Gugus fungsi, seperti –OH, -O, -NH
2
, -Cl, dan –OCH
3
yang mempunyai elektron-elektron valensi bukan ikatan memberikan transisi n
→ π disebut gugus auksokrom yang tidak dapat menyerap radiasi ultraviolet-sinar tampak,
tetapi apabila gugus ini terikat pada gugus kromofor mengakibatkan pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih besar pergeseran batokromik dengan
intensitas yang lebih kuat. Efek hipsokromik adalah suatu pergeseran pita serapan ke panjang gelombang lebih pendek, yang sering kali terjadi bila muatan positif
dimasukkan ke dalam molekul dan bila pelarut berubah dari non polar ke pelarut polar Dachriyanus, 2004; Rohman, 2007.
2.2.2 Hukum Lambert-Beer
Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya
monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi banyak molekul zat. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu
Hukum Lambert Beer sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dalam persamaan:
A= a.b.c gliter atau A= ε. b. c molliter
Dimana: A = serapan a = absorptivitas
b = ketebalan sel c = konsentrasi
ε = absorptivitas molar Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri
dimana konsentrasi dapat dihitung berdasarkan rumus di atas. Absorptivitas a
Universitas Sumatera Utara
merupakan konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada
suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi Day and Underwood, 1999; Rohman, 2007.
Menurut Roth dan Blaschke 1981, absorptivitas spesifik juga sering digunakan untuk menggantikan absorptivitas. Absortivitas spesifik adalah serapan
yang dihasilkan oleh larutan 1 bv dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga dapat diperoleh persamaan:
A = A
1 1
. b. c Dimana : A
1 1
= absorptivitas spesifik b = ketebalan sel
c = konsentrasi senyawa terlarut g100 ml larutan
2.2.3 Penggunaan Spektofotometri Ultraviolet
Spektrum UV-Vis dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
1. Aspek Kualitatif
Kegunaan spektrofotometri ultraviolet dan sinar tampak dalam analisis kualitatif sangat terbatas, karena rentang daerah radiasi yang sangat sempit 500
nm hanya dapat mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum, karena senyawa tidak diketahui, tidak memungkinkan.
Kegunaannya terbatas pada konfirmasi identitas dengan menggunakan parameter panjang gelombang puncak absorpsi maksimum, nilai absorptivitas,
nilai absorptivitas molar atau nilai ekstingsi, yang khas untuk suatu senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut pada pH tertentu Satiadarma, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2. Aspek Kuantitatif
Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan larutan sampel dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya.
Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies
penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang perdetik. Serapan dapat
terjadi jika fotonradiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga.
Penetapan kadar dilakukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang maksimum, agar dapat memberikan absorban tertinggi untuk setiap
konsentrasi. Bila suatu senyawa mempunyai lebih dari satu puncak, lebih diutamakan panjang gelombang maksimum yang absorptivitasnya terbesar dan
memberikan kurva kalibrasi linier dalam rentang konsentrasi yang relatif lebar dan meningkat yang ditentukan dengan persamaan regresi yang merupakan
hubungan antara konsentrasi dan serapan dan dapat dinyatakan sebagai berikut Rohman, 2007; Satiadarma, 2004 :
Y = aX + b Dimana : Y = absorbansi
X = konsentrasi a = koefisien regresi juga menyatakan slopekemiringan
b = tetapan regresi dan juga disebut dengan intersep Koefisien regresi a dapat diperoleh dengan metode kuadrat terkecil least square
method.
Universitas Sumatera Utara
a =
∑ ∑
− −
−
N i
N i
X Xi
Y Yi
X Xi
2 _
_ _
} {
Selanjutnya b dihitung dari hubungan b =
_
Y – a
_
X Sebelum dilakukan perhitungan analisis lebih lanjut berdasarkan
persamaan regresi linier yang didapat, terlebih dahulu harus ditentukan apakah ada korelasi yang bermakna antara kedua besaran yang diukur. Untuk itu perlu
dihitung besarnya koefisien korelasi r berdasarkan rumus berikut :
r =
−
− −
−
∑ ∑
∑
N i
N i
N i
Y Yi
X Xi
Y Yi
X Xi
2 _
2 _
_ _
} {
2.2.4 Peralatan Untuk Spektrofotometri