BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Profil farmakokinetika Deksametason pada kelinci jantan mengikuti model satu kompartemen, dimana proses distribusinya sangat cepat sehingga seolah-
olah fase distribusi dilewati dan langsung masuk ke fase eliminasi. Pada fase absorpsi penyerapan obat berlangsung cepat dengan perolehan nilai k
a
0.802 ± 0.054 jam
-1
dan T
12abs
0.8673 ± 0.0556 jam. Selain itu diperoleh nilai AUC
0- ∞
105.152 ± 2.059 mcgml.jam dan AUMC
0- ∞
555.98 ± 24.493 mcgml.jam
2
serta nilai MRT 5.285 ± 0.138 jam. Pada fase distribusi obat akan didistribusikan
dengan laju reaksi yan sama kedalam berbagai kelompok jaringan yang berbeda dengan nilai Vd yang diperoleh sebesar 17.2175 ± 0.8946 ml. Kadar obat dalam
jaringan akhirnya akan mencapai puncak dengan T
maks
1.848 ± 0.0694 jam dengan perolehan C
maks
33.937 ± 2.103 mcgml dan kemudian mulai menurun dengan perolehan nilai k
el
0.346 ± 0.016 jam
-1
dan T
12 el
yang besar yaitu 2.007 ± 0.096 jam yang mempengaruhi klirens CL menjadi lebih cepat dengan nilai CL
5.947 ± 0.259 mljam.
5.2 Saran
1. Disarankan kepada peneliti lain untuk melanjutkan penelitian dengan rute pemberian obat yang berbeda.
2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti pengaruh pemberian senyawaobat lain terhadap profil farmakokinetik Deksametason.
Universitas Sumatera Utara
3. Disarankan kepada peneliti lain untuk melanjutkan penelitian menggunakan obat jadi yang beredar dipasaran.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Aiache, J.M. 1993. Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi ke-2. Penerjemah: Dr. Widji Soeratri. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press. Hal. 7.
Anonim
1
, 2009. Pemakaian steroid posttonsillectomia. http:www.kalbe.co.idfilescdkfiles10PemakaianSteroid004.pdf.
Anonim
2
, 2010. Program ” one day-one drug”. http:www.glitter-graphics.co.id
Daniel E.Furst, MD., dan Tino Munster, MD. 2002. Obat-obat Antiinflamasi Nonsteroid, Obat-obat Antireumatik Pemodifikasi Penyakit, Analgesik
Nonopioid dan Obat-obat Untuk Pirai. Dalam Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi kedelapan. Penerjemah: Bagian Farmakologi FKUA.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Hal. 450. De Lux Putra, E. 2007. Dasar-Dasar Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
Fakultas Farmasi USU-Medan. Hal. 51. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal. 286-287, 1011. Donatus, I. A. 1996. Petunjuk Praktikum Toksikologi. Edisi ke-8. Yogyakarta :
Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Johnson, E. L., dan Stevenson, R. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Penerjemah: Dr. Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 236.
Katzung, B.G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi keempat. Penerjemah: Bagian Farmakologi FKUA. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika. Hal. 36. Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi kedelapan.
Penerjemah: Bagian Farmakologi FKUA. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Hal. 589.
Hemanth K., Chandra I., Geetha R., Chelvi K.S., Lalitha V., Prema G. 2004. A validated high-performance liquid chromatography method for the
determination of rifampicin and desacetyl rifampicin in plasma and urine. Indian J Pharmacol Vol 36. Chennai. India : Hal 231-233.
Hinz, B. 2005. Bioavailability of Diclofenac Potassium at Low Doses. Germany: Department of Experimental and Clinical Pharmacology ang Toxicology,
Friedrich Alexander University Erlangen-Nurnberg Fahrstrasse 17, D- 91054. Pages. 80-81.
Universitas Sumatera Utara
Holford, N.H. 1998. Farmakokinetik dan Farmakodinamik: Pemilihan Dosis yang Rasional dan Waktu Kerja Obat. Dalam Farmakologi Dasar dan
Klinik. Edisi IV. Penerjemah: Bagian Farmakologi FKUA. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Hal. 24.
Mahesh N. Samtani., William J. Jusko. 2005. Stability of Dexamethasone Sodium Phosphate in Rat Plasma. Internasional Journal of Pharmaceutics
301. Elsevier. Hal. 1. Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat. Edisi kelima. Penerjemah: Mathilda B
Widianto. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 5, 51, 358. Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C. 2001. Farmakologi Ulasan
Bergambar. Edisi II. Editor: Huriawati Hartanto. Jakarta: Widya Medika. Hal. 277.
Robert H., William O. Robertson. 1987. Handbook Of Poisoning. Twelfth edition. Appleton and LangeCalifornia. Hal. 57,59.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan ke-I. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Hal. 379, 406.
Rosyd M.R. 2010. Pengaruh Pemberian Deksametason Dosis Bertingkat Peroral 30 hari Terhadap Kerusakan Tubulus Ginjal Tikus Wistar.
Artikel Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Hal: 1.
Setiawati, A. 2007. Farmakokinetik Klinik. Dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: Penerbit Bagian farmakologi Fakultas Kedokteraan UI.
Hal. 876-877. Shargel, L. 1988. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Penerjemah:
Fasich dan Sjamsiah. Edisi II. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 297-298.
Suherman, K.S. 2007. Adrenokortikotropin, Adrenokortikosteroid, Analog- Sintetik dan Antagonisnya. Dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima.
Jakarta: Penerbit Bagian farmakologi FKUI. Hal. 486-487, 492-493. Tjay, T.H., dan Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi kelima. Cetakan
ke-2. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Hal. 13, 20, 27-28, 807-808.
U. Widodo., J. Bircher., E. Lotterer. 1993. Kumpulan Data Klinik Farmakologik. Penerjemah: Untung Widodo. Yogyakarta: Penerbit Gadjah
Mada University Press. Hal. 177.
Universitas Sumatera Utara
Waldon, D.J. 2008. Pharmacokinetic and Drug Metabolism. Cambridge: Amgen, Inc., One Kendall Square, Building 1000, USA.
Zunilda, S.B, dan F.D. Suyatna. 1995. Pengantar Farmakologi. Dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Penerjemah: Bagian farmakologi
FKUI. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 2-3.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Hasil Orientasi Dengan Menggunakan Alat KCKT
2.1 Kromatogram hasil penyuntikan larutan baku deksametason BPFI dengan konsentrasi 100 mcgml, fase gerak asetonitril : air 35:65 dengan laju alir 1
mlmenit, dan waktu tambat 10,040 menit
2.2 Kromatogram hasil penyuntikan larutan baku deksametason BPFI dengan konsentrasi 100 mcgml, fase gerak asetonitril : air 45:55 dengan laju alir 1
mlmenit, dan waktu tambat 5,9 menit
2.3 Kromatogram hasil penyuntikan larutan baku deksametason BPFI dengan konsentrasi 100 mcgml, fase gerak asetonitril : air 45:45 dengan laju alir 2
mlmenit, dan waktu tambat 2,9 menit
2.4 Kromatogram hasil penyuntikan plasma kosong dengan fase gerak asetonitril : air 45:55 dengan laju alir 2 mlmenit
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2 Deksametason Dalam Plasma
3.1 Deksametason dalam plasma 0.75 jam