
N(IN
de4Suel uuug BuB$rtslod / BIIouod
NVHVSSCNAd NVI trV'IYH
(3)
iii
RINGKASAN
Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah terumuskannya OCA Tool sebagai model
evaluasi kapasitas organisasi pemerintah daerah. Adapun target khusus dalam penelitian ini
adalah terdiskripsikannya organisasi pemerintah daerah Sragen dan kota Surakarta sebagai
institusi, terukurnya seluruh variabel kapasitas organisasi pemerintah daerah Sragen dan
pemerintah kota Surakarta baik variabel kapasitas organisasi level mikro, maupun meso dan
makro, dan terukurnya hubungan seluruh variabel kapasitas organisasi pemerintah daerah Sragen
dan pemerintah kota Surakarta tersebut dalam perspektif
balanced score card
. Apabila ketiga
target khusus terpenuhi, maka dapat diperoleh fakta OCA Tool yang dapat digunakan sebagai
dasar dalam perumusan model evaluasi kapasitas organisasi pemerintah daerah sebagai suatu
institusi.
Metode untuk mendeskripsikan organisasi pemerintah daerah Sragen dan kota Surakarta
sebagai suatu insitusi adalah mendeskripsikan dinamika level mikro, meso dan makro dari
organisasi pemerintah daerah Sragen dan kota Surakarta sejak tahun 2005 hingga 2011.
Metode untuk mengukur variabel kapasitas organisasi pemerintah daerah Sragen dan
Kota Surakarta adalah metode pengelompokan organisasi pada level mikro, meso dan makro dan
pengukuran optimasi kapasitasnya menggunakan Kriteria Tingkat Optimasi Kapasitas Organisasi
Pemerintah Daerah.
Metode untuk mengukur hubungan seluruh variabel kapasitas organisasi pemerintah
daerah Sragen dan pemerintah Kota Surakarta adalah metode antar hubungan dalam
balanced
score card
. Metode ini dimulai dengan pengelompokan organisasi dan kapasitasnya dari level
mikro, meso dan makro menjadi perspektif dalam
balanced score card
yang terdiri atas
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sumber daya manusia, perspektif internal organisasi,
perspektif finansial dan perspektif pelanggan, yang selanjutnya dilakukan pengukuran antar
hubungan dalam seluruh perspektif.
(4)
iv
Metode untuk merumuskan OCA Tool sebagai model evaluasi kapasitas organisasi
adalah metode standardisasi alat evaluasi kapasitas organisasi pemerintah daerah melalui diskusi
dalam
Focused Group Discussion
(FGD) tentang standardisasi level organisasi, standardisasi
pengukuran kapasitas organisasi dan standardisasi hubungan antar perspektif
balanced score
card.
Dinamika level mikro, meso dan makro menunjukkan bahwa organisasi pemerintah
daerah Sragen dan kota Surakarta adalah suatu institusi yang di dalamnya ada karakteristik
expertise
,
specificity
dan
incentives
. Selain itu, organisasi pemerintah daerah Sragen dan
Surakarta memiliki kapasitas yang optimal untuk organisasi pemerintah daerah Sragen karena
kapasitas pada level mikro, meso dan makro juga optimal, dan tidak optimal untuk organisasi
pemerintah kota Surakarta sebab kapasitas level meso dan makro tidak optimal. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa melalui pengamatan terhadap organisasi pemerintah daerah
Sragen dan kota Surakarta ini, ternyata level mikro, meso dan makro dalam OCA Tool dapat
digunakan sebagai dasar dalam perumusan model evaluasi kapasitas organisasi pemerintah
daerah sebagai suatu institusi. Di tahun 2014, penelitian ini diharapkan dilanjutkan dalam bentuk
mengukur antar hubungan dalam level mikro, meso dan makro dari organisasi pemerintah daerah
Sragen dan kota Surakarta sebagai suatu institusi menggunakan perspektif
balanced score card
.
(5)
v
PRAKATA
Segala puji hanyalah untuk Allah SWT sebab dengan ijinNYA kami dapat
menyelesaikan penelitian ini. Berbagai perencanaan dan persiapan sudah dilakukan, termasuk
perencanaan berupa penggunaan logbook yang diharapkan mengarahkan penelitian sesuai
dengan rencana-rencananya yang ada pada proposal. Kenyataannya, banyaknya kesibukan selain
penelitian ini menyebabkan berbagai perencanaan harus selalu ditata dan ditata lagi. Kesibukan
di struktural fakultas, kesibukan pengajaran dan kesibukan pengabdian masyarakat menyebabkan
perencanaan penelitian kurang sesuai. Namun demikian, di akhir waktu penelitian, dengan
sedikit percepatan, laporan penelitian ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, hal ini tidak lain
adalah karunia dariNYA yang sepantasnya segala puji hanyalah untukNYA.
Dengan selesainya penelitian ini, ucapan terima kasih diucapkan kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta yang mengijinkan dilakukannya
penelitian ini
2. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Surakarta yang mengijinkan
dilakukannya penelitian ini.
3. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang mengijinkan
peneliti melakukan penelitian ini.
4. Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dan seluruh instansi/dinas terkait yang
memberikan ijin kepada peneliti untuk mengumpulkan data penelitian.
5. Pemerintah Kota Surakarta dan seluruh instansi/dinas terkait yang memberikan ijin
kepada peneliti untuk mengumpulkan data penelitian.
(6)
vi
Banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu bagi para pembaca,
kekurangan yang ada diharapkan dapat menjadi landasan untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Selamat membaca.
Surakarta, 5 Desember 2013
Agung Riyardi
Ketua Peneliti
(7)
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
………
i
HALAMAN PENG
ESAHAN ………
ii
RINGKASAN………..
iii
PRAKATA………
iv
DAFTAR ISI ………
vii
DAFTAR TABEL……….
ix
DAFTAR GAMBAR ………
x
DAFTAR LAMPIRAN……….
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
………...
...
1
1
.1. Latar Belakang ………
..
1
1
.2. Tujuan Khusus dan Keutamaan ..………
..
2
1.3. Tem
uan/Inovasi yang dtiargetkan ………..
..
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA ………..
5
2.1. Ekonimika Institusional
………
5
2.2. Kapasitas Organisasi
………
7
2.3.
The Organizational Capacity Auditing Tool
(OCA Tool)
……….
8
2.4.
Balanced Scorecard
pada Pemerintah Daerah
………
12
2.5.
State of The Art Penelitian
……… ………...
13
BAB 3
METODE PENELITIAN ………..
18
3.1. Metode Peneliti
an Tahun Pertama ...……….
18
3.1.a. Variabel dan variabel operasional kapasitas organisasi
……….
19
3.1.b. Indikator dan pengukurannya
……….
19
3
.2. Metode Penelitian Tahun Kedua ..………..
23
3.3. Metode Penelitian Tahun Ketiga
………
...
24
3.4. Bagan Alir Penelitian Tahun Pertama, Kedua dan Ketiga ……… …
25
BAB 4 INSTITUSI DAN KAPASITAS ORGANISASI
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SRAGEN
………..
26
(8)
viii
4.1. Institusi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen
………
26
4.2. Kapasitas Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen
………
32
BAB 5 INSTITUSI DAN KAPASITAS ORGANISASI
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
………..
36
5.1 Institusi Pemerintah Kota Surakarta
………..
36
5.2 Kapasitas Organisasi Pemerintah Kota Surakarta
………
42
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
………
. 46
6.1. Kesimpulan
……….
.46
6.2. Saran
………
.47
DAFTAR PUSTAKA ………...
49
(9)
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Level dalam OCA Tool, perspektif dalam balanced scorecard dan variabelnya 11
Tabel 3.1 Variabel operasional dan indikator pengukurannya
20
Tabel 4.1 Nilai kapasitas organisasi pemerintah daerah Sragen
32
Tabel 4.2 Kapasitas organisasi level mikro pemerintah daerah Sragen
33
Tabel 4.3 Kapasitas organisasi level meso pemerintah daerah Sragen
35
Tabel 4.4 Kapasitas organisasi level makro pemerintah daerah Sragen
35
Tabel 5.1 Nilai kapasitas organisasi pemerintah kota Surakarta
43
Tabel 5.2 Kapasitas organisasi level mikro pemerintah kota Surakarta
43
Tabel 5.3 Kapasitas organisasi level meso pemerintah kota Surakarta
44
Tabel 5.4 Kapasitas organisasi level makro pemerintah kota Surakarta
45
Tabel 6.1 Balanced scorecard and Islamic balanced scorecard
(10)
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengaruh Institusi
5
Gambar 2.2 State of the art OCA Tool dan rencana penelitian tahun 2013-2014 17
Gambar 3.1 Bagan alir penelitian
25
Gambar 4.1 Peningkatan jumlah SDM pemerintah daerah kabupaten Sragen sejak
tahun 2005 hingga 2011
26
Gambar 4.2 Jumlah SDM pemerintah daerah kabupaten Sragen berdasar pendidikan
sejak tahun 2005 hingga 2011
27
Gambar 4.3 Komitmen SDM pemerintah daerah kabupaten Sragen
28
Gambar 4.4 Jumlah SKPD/Unit Kerja yang memiliki tupoksi dan koneksi internet
dengan pemda Sragen sejak 2005 hingga 2011
29
Gambar 4.5 Jumlah belanja barang dan modal pemerintah daerah kabupaten Sragen
sejak 2005 hingga 2011
29
Gambar 4.6 Fiskal pemerintah daerah Sragen sejak 2005 hingga 2011
30
Gambar 4.7 Peningkatan PDRB kabupaten Sragen sejak 2005 hingga 2011
31
Gambar 4.8 Kualitas pelayanan publik pemerintah daerah Sragen
mengalami peningkatan
32
Gambar 5.1 Peningkatan jumlah SDM pemerintah kota Surakarta sejak
tahun 2005 hingga 2011
36
Gambar 5.2 Jumlah SDM pemerintah kota Surakarta berdasar pendidikan
sejak tahun 2005 hingga 2011
37
Gambar 5.3 Komitmen SDM pemerintah kota Surakarta
38
Gambar 5.4 Jumlah SKPD/Unit Kerja yang memiliki SPM, tupoksi dan
koneksi internet dengan pemkot Surakarta sejak 2005 hingga 2011
39
Gambar 5.5 Jumlah belanja barang dan modal pemkot Surakarta
sejak 2005 hingga 2011
40
Gambar 5.6 Fiskal pemerintah kota Surakarta sejak 2005 hingga 2011
40
Gambar 5.7 Peningkatan PDRB dan investasi PMDN pemkot Surakarta
(11)
xi
Gambar 5.8 Kualitas pelayanan publik pemerintah kota Surakarta
(12)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Indikator dalam OCA Tool
50
Lampiran 2: Dinamika institusi pemerintah daerah Sragen
51
Lampiran 3: Dinamika institusi pemerintah kota Surakarta
56
Lampiran 4: Kapasitas Organisasi pemerintah daerah Sragen
61
(13)
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pada saat ini belum ada standar untuk melakukan evaluasi kapasitas organisasi. Padahal standar alat ini sangat penting. Tanpa ada standar, informasi yang disajikan evaluasi kapasitas organisasi hanya menjadi informasi kapasitas organisasi yang tidak memiliki suatu standar tertentu. Dengan demikian perlu ada suatu standar evaluasi kapasitas organisasi.
Pemerintah daerah Kabupaten Sragen (2011) pernah menganalisis kapasitas organisasi pemerintahannya. Alat analisis yang digunakan adalah Organizational Capacity Audit Tool(OCA Tool). Informasi dan ukuran yang dihasilkan dari analisis ini adalah bahwa kapasitas organisasi pemerintah daerah Sragen sangat baik. Namun, penggunaan OCA Tool dalam analisis tersebut memiliki kelemahan. Balanced score card yang direncanakan untuk mengukur hubungan antarvariabel dalam OCA Tool ternyata tidak diterapkan. Seandainya balanced score card diterapkan, maka akan terlihat OCA Tool sebagai standar untuk mengevaluasi kapasitas organisasi pemerintah daerah.
Berkaitan itu, sangat menarik untuk meneliti aplikasi OCA Tool sebagai standar untuk mengevaluasi kapasitas organisasi pemerintah. Oleh karena itu penelitian ini berupaya menganalisis OCA Tool sebagai standar mengevaluasi kapasitas organisasi pemerintah daerah Sragen dan Surakarta. Dalam penelitian ini diteliti berbagai variabel dalam OCA Tool, dapat diteliti hubungan antar variabelnya dalam kerangka balanced score card, tidak hanya di pemerintahan daerah Sragen, namun juga di pemerintahan kota Surakarta. Jika dapat diteliti secara keseluruhan, maka OCA Tool dapat dijadikan sebagai standar evaluasi kapasitas organisasi pemerintah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
(14)
2 dengan judul “Model Audit Kapasitas Organisasi dan Aplikasinya pada Organisasi
Pemerintah Kota Surakarta dan Pemerintah Daerah Sragen”
Selain itu, kemenarikan disebabkan pengamatan terhadap organisasi pemerintah daerah Sragen dan pemerintah Surakarta dapat digunakan untuk menggambarkan eksistensi ekonomika institusional. Organisasi pada pemerintah daerah Sragen dan Surakarta tergambar sebagai suatu institusi karena memiliki karakteristik institusional berupaexpertise, specificity dan incentives yang menyebabkan organisasi/institusi lain atau individu bersedia untuk berinteraksi dengan organisasi/institusi tersebut.
1.2. Tujuan Khusus dan Keutamaan
Tujuan khusus penelitian ini ada 2, yaitu:
1. Menganalisis komponen organisasi pemerintah daerah Sragen dan Surakarta sebagai suatu institusi
2. Menganalisis berbagai variabel kapasitas organisasi sebagaimana disebutkan dalam OCA Tool. Keutamaan dalam analisis ini ada dua yaitu:
a. Penggunaan kembali penghitungan besaran variabel target kapasitas menggunakan trend sebagaimana yang dilakukan dalam evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah Sragen (2011). Penggunaan kembali trend linier ini diharapkan dapat membakukan penghitungan variabel target.
b. Penggunaan kriteria optimal, belum optimal dan tidak optimal dalam Kriteria Tingkat Optimalisasi Kapasitas Organisasi Pemerintah Daerah di mana dalam Riyardi dan Widojono (2012) sudah menggunakan kriteria tersebut, namun sebatas pada kapasitas sumber daya manusia organisasi pemerintah daerah Sragen yang merupakan pengembangan atas evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah
(15)
3 daerah Sragen (2011) yang membagi kriteria kapsitas menjadi istimewa, sangat baik, baik, buruk dan sangat buruk
3. Menganalisis hubungan antar berbagai variabel kapasitas organisasi berdasarkan pemikiranbalanced scorecard. Keutamaan dalam analisis ini ada dua yaitu:
a. Variabel level mikro, meso dan makro disesuaikan dengan perspektif dalam balanced score card.
b. Hubungan antar berbagai variabel kapasitas organisasi dianalisis berdasarkan perspektif dalambalanced score card
4. Merumuskan OCA Tool sebagai model evaluasi kapasitas organisasi. Keutamaan dalam perumusan ini adalah adanya standardisasi level organisasi, standardisasi pengukuran kapasitas organisasi dan standardisasi hubungan antar perspektif balanced scorecard.melalui partisipasi para pakar, perwakilan pemerintah daerah Sragen dan kota Surakarta dalam wahanaFocus Group Discussion.
1.3. Temuan/Inovasi Yang Ditargetkan
Temuan/inovasi yang ditargetkan dalam penelitian ini adalah model OCA Tool sebagai standar evaluasi kapasitas organisasi. Temuan/inovasi ini sangat bermanfaat bagi pengembangan ilmu manajemen organisasi pemerintahan daerah. Ilmu manajemen organisasi pemerintah daerah di satu sisi sudah membahas mengenai arti penting organisasi dan kapasitasnya dan di sisi lain ilmu manajemen organisasi pemerintah daerah juga sudah membahas balanced score card sebagai alat evaluasi organisasi pemerintah daerah. Penelitian ini menggabungkan keduanya, sehingga mengembangkan konsep kapasitas organisasi pemerintah daerah dan mengembangkan konsep balanced score cardsebagai alat evaluasi organisasi pemerintahan daerah.
(16)
4 Temuan/inovasi lainnya adalah gambaran organisasi pemerintah daerah Sragen dan Surakarta sebagai suatu institusi. Temuan/inovasi ini sangat beranfaat bagi perkembangan Ilmu ekonomi Insttusional sebab belum ada yang membahas organisasi sebagai suatu institusi dan komponen organisasi dalam OCA tool sebagai suatu penggambaran institusi. Oleh karena itu, temuan/inovasi ini sangat bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Ekonomi Institusional.
Temuan/inovasi ini sangat menunjang pembangunan yang berbasis otonomi daerah dan desentralisasi. Berbagai pihak internal pemerintah daerah dan eksternal pemerintah daerah dapat menganalisis seberapa jauh kesempurnaan implementasi desentralisasi menggunakan model OCA Tool ini.
(17)
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekonomika Institusional
Ekonomika Institusional menganalisis perilaku ekonomi dengan anggapan bahwa institusi tidak sama dengan organisasi. Institusi lebih luas daripada organisasi. Perilaku-perilaku ekonomi yang terjadi, baik Perilaku-perilaku memaksimalkan keuntungan atau Perilaku-perilaku tidak memaksimalkan keuntungan disebabkan faktor institusional baik yang formal ataupun yang tidak formal. Sebagai contoh, perilaku ekonomi akan sangat dipengaruhi oleh peraturan, regulasi, hukum, konvensi, tren, atau budaya yang berlaku.
Gambar 2.1 menunjukkan bagaimana keterpengaruhan perilaku karena adanya apa yang disebut sebagai institusi. Terlihat pada sisi kanan Gambar tersebut bahwa institusi membentuk informasi yang selanjutnya akan mempengaruhi pengambilan keputusan dan perilaku yang terkait. Adapun sisi kiri dari Gambar 2.1 menunjukkan bahwa hubungan bersifat siklis dan dinamis. Keputusan yang diambil dan perilaku yang terkait dapat mempengaruhi eksistensi institusi.
GAMBAR 2.1 PENGARUH INSTITUSI
Sumber: Diadaptasi dari Hodgson (1998) dan petrović dan Stefanofić (2009)
Institusi
Individu dan Pengambilan Keputusan
Informasi Perilaku
(18)
6 Mazhab ekonomi institusional lama lebih menekankan pada terdapatnya pengambilan keputusan yang berbeda-beda. Terdapat pengambilan keputusan yang berlandaskan konsep memaksimumkan keuntungan, namun juga terdapat pengambilan keputusan yang tidak berlandaskan konsep memaksimalkan keuntungan. Eksponen mazhab ekonomi institusional lama yang terkenal banyak yang memfokuskan pada pengambilan keputusan yang tidak berlandaskan konsep memaksimalkan keuntungan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya seperti faktor psikologis atau hukum. Melalui mereka, Mazhab Ekonomi Institusional Lama dikenal sebagai perlawanan terhadap Mazhab Ekonomi Neoklasik.
Beberapa eksponen setelah eksponen Mazhab Ekonomi Institusional Lama berusaha melanjutkan konsep ekonomi Mazhab Institusional Lama. Analisis yang dikemukakan lebih tertuju pada usaha menjawab kegagalan Mazhab Ekonomi Neoklasik. J. Schumpeter, G. Myrdal dan K. Galbraith adalah di antara eksponen-eksponen tersebut. Santosa (2008) mengelompokkan mereka sebagai Aliran Quasi Kelembagaan yang berbeda dengan Aliran Kelembagaan Lama dan Baru.
Mazhab Ekonomi Institusional Baru lebih menekankan pada konseptualisasi berbagai hal dalam relasi antara institusi, informasi dan individu/pengambilan keputusan. Berbagai hal yang ada dalam relasi tersebut di antaranya adalah konsep biaya transaksi, hak kepemilikan, pilihan publik dan teori permainan. Pengambilan keputusan boleh jadi adalah pengambilan keputusan berlandaskan perilaku memaksimalkan keuntungan, boleh jadi adalah pengambilan keputusan tidak berlandaskan perilaku memaksimalkan keuntungan. Pilihan-pilihan dalam pengambilan keputusan tersebut terjadi karena pengambilkeputusan memiliki informasi yang berasal dari institusi yang melingkupinya di mana informasi tersebut diolah dan diproses berdasar satu atau lebih dari konsep biaya transaksi, hak kepemilikan, pilihan publik dan teori permainan.
(19)
7 Santosa (2008) menganalisis bahwa konseptualisasi tersebut memperkuat posisi Mazhab Ekonomi Institusional sebagai ‘lawan’dari Mazhab Ekonomi Neoklasik, Ekonomi Pasar atau yang sejenisnya. Konseptualisasi dalam Mazhab Ekonomi Institusional tersebut dapat dibagi menjadi institutional environment dan institutional arrangement. Melalui konseptualisasi ini dapat dipahami arti penting pendekatan yang holistik dan penganekaragaman pendidikan ekonomi.
Riyardi (2012) mengemukakan pendapat bahwa pembedaan antara institusi dan organisasi tidak dapat diterima sepenuhnya. Yang lebih tepat adalah organisasi sebagai bagian dari institusi di mana sebagaimana bagian dari institusi seperti aturan atau budaya, organisasi memberikan suatu informasi dalam pengambilan keputusan. Alternatif lainnya adalah organisasi sebagai pendekatan terhadap institusi. Dalam keadaan itu, level-level organisasi bersama kapasitasnya sebagaimana dalam OCA Tool dapat menggambarkan organisasi sebagai institusi yang menentukan dalam pengambilan keputusan sebagai memiliki karakteristikexpertise, specificitydanincentivessebagaimana dikemukakan oleh Sato (2000).
2.2. Kapasitas Organisasi
Kapasitas berasal dari bahasa Inggriscapacity. Namun demikian kata kapasitas lebih sempit pengertiannya dari kata capacity. Capacitysebagaimana dikemukakan oleh The Free Dictionary Online (2013) memiliki 9 pengertian, sedangkan kapasitas sebagaimana dikemukakan Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki 4 pengertian (KBBI, 2013. Terdapat persamaan dan perbedaan dalam pengertian kapasitas dancapacity.
Persamaan definisi kata kapasitas dengancapacity terdapat pada definisi ruang yang tersedia atau daya tampung, daya serap panas atau listrik, keluaran maksimum atau kemampuan berproduksi dan kemampuan kapasitor listrik. Perbedaan pengertian kapasitas dari capacity terdapat pada penyederhanaan kata kemampuan di mana pada definisi kata
(20)
8 capacity diperinci menjadi 3 kemampuan (ability), terdapat pada posisi dan peran seseorang (positiondanrole) dan terdapat pada kewenangan (authority).
Berdasarkan persamaan kata kapasitas dengan capcitydalam hal ruang yang tersedia atau daya tampung dan keluaran maksimum atau kemampuan produksi, kapasitas organanisasi adalah ruang tersedia atau daya tamping organisasi. Organisasi yang besar memiliki kapasitas organisasi lebih besar daripada organisasi kecil. Pendefinisian kapasitas organisasi ini terkait dengan pemikiran tentang kapasitas produksi dan hubungan antara input dengan outputnya. Kapasitas produksi yang penuh adalah kapasitas produksi ketika semua input telah digunakan secara optimal untuk menghasilkan output, sedangkan kapasitas produksi yang tidak penuh adalah kapasitas produksi ketika tidak semua input digunakan untuk menghasilkan outputnya. Oleh karena itu, kapasitas organisasi terkait dengan daya tampung dan keluaran maksimum organisasi.
Kapasitas organisasi dapat diukur melalui dua teknik. Teknik pertama adalah teknik persepsi tentang kapasitas organisasi (Yuswijaya, 2008). Sumber daya manusia dalam organisasi--atau lebih luas lagi adalah pemangku kepentingan--diminta menjawab secara persepsional mengenai kapasitas organisasi. Teknik kedua adalah teknik perbandingan antara kapasitas yang ada dengan kapasitas seharusnya. (Riyardi dan Widojono, 2011). Jika kapasitas yang ada sesuai dengan kapasitas seharusnya, maka organisasi berada dalam kapasitas penuh. Sebaliknya, Jika kapasitas yang ada tidak sesuai dengan kapasitas seharusnya, maka organisasi berada dalam keadaan di bawah kapasitas atau melebihi kapasitas seharusnya
.
2.3. The Organizational Capacity Auditing Tool (OCA Tool)
Sato, dkk (2003), menyimpulkan bahwa belum ada suatu generalisasi untuk mengukur dan mengevaluasi kapasitas organisasi (Organizational Capacity), walaupun kapasitas
(21)
9 organisasi sangat penting untuk mewujudkan kinerja yang diinginkan dari suatu organisasi. Untuk itu, ditawarkan expertise, specificity dan incentive yang dianalisis menggunakan kerangka kerja ekonomika institusional baru dan biaya transaksi untuk mengukur dan mengevaluasi kapasitas organisasi. Hasilnya adalah incentive adalah faktor yang paling mempengaruhi kapasitas organisasi. Hal itu dapat diketahui dari studi kasus pada berbagai proyek pembangunan di Thailand, Bangladesh dan Indonesia.
Mackay, dkk (2007) mengemukakan adanya level mikro, meso dan makro dalam kapasitas organisasi dan adanya kerangka evaluasi terintegrasi yang mencakup sisi tingkat dampak, dimensi dampak dan komponen proyek. Selanjutnya berdasarkan fakta di berbagai organisasi riset pertanian di Amerika Latin dan Karibia dianalisis bahwa evaluasi menggunakan model input-output sudah tidak mencukupi lagi sebab tidak memperhatikan keberadaan stake holdersejak dari awal. Evaluasi kapasitas organisasi harus memperhatikan stake holder dari sisi kontribusi yang diperoleh stake holder, bagaimana cara mendapatkan kontribusi tersebut, faktor yang memfasilitasi cara dan arti penting kapasitas organisasi.
Yuswijaya (2008) memberi nama untuk setiap level organisasi dengan nama level individu, level organisasi dan level sistem. Level individu sama dengan level mikro, level organisasi sama dengan level meso dan level sistem sama dengan level makro. Berdasarkan level organisasi tersebut, dianalisis bahwa Kantor Polisi Pamong Praja Kabupaten lahat dalam keadaan optimal pada semua level. Tehnik untuk mengukur kapasitas adalah persepsi pegawai kantor polisi pamong praja Kabupaten Lahat.
Wachira (2011), mengemukakan bahwa evaluasi terhadap kapasitas organisasi pada level mikro mengevaluasi faktor individual, pada level meso mengevaluasi faktor organisasi dan pada level makro mengevaluasi faktor institusi. Dalam perspektif seperti itu, disarankan untuk menggunakan OCA tool (Organization Capacity Audit Tool) untuk mengevaluasi kapasitas organisasi.
(22)
10 Musyaddad, dkk (2011) mengemukakan bahwa variabel mikro, meso dan makro dalam OCA tool dapat diperinci menjadi sub variabel sumber daya manusia yang berada pada level mikro, strategi kepemimpinan, sumber daya finansial, infrastruktur dan teknologi, manajemen proses dan program yang berada pada level meso dan lingkungan ekternal yang berada pada level makro. Dikemukakan juga indikator pengukuran untuk setiap sub variabel. Bahkan OCA tool telah digunakan untuk mengevaluasi kapasitas kampung di kabupaten Kaimana Propinsi Papua Barat. Hasilnya adalah kampung-kampung di Kaimana Papua kapasitas organisasinya dapat ditingkatkan, khususnya dalam hal peraturan-peraturan yang mendukung aktivitas sumber daya manusia yang ada.
Pemerintah Daerah Sragen (2011) telah mengukur kapasitas organisasinya menggunakan OCA tool. Variabel dan indikator kapasitas organisasi sebagaimana disebutkan dalam OCA tool, ditetapkan sehingga dapat dilakukan pengukuran terhadap kapasitas organisasi pemerintah daerah Sragen. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kapasitas organisasi pemerintah daerah Sragen optimal. Kapasitas organisasi dibagi menjadi tiga level. Level mikro menunjukkan kapasitas organisasi berupa kemampuan dan keterampilan sumber daya seperti sebagai staf, dalam kerja tim, dan pengembangan dan pembagian informasi. Pada level meso, kapasitas organisasi dilihat dari struktur organisasi, pendefinisian peran dan tanggung jawab, kepemimpinan, perumusan prosedur organisasi, infrastruktur, teknologi dan alokasi finansial. Sedangkan pada level makro kapasitas organisasi terdapat pada kapasitas untuk berinteraksi dengan faktor di luar organisasi yang dapat diketahui dari kebijakan dan aturan kepada stakeholder, shareholder, network dan mitra, baik kebijakan dan aturan yang terkait keuangan maupun non keuangan.
(23)
11
TABEL 2.1
LEVEL DALAM OCA TOOL, PERSPEKTIF DALAM BALANCED SCORECARD DAN VARIABELNYA
LEVEL PERSPEKTIF VARIABEL
Level Mikro
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan SDM
- Variabel kuantitas PNS
- Variabel kualitas PNS
- Variabel kepahaman dan komitmen penugasan Level
Meso
Perspektif internal organisasi
- Variabel kapasitas organisasi
- Variabel kapasitas sistemik Perspektif finansial - Variabel kapasitas fiskal daerah
- Variabel sustainibilitas fiskal daerah Level
Makro Perspektif pelanggan
- Variabel kualitas pelayanan publik
- Variabel aksesibilitas pelayanan publik
Sumber: Pemerintah Daerah Sragen (2011), Evaluasi Kegiatan Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah.
Riyardi (2012), menganalisis bahwa alat untuk mengukur kapasitas organisasi telah dibuat oleh berbagai pihak, namun yang paling komprehensif adalah OCA yang dipadukan dengan konsep balance scorecardsebab perpaduan tersebut menyebabkan semua komponen penting dalam kapasitas organisasi dapat diukur dan dianalisis dalam perspektif organisasi modern yang di dalamnya terdapat banyakstake holder. Dapat disimpulkan bahwa OCA tool dapat digunakan untuk mengukur kapasitas organisasi pemerintah daerah pada saat ini.
Riyardi dan Widojono (2012) menganalisis hubungan antara efisiensi, efektifitas dan responsibilitas sumber daya manusia di pemerintah daerah Sragen. Variabel, indikator dan pengukuran dalam análisis tersebut menggunakan variabel, indikator dan pengukuran yang digunakan dalam OCA tool. Hanya saja untuk variabel efisiensi dan efektifitas sumber daya manusia dilakukan pengembangan menjadi efisiensi dan efektifitas sumber daya manusia dalam jangka pendek dan jangka panjang. Pemilahan efisiensi sumber daya manusia menjadi jangka pendek dan jangka panjang mengembangkan pemikiran Riyardi (2009) yang mengaplikasikan alat análisis kausalitas yang dipopulerkan oleh Engel danGranger (1980).
(24)
12 Selain itu, kriteria kapasitas sumber daya manusia dalam organisasi pemerintah daerah Sragen dibagi menjadi optimal, belum optimal dan tidak optimal di mana ini memperbaiki evaluasi yang dilakukan pemerintah daerah Sragen (2011). Hasilnya, sumber daya manusia di pemerintah daerah Sragen efisien dan efektif dalam jangka pendek dan jangka panjang, namun responsibilitasnya masih harus ditingkatkan.
2.4. Balanced Scorecard pada Pemerintah Daerah
Abby dan Ashworth (1994) mengemukakan berbagai ukuran kinerja untuk pemerintahan daerah. Salah satunya adalahbalanced scorecard. Berdasarkan studi kasus di 3 daerah, dapat disimpulkan bahwa terdapat 6 persyaratan bagi ukuran efektif kinerja pemerintah daerah. Syarat tersebut meliputi adanya rancangan ukuran untuk berbagai tingkatan dalam organisasi, mengukur efisiensi dan efektifitas, mampu mengidentifikasi adanya trade-off antara berbagai dimensi, mencakup ukuran kualitas dan kuantitas, mampu mengukur proses yang sedang berjalan dan ukuran kinerja tersebut tidak dapat dimanipulasi.
McAdam dan Saulters (2000) menganalisis bahwa sektor publik tidak menjadikan balanced score cardsebagai pilihan nomor satu bagi kerangka kerja ukuran kualitas. Pilihan nomor satu adalah Investors in People, kemudian berturut-turut adalah Charter Mark, Excellence model, ISO 9000, benchmarkingdanbalanced scorecard.
Edwards dan Thomas (2005) mengemukakan pengalaman kota Atlanta yang sejak tahun 2002 menggunakan sistem ukuran kinerja baru yang disebut Atlanta Dashboard. Ukuran kinerja baru ini terinspirasikan dari balanced scorecard. Menggunakan ukuran kinerja baru tersebut, adminstrasi kota Atlanta yang dilanda korupsi berubah menjadi ada perbaikan dalam efisiensi dan efektifitas pelayanan.
Butts (2009) menolak anggapan bahwa penerapan balanced scorecard di organisasi pemerintah daerah menyebabkan pemerintah daerah lebih memfokuskan pada aspek efisiensi
(25)
13 keuangan dari memfokuskan pada hasil berupa pelayanan kepada masyarakat. Analisisnya terhadap 14 organisasi pemerintah daerah menyimpulkan bahwa organisasi pemerintah daerah memiliki fokus pada hasil-hasil kerja. Jika dibandingkan dengan yang menggunakan ukuran kinerja tradisional, pemerintah daerah yang menggunakan balanced scorecard setidak-tidaknya memiliki berbagai fokus yang sama dengan yang menggunakan ukuran kinerja tradisional.
Pemerintah Daerah Sragen (2011) telah mengukur kapasitas organisasinya menggunakan OCA tool. Variabel kapasitas organisasi sebagaimana disebutkan dalam OCA tool, disepadankan dan disusun menggunakan konsep balanced scorecard. Selanjutnya ditetapkan variabel operasional dan indikator pengukurannya sehingga dapat dilakukan penilaian terhadap kapasitas organisasi pemerintah daerah Sragen. Hasil penilaian menunjukkan bahwa kapasitas organisasi pemerintah daerah Sragen optimal. Adapun kesepadanan terlihat pada Tabel 2.1. Level mikro pada OCA tool sepadan dengan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sumber daya dalam balanced scorecard, Level Meso pada OCA tool sepadan dengan perspektif internal organisasi dalam balanced scorecard dan perspektif finansial, dan level Makro pada OCA tool sepadan dengan perspektif pelanggan dalam balanced scorecard. Selanjutnya pada masing-masing level atau perspektif dapat ditentukan variabelnya.
2.5. State of The Art Penelitian
Evaluasi kapasitas organisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah Sragen (2011) berbasis pada OCA tool dan balanced scorecard. Arti penting OCA tool sebagai alat ukur kinerja pemerintah daerah sudah berkembang sejak beberapa tahun lampau. Sato, dkk (2000), misalnya, menyadari bahwa belum ada suatu alat ukur kapasitas organisasi yang disepakati bersama. Selanjutnya, mulai ada pemikiran untuk membagi kapasitas organisasi
(26)
14 menjadi level atau domain mikro, meso dan makro, sebagaimana dikemukakan oleh Mackay, dkk (2007). Penetapan level ini selanjutnya memunculkan alat audit kapasitas organisasi yang dikenal dengan nama OCA Tool yang mendefinisikan lebih detail level mikro, meso dan makro.
Di sisi lain, Teori Biaya Transaksi dalam Ilmu Ekonomi Insitusional Baru yang digunakan Sato (2000) khususnya karakteristik expertise, specificity dan incentives sebagai analisis kapasitas dapat digunakan sebagai batu loncatan pembahasan organisasi sebagai suatu institusi. Hal ini memperluas arah pembahasan dalam Ilmu Ekonomi Institusional Baru. Pembahasan institusi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan OCA Tool.
Riyardi (2011) menduga bahwa OCA Tool dapat digunakan sebagai pendekatan untuk memahami institusi. Level-level keeorganisasian dalam OCA Tool tidak hanya menggambarkan sebagai suatu organisasi, namun sebagai institusi. Pengukuran kapasitas organisasi semakin memperkuat bahwa OCA Tool bukan hanya sekadar organisasi, namun institusi. Perlu observasi dan pengamatan empiris mengenai level keorganisasian dalam OCA Tool sedemikian hingga dapat dilakukan verifikasi terhadap level keorganisasian dalam OCA Tool sebagai pendekatan untuk memahami institusi.
Musyadad, dkk (2011), Pemerintah daerah Sragen (2011) dan Riyardi (2012) menganalisis penggunaan OCA tool. Análisis penggunaan OCA tool ini dengan karakteristik masing-masing. Musyadad, dkk (2011) mengarahkan análisis pada kapasitas organisasi kampung di kabupaten Kaimana Propinsi Papua Barat. Pemerintah daerah Sragen (2011) mengkaitkan dengan balanced scorecard. Adapun Riyardi dan Widojono (2012), menganalisis kapasitas sumber daya manusia berdasarkan OCA Tool yang telah digunakan di pemerintah daerah Sragen.
Evaluasi kapasitas organisasi yang dilakukan pemerintah daerah Sragen dengan cara menyepadankan OCA tool dengan balanced scorecard disebabkan adanya kebutuhan untuk
(27)
15 mengukur kinerja pemerintah daerah dengan balanced scorecard. Pada masa lalu balanced scorecard diragukan sebagai alat ukur kinerja pemerintah. Abby dan Ashworth (1994) mengemukakan 6 persyaratan bagi ukuran efektif kinerja pemerintah daerah, sedangkan McAdam dan Saulters (2000) menganalisis bahwa sektor publik tidak menjadikan balanced score card sebagai pilihan nomor satu bagi kerangka kerja ukuran kualitas dibandingkan Investors in People Charter Mark, Excellence model, ISO 9000,ataubenchmarking.
Seiring perjalanan waktu, disadari bahwa balanced scorecard dapat menjadi pilihan dalam pengukuran kinerja organisasi. Edwards dan Thomas (2005) mengemukakan pengalaman kota Atlanta yang sejak tahun 2002 menggunakan sistem ukuran kinerja baru yang disebut Atlanta Dashboard yang terinspirasikan dari balanced scorecard. Adapun Butts (2009) menolak anggapan bahwa penerapan balanced scorecard di organisasi pemerintah daerah menyebabkan pemerintah daerah lebih memfokuskan pada aspek efisiensi keuangan dari memfokuskan pada hasil berupa pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan apa yang sudah diteliti tersebut, sebagaimana Gambar 2.1, di mana kapasitas organisasi diukur dengan menggabungkan pemikiran OCA tool dan balanced scorecard, perlu dilakukan pengembangan OCA tool berupa memperkuat hubungan antar level atau perspektif. Jika hubungan tersebut dapat dianalisis pada beberapa kabupaten dan kota, maka akan diperoleh model audit kapasitas organisasi pemerintah daerah. Oleh karena itu pada sisi kanan Gambar 2.1 dikemukakan rencana penelitian yang akan dilakukan. Pada tahun 2013 direncanakan untuk menganalisis seluruh variabel kapasitas organisasi menggunakan OCA Tool sebagaimana evaluasi yang telah dilakukan pemerintah daerah Sragen. Perlu dicatat, meskipun banyak persamaan dengan yang telah dilakukan pemerintah daerah Sragen, terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan evalusi yang telah dilakukan pemerintah daerah Sragen. Perbedaan pertama terdapat pada penentuan variabel dan variabel operasional. Pada penelitian ini variabel terdiri atas level mikro, level meso dan level makro.
(28)
16 Hal ini menyesuaikan dengan penyepadanan antara OCA Tool dengan balanced scorecard dan menyesuaikan dengan tujuan penelitian tahun kedua yang akan menganalisis hubungan antar variabel. Adapun evaluasi pemerintah daerah Sragen menempatkan kuantitas, kualitas dan kepahaman dan komitmen penugasan PNS, kapasitas organisasi, sistemik, fiskal daerah, sustainibilitas fiskal daerah, kualitas pelayanan publik dan aksesibilitas pelayanan publik sebagai variabel. Semua yang disebut sebagai variabel dalam evaluasi yang dilakukan pemerintah daerah Sragen digunakan sebagai variabel operasional. Perbedaan kedua terdapat pada análisis hubungan antar variabel. Pada penelitian ini, setelah seluruh variabel dianalisis, dilanjutkan dengan análisis hubungan antar variabel pada tahun 2014. Sedangkan evaluasi yang dilakukan pemerintah daerah Sragen tidak mengevaluasi hubungan antarvariabel. Perbedaan ketiga terdapat pada kriteria optimalisasi kapasitas organisasi. Penelitian ini menggunakan kriteria optimal, belum optimal dan tidak optimal sebagaimana dilakukan oleh Riyardi dan Widojono (2012) sedangkan evaluasi pemerintah daerah Sragen menggunakan kriteria istimewa, sangat baik, baik, buruk dan sangat buruk. Perbedaan keempat terdapat pada lingkup penelitian. Penelitian ini ruang lingkupnya lebih luas dibandingkan dengan evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah Sragen dilihat dari tahun data dan obyek penelitian. Pada tahun 2015 akan dilakukan perumusan OCA tool sebagai alat análisis kapasitas organisasi melalui FGD pakar, pemerintah daerah Sragen dan pemerintah kota Surakarta.
(29)
17
GAMBAR 2.2
STATE OF THE ART OCA TOOL DAN RENCANA PENELITIAN 2013-2014
Sebelum 2007 2007 2010 2012 2013 2014 2015
Engel dan Granger (1980): Kausalitas
Riyardi (2011) meneliti Kausalitas jangka pendek dan jangka panjang
antara SDM dengan investasi
Riyardi dan Widojono (2012): Aplikasi OCA Tools dalam hal efisiensi, Efektifitas dan Responsibilitas SDM di Kabupaten
Sragen
Sato, dkk (2000): Belum ada alat ukur kapasitas organisasi
Mackay, dkk (2007): Mengemukakan adanya level mikro,
meso dan makro. Namun mengarahkan pada kerangka evaluasi terintegrasi yang mencakup sisi tingkat dampak, dimensi dampak dan komponen proyek. Wachira (2010) mengemukakan OCA Tool dan pengertian level mikro, meso dan makro
Musyadad,dkk (2011) variabel level mikro, meso dan makro terdiri atas sumber daya manusia, strategi kepemimpinan, sumber daya finansial, infrastruktur dan teknologi , manajemen proses
dan program dan lingkungan
ekternal
Pemerintah Daerah Sragen (2011): Aplikasi OCA Tools di Kabupaten Sragen.
Disebutkan pula bahwa relasi antar kelompok variabel dapat diteliti menggunakan
Balance Score Card
Aplikasi OCA Tools di Kota Surakarta dan Kabupaten
Sragen
Relasi antar kelompok variabel
dalam OCA tools menggunakan
pendekatan kualitatif
Perumusan OCA tool sebagai alat audit kapasitas organisasi pememrintah daerah Riyardi (2011) memamparkan perkembangan pemikiranOCA Tools
Yang sudah diteliti
2011
Abby dan Ashworth (1994) mengemukakan berbagai ukuran kinerja untuk pemerintahan daerah. Salah
satunya adalahbalanced scorecard
Butts (2009) menolak anggapan bahwa penerapanbalanced scorecard di organisasi pemerintah daerah menyebabkan pemerintah daerah lebih memfokuskan pada aspek efisiensi keuangan dari memfokuskan pada hasil berupa
pelayanan kepada masyarakat. Edwards dan Thomas (2005)
mengemukakan pengalaman kota Atlanta yang sejak tahun 2002 menggunakan sistem ukuran kinerja baru yang disebut Atlanta Dashboard. Ukuran kinerja baru ini terinspirasikan dari
balanced scorecard
2009 1994 2005
(30)
49
DAFTAR PUSTAKA
Abby, Ghobadian dan John Ashworth. 1994. “Performance Measurement in Local Government-Concept and Paractice”. 1994.International Journal of Operation and Production Management14. Nomor 5. Halaman 35–51.
Butts, Darrell. 2009. Does A Balanced Scorecard Dilute a Local Government Focus on Result?. www.mpa.unc.edu/.../DarrellButts. [10Februari 2012].
Edwards, David dan John C. Thomas. 2005. “Developing a Municipal Performance
Measurement System: Reflections on the Atlanta Dashboard.” Public Administration Review65. Halaman 369-376.
Engle, R.F. and C.W.J. Granger (1987),“Cointegration and Error-Correction: Representation,
Estimation, and Testing”,Econometrica 55(March), Halaman 251-276.
Hodgson, Geoffrey M. 1998. “The Approach of Institutional Economics”. Journal of
Economic LiteratureVolume XXXVI, March 1998. Halaman 166–192.
Mackay, Ronald, Douglas Horton, Luis Dupleich and Anders Andersen. 2002. “Evaluating Organizational Capacity Development”. The Canadian Journal of Program EvaluationVol. 17 No. 2. Halaman 121–150.
McAdam, Rodney dan Robbie Saulters. 2000. “Quality Measurement Frameworks in The Public Sector”. Total Quality Management volume 11, halaman 652 - 656.
Musyaddad, Achmad, Miftah Adhi Ikhsanto, Fatih Gama Abisono dan Bambang Wahyu Sumirat. 2011. Capacity Development Assessment. Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia: Jakarta
Pemerintah Daerah Sragen. (2011). Evaluasi Kegiatan Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah. Pemda Sragen: Sragen.
Petrofić, Dragan dan Zoran Stefanović. 2009. Methodological Position(s) of Institutional
Economics. Economics and Organization Vol 6, No. 2. Halaman 105–114.
Riyardi, Agung dan Widojono. 2011. “Analisis Efisiensi, Efektifitas dan Responsibilitas Sumber Daya Manusia Pemerintah Daerah Sragen”. Jejak. Volume 4 No. 2. September 2011. Halaman 91–101.
Riyardi, Agung. 2011. “Short and Long Run Causality Relationship between Indonesian Human Resources and Investment since 1985 until 2007”. The 12th Malaysian-Indonesian International Conference on Economics, Management and Accounting (Miicema) 2011Proceeding number Unib-50.
Riyardi, Agung. 2012.Approaches for Organizational Capacity Audit Tool. Makalah Diskusi Program Studi Magister Manajemen Pasca Sarjana UMS.
Santosa, Purbayu Budi. 2008. “Relevansi dan Aplikasi Aliran Ekonomi Kelembagaan”.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 9 No. 1. Halaman 46–60.
Sato, Ikuro, Hisaaki Mitsui, dan Hiroko Shimizu. 2000. “Organizational Capacity of Executing Agencies in the Developing Countries—Case Studies on Bangladesh, Thailand and Indonesia”. JBIC Review, No. Halaman 83-106.
Wachira, Esther Mwiyeria.2010. Organizational Capacity Audit Tool. http:// www.gesci.org/ resources. Html [10 Desember 2011].
(1)
keuangan dari memfokuskan pada hasil berupa pelayanan kepada masyarakat. Analisisnya terhadap 14 organisasi pemerintah daerah menyimpulkan bahwa organisasi pemerintah daerah memiliki fokus pada hasil-hasil kerja. Jika dibandingkan dengan yang menggunakan
ukuran kinerja tradisional, pemerintah daerah yang menggunakan balanced scorecard
setidak-tidaknya memiliki berbagai fokus yang sama dengan yang menggunakan ukuran kinerja tradisional.
Pemerintah Daerah Sragen (2011) telah mengukur kapasitas organisasinya menggunakan OCA tool. Variabel kapasitas organisasi sebagaimana disebutkan dalam OCA
tool, disepadankan dan disusun menggunakan konsep balanced scorecard. Selanjutnya
ditetapkan variabel operasional dan indikator pengukurannya sehingga dapat dilakukan penilaian terhadap kapasitas organisasi pemerintah daerah Sragen. Hasil penilaian
menunjukkan bahwa kapasitas organisasi pemerintah daerah Sragen optimal. Adapun
kesepadanan terlihat pada Tabel 2.1. Level mikro pada OCA tool sepadan dengan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan sumber daya dalam balanced scorecard, Level Meso pada
OCA tool sepadan dengan perspektif internal organisasi dalam balanced scorecard dan
perspektif finansial, dan level Makro pada OCA tool sepadan dengan perspektif pelanggan
dalam balanced scorecard. Selanjutnya pada masing-masing level atau perspektif dapat
ditentukan variabelnya.
2.5. State of The Art Penelitian
Evaluasi kapasitas organisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah Sragen (2011)
berbasis pada OCA tool dan balanced scorecard. Arti penting OCA tool sebagai alat ukur
kinerja pemerintah daerah sudah berkembang sejak beberapa tahun lampau. Sato, dkk (2000), misalnya, menyadari bahwa belum ada suatu alat ukur kapasitas organisasi yang disepakati bersama. Selanjutnya, mulai ada pemikiran untuk membagi kapasitas organisasi
(2)
menjadi level atau domain mikro, meso dan makro, sebagaimana dikemukakan oleh Mackay, dkk (2007). Penetapan level ini selanjutnya memunculkan alat audit kapasitas organisasi yang dikenal dengan nama OCA Tool yang mendefinisikan lebih detail level mikro, meso dan makro.
Di sisi lain, Teori Biaya Transaksi dalam Ilmu Ekonomi Insitusional Baru yang
digunakan Sato (2000) khususnya karakteristik expertise, specificity dan incentives sebagai
analisis kapasitas dapat digunakan sebagai batu loncatan pembahasan organisasi sebagai suatu institusi. Hal ini memperluas arah pembahasan dalam Ilmu Ekonomi Institusional Baru. Pembahasan institusi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan OCA Tool.
Riyardi (2011) menduga bahwa OCA Tool dapat digunakan sebagai pendekatan untuk memahami institusi. Level-level keeorganisasian dalam OCA Tool tidak hanya menggambarkan sebagai suatu organisasi, namun sebagai institusi. Pengukuran kapasitas organisasi semakin memperkuat bahwa OCA Tool bukan hanya sekadar organisasi, namun
institusi. Perlu observasi dan pengamatan empiris mengenai level keorganisasian dalam
OCA Tool sedemikian hingga dapat dilakukan verifikasi terhadap level keorganisasian dalam OCA Tool sebagai pendekatan untuk memahami institusi.
Musyadad, dkk (2011), Pemerintah daerah Sragen (2011) dan Riyardi (2012) menganalisis penggunaan OCA tool. Análisis penggunaan OCA tool ini dengan karakteristik masing-masing. Musyadad, dkk (2011) mengarahkan análisis pada kapasitas organisasi kampung di kabupaten Kaimana Propinsi Papua Barat. Pemerintah daerah Sragen (2011)
mengkaitkan dengan balanced scorecard. Adapun Riyardi dan Widojono (2012),
menganalisis kapasitas sumber daya manusia berdasarkan OCA Tool yang telah digunakan di pemerintah daerah Sragen.
Evaluasi kapasitas organisasi yang dilakukan pemerintah daerah Sragen dengan cara
(3)
mengukur kinerja pemerintah daerah dengan balanced scorecard. Pada masa lalu balanced scorecard diragukan sebagai alat ukur kinerja pemerintah. Abby dan Ashworth (1994) mengemukakan 6 persyaratan bagi ukuran efektif kinerja pemerintah daerah, sedangkan
McAdam dan Saulters (2000) menganalisis bahwa sektor publik tidak menjadikan balanced
score card sebagai pilihan nomor satu bagi kerangka kerja ukuran kualitas dibandingkan
Investors in People Charter Mark, Excellence model, ISO 9000,ataubenchmarking.
Seiring perjalanan waktu, disadari bahwa balanced scorecard dapat menjadi pilihan
dalam pengukuran kinerja organisasi. Edwards dan Thomas (2005) mengemukakan pengalaman kota Atlanta yang sejak tahun 2002 menggunakan sistem ukuran kinerja baru
yang disebut Atlanta Dashboard yang terinspirasikan dari balanced scorecard. Adapun Butts
(2009) menolak anggapan bahwa penerapan balanced scorecard di organisasi pemerintah
daerah menyebabkan pemerintah daerah lebih memfokuskan pada aspek efisiensi keuangan dari memfokuskan pada hasil berupa pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan apa yang sudah diteliti tersebut, sebagaimana Gambar 2.1, di mana
kapasitas organisasi diukur dengan menggabungkan pemikiran OCA tool dan balanced
scorecard, perlu dilakukan pengembangan OCA tool berupa memperkuat hubungan antar level atau perspektif. Jika hubungan tersebut dapat dianalisis pada beberapa kabupaten dan kota, maka akan diperoleh model audit kapasitas organisasi pemerintah daerah. Oleh karena itu pada sisi kanan Gambar 2.1 dikemukakan rencana penelitian yang akan dilakukan. Pada tahun 2013 direncanakan untuk menganalisis seluruh variabel kapasitas organisasi menggunakan OCA Tool sebagaimana evaluasi yang telah dilakukan pemerintah daerah Sragen. Perlu dicatat, meskipun banyak persamaan dengan yang telah dilakukan pemerintah daerah Sragen, terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan evalusi yang telah dilakukan pemerintah daerah Sragen. Perbedaan pertama terdapat pada penentuan variabel dan variabel operasional. Pada penelitian ini variabel terdiri atas level mikro, level meso dan level makro.
(4)
Hal ini menyesuaikan dengan penyepadanan antara OCA Tool dengan balanced scorecard
dan menyesuaikan dengan tujuan penelitian tahun kedua yang akan menganalisis hubungan antar variabel. Adapun evaluasi pemerintah daerah Sragen menempatkan kuantitas, kualitas dan kepahaman dan komitmen penugasan PNS, kapasitas organisasi, sistemik, fiskal daerah, sustainibilitas fiskal daerah, kualitas pelayanan publik dan aksesibilitas pelayanan publik sebagai variabel. Semua yang disebut sebagai variabel dalam evaluasi yang dilakukan pemerintah daerah Sragen digunakan sebagai variabel operasional. Perbedaan kedua terdapat pada análisis hubungan antar variabel. Pada penelitian ini, setelah seluruh variabel dianalisis, dilanjutkan dengan análisis hubungan antar variabel pada tahun 2014. Sedangkan evaluasi yang dilakukan pemerintah daerah Sragen tidak mengevaluasi hubungan antarvariabel. Perbedaan ketiga terdapat pada kriteria optimalisasi kapasitas organisasi. Penelitian ini menggunakan kriteria optimal, belum optimal dan tidak optimal sebagaimana dilakukan oleh Riyardi dan Widojono (2012) sedangkan evaluasi pemerintah daerah Sragen menggunakan kriteria istimewa, sangat baik, baik, buruk dan sangat buruk. Perbedaan keempat terdapat pada lingkup penelitian. Penelitian ini ruang lingkupnya lebih luas dibandingkan dengan evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah Sragen dilihat dari tahun data dan obyek penelitian. Pada tahun 2015 akan dilakukan perumusan OCA tool sebagai alat análisis kapasitas organisasi melalui FGD pakar, pemerintah daerah Sragen dan pemerintah kota Surakarta.
(5)
GAMBAR 2.2
STATE OF THE ART OCA TOOL DAN RENCANA PENELITIAN 2013-2014
Sebelum 2007 2007 2010 2012 2013 2014 2015
Engel dan Granger (1980): Kausalitas
Riyardi (2011) meneliti Kausalitas jangka pendek dan jangka panjang
antara SDM dengan investasi
Riyardi dan Widojono (2012): Aplikasi OCA Tools dalam hal efisiensi, Efektifitas dan Responsibilitas SDM di Kabupaten
Sragen
Sato, dkk (2000): Belum ada alat ukur kapasitas organisasi
Mackay, dkk (2007): Mengemukakan adanya level mikro,
meso dan makro. Namun mengarahkan pada kerangka evaluasi terintegrasi yang mencakup sisi tingkat dampak, dimensi dampak dan komponen proyek. Wachira (2010) mengemukakan OCA Tool dan pengertian level mikro, meso dan makro
Musyadad,dkk (2011) variabel level mikro, meso dan makro terdiri atas sumber daya manusia, strategi kepemimpinan, sumber daya finansial, infrastruktur dan teknologi , manajemen proses
dan program dan lingkungan
ekternal
Pemerintah Daerah Sragen (2011): Aplikasi OCA Tools di Kabupaten Sragen.
Disebutkan pula bahwa relasi antar kelompok variabel dapat diteliti menggunakan Balance Score Card
Aplikasi OCA Tools di Kota Surakarta dan Kabupaten
Sragen
Relasi antar kelompok variabel
dalam OCA tools menggunakan
pendekatan kualitatif
Perumusan OCA tool sebagai alat audit kapasitas organisasi pememrintah daerah Riyardi (2011) memamparkan perkembangan pemikiranOCA Tools
Yang sudah diteliti
2011
Abby dan Ashworth (1994) mengemukakan berbagai ukuran kinerja untuk pemerintahan daerah. Salah
satunya adalahbalanced scorecard
Butts (2009) menolak anggapan bahwa penerapanbalanced scorecard di organisasi pemerintah daerah menyebabkan pemerintah daerah lebih memfokuskan pada aspek efisiensi keuangan dari memfokuskan pada hasil berupa
pelayanan kepada masyarakat. Edwards dan Thomas (2005)
mengemukakan pengalaman kota Atlanta yang sejak tahun 2002 menggunakan sistem ukuran kinerja baru yang disebut Atlanta Dashboard. Ukuran kinerja baru ini terinspirasikan dari balanced scorecard
2009 1994 2005
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Abby, Ghobadian dan John Ashworth. 1994. “Performance Measurement in Local
Government-Concept and Paractice”. 1994.International Journal of Operation and
Production Management14. Nomor 5. Halaman 35–51.
Butts, Darrell. 2009. Does A Balanced Scorecard Dilute a Local Government Focus on
Result?. www.mpa.unc.edu/.../DarrellButts. [10Februari 2012].
Edwards, David dan John C. Thomas. 2005. “Developing a Municipal Performance
Measurement System: Reflections on the Atlanta Dashboard.” Public
Administration Review65. Halaman 369-376.
Engle, R.F. and C.W.J. Granger (1987),“Cointegration and Error-Correction: Representation,
Estimation, and Testing”,Econometrica 55(March), Halaman 251-276.
Hodgson, Geoffrey M. 1998. “The Approach of Institutional Economics”. Journal of Economic LiteratureVolume XXXVI, March 1998. Halaman 166–192.
Mackay, Ronald, Douglas Horton, Luis Dupleich and Anders Andersen. 2002. “Evaluating
Organizational Capacity Development”. The Canadian Journal of Program
EvaluationVol. 17 No. 2. Halaman 121–150.
McAdam, Rodney dan Robbie Saulters. 2000. “Quality Measurement Frameworks in The
Public Sector”. Total Quality Management volume 11, halaman 652 - 656.
Musyaddad, Achmad, Miftah Adhi Ikhsanto, Fatih Gama Abisono dan Bambang Wahyu
Sumirat. 2011. Capacity Development Assessment. Kemitraan bagi Pembaruan
Tata Pemerintahan di Indonesia: Jakarta
Pemerintah Daerah Sragen. (2011). Evaluasi Kegiatan Peningkatan Kapasitas Pemerintah
Daerah. Pemda Sragen: Sragen.
Petrofić, Dragan dan Zoran Stefanović. 2009. Methodological Position(s) of Institutional
Economics. Economics and Organization Vol 6, No. 2. Halaman 105–114.
Riyardi, Agung dan Widojono. 2011. “Analisis Efisiensi, Efektifitas dan Responsibilitas
Sumber Daya Manusia Pemerintah Daerah Sragen”. Jejak. Volume 4 No. 2.
September 2011. Halaman 91–101.
Riyardi, Agung. 2011. “Short and Long Run Causality Relationship between Indonesian
Human Resources and Investment since 1985 until 2007”. The 12th
Malaysian-Indonesian International Conference on Economics, Management and Accounting (Miicema) 2011Proceeding number Unib-50.
Riyardi, Agung. 2012.Approaches for Organizational Capacity Audit Tool. Makalah Diskusi
Program Studi Magister Manajemen Pasca Sarjana UMS.
Santosa, Purbayu Budi. 2008. “Relevansi dan Aplikasi Aliran Ekonomi Kelembagaan”. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 9 No. 1. Halaman 46–60.
Sato, Ikuro, Hisaaki Mitsui, dan Hiroko Shimizu. 2000. “Organizational Capacity of
Executing Agencies in the Developing Countries—Case Studies on Bangladesh,
Thailand and Indonesia”. JBIC Review, No. Halaman 83-106.
Wachira, Esther Mwiyeria.2010. Organizational Capacity Audit Tool. http:// www.gesci.org/