Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

14

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pengkajian kualitas hidup terus dilakukan, bahkan secara internasional, dimotori oleh Organization of Health Economic and Culture Development OHECD yang berkedudukan di Paris. Untuk mengetahui kualitas hidup, harus diketahui terlebih dahulu indikatornya. Menurut OHECD 1992, indikator kualitas hidup adalah penghasilan, kesehatan, perumahan, lingkungan, stabilitas, sosial, pendidikan, dan kesempatan kerja. Dengan kata lain, masing-masing indikator diatas perlu dijabarkan lebih lanjut. Oleh beberapa ahli, indikator-indikator kualitas hidup tersebut telah dijabarkan. 1,2 Indikator Kesehatan berhubungan dengan masalah kesehatan. Adapun masalah kesehatan memiliki ruang lingkup yang luas antara lain menyangkut perkembangan manusia yang harmonis dalam upaya meningkatkan kualitas hidup. Salah satunya adalah kesehatan ibu dan anak dinilai sangat menentukan tercapainya kualitas hidup yang baik pada keluarga dan masyarakat, sehingga kesehatan ibu merupakan aspek yang penting diperhatikan, mengingat sepanjang masa kehamilan dan persalinan dapat timbul komplikasi yang tidak diharapkan. 3,4 Dalam bidang kesehatan, Morris 1979 mengajukan tiga indikator pokok menentukan kualitas hidup, yaitu angka kematian bayi, angka kematian ibu, dan angka harapan hidup. Indikator ini juga digunakan oleh Biro Pusat Statistik BPS pada tahun 1987 dalam mengukur Indeks Mutu Hidup dalam usaha membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia, Keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan salah satunya tercermin pada umur harapan hidup wanita. Pada tahun 2000, umur harapan hidup wanita Indonesia diperkirakan mencapai umur 70 tahun atau lebih. Pada tahun tersebut jumlah wanita Universitas Sumatera Utara 15 berumur 45 tahun ke atas kurang lebih 20 juta dari 104 juta penduduk wanita atau 207 juta seluruh penduduk Indonesia. 2,5,6 Menurut WHO yang dimaksud kondisi sehat adalah meliputi sehat fisik, psikis dan sosial, sehingga kesehatan reproduksi berarti tidak hanya sehat fisik saja tetapi juga meliputi sehat psikis dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau gangguan proses reproduksi. 3 Ibu sebagai pelaku reproduksi dengan tugas khusus yaitu mengalami kehamilan dan proses melahirkan. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis. Namun demikian, mempunyai risiko terhadap kesehatan fisik maupun psikis. 14 Kesehatan ibu adalah topik yang sering diteliti saat ini karena tingkat kesehatan ibu dapat menentukan apakah pelayanan kesehatan di suatu negara telah berjalan dengan baik atau tidak. Efektifitas pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan angka kematian ibu AKI dan angka kematian bayi AKB .2,3,5. Maka kualitas hidup yang baik pada ibu perlu dipertahankan. 3 Ditinjau dari beberapa literatur, jenis persalinan memberikan kontribusi terhadap tingkat morbiditas ibu. Tingkat Morbiditas ibu yang bersalinan dengan seksio sesarea lebih tinggi dibandingkan dengan post partum pervaginam. Tingkat morbiditas persalinan secara seksio sesarea bervariasi diantara negara-negara di dunia yaitu berkisar 0,4 sampai 40 . Sedangkan pada dekade terakhir, di seluruh dunia, angka seksio sesarea terus meningkat dari 35.4 dari seluruh persalinan pada tahun 1999, menjadi 42.3 pada tahun 2003. 8,11,12, Kualitas hidup pasien seharusnya menjadi perhatian penting bagi para profesi kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu tindakanintervensi atau terapi. Beberapa studi yang berkaitan dengan kualitas hidup ibu post partum di beberapa negara maju telah dilakukan. 5 Sedangkan di Indonesia, hasil penelitian tentang kualitas hidup ibu post partum masih minimal. Untuk mengukur kualitas hidup, Short Form-36 SF-36 digunakan sebagai alat ukur yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Sehingga terbukti berguna dalam survei umum dan populasi khusus untuk membandingkan relatif beban penyakit, intervensi medis, serta manfaat kesehatan yang dihasilkan oleh berbagai intervensi yang berbeda. 8 Universitas Sumatera Utara 16 Dari penelitian Torkan et al, USA, 2009; menunjukkan bahwa skor kualitas hidup ibu post partum spontan yang diukur dengan kuesioner SF-36 1 week type recall secara umum lebih baik dibandingkan dengan post seksio sesarea. Perbedaan signifikan yaitu pada pengukuran skala vitalitas mean score 62.9 vs.54.4 p= 0.03 skala kesehatan mental mean score 75.1 vs.66.7, p = 0.03, dan skala fungsi fisik mean score 88.4 vs. 81.5, p = 0.03. 8 Selain itu, kualitas hidup ibu post partum tidak berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya faktor-faktor karakteristik demografi dan masalah kesehatan yang menyertai serta jenis persalinan yang dapat digunakan sebagai faktor prediktor kualitas hidup ibu post partum yang diukur dengan kuesioner SF-36. 8

1.2. Rumusan Masalah