Analisis SWOT Dalam Upaya Pengembangan Bisnis Meubel BM. Suka Piring
ANALISIS SWOT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN BISNIS
MEUBEL DI BM. SUKA PIRING MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Setara 1 (S1) Pada Program Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Oleh:
DEWI FAJAR RASTITI 100907014
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
ABSTRAK
ANALISIS SWOT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN BISNIS MEUBEL
BM. JL. JAMIN GINTING NO. 580 MEDAN Nama : Dewi Fajar Rastiti
Nim : 100907014
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Administrasi Niaga/Bisnis Pembimbing : Drs. Posma Lumban Raja, M.S.i
Seiring dengan perkembangan situasi global dan lokal yang kurang menguntungkan bagi dunia bisnis, perusahaan-perusahaan dewasa ini dituntut agar lebih inovatif dan kreatif dalam bersaing, termasuk usaha meubel BM. Suka Piring. Perilaku konsumen yang menuntut perusahaan untuk lebih responsif dalam mengantisipasi permintaan. Tanpa adanya perencanaan strategi yang cerdas maka sistem perusahaan manufaktur tidak mampu bersaing dalam duna bisnis pada masa sekarang ini. Oleh karena itu, perusahaan manufaktur harus dapat menyusun strategi dan langkah-langkah yang kongkrit dan tepat untuk berkompetisi agar dapat bertahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal usaha meubel BM. Suka Piring dan untuk menentukan strategi yang tepat dalam upaya pengembangan usaha meubel BM. Suka Piring agar dapat bertahan dan bersaing dengan usaha sejenis lainnya. Serta menentukan strategi bisnis yang diterpakan dalam perusahaan berdasarkan diagram analisis SWOT, IFAS, EFAS.
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan analisa data kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, sdan tudi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan metode matriks IFAS dan EFAS, matriks penggabungan IFAS + EFAS, kuadran SWOT, dan matriks SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini kemampuan internal usaha meubel BM. Suka Piring tidak memadai untuk peluang pasar yang besar, sehingga di perlukan diadakannya peningkatan pada lingkungan internal agar dapat tetap bertahan. Berdasarkan analisis bahwa strategi yang tepat diterapkan yaitu strategi agresif atau strategi pertumbuhan, yaitu dapat meningkatkan volume penjualan dan memperluas pangsa pasar dengan cara meningkatkan kelemahan-kelemahannya untuk menghadapi pangsa pasar yang besar.
(3)
Kata Kunci: Analisis SWOT, Pengembangan Bisnis, Toko Meubel
ABSTRACT
SWOT ANALYSIS OF BUSINESS DEVELOPMENT EFFORTS IN FURNITURE BM. SUKA PIRING Jl. JAMIN GINTING No. 580 MEDAN
Name : Dewi Fajar Rastiti Nim : 100907014
Faculty : Social and Political Sciences Departement : Science Administration Business Advisor : Drs. Posma Lumban Raja, M.S.i
Along with the development of global and local situations that are less profitable for the business world, companies today are required to be more innovative and creative in competing, including furniture businesses BM. Suka Piring. Consumer behavior that requires the company to be more responsive in anticipation of demand. Without smart planning strategy the company's manufacturing system is not able to compete in the business duna at the present time. Therefore, manufacturing companies must be able to develop strategies and concrete steps and the right to compete in order to survive.
The purpose of this study was to determine the environmental condition of the internal and external environment BM furniture business. Dishes like and to determine the right strategy in BM furniture business development efforts. Dishes like to be able to survive and compete with other similar businesses. And determine the business strategy of the company diterpakan based SWOT analysis diagram, IFAS, EFAS.
Form of research used in this study was descriptive using qualitative data analysis. Methods of data collection by observation, interview, kand Tudi documentation. Analysis using matrix method IFAS and EFAS, IFAS + EFAS matrix incorporation, quadrant SWOT and SWOT matrix.
The results show that the current internal capabilities BM furniture business. Dishes like inadequate for a large market opportunity, so in need of holding the increase in the internal environment in order to survive. Based on the analysis that applied the right strategy is an aggressive strategy or growth strategy, which can increase sales volume and expand market share by increasing its weaknesses to deal with a large market share.
(4)
Keywords: SWOT Analysis, Business Development, Furniture Store
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan sebesar-besarnya kehadirat Allah SWT yang yang tak henti-hentinya selalu melimpahkan segala kasih saying, hidayah_Nya serta karunia_Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis SWOT Dalam Upaya Pengembangan Bisnis Meubel BM. Suka Piring”.
Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar strata satu (S-1) Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dengan skripsi ini, penulis mencoba mengenalisis kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman bisnis meubel yang tepat di terapkan pada usaha meubel di BM. Suka Piring agar dapat berkembang pesat seiring permintaan akan produk meubel pada saat sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu penulis dengan rendah hati akan menerima saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan berbagai pihak.
(5)
Pada kesempatan ini pula dengan setulus hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku ketua Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah menetapkan judul penelitian penulis dan memberikan nasehat yang membangun semangat penulis selama ini.
3. Bapak M. Arifin Nasution, S.Sos, MSp selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan arahan dan nasehat kepada penulis.
4. Ibu Siswati Saragih, S.Sos, MSp selaku Staf Administrasi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan, nasehat, dan dorongan selama penulis menjalani masa perkuliahan dan tersa seperti kakak sendiri.
5. Bapak M. Farid selaku bagian Pendidikan Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
(6)
6. Bapak Drs. Posma Lumban Raja, Msi selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan sebagian waktu untuk memberikan arahan, motivasi dan kesabaran dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan laporan akhir penelitian.
7. Dosen-dosen Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis yang telah memberikan waktu dan didikannya selama penulis di bangku perkuliahan menempuh pendidikan di Administra Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik Universitas Sumatera Utara.
8. Seluruh karyawan Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
9. Bapak Bahagia KaroSekali yang telah bersedia dan mengizinkan penulis meneliti di usaha bapak.
10.Bapak Dedek Putra selaku pekerja di BM. Suka Piring yang bersedia membantu dan menyempatkan waktu dalam membantu penulis.
11.Terima kasih yang tak ada batasnya utnuk kedua orang tercinta, Ayahanda Agus dan Ibunda Siti Sumarna yang selama ini telah banyak memberikan semua kebutuhan penulis, baik itu kasih sayang, pendidikan, materi, doa dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Serta Zahidun Syahfaruddin Yahya dan Muhammad Hadi Syahputra yakni adik-adik tercinta penulis yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi dan doa kepada penulis. Hanya
(7)
Allah SWT yang mampu membalas segala pemberian mereka. Terima kasih buat Mamak dan Bapak tersayang.
12.Pacar tersayang, Muhammad Dedek Iqbal. Terimah kasih yang selalu memberikan doa, motivasi, nasehat serta kesabaran dalam menemani penulis untuk menyelesaikan skripsi penulis.
13. Kakek Dadi dan nenekku Rubiah, terimah kasih atas doa, motivasi dan nasehat yang di berikan kepada penulis.
14.Saudara-saudara tersayang, Om Pono, Buk Tina, Buk Suwarni, Om Muhdi, Om Man, Buk Yanti, Om Adi, Buk Kunyel, Lek Naseb, Buk Shaila dan adik-adik sepupu tercinta yang selalu memberikan doa, nasehat, motivasi, dan juga bantuan kepada penulis.
15.Terimah kasih kepada Ibu Sri, Pak’e, Bang Tomi, Mbk Gewa dan Alviva yang selalu memberikan semangat, motivasi dan dorongan kepada penulis. 16.Teman-temanku tersayang Administrasi Bisnis ’10 khususnya Nurhalimah S.
AB, Dwi Yani Elfrida S. AB, Mei S Samosir S. AB, Sufriati Gultom S. AB, Mentari Astuti S. AB, Tri Krisna Dani S. AB, Adbillah S. AB, Sandri Maulana S. AB, Kris Setiawan S. AB, Jendra Qory S. AB dan Fahru Reza S. AB, dan utnuk teman-teman lainnya yang tidak bisa di sebutkan satu per satu terimah kasih atas dukungan dan motivasi kalian kepada penulis.
(8)
17.Teman-teman tersayang kos Elga Komputer khususnya Lia Karlina, Lamtiur, Kak Novel, Izzy, Grace, Mega, Kak Nelli, Evelyna, dan Selvy yang memberikan bantuan dan selalu memotivasi penulis agar cepat wisuda.
18.Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimah kasih atas doanya, dukungan, motivasi dan bantuan agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk penelitian lanjutan di masa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Saya ucapkan Wabillahi Taufiq Wali’daya, Asslammualaikum Wr,Wb.
Medan, Mei 2014
Penulis
(9)
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR GAMBAR ... v
... DAFTAR TABEL ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Batasan Penelitian ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Analisis SWOT ... 9
(10)
2.1.2 Pengamatan Lingkungan ... 12
2.1.2.1 Variabel-variabel Lingkungan... 12
2.1.2.2 Analisis Lingkungan Internal ... 13
2.1.2.3 Analisis Lingkungan Eksternal ... 15
2.2 Strategi ... 19
2.2.1 Penegrtian Strategi ... 19
2.2.2 Tipe Strategi ... 20
2.3 Bisnis ... 22
... 2.3.1 Pengertian Bisnis ... 22
2.3.2 Strategi Bisnis ... 22
2.4 Pengembangan Usaha ... 22
2.4.1 Pengertian Pengembangan Usaha ... 22
2.4.2 Tipe-tipe Pengembangan Usaha ... 22
2.4.3 Teknik Pengembangan Usaha ... 23
2.4.4 Tahapan Pengembangan Usaha ... 24
2.5 Pengertian Meubel ... 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27
3.2 Lokasi Penelitian ... 27
3.3 Informan Penelitian ... 27
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28
3.5 Defenisi Konsep ... 29
3.6 Teknik Analisis Data ... 30
3.6.1 Tahapan Pengumpulan Data ... 32
3.6.1.1 Matriks IFAS ... 33
3.6.1.2 Matriks EFAS ... 36
3.6.2 Tahapan Analisis ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 46
4.1.2 Lokasi Usaha ... 49
4.1.3 Visi dan Misi ... 49
4.1.4 Struktur Organisasi ... 50
4.1.5 Kegiatan Produksi. ... 50
(11)
4.2.1 Analisis Lingkungan Usaha ... 54
4.2.1.1 Analisis Lingkungan Internal ... 54
4.2.1.2 Analisis Lingkungan Eksternal ... 61
4.2.2 Karakteristik Informan ... 70
4.3Analisis Data ... 72
4.3.1 Analisis SWOT ... 72
4.3.1.1 FAktor Strategi Internal ... 72
4.3.1.2 Faktor Strategi Eksternal ... 77
4.3.2 Matriks Penggabungan IFAS + EFAS ... 82
4.3.3 Kuadran SWOT ... 85
4.3.4 Matriks SWOT ... 88
4.4 Pembahasan ... 97
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 101
5.2 Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kekuatan Pesaing Industri ...17
Gambar 3.1 Kuadran SWOT ...42
Gambar 4.1 Analisis Diagram SWOT usaha meubel BM. Suka Piring ...86
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Matriks Internal Factors Analiysis Summary (IFAS) ...33
Tabel 3.2 Matriks Eksternal Factors Analysis Summary (EFAS) ...38
Tabel 3.3 Analisis SWOT (IFAS + IFAS) ...40
Tabel 3.4 Matriks SWOT ...44
(13)
Tabel 4.2 Matriks IFAS usaha meubel BM. Suka Piring...76
Tabel 4.3 Matriks EFAS usaha meubel BM. Suka Piring...81
Tabel 4.4 Matriks Penggabungan IFAS + EFAS ………..84
Tabel 4.5 Matriks SWOT usaha meubel BM. Suka Piring ...93
(14)
ABSTRAK
ANALISIS SWOT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN BISNIS MEUBEL
BM. JL. JAMIN GINTING NO. 580 MEDAN Nama : Dewi Fajar Rastiti
Nim : 100907014
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Administrasi Niaga/Bisnis Pembimbing : Drs. Posma Lumban Raja, M.S.i
Seiring dengan perkembangan situasi global dan lokal yang kurang menguntungkan bagi dunia bisnis, perusahaan-perusahaan dewasa ini dituntut agar lebih inovatif dan kreatif dalam bersaing, termasuk usaha meubel BM. Suka Piring. Perilaku konsumen yang menuntut perusahaan untuk lebih responsif dalam mengantisipasi permintaan. Tanpa adanya perencanaan strategi yang cerdas maka sistem perusahaan manufaktur tidak mampu bersaing dalam duna bisnis pada masa sekarang ini. Oleh karena itu, perusahaan manufaktur harus dapat menyusun strategi dan langkah-langkah yang kongkrit dan tepat untuk berkompetisi agar dapat bertahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal usaha meubel BM. Suka Piring dan untuk menentukan strategi yang tepat dalam upaya pengembangan usaha meubel BM. Suka Piring agar dapat bertahan dan bersaing dengan usaha sejenis lainnya. Serta menentukan strategi bisnis yang diterpakan dalam perusahaan berdasarkan diagram analisis SWOT, IFAS, EFAS.
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan analisa data kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, sdan tudi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan metode matriks IFAS dan EFAS, matriks penggabungan IFAS + EFAS, kuadran SWOT, dan matriks SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini kemampuan internal usaha meubel BM. Suka Piring tidak memadai untuk peluang pasar yang besar, sehingga di perlukan diadakannya peningkatan pada lingkungan internal agar dapat tetap bertahan. Berdasarkan analisis bahwa strategi yang tepat diterapkan yaitu strategi agresif atau strategi pertumbuhan, yaitu dapat meningkatkan volume penjualan dan memperluas pangsa pasar dengan cara meningkatkan kelemahan-kelemahannya untuk menghadapi pangsa pasar yang besar.
(15)
Kata Kunci: Analisis SWOT, Pengembangan Bisnis, Toko Meubel
ABSTRACT
SWOT ANALYSIS OF BUSINESS DEVELOPMENT EFFORTS IN FURNITURE BM. SUKA PIRING Jl. JAMIN GINTING No. 580 MEDAN
Name : Dewi Fajar Rastiti Nim : 100907014
Faculty : Social and Political Sciences Departement : Science Administration Business Advisor : Drs. Posma Lumban Raja, M.S.i
Along with the development of global and local situations that are less profitable for the business world, companies today are required to be more innovative and creative in competing, including furniture businesses BM. Suka Piring. Consumer behavior that requires the company to be more responsive in anticipation of demand. Without smart planning strategy the company's manufacturing system is not able to compete in the business duna at the present time. Therefore, manufacturing companies must be able to develop strategies and concrete steps and the right to compete in order to survive.
The purpose of this study was to determine the environmental condition of the internal and external environment BM furniture business. Dishes like and to determine the right strategy in BM furniture business development efforts. Dishes like to be able to survive and compete with other similar businesses. And determine the business strategy of the company diterpakan based SWOT analysis diagram, IFAS, EFAS.
Form of research used in this study was descriptive using qualitative data analysis. Methods of data collection by observation, interview, kand Tudi documentation. Analysis using matrix method IFAS and EFAS, IFAS + EFAS matrix incorporation, quadrant SWOT and SWOT matrix.
The results show that the current internal capabilities BM furniture business. Dishes like inadequate for a large market opportunity, so in need of holding the increase in the internal environment in order to survive. Based on the analysis that applied the right strategy is an aggressive strategy or growth strategy, which can increase sales volume and expand market share by increasing its weaknesses to deal with a large market share.
(16)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan situasi global dan lokal yang kurang menguntungkan bagi dunia bisnis, perusahaan-perusahaan dewasa ini dituntut agar lebih inovatif dan kreatif dalam bersaing. Ditambah lagi dengan perilaku konsumean yang tidak menentu akan mempengaruhi tingkat permintaan yang terjadi sehingga menuntut perusahaan untuk lebih responsif dalam mengantisipasi permintaan. Oleh karena itu, suatu sistem manufaktur harus dapat menyusun sebuah strategi dan langkah-langkah yang kongkrit dan tepat untuk berkompetisi agar tetap dapat bertahan. Tanpa adanya perencanaan strategi yang cerdas maka sistem manufaktur tidak akan mampu bersaing dalam dunia bisnis pada masa sekarang ini.
Tujuan utama dari perusahaan adalah menghasilkan produk yang dapat mendatangkan keuntungan yang tinggi sesuai dengan selera pasar, mempunyai mutu yang baik, dan tersedia dalam waktu yang tepat.tersebut maka perusahaan harus selalu berusaha untuk mengelola unsur-unsur yang terdapat dalam sistem produksi secara optimal.
(17)
Tingginya persaingan bisnis meubel di Indonesia semakin lama semakin tinggi di karena yaitu: Pertama, kondisi itu dipicu oleh derasnya produk-produk impor yang membanjiri pasar domestik yang memberikan model, kualitas, dan harga yang bersaing. Kedua, bertambahnya pesaing-pesaing baru uhasa sejenis, dan Ketiga, adanya tuntutan konsumen yang semakin selektif dalam memilih produk dengan kualitas tinggi dan harga yang lebih murah. Hal ini, membuat pengusaha meubel dibutuhkan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tetapi juga sebagai pengusaha yang memberikan nilai tersendiri untuk memberikan fashion dan gaya hidup masyarakat.
Akan tetapi, usaha bisnis meubel pada saat sekarang ini memberikan dampak positif terhadap kehidupan masyarakat dalam pengadaan tenaga kerja atau mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan pengusaha maupun pelaku usaha yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung seperti pemasok bahan baku seperti: alat-alat bangunan, alat-alat menjahit, panglong meubel, pengangkutan serta para penyedia jasa lainnya yang berhubungan dengan adanya usaha meubel. Disamping itu, usaha meubel ini juga berdampak positif terhadap kehidupan sosial masyarakat serta terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bagi pemerintah daerah setempat. Dampak positif inilah yang memacu produksi usaha meubel di Indonesia semakin lama semakin meningkat.
(18)
Meubel merupakan usaha yang sangat diminati di era ini. Meubel merupakan elemen pendukung dalam menambah nilai estetika dari rumah, kantor, dan gedung-gedung terlebih untuk meningkatkan prestise tersendiri. Meubel kini telah menjadi produk fashion, mode, dan gaya hidup. Berbagai macam style dan gaya tersendiri yang ditawarkan dari model-model meubel membuat usaha meubel semakin berkembang. Karena setiap individu atau individu lain memiliki selera dan keinginan yang berbeda sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Selain kegunaannya, meubel juga memiliki fungsi utama dan tambahan dalam faktor pertumbuhan, yang pertama adanya kebutuhan rutin oleh masyarakat/ lembaga-lembaga lainnya. Yang kedua, dimana setiap rumah yang akan dihuni terlebih dahulu dilengkapi oleh perabot-perabot yang dibutuhkan.Ditambah dengan semakin menigkatnya pertumbuhan masyarakat maka semakin banyaknya bangunan-bangunan dan perumahan-perumahan yang dibangun pada saat sekarang, ini merupakan peluang besar bagi usaha meubel untuk lebih berkembang dan berkarya dalam usahanya. Selain itu, ketersediaan barang mebel juga sudah semakin tinggin sehingga dimana saja, kapan saja, dan pada tingkat harga berapa saja, masyarakat dengan mudah dapat memperolehnya.
Persaingan antara bisnis sejenis semakin ketat diakibatkan karena munculnya berbagai macam usaha yang sejenis seperti meubel lain yang menjual produk siap langsung jual kepada pembeli sehingga pembeli langsung memilih produknya tanpa
(19)
harus menunggu lama. Agar dapat bertahan, perusahaan diharapkan agar mampu menciptakan produk-produk yang lebih inovatif dan unik untuk menarik konsumen, serta ide-ide yang kreatif agar tetap dapat bertahan.
Banyak perubahan yang mungkin terjadi didalam lingkungan bisnis baik itu dari internal maupun eksternalnya. Adapun strategi yang dapat dijalankan oleh manajemen perusahaan, salah satu yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan yaitu dengan menyusun strategi yang cocok dengan menganalisa faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan. Dengan begitu, maka suatu perusahaan dapat mengetahui apa yang menjadi peluangnya (opportunity) dan ap yang menjadi ancamannya (threats). Setelah menganalisis lingkungan eksternal, maka perusahaan dapat lebih meningkatkan lingkungan internal seperti kekuatan (strength) dan meminimalisir kelemahan (weakness) sehingga perusahaan dapat menghadapi pesaingnya.
Salah satu usaha meubel yang terletak di Jl. Jamin Ginting Medan yaitu usaha meubel BM. Suka Piring. Keberadaan usaha meubel BM. Suka Piring banyak memberikan tantangan yang besar untuk bertahan terkait dengan pertumbuhan masyarakat disekitarnya. Usaha meubel BM. Suka Piring sudah lama berdiri di kota Medan sejak tahun 1965. Usaha meubel ini berlokasi di Jl. Jamin Ginting No. 580 Medan. Toko ini di dirikan oleh bapak Benda Malem Suka Piring, toko ini menjual dan memproduksi barang setengah jadi menjadi barang siap pakai dengan menggunakan bahan-bahan yang berkualitas, serta mereparasi segala bentuk sofa
(20)
yang rusak menjadi siap pakai kembali seperti baru. Toko ini selain menjual dan memproduksi barang setengah jadi menjadi siap pakai juga menerima tempahan dan memperbaiki perabot-perabot yang sudah rusak menjadi bagus kembali seperti jenis-jenis sofa, lemari, meja makan dan sebagainya. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan semua jenis perabot BM. Suka Piring yaitu bahan-bahan dari kayu, kain, kaca, busa dan lain-lain untuk melengkapi perabot tersebut. Selain itu pemasaran yang digunakan dalam BM. Suka Piring ini yaitu pemasaran dari mulut ke mulut serta berorientasi produksi dalam pasar lokal saja tidak sampai ke luar negeri.
Adapun penelitian terdahulu dalam penelitian ini adalah :
1. Yulie A.C Hutagalung (2013) denagn judul “Strategi Pengembangan Bisnis Studi Pada RM. Minang Setia Jl. Djamin Ginting no. 326, Medan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang perlu diterapkan untuk strategi pengembangan bisnis Rm. Minang Setia jl. Djamin Ginting No. 326, Medan adalah stategi agresif yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
2. Fery Haryanto (2006) dengan judul “Pemilihan Strategi Bersaing Dengan Menggunakan Analisis SWOT Untuk Meningkatkan Penjualan dan Pengembangan Usaha Pada PT. Cifiko Utama Chemical”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(21)
kesempatan (opportunity) perusahaan untuk berkembang dan bersaing dengan perusahaan lain adalah tinggi.
3. Sheila Desire (2009) dengan judul “Analisis AWOT Pada Toko Lestari Rattan And Furniture Jl. Gatot Subroto no. 457 Medan”.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis SWOT yang ada pada Toko Lestari Rattan and Furniture. Analisis
SWOT merupakan penilaian lingkungan internal berupa kekuatan (strength) dan
kelemahan (weakness) serta lingkungan eksternal berupa peluang (opportunity) dan ancaman (treath). Analisis SWOTakan menghasilkan strategi yang tepat bagi perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis SWOT yang dilakukan oleh Bapak Ngatimin sebagai pemilik selama ini sudah tepat untuk Toko Lestari Rattan and Furniture. Strategi yang digunakan sudah cukup baik, akan tetapi masih perlu adanya evaluasi strategi dan mendapatkan strategi yang paling tepat.
4. Anggreni Sianipar (2009) dengan judul “Strategi SWOT Dalam Peningkatan Volume Penjualan Pada Minimarket Surya Swalayan Jl. Setia Budi Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi peningkatan volume penjualan. Berdasarkan hasil analisis penelititan menggunakan matriks SWOT yang memadukan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman minimarket, usaha ini berkembang dengan baik dan mengalami peningkatan volume penjualan yang dapt dilihat dari omset yang di dapat oleh toko ini.
(22)
5. Yarsyud Fikri Abdillah (2009) dengan judul “Analisis SWOT Untuk Pengembangan Strategi Bisnis Usaha Rumah Kost (Daerah Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi faktor lingkungan internal dan eksternal usaha rumah kost tersebut, dan menetukan strategi yang tepat untuk meningkatkan pendapatannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini kemampuan internal usaha rumah kost kelas C Kelurahan Padang Bulan Medan tidak memadai untuk peluang pasar yang besar, sehingga perlu diadakannya peningkatan kemampuan internal. Dan strategi yang harus diterapkan oleh usaha rumah kost kelas C adalah strategi Trun-Around, yaitu meningkatkan kelemahan-kelemahannya untuk menghadapi peluang pasar yang besar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian, yaitu:
1. Apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam usaha meubel BM. Suka Piring Medan?
2. Bagaimana upaya dan strategi yang tepat dalam mengembangkan usaha meubel BM. Suka Piring Medan?
(23)
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka peneliti membuat tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal usaha meubel BM. Suka Piring Medan
2. Untuk menentukan strategi yang tepat dalam upaya pengembangan usaha meubel BM. Suka Piring Medan
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis dalam penelitian ini. Yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Objek penelitian ini adalah usaha meubel BM. Suka Piring yang terletak di Jl. Jamin Ginting No. 580 Medan.
2. Penelitian ini hanya menganalisis apa-apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman usaha meubel BM. Suka Piring Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
(24)
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengusaha bisnis meubel dalam mengembangkan usahanya.
2. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan peneliti untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh selama dibangku perkuliahan.
3. Bagi Departemen Ilmu Administrasi Bisnis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi serta referensi bagi penelitian lain di masa yang akan datang.
(25)
23
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Analisis SWOT
2.1.1 Pengertian Analisis SWOT
Bisnis yang baik jika bisnis tersebut memiliki strategi yang baik pula dalam menjalankan usahanya. Menurut Freddy Rangkuti (2009: 18) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strenghths dan Weaknesses serta lingkungan Eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi
(26)
dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal Kekuatan (strengths) dan Kelemahan (weaknesses).
Menurut Kotler (2009: 51) Analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunity, Threaths) merupakan cara untuk mengamati lingkungan pemasaran eksternal dan internal.
Menurut Gitosudarmo (2001: 115) Kata SWOT merupakan pendekatan dari Strenghts, Weakness, Opportunity, and Threats, yang dapat diterjemahkan menjadi : Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Terjemahan tersebut sering disingkat menjadi “KEKEPAN”. Dalam metode atau pendekatan ini kita harus memikirkan tentang kekuatan apa saja yang kita miliki, kelemahan apa saja yang melekat pada diri atau perusahaan kita kemudian kita juga harus melihat kesempatan atau opportunity yang terbuka bagi kita dan akhirnya kita harus mampu untuk mengetahui ancaman, gangguan, hambatan serta tantangan (AGHT) yang menghadang di depan kita.
Sebelum melakukan pola pikir pendekatan analisa SWOT ini di bagi menjadi 3 aspek. Adapun ketiga aspek dalam analisa SWOT ini adalah terdiri dari :
(27)
Dalam aspek global ini kita harus mengetahui SWOT atau KEKEPAN kita yang berkaitan dengan aspek global, aspek yan bersifat garis besar, yang kadang-kadang bersifat internasional serta tidak jarang bernuansa religius. Aspek global ini sangat berkaitan dengan “Misi” dan “Visi” yang harus dikembangkan oleh perusahaan kita.
2. Aspek Strategis
Aspek strategi ini merupakan penjabaran yang lebih rinci kedalam rencana kerja yang lebih bersifat jangka menengah (biasanya 5 tahunan) guna merealisasikan apa yang sudah dirumuskan oleh rencana global di atas. Dalam tahap strategis ini kita harus mampu untuk memikirkan berbagai alternatif strategi yang mungkin dapat kita lakukan untuk merealisasikan rancangan global, dengan tetap memperhatikan SWOT yang ada pada organisasi.
3. Aspek Operasional
Aspek operasional merupakan aspek yang bersifat jangka pendek atau tahunan, atau bahkan kurang dari setahun. Rencana operasional ini akan menjabarkan secara operasional serta rinci terhadap rencan strategis. Operasionalisasi terhadap strategi yang dipilih dan ditetapkan harus ditindak lanjuti dalam bentuk keterampilan atau keahlian yang harus dikuasai, bentuk-bentuk latihan yang harus dilaksanakan, alat-alat macam
(28)
apa yang harus disiapkan, begitu pula siapa personalis yang harus melakukannya dan sebagainya.
2.1.2 Pengamatan Lingkungan
Sebelum perusahaan dapat memulai perumusan strategi, manajemen harus mengamati lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi kesempatan dan ancaman yang mungkin terjadi. Pengamatan lingkungan adalah pemantauan, pengevaluasian dan penyebaran informasi dari lingkungan eksternal kepada orang-orang kunci dalam perusahaan. Pengamatan lingkungan adalah alat manajemen untuk menghindari kejutan strategis dan memastikan kesehatan manajemen dalam jangka panjang. Penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara pengamatan lingkungan dengan laba (Hunger, 2003: 113).
2.1.2.1 Variabel-variabel Lingkungan
Menurut Hunger (2003: 113) Dalam melakukan pengamatan lingkungan, manajer strategis pertama-tama harus mengetahui berbagai variabel yang ada dalam lingkungan sosialndan lingkungan kerja. Lingkungan sosial termasuk kekuatan umum yang secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas-aktivitas organisasi jangka pendek tetapi dapat sering kali dapat mempengaruhi keputusan jangka panjang, yaitu:
1. Kekuatan Ekonomi yang mengatur pertukaran material, uang, energi, dan informasi
(29)
2. Kekuatan Teknologi yang menghasilkan penemuan pemecahan masalah
3. Kekuatan Hukum-Politik yang mengalokasikan kekuasaan dan menyediakan pemaksaan dan perlindungan hukum dan aturan-aturan
4. Kekuatan Sosiokultural yang mengatur nilai-nilai, adat istiadat dan kebiasaan lingkungan
Lingkungan kerja termasuk elemen-elemen atau kelompok yang berpengaruh langsung pada perusahaan dan pada gilirannya akan mempengaruhi oleh perusahaan. Lingkungan ini terdiri dari pemerintah, komunitas lokal, pemasok, pesaing, pelanggan, kreditur, tenaga kerja/serikat buruh, kelompok kepentingan khusus dan asosiasi perdagangan. Lingkungan kerja perusahaan umumnya adalah industri dimana perusahaan dioperasikan. Manajer yang memonitor baik lingkungan sosial mapun kerja untuk mendeteksi faktor-faktor strategis yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan dan kegagalan perusahaan.
2.1.2.2 Analisis Lingkungan Internal
Menurut Jatmiko (2004: 68) Analisis lingkungan internal disebut juga analisis kekuatan dan kelemahan perusahaan, analisis kapabilitas dan budaya organisasi, atau kadang juga disebut analisis jati diri organisasi/perusahaan merupakan analisis mengenai sumberdaya perusahaan, dan peluang-peluang
(30)
industri. Adapun identifikasi faktor yang terdapat dalam lingkungan internal perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Aspek Pemasaran
Pemasaran adalah proses penentuan, pengantisipasian, penciptaan, dan pemenuhan keinginan dalam kebutuhan pelanggan atas produk atau jasa.
2. Aspek Keuangan dan Akuntansi
Kondisi keuangan seringkali dipertimbangkan sebagai ukuran yang terbaik kekuatan ata posisi persaingan perusahaan dan daya tarik utama bagi para investor. Penetapan kekuatan dan kelemahan keuangan organisasi/perusahaan merupakan hal yang penting dalam formulasi strategi secara efektif.
3. Aspek Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan faktor lingkungan internal dalam perusahaan yang menjalankan seluruh aktivitas-aktivitas di dalam perusahaan. Perusahaan dapat bekerja dengan baik apabila memiliki sumber daya manusia yang memiliki kapabilitas, keahlian dalam bersaing, dan manajemen yang baik.
(31)
Aktivitas-aktivitas produksi merupakan gambaran bagian terbesar dari sumberdaya manusia dan modal suatu organisasi. Penelitian dan pengembangan secara spesifik uga mempengaruhi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Perusahaan yang yang sedang menerapkan strategi pengembangan produk membutuhkan fungsi R&D yang kuat. 5. Aspek Sistem Informasi
Sistem informasi merupakn suatu istilah yang berhubungan dengan mekanisme formal dimana setiap organisasi sebaiknya menggunakan sistem informasi untuk memperoleh informasi tentang lingkungan eksternal yang relevan dan tentang kapabilitas internal organisasi itu sendiri.
2.1.2.3 Analisis Lingkungan Eksternal
Lingkungan Eksternal bisa dikatakan sebagai komponen-komponen atau variabel lingkungan yang berada atau berasal dari luar organisasi/perusahaan. Komponen tersebut cendrung berada di luar jangkauan organisasi, artinya organisasi/perusahaan tidak bisa melakukan intervensi terhadap komponen-komponen tersebut. Komponen itu lebih cenderung diperlukan sebagai sesuatu yang given atau sesuatu yang mau tidak mau harus diterima, tinggal bagaimana organisasi berkompromiatau menyiasati komponen-komponen tersebut.(Dirgantoro ,2004: 40)
(32)
Menurut Jatmiko (2004: 38) analisis lingkungan eksternal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Lingkungan Eksternal Makro
Faktor-faktor lingkungan eksternal adalah terdiri dari :
a. Faktor Fisik
Lingkungan fisik merupakan hubungan timbal-balik antara perusahaan dengan lingkungan hidupnya atau ekologinya.
b. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi mencakup tingkat inflasi, tingkat bunga, defisit atau surflus neraca perdagangan, defisit atau surplus anggaran, tingkat simpanan pribadi, tingkat simpanan perusahaan dan produk domestik bruto.
c. Faktor Sosial
Faktor ekonomi mencakup wanita dalam angkatan kerja, variasi dalam angakatan kerja, perilaku atas kualitas kerja, pertimbangan mengenai lingkungan dalam prepensi mengenai karakteristik produk dan jasa. d. Faktor Politik dan Hukum
Faktor politik dan hukum mencakup hukum perpajakan, filosofi, hukum pelatihan tenaga kerja, kebijakan dan filosofi pendidikan.
(33)
e. Faktor Teknologi
Faktor teknologi mencakup inovasi produk, inovasi proses, aplikasi pengetahuan, fokus pada penelitian pengembangan yang didukung pemerintah maupun swasta, dan teknologi komunikasi baru.
f. Faktor Demografis
Faktor demografis mencakup besarnya populasi, struktur usia, distribusi geografi, komposisi etnis, dan distribusi pendapatan.
2. Lingkungan Eksternal Mikro
Menurut Jatmiko (2004: 44) Lingkungan industri disebut juga dengan lingkungan kompetitif yang merupakan lingkungan eksternal yang paling penting bagi kebanyakan manajer dan perumusan manajemen stratejik suatu perusahaan untuk dianalisis secara mendalam. Lingkungan eksternal mikro merupakan lingkungan eksternal yang dimana perusahaan mempunyai sedikit kemampuan untuk mengendalikan atau mempengaruhi yang dapat dilihat pada gambar 2.1.
(34)
Gambar 2.1 Kekuatan Pesaing Industri
P
Sumber: Jatmiko (2004: 46)
Kekuatan persaingan industri terdapat beberapa unsur anatara lain:
a. Ancaman Pendatang Baru
Pendatang baru dalam suatu industri biasanya membawa dan menambah kapabilitas baru, keinginan mendapatkan pangsa pasar (market share), dan juga sumberdaya baru. Berat ringannya ancaman pendatang baru tergantung pada
Pendatang Baru
Pembeli/Pelanggan
Pemasok
Pesaing diantara
perusahaan
sejenis
(35)
hambatan masuk dan reaksi dari para pesaing yang telah ada dimana pendatang baru akan memasuki industri tinggi dan pendata tersebut. jika hambatan masuk ke industri atau pasar baru dapat dikalahkan oleh para pesaing yang telah ada, maka perusahaan secara nyata tidak akan mendapatkan ancaman serius dari pendatang baru.
b. Kekuatan Pemasok (Powerful Of Suppliers)
Pemasok menyediakan dan menawarkan input yang diperlukan untuk memproduksi barang atau menyediakan jasa oleh industrin atau perusahaan. Apabila pemasok mampu mengendalikan perusahaan dalam hal penyediaan input, sedang industri tidak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pemasok maka posisi tawar industri menjadi lemah dan sebaliknya posisi tawar menjadi kuat.
c. Kekuatan Pembeli/Pelanggan (Power Of Buyers)
Dalam pembelian terdapat dua jenis pelanggan yang dimaksud yaitu yang terdiri dari pelanggan individual dan pelanggan organisasi. Dalam industri tertentu mungkin terdapat beberapa perantara pelanggan antara indusrtri atau pemakai akhir atau konsumen akhir, namun juga ada industri atau perusahaan yang menjual secar langsung kepada konsumen akhir.
(36)
d. Ancaman Produk Pengganti
Produk pengganti dapat memberikan pilihan bagi pelanggan/pembeli dan akan mengurangi keuntungan perusahaan.
e. Pesaing Dalam Industri
Analisis pesaing memungkinkan suatu organisasi menilai apakah organisasi tersebut dapat bersaing dengan sukses di dalam atau pasar yang memberikan peluang-peluang keuntungan.
2.2 Strategi
2.2.1 Pengertian Strategi
Menurut Pandji Anoraga, (1997: 338) disebutkan ada beberapa pengertian strategi yaitu sebagai berikut:
1. Menurut Alfred Chandler (1962):
Strategi adalah penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan, dan arah tindakan serta lokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu.
2. Menurut Kenneth Andrews (1971):
Strategi adalah pola sasaran, maksud atau tujuan dan kebijakan, serta rencana-rencana penting untuk mencapai tujuan itu, yang dinyatakan dengan
(37)
cara seperti menetapkan bisnis yang dianut atau yang akan dianut oleh perusahaan, dan jenis atau akan menjadi jenis apa perusahaan itu.
Menurut Jatmiko (2004: 134), strategi merupakan serangkaian komitmen dan tindakan yang teritegrasi dan terkoordinasi yang dirancang untuk mengeksploitasi ini (core competence) dan mendapatkan keunggulan kompetitif.
Menurut Jhonson dan Scholes (1993) dalam buku Triton (2007: 15) Strategi adalah arah dan cakupan organisasi yang secara ideal untuk jangka yang lebih panjang, yang menyesuaikan sumberdayanya dengan lingkungan yang berubah, dan secara khusus, dengan pasarnya, dengan pelanggan dan kliennya untuk memenuhi harapan stakeholder.
Menurut Lawrence dan Glueck (1998: 12) Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan tepadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.
2.2.2 Tipe-tipe Strategi
Menurut Miles dan Snow dalam buku J. David Hunger dan Thomas L. Wheelen (2003: 135) perusahaan pesaing dalam suatu industri dapat dikelompokkan berdasarkan orientasi strategis umum mereka sebagai salah satu tipe dari empat tipe
(38)
dasar strategis. Adapun tipe-tipe umum strategis terdiri dari beberapa karakteristik sebagai berikut:
1. Strategi Diferensiasi adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki lini produk terbatas dab berfokus pada efesiensi kegiatan-kegiatan operasi mereka yang telah ada. Orientasi pada harga tersebut, membuat perusahaan tidak suka melakukan inovasi pada daerah-daerah yang baru.
2. Strategi Fokus adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki line produk luas, dan berfokus pada inovasi produk dan peluang-peluang pasar. Orientasi pada penjualan membuat mereka tidak efesin.
3. Strategi Analyzers adalah perusahaan yang beroperasi paling sedikit pada dua wilayah pasar produk yang berbeda, satu stabil dan satu variabel. Perusahaan-perusahaan tipe ini menekankan pada efesiensi pada area yang stabil dan inovasi pada area variabel.
4. Strategi Reactors adalah perusahaan-perusahaan yang kurang memiliki kosistensi hubungan antara strategi, struktur, dan budaya. Tanggapan-tanggapan mereka (sering tidak efesien) terhadap tekanan-tekanan lingkungan.
(39)
2.3 Bisnis
2.3.1 Pengertian Bisnis
Menurut Hughes dan Kapoor dalam Widiyono (1998: 21), bisnis adalah suatu kegiatan usaha yang tersusun sistematis dan terorganisir untuk menghasilkan barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. 2.3.2 Strategi Bisnis
Menurut Jatmiko (2003: 135), strategi bisnis adalah serangkaian komitmen dan implementasi yang menyatu secara utuh dan terkoordinasi untuk memberikan nilai yang lebih bagi pelanggan dan keunggulan kompetitif bagi perusahaan dengan tujuan mengeksploitasi kompetensi yang dimiliki dalam menghasilkan barang dan jasa.
2.4 Pengembangan Usaha
2.4.1 Pengertian Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha berarti usaha yang akan dibangun merupakan bagian dari entitas usaha yang sudah ada sebelumnya (Ahmad Subagyo, 2008: 29).
2.4.2 Tipe-tipe Pengembangan Usaha
Dalam Ahmad Subagyo, (2008: 29) disebutkan bahwa ada 2 tipe dalam pengembangan usaha yaitu:
(40)
a. Pengembangan Vertikal
Pengembangan Vertikal adalah perluasan usaha dengan cara membangun unit bisnis baru yang masih memiliki hubungan langsung dengan bisnis utamanya.
b. Pengembangan Horizontol
Pengembangan Horizontal adalah pembangunan usaha baru yang bertujuan memperkuat bisnis utama untuk mendapatkan keunggulan komparatif yang secara line produk tidak memiliki hubungan dengan core bisnisnya.
2.4.3 Teknik Pengembangan Usaha
Menurut Suryana (2013: 156), pengembangan usaha dapat dilakukan dengan sebagai berikut:
a. Peningkatan Skala Ekonomis
Peningkatan skala ekonomis dapat dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga kerja, teknologi, sistem distribusi, dan tempat usaha.
Peningkatan skala ekonomis dilakukan apabila perluasan usaha atau peningkatan output akan menurunkan biaya jangka panjang yang berarti mencapai skala ekonomis (economic of scale). Sebaliknya, jika peningkatan output mengakibatkan peningkatan biaya jangka panjang (diseconomic of scale), maka tidak baik untuk dilakukan. Dengan kata lain, bila produk barang dan jasa yang dihasilkan sudah mencapai titik
(41)
paling efesien, maka memperluas skala ekonomi tidak bias dilakukan sebab akan mendorong kenaikan biaya.
b. Perluasan Cakupan Usaha
Perluasan cakupan usaha dilakukan dengan menambah jenis usaha baru, produk, dan jasa yang berbeda dari yang sekarang diproduksi (difersifikasi), serta dengan teknologi berbeda.
2.4.4 Tahapan pengembangan Usaha
Menurut Pandji Anoraga (2007: 145), ada beberapa tahapan pengembangan usaha antara lain:
Tahap I: Indentifikasi Peluang
Perlu mengidentifikasi peluang dengan mendukung data dan informasi. Informasi biasanya dapat diproleh dari berbagai sumber seperti:
1. Rencana Perusahaan
2. Saran dan usul manajemen usaha kecil 3. Program dan pemerintah
4. Hasil berbagai riset peluang usaha 5. Kadin atau asosiasi usaha sejenis
(42)
Tahap II: Merumuskan Alternatif Usaha
Setelah informasi terkumpul dan dianalisis maka pimpinan perusahaan atau manajer usaha dapat dirumuskan usaha apa saja yang mungkin dapat dibuka.
Tahap III: Seleksi Alternatif
Alternatif yang banyak selanjutnya harus dipilih satu atau beberapa alternatif yang baik dan prospektif. Untuk usaha yang prospektif dasar pemilihannya antara lain dapat menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Ketersedian Pasar 2. Resiko Kegagalan 3. Harga
Tahap IV: Pelaksanaan Alternatif Terpilih
Setelah penentuan alternatif terpilih maka tahap selanjutnya pelaksanaan usaha yang terpilih tersebut.
Tahap V: Evaluasi
Evaluasi dimaksud untuk memberikan koreksi dan perbaikan terhadap usaha yang dijalankan. Disamping itu juga diarahkan untuk dapat memberikan masukan bagi perbaikan pelaksanaan usaha selanjutnya.
(43)
2.5 Pengertian Meubel
Kata Furniture dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi mebel. Istilah “mebel” digunakan karena sifat bergeraknya atau mobilitasnya sebagi barang lepas di dalam interior arsitektural. Kata mebel berasal dari bahasa Prancis yaitu maubel, atau bahasa Jerman yaitu mobel (Baryl, 1977: 26) dalam buku Eddy S. Marizar.
Pengertian mebel secara umum adalah benda pakai yang dapat dipindahkan, berguna bagi kegiatan hidup manusia, mulai dari duduk, tidur, bekerja, makan, bermain, dan sebagainya, yang memberi kenyamanan dan keindahan (Baryl, 1977: 26) dalam buku Eddy S. Marizar.
(44)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 JenisPenelitian
Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang melihat kebenaran secara menyeluruh dan teliti dari suatu keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian kualitatif dilakukan penelitian secara deskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, bukan angka.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini adalah usaha meubel BM.Suka Piring Jl. Jamin Ginting No. 580 Medan.
3.3 Informan Penelitian
Informan adalah interview (yang ditanya atau sumber data informasi) yang dapat memberikan data atau keterangan atas keadaan orang diri orang lain disituasi-situasi lingkungannya (Situmorang, 2008: 209). Pada penelitian ini informan yang digunakan oleh peneliti adalah:
(45)
1. Informan Kunci (Key Informan)
Orang yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, informan kunci adalah Bapak Benda Malem Suka Piring sebagai pemilik usaha meubel BM. Suka Piring.
2. Informan Utama
Orang yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam penelitian informan utama adalah pekerja yang bekerja di BM. Suka Piring.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu:
1. Observasi, yaitu pengamatan langsung maupun secara tidak langsung terhadap usaha meubel Bm. Suka Piring yang ada di daerah Jl. Jamin Ginting Medan dan mengamati kegiatan usaha tersebut.
2. Wawancara, yaitu melakukan interview lansung kepada pemilik usaha meubel BM. Suka Piring Jl. Jamin Ginting Medan dan beberapa informan lainnya untuk menggali informasi serta data yang diperlukan terkait dengan objek penelitian.
(46)
3. Studi Dokumentasi, yaitu dengan memanfaatkan dokumen-dokumen tertulis yang berbentuk tulisan dan gambar yang berkaitan dengan aspek-aspek yang diteliti oleh peneliti.
3.5 Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian. Untuk lebih menyederhanakan masalah, maka peneliti mengemukakan konsep-konsep antara lain:
1. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
2. Strategi adalah penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan, dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu.
3. Pengembangan usaha berarti usaha yang akan dibangun merupakan bagian dari entitas usaha yang sudah ada sebelumnya.
4. Pengertian mebel secara umum adalah benda pakai yang dapat dipindahkan, berguna bagi kegiatan hidup manusia, mulai dari duduk,
(47)
tidur, bekerja, makan, bermain, dan sebagainya, yang member kenyamanan dan keindahan.
3.6 Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif Kualitatif. Analisis Deskriptif kualitatif adalah metode analisis yang mencari hubungan secara menyeluruh dan teliti dari suatu keadaan. Dalam hal ini data actual di kumpulkan, disusun, diklasifikasi untuk kemudian diinterpretasikan yang memungkinkan dilakukan pemecahan masalah yang diselidiki, sehingga memberikan gambaran dan informasi mengenai masalah tersebut.
Analisis SWOT adalah iindentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini berdasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan klemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT.
(48)
Analisis SWOT ini adalah membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weaknesses).
Dalam menganalisis data dengan teknik deskriftif kualitatif guna menjawab perumusan mengenai apa-apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh objek penelitian dan apa-apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang dihadapi oleh pembisnis tersebut.
Dalam penelitian dilakukan identifikasi variabel-variabel yang merupakan peluang dan ancaman ke dalam Matriks EFAS yang kemudian digunakan skala likert atas empat tingkat yang terdiri dari: Sangat baik (4), Baik (3), Cukup baik (2), dan Kurang baik (1), berupa Skala Likert Peluang dan Ancaman. Kemudian penelitian dilanjutkan dengan identifikasi variabel-variabel yang merupakan kekuatan dan kelemahan dari dalam objek kedalam Matriks IFAS yang kemudian digunakan skala likert atas empat tingkat yang terdiri dari: Sangat baik (4), Baik (3), Cukup baik (2), Kurang baik (1), berupa Skala Likert Kekuatan dan Kelemahan.
Selanjutnya, hasil penelitian dari masing-masing variabel pada matriks EFAS dan matriks IFAS digabungkan pada tabel penggabungan EFAS+IFAS. Dan hasil dari perhitungan tersebut, dituangkan dalam diagram SWOT yang berbentuk diagram cartesius.
(49)
Dari diagram SWOT tersebut, dapat diketahui hasil analisis SWOT sesuai dengan posisi dari hasil perhitungannya, yaitu:
Sebelah kiri atas −> Strategi Rasionalisasi (Turn-around)
Sebelah kiri atas −> Strategi agresif (Growth)
Sebelah kiri bawah −> Strategi Defensif
Sebelah kanan bawah −> Strategi Diversifikasi
3.6.1 Tahap Pengumpulan Data
Menurut Rangkuti (2009: 21) tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan internal.
Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan, seperti:
a. Analisis pasar b. Analisis kompetitor c. Analisis komunitas d. Analisis pemasok e. Analisis pemerintah
(50)
Data internal dapat diperoleh di dalam perusahaan itu sendiri, seperti:
a. Laporan keuangan (Neraca,Laba-Rugi, Cash-flow, struktur pendanaan)
b. Laporan kegiatan sumber daya manusia (jumlah karyawan, pendidikan, keahlian, pengalaman, gaji, turn-over)
c. Laporan kegiatan operasional d. Laporan kegiatan pemasaran
Adapun model yang digunakan dalan penelitian ini adalah:
a. Matrik Faktor Strategi Eksternal b. Matrik Faktor Strategi Internal
3.6.1.1 Matriks Faktor Analisis Internal (IFAS)
Analisis dengan menggunakan pembobotan dan penskoran dalam matriks IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menetukan variabel-variabel yang menjadi faktor internal. Setelah ditentukan variabel dari faktor internal tersebut, maka untuk mendapatkan nilai masing-masing variabek kekuatan dan kelemahan dilakukan pembobotan dan peringkat dengan menggunakan dengan Matriks IFAS.
(51)
Table 3.1 Matriks Internal Factors Analysis Summary (IFAS)
Faktor_Faktor Strategi Internal
Bobot Rating
Bobot X Rating
Komentar
Kekuatan
1 0,00 0 0,00
2 0,00 0 0,00
3 0,00 0 0,00
4 0,00 0 0,00
5 0,00 0 0,00
Kelemahan
1 0,00 0 0,00
2 0,00 0 0,00
3 0,00 0 0,00
4 0,00 0 0,00
5 0,00 0 0,00
Total 0,00 0 0,00
(52)
Kriteria dan Angka Penilaian: Kriteria Bobot:
Paling penting = 1,00 Kriteria Rating: Penting = 0,66-0,99 Sangat Baik = 4 Cukup Penting = 0,33-0,66 Baik = 3 Kurang Penting = 0,01-0,33 Cukup Baik = 2 Tidak Penting = 0,00 Kurang Baik = 1 Sumber: Rangkuti (2009: 25)
a. Matriks Internal Factors Analysis Summary (IFAS)
Setelah terkumpulnya data, tahap selanjutnya adalah pembobotan dan peringkat. Sehingga ditemukan nilai dari masing-masing faktor internal, yakni kekuatan dan kelemahan dengan menggunakan matriks Internal Factors Analysis Summary (IFAS).
Cara-cara penentuan Faktor Strategi Internal (IFAS) sebagai berikut:
1. Tentukan dan susunlah faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan pada kolom 1.
2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (tidak paling) sampai 0,0 (tidak penting), berdasrkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00.
(53)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variable yang bersifat positif (semua variable yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata indutri atau dengan pesaing utama. Jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan dibawah rata-rata industry, nilainya adalah 4.
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
5. Gunakan kolom 5 untuk menberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih, dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunujukkan bagaiman perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya.
3.6.1.2 Matriks Faktor Analisis Eksternal (EFAS)
Analisis dengan menggunakan penbobotan dan penskoran dalam matrik EFAS (External Factors Analysis Summary) dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan variabel-variabel yang menjadi faktor eksternal tersebut, maka untuk
(54)
mendapatkan nilai masing-masing variabel dari peluang dan ancaman dilakukan pembobotan dan peringkat dengan menggunakan matriks EFAS.
Cara-cara penentuan pembobotan dan penskoran Faktor Strategi Eksternal (EFAS) adalah sebagai berikut:
1. Tentukan dan susunlah faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan pada kolom 1.
2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 9tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat menberikan bentuk terhadap faktor strategis.
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala muali dari 4 (outstanding) sampai dengan (poor) berdasrkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating 1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya, yaitu jika nilai ancaman sangat besar, ratingnya adalah 1 tetapi jika nilai ancamannya sedikit rating adalah 4.
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
(55)
5. Gunakan kolom 5 untuk menberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih, dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunujukkan bagaiman perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya.
Tabel 3.2 Matriks Eksternal Factors Analysis Summary (EFAS) Faktor_Faktor
Strategi Internal (1)
Bobot (2)
Rating (3)
Bobot X Rating (4)
Komentar (5)
Peluang
1 0,00 0 0,00
2 0,00 0 0,00
3 0,00 0 0,00
4 0,00 0 0,00
5 0,00 0 0,00
Ancaman
1 0,00 0 0,00
2 0,00 0 0,00
(56)
4 0,00 0 0,00
5 0,00 0 0,00
Total 0,00 0 0,00
Sumber: Rangkuti (2009)
Kriteria dan Angka Penilaian: Kriteria Bobot:
Paling penting = 1,00 Kriteria Rating: Penting = 0,66-0,99 Sangat Baik = 4 Cukup Penting = 0,33-0,66 Baik = 3 Kurang Penting = 0,01-0,33 Cukup Baik = 2 Tidak Penting = 0,00 Kurang Baik = 1 Sumber: Rangkuti (2009: 24)
3.6.2 Tahapan Analisis
Setelah didapatkan matriks EFAS dan matriks IFAS maka untuk tahapan analisis selanjutnya akan dilakukan pengabungan sehingga menciptakan matriks penggabungan matriks EFAS+IFAS dan dilanjutkan dengan kuadran SWOT setelah itu diakhiri dengan Matriks SWOT untuk lebih mengembangkan strateginya.
1. Matriks Penggabungan EFAS + IFAS
(57)
IFAS. Bila dijumlahkan dan dibandingkan akan memberikan suatu alternatif bahwa analisis atau diagnosis ini benar terkait dengan permasalahan yang terjadi.
Tabel 3.3 Analisis SWOT (EFAS + IFAS) Sumber : Freddy Rangkuti (2009)
VARIABEL STRENGHT KEKUATAN
BOBOT WEAKNESS KELEMAHAN
BOBOT
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
SUB TOTAL (A) 0,00 SUB TOTAL (B) 0,00
VARIABEL OPPORTUNITY PELUANG
BOBOT THREAT ANCAMAN
BOBOT
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
SUB TOTAL (C) 0,00 SUB TOTAL D) 0,00
TOTAL S + O Atau (A) + (C)
0,00 TOTAL W + T
Atau (B) + (D)
(58)
Hasil akhir yang diperoleh adalah :
a. Bila S (A) + O (C) > W (B) + T (D) maka faktor strategi kekuatan dan peluang mendukung tercapainya jalan keluar dari pokok permasalan yang ada untuk mendapatkan rekomendasi yang diharapkan.
b. Bila S (A) + O (C) < W (B) + T (D) maka pokok masalah adalah kenyataan sebenarnya yang terjadi, yang memiliki kelemahan besar disamping tantangan atau ancaman yang dihadapi sangat besar. Tindak lanjut yang dilakukan adalah mencari alternatif lain untuk memperkuat variabel pengamatan atau strategi lainnya.
2. Kuadran SWOT
Setelah dilakukan tahapan analisis dengan menggabungkan matriks EFAS dan IFAS maka akan didapat strategi yang tepat. Strategi tersebut selanjutnya dituangkan kedalam diagram cartesius yang berisi kuadran SWOT untuk lebih mengetahui strategi apa yang tepat untuk diterapkan pada usaha meubel BM. Suka Piring tersebut. Berikut gambar kuadran SWOT di bawah ini:
(59)
Gambar 3.1 Analisis SWOT
3. Mendukung strategi trun-around 1. Mendukung strategi agresif
4. Mendukung strategi defensive 2. Mendukung strategi diversifikasi
Sumber: Freddy Rangkuti, 2009: 19
Kuadran 1 : menggambarkan situasi yang sangat menuntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan. Sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).
Berbagai Peluang
Kelemahan Internal
Kekuatan Internal
Berbagai Ancaman
(60)
Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3 : perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Focus Strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4 : ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi beberapa ancaman dan kelemahan internal.
3. Matriks SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis usaha meubel BM. Suka Piring di Jl. Jamin Ginting No. 580 Medan adalah Matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara menjelaskan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, namun untuk memproses hasil dari kuadran SWOT hanya menggunakan matriks dari 2 faktor strategis SWOT yang masuk didalam kuadran
(61)
Tabel 3.4 Matriks SWOT IFAS
EFAS
STRENGTHS (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal
WEAKNESS (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal
OPPORTUNIES (O) Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal
STRATEGI SO: Ciptakan strategi yang menggunakn kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO: Ciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang
TREATHS (T) Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal
STRATEGI ST: Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT: Ciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan dan menghindari ancaman Sumber:Rangkuti(2009:31)
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
(62)
b. Streategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
(63)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
BM. Suka Piring adalah salah satu usaha perabot yang kegiatannya adalah menjual dan memproduksi barang setengah jadi menjadi barang siap pakai dan mereparasi perabot rumah tangga dengan hasil tangan manusia yang memiliki keahlian di bidang pembuatan perabot. Usaha meubel ini tersebut telah berdiri sejak 49 tahun yang lalu, tepatnya pada Oktober 1965. Pendirinya adalah Bapak Benda Malam Suka Piring, seorang berpendidikan tamatan SD.
Ide usaha di bidang meubel ini sendiri tercipta dari pemikiran Bapak Benda Malam sejak berusia 24 tahun. Pada saat usia 4 tahun Bapak Benda Malem sudah bekerja sebagai karyawan di bidang perabot rumah tangga khususnya memproduksi dan reparasi di perusahaan Cina. Selama bekerja di perusahaan tersebut Bapak Benda Malem mempelajari semua bentuk perabot rumah tangga sampai mahir sehingga Bapak Benda Malem bertekat untuk membangun usaha sendiri setelah sudah cukup untuk menimba ilmu dan modal untuk bisa membuka usaha sendiri. Pada tahun 1965 Bapak Benda Malem mencoba membuka usaha sendiri dengan menggunakan
(64)
pengalaman dan mereparasi perabot rumah tangga dengan modal Rp 500.000, pada saat itu dengan modal uang Rp 500.000 Bapak benda Malem sudah bisa membuka usaha sendiri dengan memanfaatkan rumahnya sendiri dan tanpa bantuan orang lain atau pekerja. Setelah usaha tersebut berjalan 2 tahun, usaha yang dimiliki Bapak Benda Malem mengalami kemajuan usaha dan banyaknya permintaan konsumen. Mulailah membutuhkan pekerja, pada saat itu Bapak Benda Malam di bantu oleh istri dan adik-adiknya, seiring waktu dan pekerjaan yang semakin banyak. Adik-adik dari Bapak Benda Malem mulai mengundurkan diri dan tidak bekerja lagi bersama Bapak Benda malem karena mereka memiliki pekerjaan yang lebih dari usaha meubel tersebut. Dari situlah Bapak Benda Malem mulai mencari pekerja tambahan dengan sistem pekerja panggilan atau sistem kontrak. Dimana banyak permintaan, di situ para pekerja di panggil dengan melalui telefon sehingga Bapak Benda Malem tidak memiliki karyawan tetap. Dan sistem penggajian pun dilakukan setiap satu minggu sekali tergantung pada borongan atau pekerjaan yang di kerjakan para pekerja.
Beliau memilih usaha meubel sebagai produk yang di jalankannya. Alasannya karena pada saat itu usaha meubel sangat menjanjikan untuk di jadikan usaha, selain menjanjikan usaha meubel pada saat itu belum banyak diminati orang. Membuka usaha meubel haruslah memiliki keahlian yang benar-benar di dalam bidangnya, karena dalam pembuatan meubel tidaklah semudah yang dibayangkan. Seluruh bentuk meubel di dapat dari daerah Medan dan Jawa yang merupakan wadah yang menjual seluruh bentuk rangka perabot rumah tangga sehingga dapat di ubah lagi
(65)
menjadi sebuah perabot yang memilki nilai estetika atau nilai tambah dari perabot sehingga dapat menarik untuk di gunakan sebagai kebutuhan rumah tangga.
Kegiatan produksi meubel dilakukan dengan menggunakan keahlian atau skill tangan manusia dan dibantu dengan peralatan-peralatan pembuatan meubel seperti: pengecatan, pemasangan busa dan pemasangan perlengkapan lainnya sehingga barang tersebut menjadi barang siap pakai. Pada awal mulai usaha meubel ini Bapak Benda Malem hanya memiliki pekerja 1 orang untuk membantu dalam pengerjaan pesanan konsumen dengan sistem panggilan. Seiring waktu dan perkembangannya, usaha meubel Bapak Benda Malem memiliki kemajuan dalam penggunaan alat-alat teknologi yang canggih dalam pengerjaan perabot tersebut.
Pada tahun 1998 usaha meubel BM. Suka Piring sudah tidak lagi di kendalikan dan dikelola oleh beliau. Usaha tersebut di serahkan dan dikelola oleh anaknya yang bernama Bapak Bahagia KaroSekali dari generasi ke-2 hingga sekarang. Semua aspek kegiatan sudah ditangani oleh beliau dan dibantu oleh istrinya mulai dari aspek keuangan, aspek sumber daya manusia, aspek operasional dan aspek pemasaran.
Dalam sistem pengerjaan satu unit perabot bisa sampai satu bulan tergantung tingkat kesulitan dan cuaca, karena setiap perabot memiliki tingkat kesulitannya masing-masing tergantung selera konsumen dalam membeli produk. Adapun bentuk perabot yang di produksi, di jual dan reparasi adalah segala jenis perabot sofa, lemari,
(66)
dan meja makan. Setiap produksi dan reparasi memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelamahannya adalah kurangnya permodalan saat ini dan permintaan konsumen yang naik-turun yang di pengaruhi oleh faktor lemahnya ekonomi.
4.1.2 Lokasi Usaha Meubel BM. Suka Piring
Lokasi usaha meubel BM. Suka Piring terletak di jalan lintas Jamin Ginting Padang Bulan Medan. Usaha meubel ini beralamat di Jalan Jamin Ginting No. 580, Kelurahan Titi Rantai, Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara. Wilayah usaha meubel BM. Suka Piring berbatasan dengan :
Sebelah barat : Bank BRI
Sebelah timur : Warung Azzir
Sebelah selatan : Rumah Penduduk
Sebelah utara : Tukang Jahit Elmi
4.1.3 Visi dan Misi
Usaha meubel BM. Suka Piring ini tidak memiliki visi dan misi yang nyata tertulis layaknya sebuah organisasi/perusahaan. Namun pada saat itu Bapak Benda Malem memiliki cita-cita ingin menjadi pengusaha meubel yang sukses, untuk menjadikan hidup lebih baik dan menciptakan lapangan pekerjaan. Selain itu, kita sebagai pemilik tidak ingin menjadi karyawan walau pun usaha kecil menengah.
(67)
Untuk mewujudkan cita-cita ataupun visi tersebut, Bapak Benda Malem memiliki beberapa usaha seperti memproduksi dan mereparasi jenis-jenis meubel/perabot dengan bahan yang berkualitas, menjalin dan membina hubungan yang baik dengan mitra, melakukan peningkatan jumlah produksi dan inovasi baru dalam desain yang sekarang dikelola atau dikendalikan oleh anaknya Bapak Bahagia KaroSekali. Cita-cita atau visi tersebut dijalankan secara turun temurun oleh beliau yang merupakan warisan dari orangtua beliau.
4.1.4 Struktur Organisasi
Usaha meubel BM. Suka Piring masuk dalam kategori usaha skala kecil menengah dan belum menerapkan struktur organisasi. Kegiatan produksi dilakukan oleh Bapak Benda Malem sendiri dan di bantu oleh istri dan pekerjanya. Usaha meubel Bapak Benda Malem tidak mengadakan karyawan karena kurangnya dana untuk menggaji karyawan, karena sluruh kegiatan produksi dan pemasukan tergantung pada permintaan dan pemesan\an konsumen. Sehingga beliau menggunakan pekerja panggilan atau sistem kontrak.
4.1.5 Kegiatan Produksi
Kegiatan produksi adalah kegiatan yang berisikan segala aktivitas yang mengelola bahan baku untuk menghasilkan barang jadi. Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan BM. Suka Piring selain menjual bahan setengah jadi menjadi bahan
(68)
siap pakai usaha meubel BM. Suka piring juga memiliki kegiatan lain yang mendukung kegiatan operasi yaitu mereparasi atau memperbaiki.
Adapun beberapa barang yang di jual oleh usaha meubel BM. Suka Piring dan yang di produksi dengan beberapa tahap antara lain:
Tahap I, yaitu Persiapan dan Pengelolaan Bahan Baku
1. Produksi Jenis Sofa
1. Persiapan Bahan Baku
Tahap pertama yang dilakukan usaha meubel BM. Suka Piring terlebih dahulu menyediakan seluruh bahan baku sesuai dengan rencana dan model yang sudah direncanakan atau ditentukan sesuai dengan permintaan konsumen.
Adapun bahan baku yang digunakan dalam pembuatan meubel diperoleh dari, yaitu:
a. Kerangka Meubel
Kerangka meubel yang digunakan diperoleh dari usaha atau mitra lain yaitu dari Kota Medan dan Pulau Jawa. Bahan kerangka yang digunakan terbuat dari Kayu Minde yang diambil dari Kota Medan, sedangkan Kayu Jati di ambil dari Pulau Jawa Jepara langsung.
(69)
b. Kain
Kain yang digunakan usaha meubel BM. Suka Piring yaitu diambil dari toko kain langsung yang beralamat di Jl. Bandung Medan.
c. Busa
Busa yang digunaka usaha meubel BM. Suka Piring yaitu diambil dari took busa langsung yang beralamat di Jl. Bandung Medan.
d. Peralatan-peralatan pendukung
Adapun peralatan-peralatan pendukung lainnya seperti: lem, paku, martil, benang, alat jahit dan lainnya juga diambil dari Jl. Bandung Medan.
Tahap II, yaitu Finishing yang terdiri dari:
a. Pengecatan
Peralatan yang digunakan usaha meubel BM. Suka Piring sudah menggunakan peralatan yang maju sesuai dengan perkembangan zaman seperti: mesin, penggunaan air brush untuk pengecatan. Untuk menghasilkan hasil cat yang baik, usaha meubel BM. Suka Piring selalu menggunakan cat yang berkualitas untuk menjaga ketahanlamaan cat pada kayu.
(70)
b. Pemasangan Busa
Dalam pemasangan busa usaha meubel BM. Suka Piring menggunakan busa yang berkualitas yang tidak mudah menyusut seperti busa-busa lainnya yang dijual dengan harga murah.
c. Pemasangan Cover
Selanjutnya pada tahap berikut yaitu pemasangan cover seperti: penjahitan kain, pembakutan kain. Pemasangan cover biasanya sudah disiapkan sehingga pembalutan sangat mudah sesuai dengan rencana dan model yang ditentukan.
2. Produksi Jenis Lemari dan Meja Makan
Dalam kegiatan produksi ini kerangka lemari dan meja makan sudah ada dan dipesan dari mitra lain yang berasal dari Kota Medan dan Pulau Jawa. Dengan demikian sejak awal usaha meubel BM. Suka Piring tidak memproduksi bahan secara langsung tetapi melakukan proses finishing hingga meubel tersebut siap di pakai.
Dalam kegiatan produksi ini usaha meubel BM. Suka Piring hanya tinggal melakukan finishing pada meubel tersebut seperti: pengecatan, pemasangan kaca dan kunci.
3. Reparasi Sofa
Selain usaha diatas, usaha meubel BM. Suka Piring juga melakukan kegiatan reparasi atau perbaikan barang rusak menjadi barang siap pakai atau bagus kembali.
(71)
tetap bertahan dengan mengandalkan keahlian atau skill tangan manusia dan bahan berkualitas.
4.2 Penyajian Data
4.2.1 Analisis Lingkungan Usaha Meubel BM. Suka Piring
Untuk menentukan suatu kebijakan dalam mengembangkan dan mempertahankan usahanya pemilik atau pengelola sangat penting untuk mendapatkan informasi yang akurat menyangkut manajemen lingkungan internal dan eksternal dalam mengambil keputusan strategis. Analisis lingkungan usaha merupakan tahap awal sebelum memulai suatu usaha ataupun kegiatan manajemen di dalam perusahaan. Lingkungan usaha meliputi analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan guna mendapatkan suatu strategi yang dapat diterapkan dalam mencapai tujuan usaha yaitu mendapatkan keuntungan dari penjualan barang dan jasa.
4.2.1.1 Analisis Lingkungan Internal
Analisis Lingkungan Internal adalah mengidentifikasi apa-apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang di miliki oleh perusahaan agar dapat merumuskan strategi apa yang diterapkan perusahaan untuk mencapai tujuan usaha tersebut. Lingkungan internal meliputi beberapa aspek antara lain:
(72)
1. Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran adalah aspek yang penting dalam keberlangsungan perusahaan untuk mencapai tujuan keberhasilan perusahaan baik itu perusahaan jasa maupun manufaktur. Pemasaran yang dilakukan dengan cara tepat akan menjadikan produk tersebut diminati oleh konsumen dengan baik. Jika perusahaan dapat menjual lebih banyak kepada konsumen dengan kualitas yang baik dan harga yang sesuai dengan penawaran yang ditawarkan serta dapat mengikuti model atau perkembangan pasar yang lagi trend maka dapat megembangkan produk untuk lebih berhasil. Aspek pemasaran dibidang pemasaran baik itu usaha kecil maupun menengah sering sekali ditempatkan pada suatu hal yang utama harus di sikapi oleh pihak manajemen. Ada empat unsur yang harus diperhatikan dalam aspek pemasaran yaitu : product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi).
Usaha meubel BM. Suka Piring adalah usaha kecil menengah yang menjalankan usahanya dengan pemasaran sederhana. Konsep pemasaran yang dilakukan oleh BM. Suka Piring yaitu pemasaran yang dilakukan secara langsung atau proaktif kepada konsumen ataupun properti-properti di pasar, melainkan konsumen datang secara langsug dan melihat hasil kerja BM. Suka Piring dan memesan langsung sofa, lemari, dan meja makan atau mereparasi sofa dan menjalin hubungan kerjasama dengan agen atau mitra properti dalam pembuatan meubel dan merepasari sofa mereka.
(73)
Produk yang dihasilkan usaha meubel BM. Suka Piring adalah bahan-bahan yang berkualitas serta sistem pengerjaan yang menggunakan keahlian tangan manusia. Bapak Bahagia selalu menjaga kualitas produk mulai dari rangka, bahan baku yang digunakan dalam pembuatan meubel.
Dari unsur price (harga), Usaha meubel BM. Suka Piring menetapkan harga jual meubel sesuai dengan bahan baku yang digunakan serta tingkat kesulitan dalam pengerjaan meubel tersebut. harga yang ditawarkan usaha meubel BM. SukaPiring sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang digunakan serta tingkata kesulitan dalam pengerjaannya. Adapun harga yang ditawarkan antara lain:
1. Harga Jenis Sofa, harga sofa yang di tawarkan memiliki perbedaan dari segi harga karena harga di lihat dari penggunaan bahan baku seperti kerangka kayu.Untuk kerangka kayu Minde yang diambil dari Medan dan kayu Jati yang diambil dari Pulau Jawa Jepara antara lain:
(1)
karyawan tetapi pekerja. Pekeja hanya di panggil ketika mendapat panggilan dan orderan banyak.
14. Bagaimana hasil kerja karyawan yang bekerja di BM. Suka Piring?
Hasil kerja mereka mempunyai kualitas yang baik dan semua pekerjaan mereka harus di awasi dan di kontrol.
15. Apakah Bapak Sudah Memiliki Karyawan Yang Ahli Dalam Memproduksi Jenis Meubel Yang Di Prodiuksi Oleh BM. Suka Piring?
Ya, semua pekerja di sini rata-rata sudah memiliki keahlian dibidangnya masing-masing.
16. Bagaimana hubungan bapak dengan karyawan yang bekerja di BM. Suka Piring?
Ya, hubungan saya dengan pekerja baik-baik saja tidak ada perselisihan atau keributan.
PRODUKSI
17. Dari pukul berapa sampai pukul berapa usaha meubel BM. Suka Piring beroperasi?
Kalau umum toko kami buka jam 08.00 WIB dan tutup jam 17.00 WIB, tetapi semua itu tergantung pada pekerja. Karena, disini kerjanya sistem borongan bukan harian. Jadi tergantung pada merka mau datang dan pulang jam berapa.
18. Berapa modal awal berinvestasi ussaha meubel BM. Suka Piring ini?
Modal awal dulu pertama kali buka kira-kira Rp. 500.000.
(2)
dihasilkan setiap bulannya? mencapai 20 unit/bulannya. Kalau lagi sedikit bisa sama sekali tidak ada produksi hanya reparasi sofa saja.
20. Berapa bulan dalam mengerjakan satu unit meubel ini?
Untuk 1 unit untuk sofa dari mulai rangka, pembalutan, pengecatan, menjahit bisa sampai 1 minggu atau 2 minggu. Dan semua sudah ada yang menanganinya masing-masing sesuai ahlinya.
21. Apa saja peralatan yang digunakan dalam pembuatan semua jenis meubel ini?
1. Rangka 2. Busa 3. Kain 4. Mesin jahit 5. Paku 6. Martil 7. Tang
8. Lem, dan peralatan lainnya yang menyangkut proses produksi.
22. Menurut Bapak, Apa Yang Menjadi Kelebihan Dalam Usaha Meubel BM. Suka Piring?
Kelebihannya yaitu lebih mengutamakan kualitas bahan baku yang digunakan, selalu menentukan hasil kerja yang baik.
23. Apa yang menjadi kendala bapak dalam menjalankan usaha meubel BM. Suka Piring ini?
Ynag menjadi kendalanya yaitu permodalan yang kurang memadai dan permintaan dari konsumen yang naik-turun.
(3)
24. Dalam satu bulan, berapa bapak bisa menjual perabot hasil produksi BM. Suka Piring?
Tergantung pada permintaan konsumen, bapak tidak bisa memastikannya dengan jelas. Kalau lagi banyak pesanan bisa mencapai 5 unit/bulan.
25. Apa saja yang bisa di reparasi oleh usaha meubel BM. Suka Piring?
Segala jenis sofa nak.
PEMASARAN
26. Berapa harga satu unit setiap reparasi perabot di BM. Suka Piring ini?
Untuk reparasi sofa mulai dari Rp 1.000.000-3.500.000 tergantung sofa apa yang di reparasi.
27. Berapa harga satu unit jenis meubel yang di produksi BM. Suka Piring ini?
- Untuk sofa biasa mulai dari harga Rp 4.000.000-5.000.000, untuk sofa ukir dari kayu Minde bisa mencapai Rp 7.000.000-10.000.000, sedangkan untuk kayu Jati bisa mencapai Rp 15.000.000-25.000.000 sesuai dengan permintaan konsumen.
- Untuk Lemari dan Meja makan sudah di pesan dari dari Namorambe dan Jepara Jawa, hanya tinggal mengecat, memasang kaca, untuk harga Lemari dari kayu Minde mulai dari Rp. 2.000.000-5.000.000, sedangkan kayu Jati mulai dari Rp. 2.000.000-15.000.000.
(4)
- Untuk harga Meja makan dari kayu Minde Rp 3.000.000, sedangkan kayu Jati Rp 12.000.000
28. Bagaimana cara bapak memasarkan atau menjual produk BM. Suka Piring?
Bapak tidak memasarkannya melalui media cetak atau media elektronik, Bapak hanya memasarkan produk bapak melalui mulut ke mulut dan hanya memasang pamplet di depan toko.
29. Kepada siapa saja bapak memasarkan atau menjual dan meparasi produk BM. Suka Piring?
Kepada siapa saja yang datang saat konsumen membeli ke toko ini.
30. Bagaimana bapak menetukan harga jual kepada konsumen?
Ya semua itu diperhitungkan dari mulai bahan baku, gaji pekerja, lama pengerjaan dan tingkat kesulitan dalam memproduksi meubel tersebut ditambah kan dengan 30% untuk penghasilan toko.
31. Apakah BM. Suka Piring memiliki promosi penjualan?
Tidak ada nak.
KEUANGAN
32. Apakah selama menjalankan usaha, bapak menerapkan pencatatan transaksi keuangan atau membuat laporan keuangan?
Ada, tetapi itu hanya catatan pada saat pekerja mengambil gaji, tapi kalau untuk pencatatan pengeluaran dan pemasukan usaha bapak tidak melakukan pencatatan transaksi.
(5)
33. Berapa keuntungan yang bapak dapat dalam penjualan satu unit meubel yang di produksi BM. Suka Piring?
Keuntungan diambil dari perhitungan seluruh pengerjaan 1 unit meubel dan ditambahkan 30%.
34. Berapa omset atau pendapatan bapak dalam per bulannya?
Tidak bisa di pastikan, karena semua tergantung pada jumlah permintaan konsumen.
35. Bagaimana sistem penggajian karyawan di BM. Suka Piring?
Sistem penggajian pekerja di BM. Suka Piring dilakukan /minggu dan borongan, tidak ada gaji pokok
INFORMAN UTAMA KARYAWAN
Aspek Sumber Daya Manusia
36. Bagaimana hubungan antara karyawan dengan pemiliki BM. Suka Piring?
Hubungan pekerja dengan pemilik sangat baik tidak ada perselisihan.
37. Berapa hari bekerja dalam satu minggu? Kami bekerja 7 hari dalam 1 minggu. 38. Berapa bulan dalam mengerjakan satu
unit semua jenis meubel?
Dalam bulan kami bisa menyelesaikan 3-4 unit meubel tergantung tingkat kesulitannya.
Aspek Kegiatan Operasional
39. Bagaimana pelayanan karyawan kepada konsumen ketika memesan?
Dalam hal pelayanan, pekerja tidak ambil ali dalam pemesanan, tetapi langsung kepada pemiliknya.
40. Bagaimana teknologi yang disediakan oleh pemilik?
Teknologi yang disediakan oleh pemilik tergantung pada kemajuan zaman.
(6)
41. Apa saja kendala yang dihadapi saat pembuatan semua jenis meubel?
Kendalanya pada bagian pengeacatan pada saat musim hujan.
Aspek Keuangan
42. Bagaimana sistem gaji atau upah yang berlakukan oleh BM. Suka Piring?
Menurut saya system gaji yang berlakukan di usaha meubel BM. Suka Piring dilakukan setiap seminggu sekali tergantung pada borongan yang ada.
Aspek Pemasaran
43. Bagaimana harga yang ditetap kan atau di tawarkan pemilik kepada konsumen?
Menurut saya, harga yang di tetapkan pada usaha meubel BM. Suka Piring tidak terlalu mahal dan standart seperti usaha-usaha meubel lainnya.
44. Bagaimana promosi yang dilakukan pemilik?
Promosi yang dilakukan pada usaha meubel BM. Suka Piring kurang baik hanya mengandalkan pamphlet di depan took saja.