4. Menurut Sudarsono, perkawinan adalah aqad yang bersifat luhur dan suci antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang menjadi sebab sahnya
sebagai suami-isteri dan dihalalkannya hubungan seksual dengan tujuan mencapai keluarga yang penuh kasih sayang, kebajikan dan saling
menyantuni.
18
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin yang dilakukan antara seorang pria
dan seorang wanita untuk waktu yang lama dalam membentuk keluarga yang kekal, santun-menyantuni, kasih-mengasihi, tentram dan bahagia.
2.1.2 Tujuan Perkawinan
Mengenai tujuan perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan yang telah disebutkan dalam Pasal 1 bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal bedasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada penjelasan umum Undang-Undang Perkawinan disebutkan bahwa
karena tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, maka untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-
masing dapat mengembangkan membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material.
Tujuan utama dari perkawinan adalah untuk memperoleh keturunan atau anak. Hadirnya seorang anak dalam suatu perkawinan akan membuat kehidupan
suami-istri dalam rumah tangga menjadi bahagia, tenang, tentram dan lengkap. Menurut Sumiyati dalam Idris, tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi
tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan dasar cinta dan
kasih sayang, untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh syariah.
19
Pada Kompilasi Hukum Islam Pasal 3, menyebutkan bahwa: Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga
yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Tujuan perkawinan menurut hukum Islam adalah untuk menegakkan agama, untuk mendapatkan
18
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: Rieneka Cipta, 1991, Hlm. 2
19
Moh. Idris Ramulyo, Op. Cit, Hlm. 27
keturunan, untuk mencegah masyarakat dan untuk membina keluarga rumah tangga yang damai dan teratur.
20
Adapun tujuan perkawinan menurut Filosof Islam Imam Al Ghazali adalah sebagai berikut :
21
1. Untuk memperoleh keturunan Memperoleh keturunan dalam kehidupan manusia mengandung dua segi
kepentingan yaitu kepentingan diri pribadi dan kepentingan yang bersifat umum. Sudah menjadi kodrat manusia bahwa manusia mempunyai keinginan
untuk memperoleh keturunan.
2. Untuk memenuhi naluri sebagai manusia Adalah sudah mencari sifat manusia, bahwa manujsia dengan jenis kelamin
yang berlainan saling mengandung daya tarik antara yang satu dan yang lain, yaitu daya tarik birahi dan seksual.
3. Memelihara manusia dari kejahatan dan kerusakan Salah satu faktor yang banyak menjerumuskan manusia adalah pengaruh nafsu
birahi. Bila hawa nafsu ini tak dapat dikendalikan dan tidak ada pula saluran yang sah untuk memenuhi hayat sifat manusia, maka manusia akan mencari
kepuasan dengan cara yang tidak sah, sehingga nafsu ini menghilangkan pertimbangan dan pikiran yang membuka lebar jurang kejahatan dan
kerusakan.
4. Membentuk dan mengatur rumah tangga Rumah tangga merupakan landasan utama masyarakat yang besar. Diatas rasa
cinta dan kasih sayang. Pernikahan adalah ikatan yang kokoh dalam menjalin suami dan isteri guna melanjutkan keturunan dan menciptakan kebahagiaan
abadi.
5. Menumbuhkan aktifitas dalam berusaha mencari rizeki yang halal dan memperbesar rasa tanggungjawab.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa tujuan dari perkawinan selain untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa, juga untuk memperoleh keturunan, memelihara manusia dari kejahatan dan kerusakan serta mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
sakinah, mawaddah dan rahmah.
20
Hilman Hadikusuma II, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan,Hukum Adat, Hukum Agama, Bandung: Mandar Maju, 2003, Hlm. 24
21
Moh. Idris Ramulyo, Op.Cit, Hlm. 27
2.1.3 Syarat Sahnya Perkawinan