Walaupun pada mulanya Bakmi Tebet menyajikan menu makanan ala Bakmi GM, namun pada perjalanannya, Pak Wahyu Saidi pun melakukan berbagai inovasi baik
dalam hal pelayanan, produksi dan bahkan dalam hal pemasaran.
14
B. Sistem pembayaran franchisee fee
Sistem pembayaran franchisee fee pada waralaba bakmi Tebet tidak jauh berbeda dengan waralaba lainnya. Pak Saidi, selaku franchisor bakmi tebet
menentukan jumlah franchisee fee yang harus dibayarkan oleh franchisee.
Sistem pembayaran franchisee fee pada waralaba Bakmi Tebet adalah sebagai berikut:
1 Sebelum melakukan perjanjian waralaba, Pak Saidi menawarkan prospectus
kepada franchisee, dimana prospectus tersebut adalah berkas penawaran yang diberikan oleh franchisor kepada calon franchisee. Dalam sebuah prospectus
tersebut terdapat data-data yang berhubungan dengan usaha waralaba yang akan dijalankan. Data-data yang ada dalam perjanjian waralaba tersebut antara lain
sebagai berikut: a.
Unit bisnis yang ditawarkan, termasuk didalamnya target pasar yang akan dibidik
b. Biaya-biaya yang akan dibutuhkan : termasuk didalamnya syarat lokasi untuk
memulai usaha waralaba tersebut
14
Arwinto.P.Nugroho,dkk, Membedah Peta Persaingan Bisnis Bakmi Studi Kasus Bakmi Tebet, Penerbit: Enno Media, 2008. Hal 7-8.
c. Peruntukan dari franchisee fee, dimana franchisee fee tersebut termasuk
pelatihan, termasuk pengadaan alat, dan perizinan untuk membuka usaha waralaba terebut kepada pihak-pihak yang terkait
d. Jangka waktu kontrak, berapa lama seorang franchisee berhak memakai
merek Bakmi Tebet 2
Langkah selanjutnya adalah meninjau langsung lokasi yang akan dijadikan tempat usaha Bakmi Tebet. Syarat dari lokasi waralaba tersebut haruslah lokasi
yang strategis untuk memulai usaha dan berada ditengah keramaian masyarakat, mudah dijangkau dan tidak terletak di tempat terpencil. Mengenai lokasi yang
akan dijadikan tempat usaha, manajemen Bakmi Tebet tidak ikut turun tangan didalamnya,franchisee sudah harus mempunyai lokasi dan tempat usaha
sebelum bergabung dengan waralaba Bakmi Tebet. 3
Setelah melakukan penawaran prospectus dan calon franchisee setuju dengan prospectus yang ditawarkan, maka langkah selanjutnya adalah membuat
perjanjian waralaba antara franchisor dengan franchisee. Dalam perjanjian waralaba tersebut, terdapat hak-hak dan kewajiban yang harus disepakati antara
kedua belah pihak, antara lain: a.
Franchisee wajib untuk membeli langsung bahan baku seperti bumbu-bumbu yang dibutuhkan, mie sebagai bahan utama, dari franchisor. Ini diharuskan
untuk menyeragamkan rasa masakan yang tercipta di seluruh outlet bakmi Tebet.
b. Franchisee wajib menjaga kualitas dan nama baik brand image franchisor
c. Franchisee wajib mengikuti standar operasi dan spesifikasi yang telah
ditetapkan manajemen bakmi Tebet d.
Manajemen bakmi Tebet berkewajiban melakukan pembinaan terhadap usaha yang dijalankan franchisee operasional, manajemen, dan keuangan serta
memberikan pedoman operasi usaha yang dijalankan dan disepakati oleh para franchisee.
1. Langkah selanjutnya adalah meninjau langsung lokasi yang akan dijadikan tempat
usaha Bakmi Tebet. Syarat dari lokasi waralaba tersebut haruslah lokasi yang strategis untuk memulai usaha dan berada ditengah keramaian masyarakat, mudah
dijangkau dan tidak terletak di tempat terpencil. Mengenai lokasi yang akan dijadikan tempat usaha, manajemen Bakmi Tebet tidak ikut turun tangan
didalamnya,franchisee sudah harus mempunyai lokasi dan tempat usaha sebelum bergabung dengan waralaba Bakmi Tebet.
2. Langkah terakhir sebelum usaha dijalankan adalah manajemen Bakmi Tebet
mengadakan pelatihan training agar usaha yang dijalankan franchisee berjalan sesuai dengan standar operasi manajemen Bakmi Tebet.
Bakmi Tebet mulai beroperasi pada tahun 2001. Namun baru pada tahun 2003 Bakmi Tebet membuka kesempatan waralaba bagi masyarakat yang berminat untuk
bergabung dengan manajemen Bakmi Tebet untuk mengelola restauran ini. Bagi calon franchisee yang berminat wajib membayarkan sejumlah franchisee fee kepada
manajemen Bakmi Tebet. Besarnya franchise fee waralaba Bakmi Tebet adalah sebagai berikut:
1. Pada tahun 2003 – 2007 besarnya franchise fee yang ditetapkan manajemen
Bakmi Tebet adalah sebesar Rp 90.000.000 untuk masa kerjasama waralaba selama 5 tahun, dengan perincian sebagai berikut:
a. Rp 50.000.000 sebagai kompensasi untuk Franchisor Bakmi Tebet atas
pemanfaatan Hak atas Kekayaan Intelektual Haki, dalam hal ini merek Bakmi Tebet yang dimanfaatkan franchisee Bakmi Tebet untuk menjalankan
usahanya selama perjanjian kerjasama sebagai mitra waralaba berlangsung. b.
Rp 40.000.000 sebagai uang pembelian barang sebagai modal awal usaha. Franchise fee ini tidak termasuk untuk sewa gedung atau bangunan untuk
usaha bakmi Tebet ini, karena sudah menjadi kewajiban terwaralaba untuk menyediakan tempat untuk memulai usaha.Sebelum usaha berjalan,
terwaralaba harus sudah membayar DP Down Payment sebesar 50 dari total franchise fee yang harus dibayarkan. Terwaralaba harus membayarkan
sisa franchise fee tersebut setelah usaha berjalan. 2.
Tahun 2008 hingga 2010 ini, Franchise Fee yang harus dibayarkan adalah sebesar minimal Rp 25.000.000. franchise fee ini masih bisa untuk dinegosiasikan
kembali apabila dirasa cukup memberatkan calon terwaralaba.Aturan ini lebih bersifat fleksibel sehingga tidak membebankan franchisee. Dalam aturan
pembayaran Franchise fee yang baru ini, francisee fee sepenuhnya dibayarkan kepada franchisor Bakmi Tebet sebagai kompensasi atas Hak atas Kekayaan
Intelektual HaKI dalam hal ini merek Bakmi Tebet yang dimanfaatkan franchisee Bakmi Tebet untuk menjalankan usahanya selama perjanjian
kerjasama sebagai mitra waralaba berlangsung. Tidak diberlakukannya lagi uang Franchise fee untuk pembelian barang sebagai
modal usaha yang diantaranya adalah bahan baku seperti mie, kwetiauw dan lain-lain yang merupakan bahan utama dalam usaha bakmi ini, berdasarkan Peraturan
Pemerintah No 16 Tahun 2007 yang digantikan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 yang pada intinya tidak mengizinkan kompensasi tidak langsung dalam
bentuk moneter indirect moneter compensation yang salah satu isinya adalah dilarang mengambil keuntungan dari penjualan barang modal atau bahan mentah,
bahan setengah jadi, yang merupakan satu paket dengan pemberian waralaba exclusive purchase arrangement.
Selain dari franchise fee, Manajemen Bakmi Tebet juga mengambil margin keuntungan dari penjualan bahan baku kepada terwaralaba. Pembelian bahan baku
langsung dari manajemen bakmi Tebet dimaksudkan untuk menjaga kualitas bahan baku dan dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan rasa antara outlet-outlet Bakmi
Tebet. Namun dalam pembelian bahan baku utama yang harus disuplay langsung dari Bakmi Tebet Pusat, Franchisor Bakmi Tebet memberi tahu margin yang diperoleh
karena hal ini terkait dengan jual beli diantara dua mitra yang bekerjasama, apakah membeatkan atau tidak bagi satu sama lain.
Sistem Pembayaran Royalty Fee
Sistem pembagian Royalty Fee pada waralaba Bakmi Tebet tidak jauh berbeda dengan usaha waralaba umumnya. Pak Wahyu Saidi selaku Owner brand
Bakmi Tebet menetapkan royalty fee bagi rekan bisnisnya. Terwaralaba harus membayar Royalty fee yang besarnya 3,5 dari omset perbulan. Namun jika omset
perbulan tidak mencapai 15 juta, maka terwaralaba tidak diharuskan membayar Royalty fee.
Royalty fee yang ditetapkan manajemen Bakmi Tebet sebesar 3,5 diambil dari keuntungan kotor. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Wahyu Saidi,
alasan yang mendasari royalty fee diambil dari keuntungan kotor adalah karena waralaba Bakmi Tebet mempunyai cabang dimana-mana, termasuk diluar kota,
sehingga untuk memudahkan pak Wahyu Saidi dan rekan bisnisnya, maka royalty fee diambil dari keuntungan kotor dengan pertimbangan lebih mudah dihitung
pembagian keuntungannya. Dan tentu saja, hal ini disetujui oleh semua franchisee
Bakmi Tebet.
BAB IV ANALISIS
A. Analisis Pelaksanaan Sistem Waralaba Bakmi Tebet Secara Umum.
1
Analisis dari Bentuk Kerjasama.
Bentuk kerjasama waralaba bakmi Tebet ini termasuk Musyarakah Al Abdan dan musyarakah Al Inan. Bentuk kerjasama waralaba Bakmi Tebet termasuk syirkah
Abdan. Adapun pengertian syirkah abdan itu sendiri adalah perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih yang memiliki keahlian atau profesi yang sama untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dimana keuntungan dibagi bersama. Misalnya, kerjasama dua orang arsitek untuk menggarap proyek atau kerjasama dua orang
penjahit untuk menerima order seragam kantor. Kesimpulannya adalah waralaba trmasuk syirkah abdan karena baik franchisor dan franchisee keduanya bekerjasama
dalam menjual produk yang sama, yakni Bakmi. Kerjasama tersebut dalam bentuk franchisor
memperbolehkan franchisee menjual bakmi dengan menggunakan merek Bakmi Tebet yang merupakan usaha milik franchisor dengan kompensasi berupa
royalty fee .
Waralaba Bakmi Tebet termasuk juga syirkah Al Inan. Dalam syirkah inan modal yang digabungkan oleh masing-masing pihak tidak harus sama jumlahnya, demikian
juga halnya dalam soal tanggung jawab, kerja, keuntungan serta kerugian yang terjadi jumlahnya tidak harus sama dan dilakukan berdasarkan kontrak atau perjanjian. Jika
dilihat dari pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa waralaba termasuk syirkah
60