TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA

M. Husnul Fadhilah Nasution : Analisis Makna Leksikal Dan Relasinya Pada Kata al-haqqu Dalam Al-Quran, 2009. USU Repository © 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian tentang makna kata dalam Al-Quran sudah pernah diteliti sebelumnya oleh saudari Siti Aisyah Lubis, NIM : 990704017 dengan judul Analisis Makna Kata ummah dalam Al-Quran. Pada penelitiannya, ia membahas secara meluas tentang makna kata ummah dalam Al-Quran, yang menjadi objek kajiannya adalah: makna leksikal, gramatikal, dan kontekstual, makna Refrensial dan Non-Refrensial,makna Denotatif dan Konotatif,makna Konseptual dan Asosiatif. Pada penelitian ini, penulis membahas tentang makna leksikal dan relasinya pada kata Al-haqqu dalam Al-quran. Semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna Verhaar: 1996: 385. Sedangkan menurut Parera 2004:42 dikatakan bahwa semantik adalah satu studi dan analisis tentang makna-makna linguistik. Dari pendapat di atas, bahwa semantik adalah cabang linguistik yang menelaah tentang arti atau makna. Pada Penelitian di atas, adalah penelitian tentang semantik makna. Makna merupakan persoalan yang dikaji dalam semantik. Pengertian makna adalah arti atau maksud sesuatu kata; misalnya mengetahui lafal dan maknanya KBBI:624. Makna merupakan satu usaha untuk mengelompokkan, membedakan dan menghubungkan masing-masing hakikat makna Parera, 2004: 51. Menurut Khuli 1982: 166 makna semantik : m yafhamuhu asy-syakhşu min al-kalimati aw al-‘ib rati aw al-jumlati Kata atau ungkapan atau kalimat yang dipahami oleh seseorang. M. Husnul Fadhilah Nasution : Analisis Makna Leksikal Dan Relasinya Pada Kata al-haqqu Dalam Al-Quran, 2009. USU Repository © 2009 Menurut Verhaar 1996: 385 semantik makna dibagi menjadi dua macam, yaitu 1. makna leksikal, dan 2. makna gramatikal. Sedangkan menurut Chaer 1994: 289 jenis makna terdiri atas enam yaitu: 1. Makna Leksikal, gramatikal, dan Kontekstual, 2. Makna Referensi dan Non- referensial, 3. Makna Denotatif dan makna Konotatif, 4. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif, 5. Makna Kata dan Makna Istilah, 6. Makna Idiom dan Peribahasa. Dari kedua pendapat di atas, peneliti cenderung kepada teori Verhaar, karena teori tersebut mudah dipahami dan tidak terlalu meluas. Di dalam kamus Indonesia-Arab Ghofar, 2000: 124 makna leksikal lexical adalah makna kata seperti yang tertulis dalam kamus. Jadi, makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun Chaer, 1994: 289. Peneliti menemukan adanya kata Al-haqqu yang mengandung makna leksikal, seperti yang terdapat dalam Qs. Al-baqarah: 144, …..wa inna al-la na t al-kit ba laya’lam na annahu al-haqqu min rabbihim …… Dan sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani yang diberi Al Kitab Taurat dan Injil memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya;Q.S. 2: 144 Pada ayat ini ditemukan satu kata Al-haqqu yang mempunyai makna leksikal bermakna benar, sebagaimana telah diterangkan dalam riwayat tentang sebab turunnya ayat tersebut di atas, nabi Muhammad SAW ingin sekali supaya kiblat itu ditetapkan Allah kearah Ka’bah, oleh sebab itu beliau sering menengadahkan mukanya ke langit menantikan wahyu yang akan memerintahkan perpindahan Kiblat tersebut dari baitul maqdis ke Ka’bah sebagai isyarat yang mewajibkan kita menghadap “kearah Ka’bah” pada waktu shalat, dan para ahli kitab mengetahui juga bahwa pemindahan itu adalah benar pasti dari Allah SWT. M. Husnul Fadhilah Nasution : Analisis Makna Leksikal Dan Relasinya Pada Kata al-haqqu Dalam Al-Quran, 2009. USU Repository © 2009 Pada ayat di bawah ini terdapat relasi makna sinonim mur difun dari kata Al-haqqu pada Q.S. Al-Mukmin Al-Ghaafir: 20 wa Allahu yaqd bi al-haqqi Dan Allah menghukum dengan keadilan. Q.S. 40: 20 Pada ayat di atas ditemukan satu kata Al-haqqu yang mepunyai relasi makna sinonim mutar difun bermakna keadilan yang merupakan relasi makna dari kata Al-haqqu bermakna benar, sebagaimana telah dijelaskan bahwa Allah maha Adil yaitu menghukum dengan sesuatu apa pun jika mereka menyembah selain Allah. Pada ayat di bawah ini juga terdapat relasi makna antonim mun qidatun dari kata Al-haqqu pada Q.S.: Al-Baqarah: 42 wal talbis al-haqqa bi al-b ili wa taktum al-haqqa…… Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, Q.S. 2: 42 Pada ayat di atas ditemukan satu kata Al-b ilu bermakna batil yang merupakan relasi makna antonim mun qidatun dari kata Al-haqqu bermakna hak. Bahwasanya Allah tidak mencampur adukkan antara yang hak dan yang batil, dan keduanya saling berlawanan. Menurut Verhaar 1996 : 388 makna leksikal dalam deskripsi linguistik lazimnya dimarkahi dengan tanda petik tunggal; misalnya, kita mengatakan bahwa kata rumah memiliki makna ’rumah’. Teorinya juga mengatakan bahwa semantik leksikal mencakup segi-segi kesinoniman, keantoniman, kehomoniman, dan kehiponiman 1996: 389, dalam teori Chaer 1994: 297 menamakan hal tersebut dengan Relasi Makna. M. Husnul Fadhilah Nasution : Analisis Makna Leksikal Dan Relasinya Pada Kata al-haqqu Dalam Al-Quran, 2009. USU Repository © 2009 Yang dimaksud dengan relasi makna hubungan makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan yang lainnya Chaer, 1994: 297. Menurut Verhaar 1996: 394-396 hubungan semantik unsur-unsur leksikal dalam bahasa, dibagi menjadi 4 empat konsep yaitu: 1. Kesinoniman, 2. Keantoniman, 3. Kehomoniman, dan 4. Kehiponiman. Pada pembahasan hubungan semantik ini, peneliti hanya memfokuskan dua konsep yaitu: kesinoniman mutar difun dan keantoniman. mun qidatun. 1. Kesinoniman mutar difun Menurut Chaer 1994: 297 sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satu ujaran lainnya. Sinonim adalah kata yang sama searti KBBI, 1984: 951 Menurut kamus Al-Munjid f al-Lugati wa al-I‘l m 1983: 144 Sinonim kata Al-haqqu adalah sebagai berikut: a. al-‘adlu : Keadilan b. al- haqqu jam‘u huq q : Yang Hak c. al-yaq nu : Yang Pasti d. al-haq qatu : Kenyataan e. al-amru al-maqdiyyu : Keputusan f. al- m lu wa al-maliku : Harta benda, milik g. al-hazzu wa an- naş bu : Nasib, bagian h. al- jad ru : Layak, pantas, patut i. al-hazmu : Keteguhan hati, yakin. j. ad-daynu : utang piutang. 2. Keantoniman mun qidatun M. Husnul Fadhilah Nasution : Analisis Makna Leksikal Dan Relasinya Pada Kata al-haqqu Dalam Al-Quran, 2009. USU Repository © 2009 Menurut Chaer 1994: 299 antonim adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain. Sedangkan menurut Tarigan 1985: 36 kata antonim terdiri dari anti atau ant yang berarti “lawan” ditambah akar kata onim atau onuma “nama”; yaitu kata yang mengandung makna yang berkebalikan atau berlawanan dengan kata yang lain. Contoh antonim dari kata Al- haqqu adalah Al-b ilu yang sumbernya diambil dari kamus Al-Munjid f al-Lugati wa al-I‘l m 1983: 144. BAB III M. Husnul Fadhilah Nasution : Analisis Makna Leksikal Dan Relasinya Pada Kata al-haqqu Dalam Al-Quran, 2009. USU Repository © 2009 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sekilas Tentang Al-quran Agama Islam merupakan way of life bagi kaum muslimin yang menjamin kebahagian hidup pemeluknya di dunia dan di akhirat kelak. Ia mempunyai satu sendi utama yang esensial: berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaik- baiknya. Allah berfirman: `inna h al-qur` na yahd lillat hiya `aqwamu wa yubasysyiru al- mukmin na al-la na ya‘mal na aş-ş lih ti `anna lahum `ajran kab ran Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mumin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,Q.S. Al-Isra`: 9 Al-quran memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan aqidah, syari`ah, dan akhlak, dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsipil mengenai persoalan-persoalan tersebut; dan Allah SWT menugaskan Rasul SAW, untuk memberikan keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar itu. Allah berfirman: bi al- bayyin ti wa az-zuburi wa `anzaln `ilayka a - ikra litubayyina li an- n si m nuzzila `ilayhim wa la‘allahum yatafakkar na Kami telah turunkan kepadamu az-zikra al-quran untuk kamu terangkan kepada manusia apa-apa yang diturunkan kepada mereka agar mereka berpikir Q.S. An-Nahl: 44 Menurut Khaldun Ibrahim Salamah dalam kitabnya a - aq fatu al-isl miyyatu Tt. 15 : M. Husnul Fadhilah Nasution : Analisis Makna Leksikal Dan Relasinya Pada Kata al-haqqu Dalam Al-Quran, 2009. USU Repository © 2009 ‘arafa al- ‘ulam u al-qur` na al-kar ma bi`annahu kal mu all hu al- mu‘jizu al- munzilu ‘ala kh tami an-nabiyyina muhammadin şalla allhu ‘alayhi wasallama bi al-lafzi al- ‘arab , bi w saati al -am ni jibr li, al- makt bu f al-maş hafi al-manq li ilain bi at-taw tiri, al-mut‘abadu bi til watihi, al-mabd `u bi s rati al-f tihati wa al-mukhtamu bi s rati an- n si Ulama mengartikan Al-quran adalah perkataan Allah yang merupakan mu`jizat yang diturunkan kepada nabi terakhir Muhammad SAW dengan lafaz bahasa Arab dan diperantarai oleh malaikat Jibril, yang tertulis dalam mushaf hingga sampai pada kita sekarang, dan membacanya adalah ibadah yang dimulai dengan surah Al-fatihah dan diakhiri dengan surah An-nas. Ayat-ayat Al-quran diturunkan di dua tempat suci Madinah dan Mekkah ayat-ayat yang diturunkan di Madinah disebut dengan ayat-ayat madaniyyah sedangkan yang diturunkan di Mekkah disebut ayat-ayat makkiyyah. Allah SWT menurunkan al-quran secara berangsur-angsur dalam dua periode. Menurut Khaldun Ibrahim Salamah dalam kitabnya a - aq fatu al-isl miyyatu Tt. 15-16 : M. Husnul Fadhilah Nasution : Analisis Makna Leksikal Dan Relasinya Pada Kata al-haqqu Dalam Al-Quran, 2009. USU Repository © 2009 wa lil qur` ni al-kar mi tanzil ni: al-awwalu – nuz lu al-qur` ni jumlatan w hidatan min al-lauhi al-mahf zi ila as-sam i ad-duny bayti al- ‘izzati f as-sam i ad-duny , q la ta‘ la: “`inn `anzaln hu f laylatin mub rakatin `inn kunn mun ir na”ad-dukh n: 3 wa q la ta‘ la: “inn `anzaln hu f laylati al-qadri”al-qadr:1. A - n – min bayti al-‘izzati f as- sam i ad-duny ‘ala qalbi an-nabiyyi şalla all hu ‘alayhi wasallama munajj aman mufarriqan, q la ta‘ la: “wa qur` nan faraqn hu litaqra`ahu ‘ala an- n si muk in wa nazzaln hu tanz lan” al-isra`: 106. Al-quran diturunkan dalam dua periode: Pertama : turunnya al-quran secara keseluruhan dari lauhul mahfuz sampai ke langit yaitu baitul `izzah di langit. Allah berfirman: “sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan” Q.S. ad- dukh n: 3, dan Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya Al Quran pada malam kemuliaan” Q.S. al-qadr:1. Kedua : Dari baitul `izzah ke hati nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur, Allah berfirman : “Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian” ” Q.S.al-isra`: 106. Pada pendapat diatas, kita dapat mengetahui bahwa sesungguhnya Allah SWT menurunkan Al-quran yang terdapat petunjuk-petunjuk di dalamnya kepada nabi Muhammad SAW agar umat manusia dapat membedakan yang benar dan salah dalam menjalani kehidupan ini. M. Husnul Fadhilah Nasution : Analisis Makna Leksikal Dan Relasinya Pada Kata al-haqqu Dalam Al-Quran, 2009. USU Repository © 2009

3.2 Makna Leksikal kata Al-haqqu dalam Al-quran