Batas Usia Dewasa Anak yang Belum Dewasa .1 Pengertian Anak

7. Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak, merumuskan bahwa anak adalah anak yang telah berumur 12 dua belas tahun, tetapi belum berumur 18 delapan belas tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum genap berusia sesuai dengan yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yaitu belum genap 21 dua puluh satu tahun dan belum pernah melakukan perkawinan sebelumnya, termasuk juga anak yang masih dalam kandungan.

2.2.2 Batas Usia Dewasa

Kedewasaan merupakan keadaan seseorang yang dapat melakukan perbuatan hukumnya sendiri. Istilah kedewasaan menunjuk kepada keadaan sudah dewasa yang memenuhi syarat hukum, sedangkan istilah pendewasaan menunjuk kepada keadaan belum dewasa yang oleh hukum dinyatakan sebagai dewasa. Pendewasaan atau perlunakan adalah suatu upaya hukum yang digunakan untuk meniadakan keadaan belum dewasa minderjarigheid, baik untuk keseluruhannya maupun untuk hal-hal tertentu. 31 Dengan kata lain pendewasaan adalah suatu daya upaya hukum untuk menempatkan seorang yang belum dewasa minderjarigheid menjadi sama dengan orang yang telah dewasa meerderjarigheid, baik untuk tindakan tertentu maupun untuk semua tindakan. Sehingga ia memiliki kedudukan yang sama dengan orang dewasa. 32 Mengenai batas usia dewasa sampai saat ini peraturan perundang-undangan yang ada tidak mengatur secara tegas. Peraturan perundang-undangan yang ada secara tersendiri memberikan batas usia dewasa berdasarkan maksud dan tujuan tertentu. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku hingga sekarang, belum dewasa dan dewasa belum ada pengertiannya. Mengenai hal itulah Undang-Undang Perkawinan memliki berbagai aturan, yang mengatur tentang: 31 R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Hukum Orang dan Keluarga Personen en Familie-Recht, Surabaya: Airlangga University Press, 1991, Hlm. 234 32 P.N.H Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1991, Hlm. 25 1. Izin orang tua bagi orang yang akan melangsungkan perkawinan apabila belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun. Pasal 6 ayat 2 2. Umur minimal untuk diizinkan melangsungkan perkawinan, yaitu pria 19 sembilan belas tahun dan wanita 16 enam belas tahun. Pasal 7 ayat 2 3. Anak yang belum mencapai umur 18 delapan belas tahun atau belum pernah kawin, berada di dalam kekuasaan orang tua. Pasal 47 ayat 1 4. Anak yang belum mencapai umur 18 delapan belas tahun atau belum pernah kawin, yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tuanya, berada dibawah kekuasaan wali. Pasal 50 ayat 1 Pada aturan-aturan tersebut tidak ada ketentuan yang mengatur tentang yang disebut belum dewasa dan dewasa. Tetapi Undang-Undang Perkawinan telah mengatur perbuatan hukum anak yang belum dewasa dalam hal melangsungkan perkawinan dan perwalian orang tua terhadap anaknya. KUHPerdata Buku 1 tentang orang, juga dapat ditemukan 4 empat kriteria usia, yaitu: 1. Usia syarat kawin, yaitu pria berumur18 delapan belas tahun dan wanita berumur 15 lima belas tahun. Pasal 29 KUHPerdata 2. Usia izin kawin, yaitu anak sah yang telah dewasa yang akan menikah tetapi belum berusia genap 30 tiga puluh tahun, diperlukan izin kawin. Pasal 42 ayat 1 KUHPerdata 3. Usia dewasa, yaitu berumur genap 21 dua puluh satu tahun atau telah kawin. Pasal 330 KUHPerdata 4. Usia pendewasaan, yaitu berumur genap 20 dua puluh tahun dan 18 delapan belas tahun. Pasal 421 dan 426 KUHPerdata Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa batas usia anak yang belum dewasa adalah dibawah usia 18 delapan belas tahun. Tetapi jika terdapat suatu keadaan yang memaksa seorang anak yang belum dewasa dapat memperoleh pendewasaan melalui pengajuan permohonan kepada Pengadilan Negeri. 19

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Upaya Hukum Perkawinan yang Dilakukan Tanpa Izin Orang Tua Oleh Anak yang Belum Dewasa

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Begitulah pengertian perkawinan menurut Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan agar perkawinan di Indonesia memiliki kepastian hukum yang jelas. Perkawinan merupakan salah satu peristiwa kemasyarakatan yang nantinya akan menimbulkan akibat hukum bagi calon suami isteri, anak maupun pihak ketiga. Sementara itu, Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam menyebutkan bahwa: “Perkawinan menurut hukun Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. ” Perkawinan memiliki berbagai tujuan yang sangat mulia. Tujuan yang terdapat dalam pengertian perkawinan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan bahwa perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal bedasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, dalam Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Selain itu tujuan perkawinan menurut Hukum Islam pada dasarnya dapat diperinci sebagai berikut: 33 a. Menghalalkan hubungan kelamin antara seorang pria dan wanita untuk memenuhi tuntutan tabiat kemanusiaan. b. Membentukmewujudkan satu keluarga yang damai, tenteram dan kekal dengan dasar cinta dan kasih sayang. c. Memperoleh keturunan yang sah yang akan melangsungkan keturunan serta memperkembangkan suku-suku bangsa manusia. 33 Abdul Ghofur Anshori, Op. Cit., Hlm. 175