Analisis Pelaksanaan Waralaba terkait dengan Prinsip keadilan Kerjasama

B. Analisis Pelaksanaan Waralaba terkait dengan Prinsip keadilan Kerjasama

dalam Islam . 1 Analisis dari pembayaran franchise fee ditinjau dari prinsip syariah. a. Franchise fee yang ditetapkan Bakmi Tebet sepanjang tahun 2003-2007 belum memenuhi prinsip syariah karena didalamnya franchisor sudah mengambil keuntungan berupa keuntungan dari penjualan bahan baku utama yang merupakan satu paket dengan pemberian waralaba exclusive purchase arrangement hal ini bertentangan dengan Peraturan Pemerintah No 16 tahun 1997 tentang Waralaba yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang waralaba bahwa kompensasi tidak langsung dalam bentuk nilai moneter indirect moneter compesansation , dalam hal ini pengambilan keuntungan dari penjualan bahan baku sebagai bagian dalam franchise fee tidak diperbolehkan. b. Selain itu, jika dilihat dari bentuk kerjasama dalam Islam, atau syirkah, franchisee fee yang didalamnya franchisor sudah mengambil keuntungan berupa keuntungan dari penjualan bahan baku utama yang merupakan satu paket dengan pemberian waralaba exclusive purchase arrangement hal ini bertentangan dengan kaidah syirkah Abdan dan Inan yang dalam akadnya berisi bahwa pengambilan keuntungan diantara dua mitra yang bekerjasama dalam hal ini franchisor dan franchisee diperbolehkan setelah usaha bejralan, tidak boleh mengambil keuntungan jika usaha belum berjalan. Berbeda dengan pengambilan keuntungan atas pemanfaatan Haki Hak Atas Kekayaan Intelektual dalam franchise fee hal ini diperbolehkan sebagai kompensasi atas dipergunakannya Haki milik franchisor oleh franchisee yang ditegaskan dalam keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 1Munas VIIMUI152005 tentang Perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual. Firman Allah SWT tentang larangan memakan harta orang lain secara batil tanpa hak dan larangan merugikan harta maupun hak orang lain, antara lain sebagai berikut: ⌧ ☺ Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” Q.S AnNisa ayat 29 c. Franchise fee yang ditetapkan Bakmi Tebet sepanjang tahun 2008 hingga saat ini, sudah memenuhi prinsip syariah karena franchise fee yang dibebankan franchisor kepada franchisee tidak terdapat kompensasi tidak langsung dalam bentuk nilai moneter indirect moneter compesansation. Franchise fee dibebankan kepada franchisee sebagai kompensasi atas pemanfaatan dan penghargaan atas Hak atas kekayaan Intelektual yang telah dimiliki oleh franchiso. Hak atas kekayaan intelektual seseorang harus dihargai, hal tersebut diperkuat dengan keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia yang diperkuat dengan beberapa pendapat, yakni sebagai berikut: Keputusan Majma al-Fiqih al-Islami Nomor 4355 Muktamar V Tahun 1409 H1988 M tentang al-Huquq al-Ma’nawiyyah. Pertama : Nama dagang, alamat dan mereknya, serta hasil ciptaan karang mengarang dan hasil kreasi adalah hak-hak khusus yang dimiliki oleh pemiliknya, yang dalam abad modern hak-hak tersebut mempunyai nilai ekonomis yang diakui orang sebagai kekayaan. Oleh karena itu hak-hak tersebut tidak boleh dilanggar. Kedua : Pemilik hak-hak nonmaterial, seperti nama dagang, alamat dan mereknya, serta hak cipta mempunyai kewenangan dengan sejumlah uang untuk terhindar dari berbagai ketidakpastian dan tipuan, seperti halnya dengan kewenangan seseorang terhadap hak-hak yang bersifat material. Ketiga : Hak cipta, karang mengarang, dan hak cipta lainnya dilindungi oleh syara’. Pemiliknya mempunyai kewenangan terhadapnya dan tidak boleh dilanggar. 2 d. Franchise fee yang ditetapkan Bakmi Tebet tahun 2008 hingga saat ini tidak bertentangan dengan syarat-syarat dari syirkah inan dan syirkah abdan dimana dalam keduanya terdapat syarat bahwa keuntungan diambil saat perjanjian sudah berlangsung, dengan kata lain prinsip musyarakah dalam Islam juga melarang adanya 2 Adrian Sutedja., ibid h. 44-45 terdapat kompensasi tidak langsung dalam bentuk nilai moneter indirect moneter compesansation karena hal tersebut mendzolimi franchise sebagai mitra kerja. Hal ini tidak diperbolehkan sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Al Quran sebagai berikut: ☺ ⌧ ⌧ ☺ Artinya: .”Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat Dusta terhadap Allah?. mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan Para saksi akan berkata: Orang-orang Inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka. Ingatlah, kutukan Allah ditimpakan atas orang-orang yang zalim, Q.S Al Huud ayat 18 2 Analisis dari Pembagian Royalty fee bagi hasil ditinjau dari prinsip syariah a Pembagian royalty fee ditinjau dari prinsip syariah sudah sesuai dengan .Islam Hal ini dapat disimpulkan bagi hasil antara antara franchisor dengan franchisee dengan ketentuan jika dibawah Rp 30 juta franchisee tidak harus membayar royalty fee bagi hasil sebesar 3,5 karena sudah diperhitungkan bahwa dalam hal tersebut keuntungan franchise tidak banyak sehingga franchisor memaklumi dengan tidak membebankan royalty fee. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut: ⌧ ⌧ ☺ ⌧ Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.Q.S An Nahl : 90 b Dalam pembagian keuntungan dalam bisnis, biasanya didasarkan pada bagi hasil sebagai berikut gross profit keuntungan kotor yang belum di kurangi biaya-biaya yang dikeluarkan selama usaha dan net profit keuntungan bersih yang sudah dikurangi oleh biaya-biaya selama usaha namun Bakmi Tebet tidak mempergunakan dua perhitungan tersebut. Yang digunakan bakmi Tebet adalah bagi hasil yang diambil dari omset penjualan. Jika dilihat dari sudut pandang bisnis, hal ini tentu bisa merugikan franchisee karena belum jelas untung yang didapatkan tetapi sudah harus bagi hasil 3,5 omset penjualan kepada franchisor. Oleh karena itu, walaupun menggunakan perhitungan bagi hasil berdasarkan omset penjualan tetapi manajemen Bakmi Tebet mempunyai solusi yang baik bagi kedua belah pihak dan saling menguntungkan, yakni dengan adanya pembatasan omset penjualan yang dikenakan royalty fee nya. Dan ketentuan bagi hasil ini tertulis dalam perjanjian waralaba, sehngga jika dihubungkan dengan musyarakah dalam Islam, kedua belah pihak sudah tahu dan sama-sama rela karena syarat sahnya akad adalah tidak saling memaksa dan tidak saling mendzolimi, seperti hadist larangan berbuat zalim sebagai berikut: “Rasulullah SAW menyampaikan kutbah kepada kami; sabdanya:’ketauhilah : tidak halal bagi seseorang sedikitpun harta saudaranya dengan kerelaan hatinya…” hadist riwayat H.R Muslim c Dalam hal pembelian bahan baku utama seperti mie dan bumbu-bumbu yang wajib dibeli dari manajemen Bakmi Tebet pusat, hal ini tidak bertentangan dengan kaidah kerjasama dalam Islam. Hal ini didasari bahwa yang harus diperhatikan adalah bahwa tujuan utama yang mengharuskan pembelian bahan baku utama di Bakmi Tebet pusat adalah agar terjadi keseragaman rasa di semua outlet Bakmi Tebet. Hal ini sejalan dengan Qawa’id fiqh dalam hal “ Menghindarkan mufsadat didahulukan atas mendatangkan maslahat ”. Jika bahan baku utama tidak dibeli di satu tempat yang sama, maka akan terjadi perbedaan rasa dan kualitas makanan yang disajikan disetiap outlet Bakmi Tebet dan tentu saja ini dapat merusak image Bakmi Tebet dimata masyarakat sehingga akan merugikan bisnis franchisee juga. Bapak Abdul Hafizh selaku manajer operasional Bakmi Tebet menjamin tidak terjadi perbedaan harga signifikan dengan bahan baku yang ada dipasaran. Pembelian di pusat ini semata- mata untuk menjaga konsistensi rasa yang sama di setiap cabang Bakmi Tebet. d Pada perjanjian waralaba terdapat klausal yang tertulis bahwa franchisee wajib membeli bahan baku utama dipusat, dapat disimpulkan bahwa ini tidak melanggar kaidah bermusyarakah, karena kedua belah pihak saling mengetahui dan sama-sama rela sehingga tidak melanggar etika bisnis yang berlaku. e Pajak usaha ditanggung oleh franchisee karena dalam operasionalnya franchisee yang menjalankan usaha, sedangkan franchisor hanya mengontrol usaha tersebut tidak kleuar dari SOP Standard Operasional Manual. Disini dapat kita analisis bahwa Manajemen Bakmi Tebet sangat memikirkan keuntungan dan kerugian partner bisnisnya dan tidak serta merta memikirkan keuntungan pemilik waralaba saja.Islam secara jelas menjelaskan ketulusan dan transparansi dalam bermuamalah berbisnis. Alquran dengan tegas menekankan perlunya hal ini dalam nilai semua ukuran. Allah berfirman: ⌧ ⌧ ⌧ ☺ ⌧ ⌧ ☺ ةﺮﻘﺒﻟ : 143 Artinya :” Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu umat Islam, umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul Muhammad menjadi saksi atas perbuatan kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu sekarang melainkan agar Kami mengetahui supaya nyata siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh pemindahan kiblat itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. Al Baqarah: 143. Dr Mustaq Ahmad mengatakan para pelaku bisnis Muslim diharuskan berhati- hati agar jangan sampai melakukan tindakan yang merugikan dan membahayakan orang lain dan atau malah merugikan dirinya sendiri akibat tindakan-tindakannya dalam dunia bisnis. Al Qur’an memperingatkan para pelaku bisnis yang tidak memperhatikan kepentingan orang lain, sebagaimana Islam juga memperingatkan sesuatu yang akan menimbulkan kerugian pada orang lain, dan bahwa itu bukan hanya tidak disetujui, tapi lebih dari itu, perilaku demikian sangatlah dikutuk. 3 Menghalalkan segala cara dalam rangka meraup keuntungan yang sebesar-besarnya, sekalipun mengorbankan hak-hak orang lain adalah manisfestasi sikap keserakahan yang muncul karena banyak mengikuti nafsu setan. Singkatnya, seorang pelaku bisnis hendaknya menghindari dan menahan diri dari bisnis yang tidak menguntungkan dan jangan sampai melakukan sebuah bentuk kedzaliman atau perampasan hak orang lain, sebab tindakan ini hanya akan menimbulkan kerugian yang pasti. Muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam urusan untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang paling baik. Dari pengertian tersebut, bentuk kegiatan bisnis apapun termasuk dalam muamalat yang dalam prakteknya dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia. Hal ini isebabkan persoalan muamalah dalam al-Qur’an dan as- Sunnah dijelaskan secara global dan umum saja. Dengan demikian Allah memberikan kesempatan pada matnya untuk melakukan inovasi terhadap berbagai bentuk muamalah, selama tidak keluar dari prinsip-prinsip usaha yang telah ditentukan dalam 3 Hermawan Kartajaya, dkk, Syariah Maketing,Bandung: PT.Mizan Pustaka, 2006 h. 117- 118 Islam. 4 Dapat disimpulkan bahwa waralaba Bakmi Tebet sudah menjalankan usaha waralabanya sesuai dengan syariat Islam, yang pada dasarnya adalah untung dan rugi ditanggung bersama, dan tidak keluar dari prinsip-prinsip syariat Islam .

C. Respon Franchisee terhadap Franchise fee dan Royalty fee Yang Diterapkan