BAB III
A. Sejarah dan perkembangan Restauran Bakmi Tebet
Sebuah gagasan cemerlang kerap muncul disaat yang tepat. Awalnya Dr.Ir.H Wahyu Saidi, Msc adalah murni seorang pekerja mapan di sebuah perusahaan
pembangunan jalan tol. Namun krisis moneter yang melanda Indonesia dua belas tahun lalu telah memaksanya untuk beralih profesi menjadi seorang pengusaha.Ketika
perusahaan tempatnya bekerja gulung tikar, dengan jabatan manajer tentulah sulit baginya mencari pekerjaan diperusahaan lain dengan gaji dan jabatan yang setimpal.
Maka pilihannya adalah berhenti, dan mencoba berusaha sendiri. Mulailah ia memasuki agribisnis dengan bertanam cabe, ternak ayam, pembesaran ikan,
membuka bimbingan belajar, dan membuka usaha makanan Palembang.
1
Pada tahun 1996, Pak Wahyu saidi mengawali usahanya dengan membuka rumah makan ikan patin, menu khas Palembang tempat kelahirannya. Namun
ternyata hasil yang diperoleh masih jauh dari ekspetasi awal. Hal ini dikarenakan karena menu ikan patin dirasa kurang fleksibel. Dalam artian bahwa penggemar
hidangan ini hanya terbatas pada orang dewasa dan hanya nikmat bila dihidangkan di siang hari. Seharusnya yang diusahakan adalah makanan untuk semua umur dan
semua waktu. Belajar dari pengalaman inilah Pak Wahyu Saidi kemudian mulai mencari alternatif menu lain yang lebih fleksibel dan populer. Tentunya hidangan
1
Bud’s, “Doktor Jualan Bakmi” ,artikel ini diakses pada 25 Juni 2010 pada http:www.apakabar.wsforumsviewtopic.php?f=1t=39630start=0
46
tersebut harus dapat di nikmati oleh seluruh kalangan baik orang tua maupun anak- anak dan dapat dinikmati kapan saja. Setelah melalui serangkaian pengamatan
dibeberapa tempat makan, maka Pak Wahyu akhirnya memilih bakmi sebagai menu andalannya.
2
Walaupun demikian, pak wahyu berkeyakinan bahwa usaha makanan adalah usaha yang paling mudah dan beresiko relative kecil karena semua kebutuhan bahan
bakunya dapat diperoleh sesuai dengan kebutuhan. Sepanjang jalan di Margonda, Depok ditelusuri untuk survey. Pilihan jatuh pada usaha Bakmi, karena menurutnya
selain banyak yang menggemari makanan tersebut yang dapat dinikmati sepanjang hari.
3
Bapak Wahyu Saidi mulai belajar membuat bakmi yang lezat. Patokannya adalah Bakmi Gajah Mada GM. Bapak Wahyu menyatakan kekagumannya pada
restaurant yang sangat terkenal dan banyak penggemarnya itu. Sayangnya Bakmi GM tidak membuat waralaba. Tapi Pak Wahyu tak hilang akal, ia mengundang para
pakar kuliner analis rasa juga pensiunan koki bakmi GM.. Segala cara dilakukan beliau untuk mendapatkan rahasia bumbu tersebut. Dan akhirnya berhasil didapatkan
dengan mengeluarkan dana yang tidak sedikit yaitu sekitar Rp 200 juta rupiah hanya untuk bumbu bakmi saja. Pak Wahyu berhasil memperoleh bumbu penyedap bakmi
dan 33 jenis hidangan lain, kendati cita rasanya tentu tak seratus persen menyamai bakmi GM.
2
Bud’s,ibid
3
Sumber dari Brosur Bakmi Tebet
Pada bulan Januari tahun 2002 ia mulai membuka gerai bakmi di Menara Kadin. Lokasi itu diperoleh berkat pertemanannya dengan seorang pengusaha. Gerai
pertama itu diberi nama “Langgara”. Omsetnya pada hari pertama sebanyak Rp 66.000. Tak lama kemudian dibukanya lagi satu warung dijalan Pemuda dengan
omset hari pertama Rp 200.000.Kemudian menyusul gerai dikawasan Rawamangun Jakarta Timur, lalu dikawasan Setia Budi, Jakarta Selatan. Tapi gerai baru ini
menggunakan nama “Bakmi Tebet” yang diambil dari sebuah nama kawasan yang berkonotasi Jakarta, untuk menciptakan kesan bagi orang yang berdomisili di luar
Jakarta. Di bisnis bakminya pak Wahyu sengaja membidik kalangan menengah ke
bawah. Hal ini berbeda dari beberapa rumah makan bakmi terkemuka yang lebih banyak menjadikan kalangan menengah ke atas sebagai target utama konsumen
mereka. Pak wahyu mengambil peluang ini dengan menjual makanannya dengan harga yang relatif murah.
4
Untuk bisnis bakminya yang berada di luar Jakarta, bapak Wahyu menggunakan merek Bakmi Tebet dengan alasan bahwa biasanya segala
sesuatu yang “berbau” Jakarta disukai oleh orang daerah, karena Tebet merupakan salah satu nama kawasan di Jakarta, maka Pak Wahyu memutuskan untuk
menggunakan nama Bakmi Tebet bagi restaurannya diluar Jakarta.
5
Walaupun Bakmi Tebet dan Bakmi Langgara merupakan satu produk yang sama, namun dalam pengelolaanya, tetap mempunyai manjemen dan strategi yang
4
Majalah sharing, bisnis waralaba Islami.
5
Hasil wawancara langsung dengan Bapak Yusuf, Asisten Wahyu Saidi, 30 Juni 2010.
berbeda. Di karenakan target pasar yang berbeda pula. Meski bisnisnya terus berkembang pak wahyu mengaku masih menghadapi kendala terutama masalah
keterbatasan sumber daya manusia. Saat ini banyak lulusan akademi pariwisata yang enggan masuk ke dapur mie miliknya. Sehingga ia memilih tenaga tamatan SMA
yang bersedia menjadi karyawannya. Enam bulan pertama menggeluti bisnis ini, beliau masih ragu karena perekonomian mulai membaik, godaan kerja banyak,
sementara penghasilan dibandingkan dengan tawaran hanya sekitar 30 , sementara itu berjualan bakmi juga tifak mempunyai suatu kebanggaan.
Setelah satu tahun berjalan, beliau mulai merasa senang dengan bisnis yang dijalaninya tetapi keraguan masih tinggi. Namun dibalik keraguan itu, beliau tetap
berusaha terus untuk untuk mengembangkan bisnisnya dengan membuka cabang ke 5, penghsilan beliau setara dengan ataupun sebelum krisis moneter. Hal ini juga yang
membuat semangat untuk terus ,membuka cabang lagi. Dan keyakinan berbisnis mulai dirasakan setelah membuka cabang yang ke 10.
6
Konsep waralaba mulai dikembangkan pada saat membuka cabang ke 11. Tapi sebenarnya lebih pada konsep Joint Operation, Partnership Waralaba baru
dimulai ketika membuka cabang yang ke 12. Bagi mereka yang minat untuk berbisnis dimakanan ini cukup menyediakan dana sekitar kurang dari Rp 100 juta. Ia
berkeyakinan modal akan kembali dalam waktu enam bulan sampai satu tahun apabila bisnis
6
Artikel KOMPAS, Wahyu dan “Virus” Wirausaha, 12 september 2005.
Bila ingin mencicipi pasar bakmi yang cukup besar, tawaran waralaba Bakmi tebet ini bisa menjadi pilihan. Modalnya relative terjangkau. Diharapkan usaha ini
bias balik modal dalam waktun Sembilan bulan hingga 1,5 tahun. Dia memang bukan makanan asli Indonesia. Tapi panganan bernama bakmi ini sudah lekat dengan
masyarakat Indonesia. Penggemarnya banyak dan tak kenal kasta. Abang becak maupun tukang ojek bisa menikmati bakmi pengkolan di gerobak. Ibu rumah tangga
ataupun anak kos bias mencegat tukang bakmi keliling diperumahan mereka. Para bos pun biasa menyantapnya direstauran.
7
Tak heran ada banyak restaurant yang khusus menyajikan bakmi sebagai menu utama. Sebut saja bakmi GM yang sudah taka sing lagi ditelinga kita. Ada juga
bakmi Gang Kelinci, Bakmi Japos, bakmi golek, hingga Bakmi Margonda. Diluar nama nama beken itu, diluar masih banyak rumah makan bakmi yang diam diam
tumbuh membesar dikawasan jabotabek hingga ke berbagai daerah. Contohnya Bakmi langgara yang juga beken dengan nama Bakmi Tebet, dua merek dengan satu
nama.
8
Sulur sulur bakmi tebet disekitar Jakarta sudah mencapai 32 cabang. Menu andalan Bakmi Tebet tak jauh beda denggan menu restaurant bakmi lain. Ada bakmi
kuah, ada pula bakmi goreng dengan aneka varian. Tampilan dan rasanya mirip dengan bakmi GM namun dengan harga yang sedikit lebih murah. Wahyu Saidi
7
Wahyu saidi, asiknya berbisnis restaurant panduan untuk sukses, Penerbit: Enno Media 2007 h. 5
8
Nugroho Dewanto, Artikel “ Doktor Bakmi Waralaba “ Majalah Tempo no 40 XXXIII 29 nov -5 des 2004
pemilik Bakmi Tebet mengakui bahwa bakmi GM masih menjadi patokan penggemar bakmi seluruh Indonesia.”bila tidak bisa menyamai bakmi GM, minimal kita bisa
menyerupainya dengan racikan sendiri” kata bapak wahyu. Perkembangan cara waralaba Bakmi Langgara ini sangat cepat terutama diluar
kota Jakarta khusus nya di pulau jawa dan luar pulau jawa. Hal ini dikarenakan bakmi ayam merupakan jenis makanan yang belum dikenal. Sehingga kompetitornya masih
terbilang sedikit. Serta untuk pasar bakmi ayam ini diluar Jakarta dan diluar pulau Jawa terbuka lebar. Hal ini yang terlihat dari perkembangan cara waralaba ini adanya
peningkatan permintaan bahan baku yang sangat signifikan serta dari royalty fee yang juga semakin meningkat.
9
Merek itu diciptakan agar mudah diingat orang karena berpengaruh pada persepsi yang akan terus diingat. Merk juga sebaiknya mengandung arti baik
diciptakan sendiri maupun yang sudah diketahui umum. Karena arti itu berhubungan dengan produk yang ditawarkan pada konsumen. Wahyu mencontohkan nama bakmi
langgara yang terkesan nuansa islamnya. Itu sengaja dilakukan karena selama ini makanan bakmi identik dengan makanan non-muslim pihaknya sendiri tidak bias
mengklaim bakmi sebagai makanan umat muslim karena nantinya yang non-muslim tidak akan menyukai bakminya.
10
9
Skripsi Ulfa Treni Juliana, Analisis Sistem Waralaba Dilihat dari Transaksi Bisnis Syariah Studi kasus Bakmi Langgara hal 58
10
Koran harian Republika tgl 15 september 2004.
Pendirian restoran ini tidak pernah direncanakan secara akademis seperti: pemakaian grafik-grafik ROI dan planning tetapi pendirian restoran dimulai dari
sebuah mimpi dan dibuat sesuatunya secar berbeda. Perkembangan restoran dipikirkan selama 24 jam sehingga bakmi berasal dari Jakarta bisa masuk ke Depok,
Jabotabek, Bandung lalu Cirebon, Cilegon, Jateng, Pekanbaru serta Palembang. Tahapan-tahapan tersebut memerlukan pengetahuan managerial karena menyangkut
SDM, distribusi, dan pengontrolan.
11
Untuk bisnis ini beliau memakai tenaga ahli di bidang managerial dan tenaga ahli untuk bumbu misalnya koki, tenaga untuk marketing dan pengembangan
restaurant.Pemilihan lokasi restoran sebaiknya di jalan dan di dekat persimpangan ditengah keramaian, dekat sekolah favorit, dekat pasar, dekat pertokoan, tempat
ibadah, dan bila perjalanan pulang berada di sebelah kiri jalan. Dalam mengembangkan bisnis bakmi langgara dan bakmi tebet bapak wahyu saidi
melakukan beberapa cara yaitu: • Meningkatkan kemampuan karyawan antara lain dengan pelatihan
• Memberi kompensasi yang memadai • Membuka cabang yang sebanyak-banyaknya
• Memfokuskan pada masakan mie
12
Sampai dengan tahun 2005 bakmi Tebet dan Bakmi Langgara telah memilki 102 cabang, termasuk di 14 kota diluar Jakarta. Selain itu ekspansi Internasional juga
11
Majalah Sharing Bisnis waralaba Islami, grup langgara: intinya bagi hasil yang adil, h.112
12
Ibid hal. 61
dilakukan ditahun 2006 dengan membuka restauran baru di Kairo dan Mekah. Meski demikian, tidak hanya cerita sukses saja yang mengiringi perjalanan bisnisnya. Pada
tahun 2007, bisnis Bakmi Tebet tidak berjalan baik. Namun hingga sekarang 19 cabang yang berada diluar Jakarta dan di Jakarta tetap beroperasi
13
. Menurut Pak Wahyu Saidi sebagai owner Bakmi Tebet, banyak cabang yang
tutup dikarenakan salah pilih tempat yang strategis,masyarakat sudah jenuh dengan bakmi karena semakin banyak restaurant yang membuka bisnis dengan cirri khas
bakmi, dan salah pilih partner merupakan kendala dalam pengembangan bisnisnya. Namun demikian bukan berarti bisnis Bakmi Tebet bangkrut, masa-masa sekarang
adalah masa keterpurukan yang pasti suatu saat ada jalan keluar dan sukses seperti beberapa tahun lalu. Dengan banyaknya cabang yang tutup, manajemen Bakmi Tebet
sekarang mulai lebih hati-hati dalam memilih franchisee sebagai rekan bisnis dalam mengelola waralaba Bakmi Tebet. Pada tahun 2010, Pak Wahyu juga
mengembangkan sayap bisnisnya dengan membuka banyak usaha, seperti Taman Resto, Sari Bundo masakan Padang, My Way Steak, dan lain-lain.dari sini dapat kita
lihat bahwa peluang bisnis selalu terbuka walaupun kita dalam keadaan terpuruk asalkan kita mau berusaha.
Dari sisi Diferensiasi Pak Wahyu Saidi mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dalam produknya. Dalam hal ini produk-produk atau menu makanan yang
dijual Bakmi Tebet senantiasa mengikuti selera pasar dan selalu dilakukan inovasi.
13
Wawancara Pribadi dengan Bapak Yusuf Asisten Bapak Wahyu Saidi. 30 Juni 2010.
Walaupun pada mulanya Bakmi Tebet menyajikan menu makanan ala Bakmi GM, namun pada perjalanannya, Pak Wahyu Saidi pun melakukan berbagai inovasi baik
dalam hal pelayanan, produksi dan bahkan dalam hal pemasaran.
14
B. Sistem pembayaran franchisee fee